INTISARI. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

KARYA TULIS ILMIAH EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI PUSKESMAS SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental, yang berupa desain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif melalui observasi dan wawancara mengenai penyimpanan

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT BPJS PADA TAHAP PENYIMPANAN DI GUDANG INSTALASI FARMASI RSUD RATU ZALECHA

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI GUDANG FARMASI PSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Penyimpanan Sediaan Farmasi di Gudang Farmasi RSUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT PSIKOTROPIKA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

INTISARI EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN PENYIMPANAN OBAT DI UPT INSTALASI FARMASI KABUPATEN BANJAR

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI GUDANG INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ADVENT MANADO

KARYA TULIS ILMIAH EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH X TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT SILOAM MANADO

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr.M.M DUNDA LIMBOTO TAHUN 2015 SKRIPSI

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

EVALUASI MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG OBAT INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI PT. UNGGUL JAYA CIPTA USAHA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat

KEGIATAN BELAJAR 2: PENYIMPANAN

INTISARI STUDI EVALUASI PENGELOLAAN PENYIMPANAN OBAT DI UPTD GUDANG FARMASI DINAS KESEHATAN KOTAWARINGIN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Permenkes Nomor 3 tahun 2015 PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN

STUDI KASUS ANALISIS SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI SUB BAGIAN LOGISTIK RUMAH SAKIT GRHA PERMATA IBU TAHUN 2014

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PERSEDIAAN OBAT REGULER DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

GAMBARAN EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT MEMINIMALKAN YANG KADALUARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DR.H

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. 1 Rumah sakit Permata Medika adalah rumah sakit tipe C di

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KAJIAN KESESUAIAN PENYIMPANAN SEDIAAN OBAT PADA DUA PUSKESMAS YANG BERADA DI KOTA PALANGKA RAYA. Christine Anggraini Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

Evaluasi Pengelolaan Obat pada Puskesmas di Kota Pariaman

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

Analisis Distribusi Obat Rawat Inap di Instalasi Farmasi RSUD Tarakan Jakarta Pusat

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A.

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

INTISARI STUDI DESKRIPTIF KEBUTUHAN TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN PADA PUSKESMAS INDUK DI KABUPATEN BALANGAN BERDASARKAN METODE NILAI RASIO

MAJALAH FARMASEUTIK (Journal of Pharmaceutics)

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PADA PASIEN UMUM RAWAT JALAN DENGAN FORMULARIUM RSUI YAKSSI GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN PERIODE JANUARI-MARET 2016

ANALISIS PROSES PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS TELING ATAS KECAMATAN WANEA KOTA MANADO Mohammad Khoirurrizza*, Chreisye K.F Mandagi*, Febi K.

25/3/2016. Citraningsih Yuniarti RSUD KOTA YOGYAKARTA 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta untuk menghindari kesalahn intepretasi. Instrumen diuji kepada 26

EVALUASI PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI. Disusun oleh : Ekawati Sri Wulandari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS WILAYAH SURABAYA TIMUR DAN PUSAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

STUDY ABOUT MANAGEMENT OF THE DRUGS IN LOCAL GOVERNMENT CLINIC OF BURANGA WAKATOBI REGENCY IN 2016

ABSTRAK TATALAKSANA FARMASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIANJUR

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT INSTALASI PERBEKALAN FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

INTISARI GAMBARAN TEMPAT PENYIMPANAN DAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP NARKOTIKA DI APOTEK KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

Transkripsi:

EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI PUSKESMAS SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Indah Kurniawati 1), Nurul Maziyyah 1) Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Pengelolaan penyimpanan obat di Puskesmas haruslah baik dan benar supaya ketersediaan perbekalan farmasi selalu terjamin sesuai dengan kebutuhan Puskesmas. Pengelolaan penyimpanan yang kurang baik dapat mengakibatkan adanya obat macet dan kadaluarsa. Kesalahan dalam pengelolaan penyimpanan obat juga dapat mengakibatkan turunnya kadar/ potensi obat sehingga pengobatan menjadi tidak efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian sistem penyimpanan obat di gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur dengan peraturan yang berlaku, serta mengevaluasi indikator indikator penyimpanan sediaan farmasi di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental, yang berupa desain deskriptif melalui observasi dan wawancara mengenai gambaran sistem penyimpanan sediaan farmasi di Puskesmas Sribhawono dan evaluasi indikator penyimpanan. Pada gambaran sistem penyimpanan obat hasil data yang didapat dibandingkan dengan acuan utama peraturan Permenkes RI Nomor 30 tahun 2014 dan untuk data indikator pada penelitian ini berupa perhitungan persentase obat hampir kadaluarsa, persentase obat mati dan Turn Over Ratio (TOR), kemudian dibandingkan dengan standar yang ada. Hasil penelitian menunjukkan sistem penyimpanan obat di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono memiliki tingkat kesesuaian dengan standar sebesar 83% untuk penataan obat, sebesar 83% untuk penyimpanan barang, serta sebesar 80,9% untuk peralatan di gudang. Hasil evaluasi indikator penyimpanan menunjukkan obat hampir kadaluarsa sebesar 3,3 %, stok mati sebesar 4,18 %, dan rata-rata nilai TOR sebesar 6,09 kali dimana hanya nilai TOR yang sesuai dengan standar. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 1

EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI PUSKESMAS SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Indah Kurniawati 1), Nurul Maziyyah 1) Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Drug storage management in Primary Healthcare Center should be correct so that the availability of pharmaceutical supplies is always guaranteed in accordance with the needs of Primary Healthcare Center.Improper storage management can lead to death stock and expired drug. Improper storage management can also make a decrease in the concentration / potential of the drug So that the treatment was not effective. This research aims to determine the suitability of drug storage system in Pharmacy unit of Primary Healthcare Center Sribhawono, East Lampung Regency with the prevailing regulation, and evaluatien the indicators of drug storage in Pharmacy of Primary Healthcare Center Sribhawono, East Lampung Regency This research used a non-experimental design, which is descriptive design by observation and interview about drug storage system in Primary Healthcare Center Sribhawono. The result of data for drug storage system was compared to Regulation of Permenkes RI Number 30 year 2014 and for indicator data in this research in the form of calculation of drug percentage almost expired, death stock percentage and Turn Over Ratio (TOR), then compared with existing standard. The results showed that the drug storage system in pharmacy warehouse of Primary Healthcare Center Sribhawono was in accordance with the standard as much as 83% for the arrangement of drugs, 83% for the storage system, and 80.9% for the equipments. The results of the evaluation of storage indicators showed almost expired drugs of 3.3%, dead stock by 4.18%, and average TOR value of 6.09 times, with only the value of TOR met the standards. Keywords: storage, drug warehouse, storage indicator, Primary Healthcare Center I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 2

PENDAHULUAN Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu sarana upaya kesehatan dari pemerintah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan. Menurut Permenkes RI No.75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah penyelenggara upaya kesehatan yang mengutamakan kegiatan promotif dan preventif pada pasien. Mengacu pada upaya kesehatan tersebut maka puskesmas perlu memberi perhatian pada tahap pengelolaan obat. Perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pencatatan atau pelaporan obat merupakan cakupan dari pengelolaan obat (Aziz, et al., 2005). Penyimpanan sediaan farmasi harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk menjaga mutu yang terjamin dan menghindari kerusakan kimia maupun fisik (Permenkes, 2014). Kesalahan dalam penyimpanan obat dapat menjadikan turunnya kadar/ potensi obat sehingga bila dikonsumsi oleh pasien menjadi tidak efektif dalam terapinya. Keselamatan pasien adalah faktor yang diutamakan dalam upaya pelayanan kesehatan. Kerusakan obat tidak hanya memberikan dampak negatif pada pasien melainkan pada fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri. Obat kadaluarsa dan obat rusak beresiko menyebabkan perputaran obat tidak berjalan secara maksimal. Hal ini dapat diminimalisir salah satunya melalui perbaikan pengelolaan sediaan farmasi dalam tahap penyimpanan. Penyimpanan sediaan farmasi di puskesmas telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Gudang farmasi di Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur merupakan tempat sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan sebelum didistribusikan ke unit rawat jalan dan rawat inap yang membutuhkan. Penyimpanan yang sesuai standar diharapkan dapat menjamin mutu perbekalan farmasi di puskesmas. Pada pengelolaan gudang farmasi di Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur di bawah tanggung jawab seorang asisten apoteker. Berdasarkan pemaparan latar belakang ini peneliti ingin mengetahui gambaran dan juga evaluasi kesesuaian penyimpanan obat di gudang Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. METODOLOGI Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah noneksperimental, yang berupa desain deskriptif melalui hasil observasi dan wawancara mengenai sistem penyimpanan sediaan farmasi di Puskesmas Sribhawono. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara digunakan sebagai evaluasi dalam aktivitas penyimpanan di gudang Puskesmas Sribhawono. Penelitian ini dilakukan di Gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur pada bulan Juni sampai dengan Juli 2016 Populasi dan Sampel Populasi : Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh sediaan farmasi di Gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur yang berjumlah 135 item sediaan dengan jumlah total keseluruhan obat sebanyak 109.513. Sampel : Proses pengambilan sampel pada setiap indikator berbeda, yaitu: a. obat hampir kadaluarsa Data diperoleh dengan melakukan pemilihan obat yang waktu kadaluarsanya tersisa 3 bulan dari waktu penelitian, data obat diambil dari daftar stok obat hampir ED. Jumlah obat selama penelitian sebanyak I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 3

109.513 obat. Jumlah obat yang dijadikan minimal sampel sebanyak 56 item obat. b. stok mati Data diperoleh dari obat yang tidak keluar dari gudang farmasi selama lebih dari 3 bulan. Jumlah obat selama penelitian sebanyak 135 item obat. c. Turn Over Ratio (TOR) Pengambilan data sampel untuk TOR dilakukan secara acak. Terdapat sejumlah 135 macam item obat pada tahun 2016. Jumlah obat yang dijadikan minimal sampel sebanyak 56 item obat. Instrumen Penelitian Pedoman yang digunakan yakni Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 sebagai pembanding sistem penyimpanan di gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, serta prekursor farmasi. Alat : Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar daftar pertanyaan sebagai alat bantu untuk wawancara dan lembar pengumpulan data. Daftar pertanyaan berkaitan dengan penyimpanan obat yang di Puskesmas Sribhawono. Bahan : Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yakni kartu stok untuk mendapatkan sampel item obat tahap penyimpanan dan dokumen stok opname untuk mengukur indikator pada tahap penyimpanan. Cara Kerja Penelitian ini dilakukan mulai dari tahap pembuatan proposal, perijinan dan membuat daftar pertanyaan. Pada pengumpulan data dilakukan pengambilan data dengan dokumen yang diperlukan yakni daftar stok obat, dokumen penggunaan obat, observasi dan wawancara pada petugas yang terlibat. Menganalisis hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan membandingkan kesesuaiannya pada pedoman Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014, untuk analisis data indikator pengelolaan obat yaitu dengan sistem penataan gudang, obat hampir kadaluarsa, persentase stok mati, TOR. Hasil akhir pada penelitian ini dengan pembuatan laporan yang berisi dari hasil analisis penyimpanan obat yang dikerjakan dalam bentuk tabel dan hasil observasi dan wawancara dalam bentuk narasi. Analisis Data 1. Evaluasi kesesuaian sistem penyimpanan a. Evaluasi penataan sediaan farmasi di gudang Evaluasi kesesuaian dalam penataan/ penyimpanan sediaan farmasi di gudang akan dilakukan dengan wawancara dan observasi lalu dibandingkan dengan pedoman Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun 2015 b. Evaluasi perlengkapan di gudang Evaluasi perlengkapan di gudang dengan melihat persentase kesesuaian perlengkapan di gudang dibandingkan dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun 2015 2. Analisis indikator penyimpanan a. nilai obat hampir kadaluarsa Data diperoleh dengan menghitung beberapa nilai obat obat yang hampir kadaluarsa selama penelitian (A). Nilai yang didapatkan dibagi dengan jumlah obat (B) kemudian akan didapatkan persentase nilai kerugian. b. Stok Mati Data yang digunakan adalah datadata jumlah item barang macet / barang yang tidak pernah dipakai I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 4

selama 3 bulan (A), kemudian dibandingkan dengan total item (B). c. Turn Over Ratio (TOR) Turn Over Ratio (TOR) ditujukan untuk mengetahui frekuensi perputaran barang dalam periode tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Puskesmas Sribhawono Gudang penyimpanan obat di Puskesmas Sribhawono memiliki luas sekitar 6 x 8 m 2. Ruangan Gudang Puskesmas Sribhawono hanya memiliki ventilasi yang minim tidak memungkinkan masuknya cahaya dan perputaran udara yang cukup. Hal ini perlu menjadi evaluasi karena ruangan penyimpanan yang baik harus memiliki sanitasi yang baik, perputaran udara dan cahaya yang cukup, kelembapan yang memadai untuk menjamin agar mutu produk tetap terjaga kualitasnya (Permenkes 30 th 2014). 1. Penataan Sediaan Farmasi di Gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono Sistem penataan di gudang memiliki 2 prinsip penyusunan yaitu sistem First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Sistem FEFO merupakan metode penyimpanan obat yang dimana obat yang memiliki Expired Date (ED) lebih cepat diletakkan di depan atau di atas obat yang memiliki ED lebih lama (Permenkes, 2014). Sistem Penataan yang digunakan di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono yaitu sistem FEFO, alfabetis A-Z serta kelas terapi/khasiat. Sistem FEFO digunakan untuk mengindari adanya penumpukan obat-obatan yang ED (Expired Date) dan kerusakan obat yang menimbulkan kerugian pada Puskesmas Sribhawono. Tabel 1. Kesesuaian antara sistem penataan obat di Gudang Puskesmas Sribhawono dengan Permenkes No.30 Th 2014 Standar Penataan Obat di Puskesmas Kesesuaian dengan standar ( Permenkes No. 30 Th 2014) Ya Tidak Metode FIFO - Metode FEFO Penggolongan jenis sediaan Penggolongan stabilitas Penggolongan alfabetis Penggolongan kelas terapi/khasiat Dari data Tabel 1 dapat dilihat bahwa penataan Gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono menunjukkan nilai 83% yang berarti sudah sebagian besar memenuhi kesesuaian standar yang ada, hanya saja masih terdapat kekurangannya yaitu belum digunakannya metode sistem FIFO dalam penerapan penataan obat di gudang farmasi puskesmas Sribhawono. Tertera pada PP No.51 Th 2009 penyimpanan yang baik yaitu penyimpanan yang menggunakan sistem penyimpanan FEFO dan FIFO. Gudang juga dilengkapi dengan pendingin ruangan dan termometer yang menjaga suhu ruang agar tetap stabil untuk mendukung sistem penyimpanan dalam meminimalisir kerusakan obat oleh perubahan suhu. Pada penyimpanan obat-obat golongan narkotika ditempatkan pada tempat khusus pada lemari besi tersendiri yang menempel di dinding, mempunyai kunci yang kuat dan lemari dibagi menjadi dua bagian. Hal tersebut menjadikan penyimpanan narkotika, psikotropika, dan sediaan prekursor di gudang Puskesmas Sribhawono belum dikatakan sesuai karena masih menempatkan satu bagian yang sama pada penyimpanan antara psikotropika dan sediaan prekursor, dan juga pengawasan penyimpanannya di bawah penguasaan asisten apoteker. I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 5

Tabel 2. Kesesuaian antara penyimpanan barang di Gudang Puskesmas Sribhawono dengan standar Pelayanan Farmasi di Puskesmas Standar Penyimpanan sediaan farmasi (Permenkes No. 30 Th 2014) Obat luar dipisah dari bahan beracun Narkotika, psikotropika dan sediaan prekursor dipisah dari obat-obat lain dan disimpan di lemari khusus yang mempunyai kunci Tablet, kapsul dan oralit diletakkan di rak bagian atas Cairan, salep dan injeksi disimpan di rak bagian tengah Obat yang membutuhkan suhu dingin disimpan dalam kulkas obat cairan dipisahkan dari obat padatan Kesesuaian dengan standar Ya Tidak - Dari data tabel 2 kesesuaian penyimpanan barang di gudang menunjukkan nilai 83%. Penyimpanan di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono sebagian besar sudah memenuhi standar dari Permenkes No. 30 Th 2014, hanya saja untuk penyimpanan cairan, salep dan injeksi tidak disimpan di rak bagian tengah namun diletakkan di rak yang terpisahpisah. 2. Perlengkapan di Gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono Suasana ruangan di gudang Puskesmas Sribhawono terasa lembab dan panas dikarena ventilasi udara dan pengaturan cahaya masuk yang terlalu sedikit. Hal tersebut menjadi salah satu yang menyebabkan mutu dan kualitas produk menjadi menurun. Menurut Permenkes 30 Th 2014 ruang penyimpanan obat dan bahan media habis pakai harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Tabel 3. Kesesuaian antara peralatan Gudang Farmasi Puskesmas Sribhawono dengan Standar Pelayanan Farmasi di Puskesmas Standar Peralatan di Gudang Puskesmas (Permenkes No. Ketersediaan 30 Th 2014) Ada Tidak Peralatan untuk penyimpanan Obat Meja Kursi Komputer - Alat tulis kantor Telepon - Kepustakaan Lemari penyimpanan Khusus Lemari unutk narkotika Lemari pendingin AC Penerangan Ventilasi Sarana pembuanagan limbah Pengukur suhu Kartu suhu - Lemari/rak Pallet Kartu arsip Lemari arsip - Dari data tabel 3 menunjukan bahwa 80,9% peralatan yang dipersyaratkan oleh Permenkes No.30 Th 2014 sudah sebagian besar peralatan terpenuhi di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono. Namun masih terdapat beberapa perlengkapan gudang yang tidak terpenuhi seperti komputer, telepon, kartu suhu, dan lemari arsip. B. Evaluasi Indikator Penyimpanan 1. nilai obat hampir kadaluarsa Penelitian ini melakukan perhitungan obat yang hampir Expired Date (ED). Pada saat penelitian tidak ditemukan adanya obat ED di gudang Puskesmas Sribhawono I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 6

dikarenakan jika ada obat yang akan ED segera dikembalikan lagi ke Dinkes Kabupaten/kota. Obat yang dikembalikan ke Dinkes Kabupaten/kota yang memiliki waktu 3 bulan sebelum batas ED berakhir. nilai obat hampir ED diambil dari waktu kadaluarsanya tersisa 3 bulan dari waktu penelitian dengan standar yang masih dapat diterima yaitu yang memiliki nilai di bawah 1% (Pudjaningsih,1996). Tabel 4. Data persentase obat hampir kadaluarsa Keterangan Jumlah obat hampir kadaluarsa selama penelitian Jumlah sampel obat selama penelitian Jumlah Obat 1.267 37.484 3,3% Dari hasil penelitian didapat persentase sebesar 3,3 % obat hampir kadaluarsa yang mencerminkan belum efisiennya perencanaan dan kurangnya kontrol dalam penyimpanan 2. Stok Mati stok mati yang tinggi menunjukkan perputaran obat yang tidak lancar dan menyebabkan persediaan menumpuk di gudang. Perhitungan persentase untuk stok mati didapatkan dengan membandingkan antara jumlah obat yang tidak digunakan selama 3 bulan berturut-turut dengan jumlah seluruh obat selama penelitian. Menurut Dirjen Binfar dan Alkes (2010) dan Pudjaningsih (1996) bahwa persentase untuk stok mati seharusnya adalah 0 % atau dibawah 1% Tabel 5. Data stok mati di Gudang Puskesmas Sribhawono Keterangan Jumlah stok mati selama penelitian penelitian Jumlah seluruh obat selama penelitian Jumlah Obat 4.355 109.513 3,97% yang diperoleh sebesar 3,97 % tidak sesuai karena sebagian ketersediaan obat di gudang Puskesmas Sribhawono belum terlalu dibutuhkan. 3. Turn Over Ratio ( TOR ) Hasil penelitian menunjukkan nilai ratarata TOR 6,09 kali yang berarti bahwa rata-rata persediaan di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono dalam setahun mengalami perputaran obat sebanyak 6,09 kali. Hasil nilai TOR tersebut sudah sesuai dengan standar umum yang digunakan yaitu 6 7 kali dalam setahun (Nugroho, 2008). Tabel 6. Data Turn Over Ratio (TOR) sediaan farmasi di Gudang Puskesmas Sribhawono Keterangan Stok opname per 31 desember 2014 (persediaan awal tahun 2015) Total pembelian tahun 2015 Stok opname per 31 desember 2015 (persediaan akhir tahun 2015) Persediaan ratarata tahun 2015 Turn Over Ratio ( TOR) Kode Jumlah Data A 244.622 B 1.945.801 C 356.961 D = (A+C) : 2 300.791,5 6,09 kali Nilai TOR yang sudah sesuai standar dalam perhitungan penelitian ini dikarenakan salah satunya penggunaan obat dan stok opname di gudang puskesmas Sribhawono dicatat setiap bulan sehingga dapat diketahui berapa kebutuhan obat setiap bulan. Nilai TOR yang sudah memenuhi standar dapat juga dipengaruhi adanya hubungan baik antar petugas instalasi farmasi dan dokter, karena bila tidak terjadi hubungan baik antar petugas instalasi farmasi dan tenaga medis maka akan mengakibatkan terjadinya penumpukan obat. I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 7

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai evaluasi penyimpanan sediaan farmasi di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara keseluruhan sistem penyimpanan sediaan farmasi di gudang farmasi Puskesmas Sribhawono Kabupaten Lampung Timur sebagian besar sudah memenuhi standar yakni sebesar 83% untuk penataan obat, sebesar 83% untuk penyimpanan barang, serta sebesar 80,9% untuk peralatan di gudang. 2. Evaluasi indikator penyimpanan obat di gudang farmasi menunjukkan obat hampir kadaluarsa sebesar 3,3 %, stok mati 3,97 %, TOR 6,09x yang berarti hanya nilai TOR yang sesuai dengan standar. Saran 1. Dalam perencanaan permintaan obat ke Dinas Kesehatan perlu lebih difokuskan lagi, khususnya untuk mengurangi obat hampir kadaluarsa yang tinggi dan stok mati seperti penerapan metode konsumsi dan/atau metode epidemiologi. 2. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian tentang evaluasi indikator yang lain seperti kecocokan barang dengan kartu stok dan persentase nilai akhir stok obat di gudang Puskesmas Sribhawono agar dapat meningkatkan pengelolaan obat secara optimal. Majalah Ilmu Kefarmasian, 02 (02), 63-64 Dirjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Nugroho Iqtiar., 2008. Evaluasi Penyimpanan Dan Penggunaan Obat Dirumah Sakit Umum Kota Yogyakarta Tahun 2006 Dan 2007, Skripsi.UGM. Peraturan Menteri Kesehatan RI.2014. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah sakit. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Tenaga Pusat Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Pudjaningsih, 1996. Tesis : Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah Sakit, Yogyakarta : Magister Manajemen RS UGM DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tjandra Yoga., 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi 2. Jakarta: UI-Press Aziz, S., Herman, M. J., Mun im, A., 2005, Kemampuan Petugas Menggunakan Pedoman Evaluasi Pengelolaan dan Pembiayaan Obat, I n d a h K u r n i a w a t i 2 0 1 3 0 3 5 0 0 2 9 F a r m a s i F K I K U M Y 8