BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

BAB. I PENDAHULUAN. bakso menggunakan daging sapi dan daging ayam. campuran bakso, dendeng, abon dan produk berbasis bakso lainnya.

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Sedangkan kerupuk kulit atau yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus pemalsuan makanan menggunakan spesies babi telah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

menggunakan program MEGA versi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

DETEKSI MOLEKULER CEMARAN DAGING BABI PADA BAKSO SAPI DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG MENGGUNAKAN PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I. PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga pengembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I. PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. terpenting dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrien yang di perlukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Majalah Farmasetika, Vol. 2 No.1, 2017

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan belum berjalan efektif. Hal ini menyebabkan pelanggaran-pelanggaran

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE Waktu dan Tempat Materi Sampel DNA Primer

Karakteristik mutu daging

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

DENDENG PENGASAPAN Dendeng adalah irisan daging yang dikeringkan dan ditambah bumbu. Pembuatan dendeng untuk memperoleh cita rasa khas adalah mengguna

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D)

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas tersebut tubuh kita membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir, identifikasi spesies hewan menjadi perhatian utama karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahan atau komposisi makanan dan sistem pelabelan makanan yang berisi kandungan dari produk tersebut (Soares dkk., 2013). Hal ini erat hubungannya dengan keamanan makanan, yaitu masalah autentifikasi dan pemalsuan produk makanan terutama pemalsuan dengan daging babi dan turunannya (Murugaiah dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011). Ada beberapa alasan mengapa penggunaan daging babi tidak dibenarkan, yaitu alasan agama (agama Islam melarang umat muslim mengkonsumsi babi, antara lain dalam surah An-Nahl ayat 115), kesehatan (sebagian masyarakat alergi terhadap daging babi), etika (refleksi gaya hidup vegetarian) dan ekonomi (mencari keuntungan dengan jalan pemalsuan) (Kesmen dkk., 2007; Soares dkk., 2013). Koran TEMPO Interaktif Jakarta tanggal 16 April 2009 memberitakan bahwa Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan lima merek dendeng/abon yang positif mengandung DNA babi setelah melakukan pengujian terhadap 15 produk dendeng dan 20 produk abon di pasaran. Abon babi tersebut dicampur dengan daging sapi dan diberi label abon sapi (Swamurni, 2009). Petugas Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta tanggal 16 Juni 2014 menyatakan telah terjadi pencampuran daging babi dalam olahan daging sapi di 1

Yogyakarta. Dari 109 sampel hasil olahan pangan asal hewan yang diuji, 18 positif mengandung babi. Sampel pengujian adalah bakso, abon, dendeng, nugget, sate, dan sosis. Sedangkan untuk bahan non-pangan, pihaknya menguji produk MBM atau meat and bone meal dan gelatin (Sajarwo dan Assifa, 2014). Identifikasi daging babi telah banyak dilakukan baik pada daging segar maupun produk olahan daging yang ada di pasaran, menggunakan metode identifikasi yang bersifat molekular yaitu metode Polymerase Chain Reaction (Kesmen, dkk., 2007; Che Man, dkk., 2012) dan real-time PCR (Dooley, dkk., 2004; Tjondro dan Sismindari, 2012; Syahruni, dkk., 2013). Metode Polymerase Chain Reaction dan real time PCR membutuhkan DNA sebagai target amplifikasi yang didapat dari hasil isolasi, di mana proses ini harus benar-benar harus diperhatikan karena kadar lemak atau protein yang tinggi dapat menghambat proses PCR (Alaraidh, 2008). Selain itu, proses pemanasan jadi salah satu hambatan dalam memperoleh DNA karena seringkali merusak DNA dan menyebabkan terjadinya fragmentasi (Meyer, dkk., 1994). Metode PCR dan real time PCR memiliki beberapa keunggulan dibanding metode lainnya, yaitu sensitif, sederhana, cepat dan hanya membutuhkan sampel DNA dalam jumlah yang sangat kecil (Che Man, dkk., 2007). Metode real time PCR lebih unggul dari PCR konvensional karena pengukurannya bersifat kuantitatif; dapat mengidentifikasi DNA dalam waktu dan tahapan proses yang singkat, produk amplifikasi dapat secara langsung dimonitor pada tiap siklus amplifikasi, data fluoresensi dapat diperoleh langsung dari alat tanpa perlu elektroforesis, dapat digunakan untuk analisis rutin dengan banyak sampel, serta 2

meminimalisir kontaminasi selama proses amplifikasi (Fraga, dkk., 2006; Nakyinsige, dkk., 2012). Salah satu makanan yang menjadi target utama pemalsuan daging adalah produk abon. Abon merupakan salah satu makanan khas Indonesia, berbahan dasar daging yang pada pengolahannya mengalami proses penggepukan dan 2 kali proses pemanasan, yaitu perebusan dan penggorengan. Di mana seringkali jadi target utama pemalsuan daging (Fachruddin, 2007). Proses pengolahan ini dapat menyebabkan fragmentasi DNA sehingga sulit diperoleh DNA atau jumlah yang diperoleh relatif kecil untuk dapat diamplifikasi pada PCR (Meyer, dkk., 1994). DNA hasil isolasi inilah yang selanjutnya jadi target penempelan primer. Identifikasi DNA babi menggunakan real time PCR membutuhkan suatu primer yang spesifik yang hanya dapat menempel pada target fragmen DNA babi pada urutan basa tertentu dan selanjutnya mengamplifikasi fragmen tersebut. Fatimah (2013) telah mendesain suatu primer yang dapat mengamplifikasi target fragmen mitokondria D-loop babi, yang telah diuji pada sampel bakso babi 100% dan ayam 100% menggunakan metode real time PCR dengan suhu penempelan primer optimum 59 o C. Untuk menjamin validitas suatu primer baru, maka primer mitokondria D- loop22 perlu divalidasi dengan melakukan uji spesifitas menggunakan jaringan segar dari 5 spesies hewan seperti babi, sapi, ayam, kambing dan kuda serta terhadap abon campuran babi:sapi untuk membuktikan bahwa primer mitokondria D-loop22 ini hanya dapat mengenali DNA babi sebagai target amplifikasi dan 3

bukan target lainnya, uji batas deteksi menggunakan seri pengenceran abon babi dan uji keterulangan terhadap abon babi dan abon campuran babi:sapi. 1. Rumusan masalah a. Apakah primer mitokondria D-loop22 dapat secara spesifik mengidentifikasi DNA babi pada jaringan segar 5 spesies hewan (babi, sapi, ayam, kambing dan kuda) dan abon campuran babi:sapi? b. Berapakah batas deteksi primer mitokondria D-loop22 dalam mengidentifikasi DNA babi pada abon babi 100% dan abon campuran babi:sapi dengan metode real time PCR? 2. Keaslian penelitian Identifikasi DNA babi pada daging segar dan produk makanan olahan berbahan dasar daging telah sering dilaporkan. Salah satu target identifikasi spesies yang telah digunakan adalah fragmen mitokondria D-loop yang dapat mengidentifikasi DNA babi pada daerah yang spesifik. Fajardo, dkk., (2008) melaporkan diferensiasi spesies babi European wild boar dan domestic swine dengan primer spesies spesifik mitokondria D- loop (MITDLOOP - FW : 5 -TACCATGCCGCGTGAAACCA-3 dan MIT DLOOP - REV : 5 - TGACGGCCATNGCTGAGTC-3 ) dengan amplikon 270 pb. Che Man, dkk., (2012) telah melakukan identifikasi daging segar dari beberapa spesies hewan (babi, sapi, ayam, kambing, rusa dan domba) menggunakan metode PCR dengan target primer fragmen mitokondria D- loop pada urutan basa 910 1083, menggunakan primer Sus-loopFWD ; 5-4

CACACCCTATAACGCCTTGC-3 dan Sus-loopRVS ; 5 -GATTGGCGTA AAAATCTAGGG-3, dengan ukuran amplikon 174 pb (GenBank, ClustalW). Hasilnya, spesifitas primer sebesar 0,1% (v/v) campuran binari DNA babi dan sapi. Hasil sensitivitas (batas deteksi) 0,001 ng/μl. Karabasanavar, dkk., (2014) telah mengidentifikasi babi di antara 24 spesies hewan lain (mamalia, burung, tikus dan ikan) pada daging mentah, daging yang telah direbus (suhu 60, 80 dan 100 o C) maupun yang dipanaskan pada autoklaf (121 o C), menggunakan metode PCR dengan target primer fragmen mitokondria D-loop pada sekuen berbeda, menggunakan primer forward VPHPF 5 -AATTTTTGGGGATGCTTAGACT-3 dan reverse VPH-PR 5 -TATTTTGGGAGGTTATTGTGTTGTA-3 ) dengan amplikon 712 pb (GenBank, Megalign-Lasergene). Hasilnya, spesifitas primer 0,1% dan sensitivitas sebesar 10 pg. Fatimah (2013) mendesain primer dengan target amplifikasi DNA mitokondria D-loop (sumber : Basic Local Alignment Search Tool software) pada basa urutan 22-43 (PD-loop forward: 5 -TCGTATGCAAACCAAAAC GCC-3 ) dan 197-177 (PD-loop reverse : 5 -ATGCATGGGGACTAGCAG TTA-3 ), amplikon 176 pasang basa (pb). Primer ini telah digunakan untuk mengamplifikasi DNA babi pada bakso babi dan ayam 100% dengan metode real time PCR dengan suhu penempelan primer optimum 59 o C. Pada penelitian ini akan dilakukan uji lanjutan terhadap primer mitokondria D-loop22 (Fatimah, 2013), yaitu optimasi primer dan validasi metode analisis DNA babi dengan primer mitokondria D-loop22 5

menggunakan metode real time PCR yang meliputi uji spesifitas primer terhadap 5 spesies hewan (babi, sapi, ayam, kambing dan kuda) dan abon campuran babi:sapi, uji sensitivitas terhadap abon babi 100% dan abon campuran babi:sapi pada beberapa konsentrasi (batas deteksi terendah yang masih dapat diamplifikasi) dan uji repitabilitas terhadap abon campuran babi:sapi. 3. Urgensi penelitian Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan metode yang sensitif dan selektif untuk digunakan dalam mengidentifikasi kontaminasi daging babi pada produk daging olahan. Metode yang diperoleh tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk membantu LP-POM dalam menentukan status kehalalan produk pangan yang beredar di pasaran guna menghindari pemalsuan daging dan sebagai dasar dalam memberikan sertifikasi Halal. B. Tujuan Penelitian 1. Menentukan spesifitas primer mitokondria D-loop22 dalam mengidentifikasi DNA babi pada jaringan segar 5 spesies hewan (babi, sapi, ayam, kambing dan kuda) dan pada abon campuran babi:sapi dengan metode real time PCR. 2. Menentukan batas deteksi primer mitokondria D-loop22 dalam mengidentifikasi DNA babi pada abon babi 100% dan abon campuran babi:sapi dengan metode real time PCR. 6