BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan UKDW

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta, secara khusus. Bagi gereja-gereja di Jakarta, di samping berhadapan dengan kemakmuran dan gemerlapnya kota, tidak bisa disangkal bahwa kemiskinan hadir secara nyata di sekitar mereka. Eka Darmaputra bahkan menilai permasalahan kemiskinan (hubungan antar golongan yang kaya dengan yang miskin) adalah permasalahan mendasar dan mendalam, yang paling membutuhkan perhatian karena paling potensial menimbulkan konflik. 1 Keberadaan golongan kaya, yang jumlahnya minoritas, bila dibandingkan dengan golongan miskin, yang jumlahnya mayoritas, dapat menciptakan suatu kesenjangan sosial yang pada akhirnya menciptakan konflik multidimensi. GKI SW Jabar, di mana sebagian besar jemaatnya terletak di Jakarta, menghayati bahwa berbela rasa terhadap orang-orang yang miskin adalah sikap yang tepat untuk dimiliki oleh pengikut Kristus karena merupakan cermin dari penghayatan iman. Sikap GKI SW Jabar untuk berbela rasa terhadap orang-orang miskin dilandasi oleh penghayatan bahwa Allah, yang hadir di sepanjang perjalanan sejarah hidup manusia seperti yang disaksikan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah Allah yang berbela rasa terhadap orang-orang yang miskin dan yang dilupakan oleh masyarakat. 2 Tindakan berbela rasa terhadap orang-orang miskin pada dasarnya adalah panggilan untuk setiap anggota gereja. GKI SW Jabar menghayati bahwa anggota gereja mempunyai peran yang hakiki dalam melaksanakan misi gereja, juga untuk mempunyai sikap berbela rasa terhadap sesama manusia yang miskin. Remaja gereja adalah bagian dari para anggota gereja. Karena itu, remaja gereja juga berperan untuk menjelmakan sikap bela rasa Allah terhadap orang-orang yang miskin. 1 Eka Darmaputra Masalah-masalah Fundamental dalam kumpulan karangannya Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2001, p.139 melihat bahwa ada lima hubungan yang potensial menyebabkan konflik di Indonesia, yaitu : hubungan antar agama, hubungan antar daerah, hubungan antar golongan, hubungan sipil-militer, dan hubungan masyarakat-negara. Eka melihat bahwa hubungan yang paling potensial dalam menimbulkan konflik adalah hubungan antar golongan, khususnya golongan kaya dan miskin. 2 Lampiran 4 tentang Subtema Persidangan Majelis Klasis-Persidangan Majelis Sinode Wilayah 2006-2008, Buku Persidangan Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat Tahun 2005, p. 18.

2 Remaja kota seperti Jakarta pada umumnya mempunyai kehidupan yang berbeda jauh dengan remaja di kota kecil, apalagi di pedesaan. Mereka pada umumnya dituntun untuk dapat hidup dalam dinamika yang cepat dan memiliki daya saing yang tinggi jika mereka tidak ingin kalah dan menjadi tersisih dalam kehidupan. Hal ini tampaknya sepadan dengan keadaan kota Jakarta yang berjalan dengan ritme yang serba cepat dan penuh dengan persaingan. Namun, disamping beban berat yang diemban, kota Jakarta juga menawarkan kehidupan yang penuh dengan kemudahan, kenyamanan dan kemewahan. Berbagai macam tempat hiburan selama dua puluh empat jam silih berganti menyediakan fasilitas untuk dapat dinikmati sebagai tempat melepaskan kejenuhan. Mereka juga dapat memilih tempat hiburan tersebut mulai dari tempat yang bergengsi seperti misalnya: Citos (Cilandak Town Square), Plaza Senayan; sampai dengan tempat-tempat yang biasa-biasa saja yaitu warung-warung makan sederhana di pinggir jalan. Kondisi kehidupan seperti yang dipaparkan di atas membuat remaja pada akhirnya hanyut dengan kehidupan dan kesenangan mereka sendiri. Mereka tidak lagi sempat ataupun mau untuk memperhatikan keadaan sesama mereka yang miskin dan terlupakan. 3 Padahal kemiskinan adalah potret kehidupan nyata yang tidak bisa dipungkiri dan dihapuskan di balik kemegahan kota Jakarta dan mereka sebagai remaja Kristen dipanggil untuk mewujudnyatakan sikap berbela rasa Allah kepada orang-orang miskin. I.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam skripsi ini penyusun menguraikan bagaimana pandangan dan sikap yang dimiliki oleh remaja GKI SW Jabar Klasis Jakarta Barat terhadap kemiskinan, dan apa saja yang mempengaruhi pandangan dan sikap mereka tersebut, serta hal-hal apa saja yang menjadi hambatan bagi remaja gereja untuk mewujudnyatakan kepedulian mereka terhadap masalah kemiskinan. Berdasarkan pandangan dan sikap yang dimiliki oleh remaja gereja, serta hambatan yang dimiliki oleh remaja gereja dalam mewujudnyatakan kepedulian mereka terhadap orang-orang miskin, maka gereja perlu menyusun program pembinaan yang dapat digunakan dalam 3 Budiono Adi Wibowo, Remaja Ajarlah Mereka Mengasihi, dalam Andar Ismail (ed.), Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1998, p. 141.

3 mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan. Gereja perlu menyusun program pembinaan sebagai wujud dari usaha yang terencana, terarah, dan berkesinambungan dalam mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan. Dalam bukunya, Bagaimana Membuat Program Kerja Jemaat Widi Artano menjelaskan bahwa program kerja dapat dipahami sebagai usaha yang terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang menjawab kebutuhan atau mengatasi masalah. 4 Menyusun program kerja adalah wujud tanggung jawab gereja dalam melaksanakan tugas panggilan Allah (dalam hal ini ingin kita kaitkan dengan menjawab konteks kemiskinan). Karena dengan menyusun program kerja gereja dapat menjawab kebutuhan dan masalah yang ada dengan tepat. 5 Oleh karena itu, dengan menyusun program pembinaan yang tepat, gereja bisa mengarahkan anggota gerejanya agar bisa menyadari tugas dan panggilan mereka dalam menyikapi konteks kemiskinan. Berdasarkan hasil penelitian yang penyusun lakukan dengan cara mewawancarai dan mengamati program kerja Badan Pelayanan Remaja GKI SW Jabar dalam lingkup Klasis Jakarta Barat di dapati bahwa hanya satu dari sebelas Badan Pelayanan Remaja yang mempunyai program pembinaan untuk mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan. Berdasarkan keprihatinan tersebut maka dalam skripsi ini penyusun mengusulkan program pembinaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan. Dalam mengusulkan program pembinaan penyusun mendasarkannya pada pendekatan pendidikan kristiani. Pendekatan pendidikan kristiani yang penyusun gunakan adalah pendekatan perkembangan spiritual. Pendekatan perkembangan spiritual adalah pendekatan pendidikan kristiani yang mengarahkan remaja gereja mengalami perjumpaan dengan Tuhan dengan cara mengembangkan inner life. Dari perjumpaannya dengan Tuhan, remaja gereja memberikan respon untuk terus menerus menggali dan mempelajari sumber-sumber iman kristiani, dan melakukan pelayanan terhadap sesama manusia dan ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, remaja 4 Widi Artanto, Bagaimana Membuat Program Kerja Jemaat, Jogjakarta, Lembaga Pembinaan dan Pengaderan Sinode Gereja Kristen Jawa dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah, 1996, p. 31 5 S.d.a., pp 4-5.

4 gereja dapat diarahkan untuk memberikan respon mereka kepada sesama manusia yang miskin dan hina. Penyusun menggunakan pendekatan perkembangan spiritual sebagai pendekatan pendidikan kristiani karena beberapa alasan. Yang pertama, sebagaimana dijelaskan dalam bab II, sebagian besar remaja gereja pada dasarnya telah mempunyai kepedulian terhadap orang-orang miskin dan ingin mewujudnyatakan kepedulian mereka tersebut dalam tindakan-tindakan kongkret. Namun sangat disayangkan kepedulian yang mereka miliki masih belum didasarkan pada penghayatan iman, melainkan didasarkan pada semangat filantropi semata. Untuk itu, pendidikan kristiani dengan pendekatan perkembangan spiritual tepat untuk digunakan sebagai dasar pembentukan program pembinaan karena dalam pendekatan tersebut remaja gereja diajak untuk, pertama-tama, mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan itu yang kemudian membawa pada kesadaran untuk mempunyai sikap peduli terhadap orang-orang yang miskin. Kemudian remaja gereja yang telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan diajak untuk mewujudnyatakan kepedulian yang mereka miliki terhadap orang-orang yang miskin dalam tindakan kongkret. Yang kedua, Prinsip dasar pendekatan perkembangan spiritual ini juga sesuai penghayatan iman GKI SW Jabar yang terjelma dalam visi dan misinya dimana GKI SW Jabar ingin menjadi gereja yang memfasilitasi perjumpaan manusia dengan Allah, dimana perjumpaan dengan Allah membuat manusia mampu untuk mempunyai kepedulian terhadap sesamanya manusia dan kepada alam sekitarnya Berdasarkan uraian yang diatas, penyusun merumuskan beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini: 1. Bagaimana sikap remaja Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat Klasis Jakarta Barat terhadap kemiskinan? 2. Apa yang mempengaruhi remaja Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat Klasis Jakarta Barat untuk mempunyai sikap demikian? 3. Apa yang menghambat remaja Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat Klasis Jakarta Barat untuk mempunyai sikap peduli terhadap masalah kemiskinan? 4. Bagaimana peran gereja dalam mengembangkan kepedulian remaja Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat Klasis Jakarta Barat terhadap masalah kemiskinan? 5. Model Pembinaan apa yang cocok untuk dipakai dalam mengembangkan kepedulian remaja Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat Klasis Jakarta Barat terhadap masalah kemiskinan?

5 I.3. Judul Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam bagian I.2., penyusun mengajukan skripsi dengan judul: MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SOSIAL REMAJA DI LINGKUP GKI SINODE WILAYAH JAWA BARAT KLASIS JAKARTA BARAT Berdasarkan judul yang penyusun usulkan di atas maka penyusun ingin menjelaskan beberapa hal: 1. Mengembangkan kepedulian sosial yang penyusun maksud dalam skripsi ini adalah mengembangkan kepedulian sosial remaja terhadap masalah kemiskinan. Dalam skripsi ini penyusun tidak bermaksud untuk membahas masalah kemiskinan itu sendiri secara mendalam. 2. Remaja yang penyusun maksud dalam skripsi ini adalah mereka yang berada dalam kategori kelompok komisi atau Badan Pelayanan Remaja. Penyusun tidak bermaksud mempermasalahkan perbedaan batasan umur yang beragam di antara Badan Pelayanan Remaja. 3. Dalam skripsi ini penyusun pada dasarnya ingin menggambarkan bagaimana gerejagereja di Jakarta, khususnya gereja-gereja GKI SW Jabar yang berada di Jakarta. Namun, untuk memudahkan analisis yang perlu dilakukan penyusun akan membatasi diri pada analisis terhadap program kerja yang dibuat oleh Badan Pelayanan Remaja (selanjutnya akan disebut BPR) yang terdapat dalam lingkup klasis Jakarta Barat. Penyusun memilih klasis Jakarta Barat karena dari keempat klasis yang ada di Jakarta, karena Klasis Jakarta Barat adalah klasis yang mempunyai jumlah gereja terbanyak yang berlokasi di Jakarta. I.4. Alasan Pemiliah Judul Penyusun memilih judul seperti yang disebutkan dalam bagian 1.3. karena beberapa macam alasan:

6 1. Judul ini belum pernah ditulis. 2. Judul ini menarik untuk ditulis karena membicarakan suatu keadaan nyata di dalam gereja. Kenyataan bahwa masalah kemiskinan adalah hal yang perlu disikapi oleh remaja gereja adalah hal yang perlu mendapat perhatian gereja secara serius. Walau begitu, gereja ternyata belum secara serius memberikan perhatian kepada masalah tersebut. Untuk itu 3. Melalui penulisan skripsi ini penyusun berharap gereja dapat menyadari tanggung jawabnya dalam membina remaja untuk peduli terhadap kemiskinan. I.5. Metodologi Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu dengan cara menggambarkan pandangan dan sikap remaja gereja di lingkup Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat Klasis Jakarta Barat dalam menyikapi kemiskinan. Dan dari gambaran yang didapat tersebut maka penyusun melakukan analisis untuk dapat menemukan bentuk pembinaan yang tepat dalam mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan. Dalam rangka mendapatkan data yang diperlukan dalam skripsi ini, maka penyusun menggunakan dua buah metode penelitian, yaitu studi pustaka dan penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan wawancara dan menyebarkan angket. Studi pustaka akan penyusun gunakan untuk memaparkan sekilas persoalan tentang kemiskinan di kota Jakarta, sikap GKI SW Jabar terhadap kemiskinan, manfaat dari penyusunan program pembinaan yang berkesinambungan dan juga untuk memaparkan bentuk pendekatan pendidikan kristiani yang akan dijadikan landasan dalam penyusunan program pembinaan. Penelitian lapangan penyusun gunakan untuk menemukan pandangan dan sikap remaja GKI SW Jabar yang terdapat di Jakarta terhadap kemiskinan. Untuk menemukan pandangan dan sikap remaja tersebut penyusun menyebarkan angket kepada sebelas jemaat dalam lingkup klasis Jakarta Barat yang terdapat di Jakarta. Jumlah angket yang penyusun sebarkan sebanyak 110 angket dengan pembagian 10 angket untuk setiap badan pelayanan remaja yang ada. Angket yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 94 angket. Kesembilan puluh empat angket itulah yang penyusun jadikan sumber untuk melihat bagaimana pandangan dan sikap remaja GKI SW

7 Jabar yang terdapat di Jakarta terhadap kemiskinan. Penyebaran angket dilakukan dengan sistem acak, yaitu dengan tidak mempertimbangkan keselarasan antara jumlah batasan usia, batasan jenjang pendidikan, dan jenis kelamin responden. Penelitian lapangan lainnya yang penyusun gunakan adalah dengan melakukan wawancara dengan para pembuat program pembinaan badan pelayanan remaja, baik itu pendeta, tenaga kategorial ataupun pengurus badan pelayanan remaja. 6 Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran gereja dalam memberikan pembinaan kepada remajanya agar bisa mempunyai kepedulian terhadap masalah kemiskinan yang ada di sekitar mereka. Peran gereja dalam memberikan pembinaan kepada remajanya penyusun batasi hanya pada tahun pelayanan 2003-2004 dan 2004-2005. Penyusun membatasi pengamatan atas program jemaat hanya terbatas pada kedua tahun tersebut karena beberapa alasan. Alasan yang pertama, kedua tahun pelayanan tersebut adalah tahun pelayanan terbaru yang telah diselesaikan pada saat penyusun mulai menyusun skripsi ini pada awal tahun 2006. Alasan yang kedua, GKI SW Jabar membuat satu sub-tema pelayanan untuk dua tahun pelayanan jadi penyusun hanya akan membatasi diri pada satu sub-tema pelayanan saja. Sub tema ini merupakan bagian dari tema besar pelayanan tahun 2003-2007. Namun karena program kerja tahun pelayanan 2006 belum tuntas terlaksana dan program kerja tahun pelayanan 2007 belum disusun, maka penyusun tidak akan melihat program kerja yang disusun untuk satu tema pelayanan. Alasan yang ketiga, Sub-tema pelayanan tahun 2003-2005 yang dimiliki oleh GKI SW Jabar adalah Meningkatkan Citra Panggilan Spiritual dan Kontekstual GKI. Pada tahun-tahun tersebut diharapkan kesadaran jemaat untuk memahami panggilan kontekstualnya lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, termasuk dalam memahami panggilannya terhadap konteks kemiskinan di Indonesia. I.6. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penyusun menjabarkan tentang latar belakang permasalahan dan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Dalam bab ini penyusun juga memberikan batasan-batasan 6 Wancara ini juga mengambil sampel yang sama dengan sampel penelitian lapangan dengan metode penyebaran angket. Penyusun mewawancarai para pembuat program pembinaan badan pelayanan remaja di sebelas gereja dalam lingkup Klasis Jakarta Barat.

8 terhadap permasalahan yang ada sehingga pembahasan tidak melebar pada hal-hal yang kurang diperlukan. BAB II : SIKAP REMAJA GEREJA KRISTEN INDONESIA SINODE WILAYAH JAWA BARAT KLASIS JAKARTA BARAT DALAM MENYIKAPI KEMISKINAN Dalam bagian ini penyusun pertama-tama memaparkan bagaimana pandangan dan sikap GKI SW Jabar terhadap masalah kemiskinan, dan apa saja yang menjadi latar belakang GKI SW Jabar untuk bersikap terhadap kemiskinan. Dalam bagian itu penyusun juga melihat apa saja yang menjadi hambatan bagi GKI SW Jabar untuk dapat mewujudnyatakan sikap mereka dalam merespon masalah kemiskinan. Dalam bab ini penyusun menguraikan hasil penelitian lapangan yang penyusun lakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pandangan dan sikap remaja gereja terhadap kemiskinan. Dalam bagian ini penyusun juga menguraikan apa yang mempengaruhi remaja gereja dalam menyikapi kemiskinan dan apa saja yang menghambat mereka untuk mewujudnyatakan kepedulian mereka terhadap masalah kemiskinan. BAB III : PROGRAM PEMBINAAN BADAN PELAYANAN REMAJA GKI SW JAWA BARAT TAHUN PELAYANAN 2003-2004 DAN 2004-2005 DALAM MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SOSIAL REMAJA Dalam bab ini penyusun menjabarkan bagaimana GKI SW Jabar memandang tugasnya dalam memberikan pembinaan bagi anggota gerejanya. Lalu penyusun menjabarkan tentang perlunya program pembinaan yang disusun secara terencana dan terarah dengan memperhatikan keseluruhan proses perencanaan pembinaan anggota gereja. Dalam bab ini penyusun juga menjelaskan tentang fungsi Kebijakan Umum dan Arahan Program yang dibuat oleh GKI SW Jabar untuk dapat digunakan sebagai landasan praktis dalam setiap penyusunan program kerja jemaat. Di dalam Kebijakan Umum dan Arahan Program juga terdapat arahan bagi jemaat untuk mengembangkan kepedulian anggota gereja terhadap masalah kemiskinan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing jemaat. Karena program pembinaan adalah hal yang perlu disusun untuk mengembangkan kepedulian remaja terhadap masalah kemiskinan, maka dalam bab ini penyusun menjabarkan bagaimana peran gereja selama ini dalam mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan. Bagian ini merupakan penjabaran dari penelitian yang penyusun lakukan untuk mencari tahu apakah selama badan pelayanan remaja

9 telah membuat program pembinaan yang terarah, terencana, dan berkesinambungan sesuai dengan proses perencanaan dan dengan pandangan GKI SW Jabar dalam menyikapi masalah kemiskinan. BAB IV : USULAN PROGRAM PEMBINAAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SOSIAL REMAJA Dalam bab ini penyusun mengusulkan program pembinaan untuk dapat digunakan dalam mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan. Sebelum sampai pada program pembinaan yang penyusun usulkan, penyusun terlebih dahulu menjabarkan tentang berbagai macam pendekatan pendidikan kristiani yang ada, dan juga menjabarkan lebih lengkap pendekatan perkembangan spiritual yang penyusun gunakan sebagai dasar penyusunan program pembinaan. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini penyusun memberikan kesimpulan yang penyusun dapatkan dari keseluruhan skripsi ini. Penyusun juga memberikan saran kepada gereja yang dapat digunakan untuk dapat mengembangkan kepedulian remaja gereja terhadap masalah kemiskinan.