BAB 1 PENDAHULUAN. Empat Sehat atau dikenal dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan penduduknya dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

GAMBARAN KEBERSIHAN MULUT DAN KARIES GIGI PADA VEGETARIAN LACTO-OVO DI JURUSAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT AIRMADIDI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. Saudara. Saya yang bernama Albert Prawira, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut


BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

BAB 1. Pendahuluan. tinggi pola hidup sehat serta konsumsi makanan yang bergizi. Menurut badan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PH PLAK TERHADAP ANGKA KEBERSIHAN GIGI DAN ANGKA KARIES GIGI ANAK DI KLINIK PELAYANAN ASUHAN POLTEKKES PONTIANAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan gizi yang baik ditentukan oleh pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada umumnya pola makan yang dijalankan seseorang adalah pola makan Empat Sehat Lima Sempurna. Kemudian berkembang pola makan Empat Sehat atau dikenal dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh vegetarian. 1,2 Vegetarian atau vegetarianisme merupakan aliran dimana kaum penganutnya tidak mengonsumsi produk-produk hewani dan turunannya. 3 Banyak alasan seseorang mengubah pola makan dari semula pemakan daging menjadi vegetarian seperti alasan kesehatan, ekonomi, etika dan alasan spiritual. 4 Isu kesehatan menjadi salah satu alasan utama seseorang menjadi vegetarian. Makanan nabati ternyata berdampak sangat baik bagi kesehatan umum dan bisa menghindarkan atau mengurangi risiko berbagai penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil penelitian Campbell, diketahui bahwa 80-90% penyakit kanker, kardiovaskular dan degenerasi lainnya bisa dicegah sampai usia tua dengan hanya mengonsumsi makanan nabati. 5 Alasan spiritual atau agama mendorong berkembangnya pola makan vegetarian, salah satunya di kalangan umat beragama Budha, aliran Maitreya. Aliran Maitreya sangat menganjurkan umatnya untuk menjalankan pola makan Kuartet Nabati atau pola makan vegetarian. 1 Dari aspek etika, seseorang menjadi vegetarian karena berdasarkan pada prinsip bahwa manusia semestinya menghargai hewan sebagai 1

sesama makhluk hidup. Dalam bingkai perikemanusiaan, hewan jangan diperlakukan semena-mena. Sikap semena-mena, termasuk membunuh hewan secara keji, akan berimbas pada perilaku. 6 Berdasarkan berbagai alasan tersebut, seseorang melakukan vegetarian dengan berbagai tipe. Bila hanya untuk alasan kesehatan maka ia akan menjadi semi-vegetarian, yaitu pada dasarnya hanya mengurangi makan daging, ikan dan produknya. Namun bila vegetarian dengan alasan spiritual dan alasan tidak menyakiti sesama makhluk, maka akan menerapkan vegetarian ketat (strict vegetarian). 4 Hasil survei tahun 1997 melaporkan bahwa 1% penduduk Amerika Serikat adalah vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000 dan 2,8% tahun 2003. Penduduk Inggris yang vegetarian pada tahun 1987 sebanyak 3%, meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%. Survei Newspoll pada tahun 2000 melaporkan 2% penduduk Australia adalah vegetarian dan 18% penduduk lebih menyukai makanan vegetarian. Lebih dari 50% penduduk India pada tahun 2003 adalah vegetarian. Jumlah vegetarian yang terdaftar pada Indonesia Vegetarian Society (IVS) saat berdiri pada tahun 1998 sekitar lima ribu orang dan meningkat menjadi enam puluh ribu pada tahun 2007. Hasil survei ini menunjukkan bahwa sekarang ini pola makan vegetarian mulai semakin diminati oleh masyarakat di negara-negara maju maupun berkembang. 7 Perbedaan pola makan vegetarian dan non vegetarian terletak pada ada tidaknya asupan makanan hewani dan proporsi asupan makanan nabati. 1 Vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat atau Kuartet Nabati sebagai panduan penyusunan menu, yang terdiri atas palawija (padi-padian), sayur-sayuran, buah- 2

buahan dan legum (kacang-kacangan). 1,2 Vegetarian yang berpantang daging harus mencukupi kebutuhan protein dari produk nabati seperti kacang-kacangan, sayuran berprotein tinggi, kedelai serta berbagai jenis hasil olahannya seperti tahu, tempe, dan lain sebagainya. 3 Vegetarian mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan atau bersifat alami, namun sebagian vegetarian ada pula yang mengonsumsi makanan yang bersifat non alami, yang biasa disebut dengan istilah daging buatan. Daging buatan ini banyak mengandung gluten atau zat tepung yang diolah sedemikian rupa sehingga bentuk dan rasanya menyerupai daging asli. 1 Non vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat Lima Sempurna yang terdiri atas padi-padian, lauk pauk (daging, ikan, telur), sayur-sayuran, buah-buahan dan susu. Pola makan non vegetarian tidak membatasi konsumsi makanan pada produk nabati, tetapi juga mengikutsertakan produk hewani. 1 Pola makan vegetarian mengonsumsi makanan berserat dan makanan kaya karbohidrat dengan proporsi yang lebih besar dari non vegetarian. 1 Penelitian Brodribb, dkk. melaporkan bahwa rata-rata asupan serat pada vegetarian berkisar 40 gram/hari, lebih tinggi daripada asupan serat non vegetarian yang hanya berkisar 20 gram/hari. 8 Pola makan vegetarian yang kaya akan makanan berserat dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari keberadaan plak gigi. Menurut McDonald dan Avery, kebiasaan makan makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah. 1 3

Penelitian Johansson, dkk. dari Universitas King Saud, Saudi Arabia menunjukkan tingkat oral higiene pada vegetarian lebih baik daripada non vegetarian pada suku Indian. 1,9 Penelitian Eka Chemiawan, dkk. dari Universitas Padjadjaran melaporkan bahwa rata-rata skor OHIS (Oral Hygiene Index Simplified) anak vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta sebesar 1,66 dan non vegetarian sebesar 2,15. Hal ini menunjukkan bahwa di Jakarta tingkat oral higiene anak-anak vegetarian lebih baik daripada anak-anak non vegetarian. 1 Usaha pencegahan timbulnya plak disebut dengan kontrol plak. Ada 3 cara yang digunakan dalam kontrol plak, yaitu cara mekanik, kemis dan modifikasi metode mekanik dan kemis. 10 Sampai saat ini, kontrol plak masih mengandalkan pada pembersihan secara mekanik. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan menyikat gigi. 10,11 Plak merupakan faktor risiko terjadinya karies. 12 Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Ada 4 faktor yang berhubungan dengan karies, yaitu faktor host (gigi), faktor agen (mikroorganisme), faktor substrat (makanan) serta waktu. Selain keempat faktor tersebut, terdapat pula faktor-faktor risiko lain seperti plak, oral higiene, sekresi saliva, buffer saliva, pemberian fluor, umur, jenis kelamin dan sosial ekonomi. Indeks yang digunakan untuk mendapatkan data tentang status karies adalah indeks DMFT. 12 4

Di samping asupan serat yang lebih tinggi, vegetarian juga mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang lebih besar dari non vegetarian. 1 Di satu pihak, proses mengunyah makanan berserat dapat meningkatkan produksi saliva, yang berperan dalam mengurangi pembentukan plak gigi dan karies. 1,13-15 Namun di lain pihak, makanan kaya karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat difermentasikan oleh bakteri dalam mulut sehingga berisiko menimbulkan karies gigi. 1,16 Pada penelitian Sudha, dkk. (2005) terhadap anak-anak di Mangalore City dilaporkan bahwa prevalensi karies dan skor DMFT pada anak vegetarian lebih rendah daripada anak non vegetarian. Pada anak vegetarian, prevalensi kariesnya adalah 78,70% dan skor DMFT bernilai 0,81. Sedangkan pada anak non vegetarian, prevalensi kariesnya adalah 87,60% dan skor DMFT bernilai 1,17. 17 Penelitian Sharma, dkk. (1978) terhadap masyarakat yang menderita karies di Bombay melaporkan bahwa 45% adalah vegetarian dan 55% adalah non vegetarian. 18 Sebaliknya, pada penelitian Abdul Arif Khan, dkk. (2008) terhadap masyarakat yang menderita karies di Gwalior, India dilaporkan bahwa 85,57% adalah vegetarian dan 6,73% adalah non vegetarian. 19 Pada penelitian Sherfudhin, dkk. terhadap mahasiswa vegetarian dan non vegetarian di Saveetha Dental College, Madras, India dilaporkan bahwa skor DMFT pada mahasiswa vegetarian adalah 1,13, sedangkan pada mahasiswa non vegetarian adalah 0,64. 9 Pada penelitian Jainkittivong, dkk. (1997) di Thailand dilaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi karies yang signifikan antara vegetarian dan non vegetarian, yakni 58,5% pada vegetarian dan 60,8% pada non vegetarian. Skor DMFT antara kedua kelompok juga tidak berbeda secara signifikan (p>0,05). 20 5

Dari penelitian-penelitian di atas, dapat dilihat bahwa masih terdapat hasil yang berbeda-beda dari terjadinya karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di berbagai tempat. Ada hasil yang menyatakan bahwa status karies lebih baik pada vegetarian, ada yang menyatakan status karies justru lebih buruk pada vegetarian dan ada juga yang menyatakan tidak ada perbedaan status karies antara vegetarian dan non vegetarian. Penelitian mengenai oral higiene dan karies gigi pada masyarakat dengan pola makan vegetarian dan non vegetarian di Medan masih belum pernah dilakukan. Selain itu, masih terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian mengenai terjadinya karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di berbagai tempat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi oral higiene dan karies gigi pada masyarakat vegetarian dan non vegetarian di Medan, khususnya di Maha Vihara Maitreya yang merupakan Vihara Maitreya pusat dan terbesar di Medan. Maha Vihara Maitreya berada di bawah naungan Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI). KVMI merupakan suatu perkumpulan vegetarian aliran Maitreya yang tersebar di Indonesia. Walaupun aliran Maitreya sangat menganjurkan pola makan vegetarian pada umatnya, namun pola makan vegetarian merupakan pilihan masing-masing individu tanpa ada tekanan atau paksaan, sehingga masih ada umat yang menjalankan pola makan non vegetarian. 6

1.2 Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti: bagaimana kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Untuk mengetahui kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. Tujuan khusus: 1. Untuk mengetahui skor oral debris dan kalkulus rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 2. Untuk mengetahui skor OHIS rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 3. Untuk mengetahui pengalaman karies gigi (DMFT) rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 4. Untuk mengetahui pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian, serta diharapkan dapat menjadi masukan dalam hal perencanaan program kesehatan gigi masyarakat, 7

khususnya masyarakat dengan pola diet vegetarian dan non vegetarian, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut ke arah yang lebih baik. 8