KUALITAS TIDUR HUBUNGANNYA DENGAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
Durasi dan kualitas tidur hubungannya dengan obesitas pada anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul

ANAK OBES MEMPUNYAI DURASI TIDUR LEBIH PENDEK DIBANDINGKAN ANAK TIDAK OBES (OBESECHILDRENHAVESHORTERSLEEP DURATION THANNOTOBESECHILDREN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar. The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN LEMAK, DAN OBESITAS PADA REMAJA SLTP DI KOTA YOGYAKARTA DAN DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEBIASAAN MAKAN FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR DI SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP ASUPAN ENERGI DAN OBESITAS PADA REMAJA SMP DI KOTA YOGYAKARTA

Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Pola Makan Terhadap Status Gizi Remaja Di Kelurahan Purwosari Laweyan Surakarta

HUBUNGAN KONTRIBUSI BEBAN GLIKEMIK MAKANAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI SMP FULL DAY SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Bab I PENDAHULUAN. World Health Organization (2014) menyatakan bahwa obesitas. pada anak-anak berhubungan dengan masalah komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam,

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup. : Afdhal Putra. : Islam. :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Faktor Keturunan dan Gaya Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan media elektronik di

Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR GAYA HIDUP YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS ANAK SEKOLAH DASAR SWASTA BERNARDUS DAN HJ ISRIATI KELAS 4-6 DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF

HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN SERAT DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA ANAK SEKOLAH DASAR KATOLIK FRATER BAKTI LUHUR MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

Pengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan Karyawan Obesitas di Universitas X

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN DI LUAR RUMAH DAN JUMLAH UANG JAJAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWI DI SURAKARTA TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR

Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan

Transkripsi:

PROFESI, Volume 1/September 014 - Pebruari 015 KUALITAS TIDUR HUBUNGANNYA DENGAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI YOGYAKARTA SLEEP QUALITY ASSOCIATED WITH OBESITY TO ELEMENTARY SCHOOL CHILDREN IN YOGYAKARTA Dewi Marfuah Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Jl. Tulang Bawang Selatan No.6 RT 01 RW 3 Kadipiro Banjarsari Surakarta Email: dewi_marfuah@ymail.com ABSTRACT The prevalence of obesity in Indonesia is expected to increase each year. Many factors contribute to obesity, one of which is quality of sleep. Poor sleep quality lead to increased energy intake and increased sedentary lifestyle that will have an impact on obesity on children. The purpose: to examine whether poor sleep quality are risk factors of obesity in elementary school children in Yogyakarta. A case control study was conducted in 013. A random sample of obese and grade-matched non obese elementary school students were selected form a crosssectional survey previously done in the city of Yogyakarta and Bantul regency. Information of sleep quality was collected using sleep self report questionnaires. Sedentary lifestyle was collected using recall of physical activity during the last week. Nutrient intakes were collected using a food frequency questionnaires. The results showed there was a significant relationship between sleep of quality and obesity, poor sleep quality was,8 times more likely to be obese than good sleep quality. After controlled intake energy, gender, and sedentary lifestyle, than children with low quality of sleep was 1.9 ( = 1.88, 95% CI: 0.95 to 3.71) times more likely to be obese than children with good quality of sleep. However, the association was not statistically significant. The conclusions of this study, poor sleep quality was associatied with increased odds of being obese in elementary school children. Keywords: sleep quality, obesity, elementary school children. ABSTRAK Prevalensi obesitas di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Banyak faktor yang menyebabkan obesitas, salah satunya adalah durasi. yang buruk menyebabkan peningkatan asupan energi dan peningkatan perilaku sedentari yang akan berdampak pada obesitas pada anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis besar risiko kualitas tidur yang buruk terhadap kejadian obesitas pada anak SD di Yogyakarta. Penelitian kasus kontrol pada anak SD obes dan tidak obes. Sejumlah anak obes dan anak tidak obes yang diperoleh dari hasil skrining status gizi pada tahap awal penelitian di SD Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Data perilaku sedentari dikumpulkan menggunakan recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir. Data asupan energi dikumpulkan dengan food frequency questionnaires. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian obesitas, kualitas tidur yang buruk,8 kali lebih tinggi menyebabkan obesitas. Setelah dikontrol variabel asupan energi, jenis kelamin, dan perilaku sedentari, maka peluang terjadi obesitas sebesar 1.9 ( = 1.88, 95% CI: 0.95 to 3.71) lebih tinggi pada anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk dibandingkan anak yang mempunyai kualitas tidur yang baik. Namun secara statistik tidak bermakna. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kualitas tidur yang buruk merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada anak SD. Kata kunci: kualitas tidur, obesitas, anak sekolah dasar. 46

PENDAHULUAN Obesitas merupakan masalah gizi yang sering dijumpai dan potensial untuk mengakibatkan gangguan kesehatan akibat berbagai komplikasi. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat obesitas mempunyai risiko komorbiditas yang tinggi, yang pada akhirnya akan dapat pula meningkatkan mortalitas. Terdapat berbagai macam faktor risiko dan etiologi yang multifaktorial untuk terjadinya obesitas, dan dengan mengetahui etiologi serta faktor risiko tersebut dapat dilakukan upaya pencegahan maupun pengelolaan terpadu yang melibatkan semua aspek terkait, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas (Faizah., 004). Prevalensi obesitas anak usia 6-11 tahun di Amerika Serikat meningkat dari 7% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 010. Demikian pula, prevalensi obesitas remaja usia 1-19 tahun meningkat dari 5% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 010. Pada tahun 010, lebih dari sepertiga dari anak-anak dan remaja di Amerika Serikat yang mengalami kelebihan berat badan (CDC, 013). Prevalensi kegemukan (overweight dan obesitas) pada anak Indonesia juga mengalami kenaikan dari waktu kewaktu. Pada tahun 007, prevalensi kegemukan pada anak Indonesia umur 6-14 tahun adalah 9,5% untuk laki-laki dan 6,4% untuk perempuan dan angka ini naik menjadi 10,7% untuk anak laki laki dan 7,7% untuk anak perempuan pada tahun 010. Riskesdas tahun 007, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan prevalensi berat badan lebih berdasarkan kategori IMT/U pada anak usia 6-14 tahun yaitu 7,6% pada anak laki-laki dan 4,8% pada anak perempuan. Sedangkan menurut data Riskesdas 010, prevalensi berat badan lebih pada anak di Provinsi DIY adalah sebesar 7,8% (Depkes, 008; Kemenkes 010). Prevalensi obesitas di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat terutama di daerah perkotaan berkaitan dengan adanya perubahan pola hidup dan kebiasaan makan masyarakat Indonesia (Hadi, 004). Tidur merupakan salah satu faktor risiko yang dilaporkan dapat meningkatkan kejadian obesitas. Bawazeer et al,. (009) mengungkapkan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan obesitas pada anak dan remaja. yang buruk yaitu saat tidur terjadi banyak gangguan seperti bangun saat tidur. Penelitian di Arab dijelaskan bahwa anak yang mempunyai kualitas buruk lebih berisiko mengakibatkan obesitas daripada anak yang mempunyai kualitas tidur baik (Patel & Hu., 008). Sampai dengan saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan antara kualitas tidur dengan kegemukan pada anak di Yogyakarta. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk meneliti hubungan antara kualitas tidur dengan obesitas pada anak sekolah dasar di Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Kasus dipilih secara random dari daftar anak obes yang ditemukan melalui survei yang dilakukan sebelumnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebanyak 4 kasus anak dengan IMT persentil ke 95 kurva WHO 007 dipilih secara acak dari 580 anak obes yang berasal dari survei tersebut. Setiap kasus terpilih dicarikan pasangan controlnya yaitu teman sekelas yang tidak mengalami obes dan duduk paling dekat di sebelah kanan kasus tanpa melihat umur dan jenis kelaminnya. terikat dalam penelitian ini adalah kualitas tidur. Data kualitas tidur dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner sleep self report. Kuesioner yang digunakan menurut penelitian sebelumnya yang telah divalidasi oleh peneliti. Dari 6 pertanyaan, 3 pertanyaan setiap itemnya akan dinilai dengan skala likert 3 poin yaitu skor bernilai mulai dari 1 (Jarang: jika perilaku tidur terjadi 0-1 kali/minggu), (kadang-kadang: jika perilaku tidur terjadi -4 kali/minggu), 3 (sering: jika perilaku tidur terjadi 5-7 kali/minggu). Pertanyaan untuk nomer 4, 5, 6, 8, 11, dan 6 mempunyai skor berlawanan. Semakin tinggi skornya maka kualitas tidurnya semakin buruk (Litsenburg et al, 010; Owens et al, 000). Tinggi badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan mikrotoa yang mempunyai ketelitian 0,1 cm, sedangkan berat badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan timbangan injak digital yang mempunyai ketelitian 0,1 kg. Data perilaku sedentari dikumpulkan menggunakan Physical Activity Questionnaire for Children yang dikombinasikan dengan formulir recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir. 47

PROFESI, Volume 1/September 014 - Pebruari 015 Data tentang asupan zat gizi dikumpulkan oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) dengan rentang waktu satu bulan terakhir. Uji coba kuesioner dan recall aktivitas fisik dilakukan pada 30 siswa dari sekolah dasar di luar lokasi penelitian untuk menguji tingkat kesulitan pemahaman responden terhadap masing-masing kuesioner instrumen penelitian. Data penelitian dikumpulkan oleh para peneliti dibantu oleh tenaga enumerator mahasiswa gizi dan sarjana gizi yang sebelumnya telah dilatih menggunakan instrumen penelitian. IMT dihitung secara komputer dengan menggunakan software WHO Anthro 007. Uji statistik dilakukan uji Chi Square, Mc Nemar, dan regresi logistik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian antara Kelompok Kasus dan Kontrol Karakteristik Kelompok usia 6-8 tahun 9-10 tahun 11-1 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tempat tinggal Kota besar Kota sedang Kota kecil Desa Status Obesitas Total Ya Tidak n= % n= % n=488 % 84 114 46 154 90 13 34 174 3 34,4 46,7 18,9 63,1 36,9 5,3 13,9 71,3 9,4 83 119 4 1 1 19 43 163 19 34,0 48,8 17, 50,0 50,0 7,8 17,6 66,8 7,8 167 33 88 76 1 3 77 337 4 34, 47,8 18,0 56,6 43,4 6,6 15,8 69,1 8,6 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan p* 0,9 0,863 8,54 0,003*,91 0,405 Secara keseluruhan karakteristik kasus hampir sama dengan kontrol, kecuali anak lakilaki (±13%) lebih besar pada kasus dibandingkan pada kontrol (p<0.05) (Tabel 1). Tabel. Analisis Chi Square Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Obesitas Obesitas Ya Tidak n % n % Tidak baik (> 46 skor) 35 14,3 1 7,0 Baik ( 46 skor) 09 86,7 7 93,0 Jumlah 100,0 100,0 p 6,97 0,008*,3 1,17-4,38 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan 48

Tabel menunjukkan kualitas tidur dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar. Jika kualitas tidur dibedakan menjadi kategori yaitu kualitas tidur baik dan kualitas tidur tidak baik, maka diketahui bahwa 14,34% anak obes mempunyai kualitas tidur tidak baik, sedangkan pada anak yang tidak obes 6,97% (7,3% lebih rendah) mempunyai kualitas tidur tidak baik. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas yang dapat dilihat dari = 6,97 dengan nilai p = 0,008 dan =,3 (95% CI; 1,17-4,38). Anak obes mempunyai peluang tidur dengan kualitas tidur yang buruk,3 (=,3, 95% CI= 1,17-4,38) kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak obes (Tabel ). Tabel 3. Analisis Chi Square Hubungan Kualitas Tidur dengan Obesitas yang Dibedakan Berdasarkan Wilayah Sekolah Dasar YOGYAKARTA Tidak baik (> 46 skor) Baik ( 46 skor) BANTUL Tidak baik (> 46 skor) Baik ( 46 skor) Status Obesitas Total Ya Tidak n % n % n % 5 141 69,44 47,64 11 155 39,56 5,36 36 96 p (95% CI) 6,11 0,013*,49 (1,13-5,8) 10 68 6,50 48,57 6 7 37,50 51,43 16 140 1,11 0,91 1,74 (0,54-6,) = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan Tabel 3 menunjukkan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas di Kota Yogyakarta yang dapat dilihat dari = 6,11 dengan nilai p = 0,013 dan =,49 (95% CI; 1,13-5,8). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa anak SD yang kualitas tidurnya tidak baik mempunyai risiko,49 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Tabel 4. Analisis Chi Square Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas Asupan energi Tinggi ( 110% AKG) Tidak tinggi (<110% AKG) Jumlah Obesitas Ya Tidak n % n % 18 116 5,5 47,5 100,0 99 145 40,6 59,4 100,0 P 6,9 0,008* 1,61 1,11-,35 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan Anak obes juga mempunyai asupan energi per-hari lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak obes. Anak obes mempunyai peluang asupan energinya tinggi ( 110% AKG) 1,6 (= 1.61, 95% CI= 1.11-.35) kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak obes (Tabel 4). 49

PROFESI, Volume 1/September 014 - Pebruari 015 Tabel 5. Analisis Chi Square Hubungan Sedentary Lifestyle dengan Kejadian Obesitas Sedentary lifestyle Tinggi Rendah Jumlah Obesitas Ya Tidak n % n % 185 59 75,8 4,18 76 168 31,15 68,85 P 97,86 0,000* 6,93 4,56-10,54 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan Anak obes yang mempunyai sedentary lifestyle tinggi sebesar 75,8% lebih tinggi dibandingkan anak obes yang mempunyai sedentary lifestyle rendah sebesar 4,18%. Anak SD yang mempunyai sedentary lifestyle tinggi berisiko 6,93 kali lebih besar menyebabkan obesitas dibandingkan dengan anak yang mempunyai sedentary lifestyle rendah (Tabel 5). Pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian obesitas mungkin juga berkaitan dengan kualitas tidur adalah sedentary lifestyle, jenis kelamin, dan asupan energi maka dalam analisis lebih lanjut variabel sedentary lifestyle, jenis kelamin, dan asupan energi dimasukkan dalam model. Berdasarkan analisis multivariabel, maka model yang dipilih adalah model 5 sebagai model yang cukup baik untuk menjelaskan hubungan kualitas tidur dengan kejadian obesitas. Pada model 5 sudah mempertimbangkan semua variabel bermakna terhadap kejadian obesitas, hasil R merupakan yang paling besar dan nilai deviance (- log Likelihood) yang paling kecil. Tabel 6. Analisis Regresi Logistik Hubungan Kualitas Tidur terhadap Kejadian Obesitas dengan Melibatkan Sedentary Lifestyle, Asupan Energi, dan Jenis Kelamin Tidak baik Baik Sedentary lifestyle Tinggi Rendah Asupan energi Tinggi Tidak tinggi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kejadian Obesitas Model 1 Model Model 3 Model 4 Model 5,* (1,-4,1) 1,9 (0,97-3,7) 6,8* (4,5-10,1),* (1,-4,0) 1,6* (1,1-,3),3* (1,-4,) 1,9 (0,95-3,7) 7,0* (4,6-10,6) 1,5 (0,96-,) 0,6* (0,4-0,8) R (%) 0,01 0,15 0,0 0,0 0,17 N 488 488 488 488 488 Deviance 0,5* (0,3-0,8) 669,4 571,3 663,0 660,6 557,4 (- log Likelihood) Keterangan: * = signifikan < 0,05 N = jumlah sampel 50

dengan mengontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin dapat memprediksi kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul sebesar 17%. Risiko kejadian obesitas pada anak dengan kualitas tidur yang tidak baik 1,88 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang kualitas tidunya baik, namun secara statistik tidak bermakna (Tabel 6). Pembahasan Hasil analisis variabel karakteristik, yang berbeda secara signifikan antara siswa obes dan tidak obes adalah variabel jenis kelamin. Anak laki-laki lebih banyak yang obesitas (63,11%) dibandingkan dengan anak perempuan (36,89%). Hal ini sejalan dengan penelitian pada anak anak di Australia yang dilakukan Shi et al., (010) bahwa pada kelompok obes lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 8,9% dibandingkan perempuan yaitu 6,6%. Penelitian yang dilakukan oleh Carvalho, M.J., (001) menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan anak perempuan yang disebabkan karena anak laki-laki mempunyai aktivitas rumahan lebih sedikit. Waktu luang yang dimiliki anak laki-laki digunakan untuk melakukan aktivitas screen based seperti main game, playstation dan komputer. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kejadian obesitas pada anak lakilaki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Anak obes mempunyai kualitas tidur kurang baik dibandingkan dengan anak tidak obes. Hal ini sejalan dengan penelitian Owens et al (000), menunjukkan bahwa anak obes lebih banyak mempunyai masalah dalam tidur dibandingkan dengan anak yang tidak obes. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas. Anak SD yang mempunyai kualitas tidur tidak baik mempunyai risiko,3 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Owens et al (000) menunjukkan bahwa anak yang mempunyai kualitas tidur tidak baik yang dijelaskan dengan nilai skor semakin tinggi akan lebih berisiko menyebabkan obesitas. Hubungan kualitas tidur terhadap kejadian obesitas dengan mengontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin dapat memprediksi kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul sebesar 17%. Risiko kejadian obesitas pada anak dengan kualitas tidur yang tidak baik 1,88 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dengan kualitas tidur yang baik, namun secara statistik tidak bermakna. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan kualitas tidur terhadap kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul setelah dipengaruhi variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin hanya berlaku pada populasi ini saja dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lain. Bawazeer et al. (009) mengungkapkan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan obesitas pada anak dan remaja. Anak yang mempunyai kualitas tidur buruk lebih berisiko mengakibatkan obesitas daripada anak yang mempunyai kualitas tidur baik. Anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk, akan mengakibatkan perasaan kelelahan pada saat bangun tidur. Kelelahan ini dapat menyebabkan penurunan aktivitas fisik yaitu berkurangnya partisipasi dalam olahraga yang terorganisir dan terjadi peningkatan sedentary lifestyle seperti menonton televisi (Patel & Hu., 008). Menonton televisi dapat meningkatkan asupan energi, terutama ngemil makanan tinggi energi pada saat menonton televisi (Sjarif.,003). Hasil review Pearson & Biddle (011) menunjukkan bahwa sedentary lifestyle berupa menonton TV dan screen based yang tinggi memiliki hubungan terbalik dengan asupan buah dan sayur serta memiliki hubungan positif dengan asupan snack, konsumsi fast food, dan makanan yang digoreng dengan densitas energi tinggi sehingga berkontribusi terhadap terjadinya obesitas. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anak laki laki berisiko 1,75 kali mengalami obesitas dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini disebabkan karena anak laki laki mempunyai kualitas tidur yang buruk sebesar 55,77% lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan 44,3%. Anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan obesitas. Hubungan antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas yang bermakna hanya pada anak yang bersekolah di Kota Yogyakarta. Anak SD di Kota Yogyakarta yang kualitas tidurnya buruk mempunyai risiko,49 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Bawazeer et al 51

PROFESI, Volume 1/September 014 - Pebruari 015 (009), menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk bisa menyebabkan kelelahan terutama pada saat bangun tidur. Kelelahan akan mengakibatkan perilaku sedentari dan terjadi penurunan aktivitas fisik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis statistik yaitu adanya hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan perilaku sedentari pada anak SD di Kota Yogyakarta. Anak SD di Kota Yogyakarta yang kualitas tidurnya tidak baik mempunyai risiko 3,4 kali lebih besar menyebabkan perilaku sedentari yang tinggi dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Perilaku sedentari yang tinggi dapat menyebabkan obesitas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Anak obes mempunyai kualitas tidur lebih buruk dibandingkan dengan anak tidak obes. Tidak ada hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian obesitas setelah dikontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan bagi orang tua sebaiknya mulai memperhatikan pola tidur anak sebagai salah satu upaya pencegahan obesitas sejak dini dan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa hendaknya melakukan pengukuran variabel melalui jalur metabolik. DAFTAR PUSTAKA Bawazeer, N.M., Al-daghri, N.M., Valsamakis, G., et al. (009). Sleep duration and quality associated with obesity among arab children. Obesity, 17(1), pp. 51-53. Carvalho, M. J. (001). Gender and Children s Time Use. Available from: http://www.lume.ufrgs.br/bitstream/handle/ 10183/538/00033910.pdf=sequence1 Centers for Disease Control and Prevention. (013). Childhood Obesity Facts. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services. Depkes. (008). Riset kesehatan dasar 007. Jakarta. Faizah, Z. (004). Faktor Risiko Obesitas Pada Murid Sekolah Dasar Usia 6-7 Tahun Di Semarang. Tesis. Progam Pendidikan Dokter Spesialis 1 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Hadi, H. (004). Handout Seminar Nasional Obesitas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Kemenkes. (010). Riset kesehatan dasar 010. Jakarta. Litsenburg, R.R.L., Waumans, R.C., Berg, G.V.D., & Gemke, R.J.B.J. (010). Sleep habits and sleep disturbances in Dutch children: a population-based study. Eur J Pediatr. Owens, J.A., Maxim, R., Nabile, C., McGuinn, M., & Msall, M. (000). Parental and Self-report of Sleep in Children with Attention- Deficit/Hyperactive Disorder.. Arch Pediatr Med. 154:549-555. Patel, S.R., & Hu, F.R. (008). Short Sleep Duration and Weight Gain: A Systematic Review. Obesity Journal. 16: 643-653. Pearson, N. & Biddle, S.J.H. (011). Sedentary behavior and dietary intake in children, adolescents, and adults. A systematic review. American journal of preventive medicine, 41(), pp. 178 188. Sjarif D.R. (003). Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium II 003, Surabaya Editor: Adi S et al., Surabaya, hal 13-139. Shi, Z., Taylor, A.W., Gill, T.K., Tuckerman, J., Adams, R., & Martin, J. (010). Short Sleep Duration and Obesity among Australian Children. BMC Public Health 5