BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah lesi gigi dekstruktif, progresif, yang jika tidak di obati akan mengakibatkan dektruksi total gigi yang terkena dan merupakan penyakit multifaktoria. Penyakit pada gigi sangat berfariasi individual, karena sangat berkaitan dengan pola makan atau kebiasaan makan (Masjoer, 2005), dan menurut Harlina (2011) Penyakit yang sering terjadi pada anak usia sekolah adalah salah satunya penyakit gigi dan mulut yaitu karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yang bersifat kronis dan disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang mengakibatkan terjadinya karies gigi. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Dan penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi antara lain peradangan,dan abses. Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis-manis dan minuman yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk karena anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang makan makanan pemanis seperti permen, snack, biskuit, es krim, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Arisman, 2007). Di antara kerugian yang paling disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti permen, snack, minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan atau kariesgigi, maka gula digolongkan sebagai senyawa kariogenik (Harlina, 2011). Makanan atau subtrat merupakan salah satu unsur penting untuk dapat terjadi karies gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Berbagai penelitian menunjukkan ada hubungan antara intake 1
2 karbohidrat dengan karies dan hubungan yang lebih kompleks dengan lemak, protein, vitamin dan mineral (Maulani, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah mempunyai resiko tinggi mengalami karies. Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Banyaknya jajanan yang ada di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik akan menyebabkan keberadaan ph yang rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi. Padahal anakanak usia sekolah dasar mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini lebih dari 3 kali sehari.hal ini menunjukkan bahwa anak usia sekolah lebih senang untuk mengkonsumsi makanan kariogenik yang dapat menyebabkan karies gigi dibandingkan dengan makanan yang tidak menyebabkan karies gigi. Alasan tersebut dikarenakan makanan kariogenik lebih nikmat dimakan oleh siswa sekolah dasar tanpa tahu dampak yang diakibatkan oleh makanan apabila mengabaikan kebersihan gigi dan mulut Winarno (2004 dalam Rosidi 2010). Permen dan coklat adalah jenis makanan kariogenik yang paling sering dikonsumsi oleh anak anak (hampir dikonsumsi setiap hari). Permen dibuat dengan cara mendidihkan campuran gula dan air bersama dengan zat pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar air kira kira. Gula yang ditambahkan pada pembuatan permen sekitar. Di samping seringnya konsumsi permen, bentuknya yang lama melekat pada gigi menyebabkan permen bersifat sangat kariogenik (Hidayanti, 2005). Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi dirahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan waktu dan teknik menggosok gigi, jumlah dan frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan
3 penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Indah, dkk, 2013) Proses terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri menempel di gigi dalam beberapa waktu tertentu, nantinya akan berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan ph mulut menjadi kritis (5,7) hal tersebut akan menyebabkan demineralisasi pada lapisan email dan berlanjut menjadi karies gigi (Micahel.A, 2006). Survei Departemen Kesehatan RepublikIndonesia tahun 2010 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%-90% dimana diantaranya adalah golongan anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 sebesar 30% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Jawa Timur adalah salahsatu provinsi yang mempunyai masalah gigi dan mulut cukup tinggi (>30%). Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur, dari total 116.095 siswa SD/MI yang memeriksakan gigi dan mulut, kejadian karies gigi sebesar 77,4%. Hasil laporan pemeriksaan gigi yang didapatkan di SDN Kadipaten I dan II Kabupaten Bojonegoro cukup tinggi dengan kejadian karies giginya, yaitu 65% siswa kelas 3 dan 4 menderita karies gigi. Dari studi pendahuluan peneliti didapatkan di SD Muhammadiyah 08 Kh Mas Mansur kota Malang,bahwa tidak ada UKS atau UKGS hanya terdapat ruangan 1x3 cm dengan isinya tempat tidur satu, minyak kayu putih satu dan ruangan tersebut multi fungsi digunakan oleh siswa untuk kegiatan ekstrakurikuler dan sekarang telah di jadikan tempat ganti baju ketika siswa ada jam olehraga, menurut guru siswa bila ada siswa yang sakit ditaruh di ruangan tersebut untuk menunggu di jemput oleh wali siswa, jika siswa sakitnya berat akan langsung di antar ke puskesmas pandangwangi atau rumah sakit oleh pihak sekolah. pada MMS III guru siswa memaparkan bahwa dulu pernah ada tiga siswa yang tidak mau sikat gigi maka guru selalu telpon ibu siswa setiap pagi dan sore memastikan siswanya udah sikat
4 apa belum, guru melakukan selama 2 minggu akhirnya siswa-siswa mau melakukan sikat gigi tampa di perintah oleh siapapun dan dari hasil observasi peneliti dengan jumlah 50 siswa, yang diambil 10 anak tiap kelas,pada kelas II, III, dan IV terdapat 60,2 % yang mengalimi karies gigi dan dari hasil wawancara serta observasi peneliti karena siswa membawa bekal dari rumah untuk sarapan di sekolah bahwa bayak siswa membawa bekal mie instan, biskuit, hapir dan hampir semua siswa mengatakan suka mengkonsumsi makanan mengandung gula berupa biskuit, gorengan, coklat, permen, es krim dan mie instan dll. Berdasarkan dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian Pengalaman Pola Makan dan Minum Dengan Anak Karies Gigi di SD Muhammadiya 08 Kh Mas Mansur. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengalaman pola makan dan minumdengan anak karies gigi di SD Muhammadiyah 08 KH Mas Mansur Kota Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengatahuipengalaman pola makan dan minum dengan anak karies gigi di SD Muhammadiayah 08 Kh Mas Mansur Kota Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengatahui pengalaman pola makan anak sekolah dasar di rumah. 2. Untuk mengatahui pengalaman pemantauan orang tua terhadap pola makan anak. 3. Untuk mengatahui pengalaman pemeriksaan kesehatan gigi anak di layanan kesehatan. 4. Untuk mengatahui pengalaman perawatan kesehatan gigi dan mulut pada anak.
5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Sekolah Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menajadi ilmu tambahan dalam memberikan edukasi pada siswa untuk memilih makan dan minum yang sehat dan mengatahui dampak pada pola makan dan minum yang mendukung terjadinya karies gigi pada anak, seperti gula, permen, biskuit, coklat, dan eskrim dll. 1.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Perawat Diharapakan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi ilmu tambahandalam mengembangkan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien karies gigi dan sebagai bahan masukan untuk penanganan selanjutnya. 1.4.3 Manfaat Penelitan Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan jadi landasan dalam melakukan studi kasus tentang karies gigi pada anak. 1.4.4 Manfaat Penelitan lembaga kesehatan puskesmas Hasil penelitian atau studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi pelayanan kesehatan di puskesmas agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus karies gigi pada anak dan sebagai bahan masukan untuk pelayanan selanjutnya. 1.4.5 Manfaat penelitian Bagi peneliti Di harapkan dengan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai ilmu tambah bagi peneliti serta sebagai acuan peneliti dalam memberi pelayanan kesehatan pada anak SD.