BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia kini sudah semakin berkembang sangat pesat, terutama pertumbuhan di sektor industri.sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industrial selalu memiliki dasar tukar ( terms of trade ) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan marjin yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis (produsen) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini memberikan keuntungan yang lebih menarik. Berusaha dalam bidang industri dan berniaga hasil-hasil industri juga lebih diminati karena proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia, tidak perlu bergantung pada alam semisal musim atau keadaan cuaca (Dumary,2005:227). Menurut Arsyad (1999:353) Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hiduf yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri. Pertumbuhan sektor industri di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh skala usaha atau skala produksi dari suatu perusahaan yang masuk dalam industri 1
tersebut. Perkembangan sektor industri di Indonesia merupakan harapan pemerintah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di nasional, akan tetapi pemerintah juga tidak mengesampingkan kontribusi dari sektor-sektor ekonomi baik itu sektor pertanian maupun di sektor-sektor ekonomi lainnya. Untuk itu diperlukannya peran dari pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor industri demi kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat bersama. Salah satu industri yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian di Indonesia adalah industri furniture. Industri furniture mempunyai peranan penting bagi perekonomian khususnya dalam memberikan kontribusi dalam penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redi (2007) furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik, rotan dan lain sebagainya. Indonesia memiliki beberapa daerah penghasil furniture terbaik seperti Jepara, Tanggerang,Bali (Redi,2007). Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sektor industri yang berkembang cukup pesat, disamping sektor pariwisata sebagai sektor andalan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Sektor Industri juga merupakan penyumbang terbesar ke tiga PDRB Bali setelah sektor pertanian. Hal tersebut terlihat dari data PDRB Bali atas dasar harga berlaku 2000 menurut lapangan usaha pada tahun 2006-2010 pada tabel 1.1 2
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Dalam Juta Rupiah) Periode 2006-2010 Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Pertanian, Peternakan, 7.463.262 8.216.473 9.152.614 10.487.150 11.482.658 Kehutanan& Perikanan Pertambangan 257.161 281.093 337.257 374.955 421.974 & Penggalian Industri 3.254.650 3.804.928 4.661.923 5.272.101 5.763.812 Pengolahan Listrik, Gas 725.864 846.067 1.048.603 1.152.256 1.275.735 & Air Bersih Konstruksi 1.600.857 1.877.521 2.346.546 2.532.201 2.893.547 Perdagangan 10.797.664 12.269.742 14.458.723 17.271.565 19.580.363 Hotel&Restoran Pengangkutan 4.435.849 5.219.098 6.449.264 7.920.904 9.402.189 & Komunikasi Keuangan, Real Estate 2.788.350 3.108.104 3.803.825 4.092.590 4.459.517 &Jasa Perusahaan Jasa-jasa 6.064.824 6.713.394 7.663.836 8.475.526 9.287.205 Total PDRB 2.774.281 3.339.216 Sumber : Bali Dalam Angka, BPS Provinsi Bali, 2011 3.950.893 4.951.356 5.613.441 Dari tabel 1.1 terlihat bahwa pada Tahun 2006, nilai sektor industri terhadap PDRB Bali adalah sebesar Rp 3.254.650 juta. Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya, hingga pada Tahun 2010 jumlah nilai PDRB Bali terhadap sektor industri mencapai Rp 5.763.812. Peningkatan tertinggi terjadi pada Tahun 2009, dimana nilai sektor industri terhadap PDRB Bali meningkat sebesar Rp 4.661.923 juta menjadi Rp 5.272.101 juta Pada tabel 1.2 menunjukan bahwa sebagaian kabupaten dan kota di Bali memiliki sumbangan sektor industri pengolahan terhadap PDRB Bali setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sumbangan terbesar diberikan oleh kabupaten gianyar dengan sumbangan tertinggi sebesar 19,04 % pada tahun 2010, di urutan 3
kedua adalah kota Denpasar dengan sumbangan tertinggi sebesar 11,91 % pada tahun 2008. Tabel 1.2 Sumbangan Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Bali Atas Dasar Harga Berlaku 2000 Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun 2006-2010 Berdasarkan PerKabupaten/Kota di Provinsi Bali (Persen) Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010 Jembrana 6,90 7,00 7,30 7,47 7,78 Tabanan 6,61 6,71 6,95 6,84 6,97 Badung 2,57 2,55 2,43 2,31 2,39 Gianyar 17,38 18,05 18,71 18,82 19,04 Klungkung 9,37 9,38 9,85 10,11 10,40 Bangli 7,47 8,01 8,77 8,96 8,86 Karangasem 6,96 6,95 6,82 6,79 6,86 Buleleng 10,04 9,95 9,90 9,88 10,00 Denpasar 11,29 11,68 11,91 11,77 11,48 Sumber : Bali Dalam Angka, BPS Provinsi Bali 2011 Salah satu sektor industri penunjang sektor pariwisata Bali adalah industri furniture. Perkembangan industri furniture di Bali sangat dibutuhkan untuk menunjang sektor pariwista di Bali, dimana produk industri furniture dapat digunakan untuk melengkapi perabotan di hotel maupun di restoran. Selain di gunakan untuk menunjang sektor pariwisata, produk industri furniture juga digunakan untuk melengkapi perabotan rumah tangga. Tabel 1.3 menunjukan jumlah unit usaha, dan tenaga kerja industri furniture menurut kabupaten/ Kota di Provinsi Bali tahun 2011. 4
Tabel 1.3 Jumlah Unit Usaha(unit) dan Tenaga Kerja(orang) Industri Furniture Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali tahun 2011 No Kabupaten/ Kota Unit Usaha Tenaga Kerja 1. Klungkung 8 116 2. Badung 47 414 3. Denpasar 157 1096 4. Gianyar 27 330 5. Jembrana 63 550 6. Karangasem 21 91 7. Tabanan 9 142 8. Bangli 7 63 9 Buleleng 10 77 Bali 349 2.879 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2011 Tabel 1.3 menunjukan, bahwa jumlah usaha dan penyerapan tenaga kerja industri furniture di Kota Denpasar paling banyak dibandingkan dengan Kabupaten/ Kota yang ada di Bali. Hal ini disebabkan karena Kota Denpasar merupakan pusat kegiatan industri dan perdagangan. Penyebaran industri furniture di Kota Denpasar menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel 1.4. Tabel 1.4 Penyebaran Industri Furniture Menurut Kecamatan di Kota Denpasar tahun 2011 No Kecamatan Unit Usaha Tenaga Kerja (orang) Nilai Produksi (Rp 000) 1 Denpasar Utara 12 100 255.335 2 Denpasar Timur 40 396 431.115 3 Denpasar Selatan 38 200 368.000 4 Denpasar Barat 67 400 658.070 Total 157 1096 2.712.520 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, 2011 Tabel 1.4 menunjukan bahwa kecamatan yang memiliki industri furniture terbanyak di Kota Denpasar adalah Kecamatan Denpasar Barat dengan jumlah 67 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 400 orang, Denpasar Timur dengan jumlah 40 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 396 orang, Denpasar 5
Selatan dengan jumlah 38 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 200 orang, dan yang paling terakhir adalah Denpasar Utara dengan jumlah 12 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 100 orang. Perkembangan nilai produksi,jumlah tenaga kerja di Kota Denpasar dan jumlah unit usaha 7 (tujuh) tahun terakhir mengalami peningkatan. Perkembangan industri furniture di Kota Denpasar dari tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 1.5 Tabel 1.5 Perkembangan Industri Furniture di Kota Denpasar Tahun 2005-2011 Tahun Jumlah Industri (unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Produksi (Rp 000) 2005 127 900 2.345.560 2006 132 920 2.490.600 2007 136 980 2.514.550 2008 140 990 2.606.910 2009 143 1000 2.658.300 2010 147 1010 2.622.300 2011 157 1096 2.712.520 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, 2011 Tabel 1.5 menunjukan bahwa perkembangan industri furniture dari 7 (tujuh) tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu dari 147 unit usaha meningkat sebesar 157 unit usaha. Pertumbuhan industri furniture di Kota Denpasar sangat potensial, yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah industri, jumlah tenaga kerja dan nilai produksi di setiap tahunnya, akan tetapi belum dikembangkan secara optimal, mengingat permasalahan yang dihadapi oleh industri furniture demikian kompleks dan luas. Pada umumnya industri furniture di kota Denpasar memproduksi lemari, 6
meja, kursi, tempat tidur dan meja rias sebagai produk utama. Industri furniture di kota Denpasar merupakan industri yang berbasis industri kecil dan menengah. Produksi industri furniture ini sangat berpengaruh pada ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, serta pengluaran investasi para pengusaha Pemberdayaan industri furniture dapat dilihat dari peningkatan pendapatan usahanya, dimana pendapatannya dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Karena ketersediaan faktor-faktor produksi akan berpengaruh terhadap hasil produksi dan akan berpengaruh juga terhadap pendapatan industri furniture di Kota Denpasar. Adapun rumusan pokok permasalahan berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan adalah sebagai berikut. 1) Apakah bahan baku, tenaga kerja, dan investasi secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan industri furniture di Kota Denpasar? 2) Apakah bahan baku, tenaga kerja dan investasi secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan industri furniture di Kota Denpasar? 1.2 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh bahan baku, tenaga kerja, dan investasi secara simultan terhadap pendapatan industri furniture di Kota Denpasar 2. Untuk mengetahui pengaruh bahan baku, tenaga kerja, dan investasi secara parsial terhadap pendapatan industri furniture di Kota Denpasar. 7
1.2.2 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan praktis. 1. Kegunaan teoritis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat serta memperkaya ragam penelitian dan mampu menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mahasiswa, sehingga dapat membandingkan teori-teori dengan kenyataan dilapangan khususnya tentang masalah industri furniture. 2. Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada pemerintah dan pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pentingnya pengaruh bahan baku, tenaga kerja, dan investasi terhadap pendapatan industri furniture di Kota Denpasar. 1.3 Sistematika Penulisan Sistematika penyajian penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah kemudian dirumuskan ke dalam beberapa pokok permasalahan, juga dibahas mengenai tujuan dan kegunaan laporan dan sistematika penyajian laporan. 8
Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Pada bab ini diuraikan teori dan materi yang relevan yang mendukung dalam pemecahan masalah. Teori-teori yang diuraikan dalam bab ini antara lain penegertian pendapatan, pengertian bahan baku, pengertian tenaga kerja, pengertian investasi, pengertian industri, pengertian industri furniture Selain itu diuraikan juga Hasil Pembahasan Penelitian Sebelumnya dan Rumusan Hipotesis. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis regresi Linier Berganda, Uji Normalitas dan Asumsi Klasik, dan Uji Signifikansi Koefisien Regresi yaitu uji F dan uji t. Bab IV Pembahasan Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden yang meliputi umur dan tingkat pendidikan, pendapatan, bahan baku, tenaga kerja, dan investasi serta pembahasan uji asumsi klasik, analisis 9
regresi linier berganda dan uji koefisien regresi yaitu uji F dan uji t. Bab V Penutup Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dari hasil pembahasan dan saran yang diharapkan dapat membantu perkembangan industri furniture di Kota Denpasar. 10