I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

I. PENDAHULUAN. Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

I. PENDAHULUAN. Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan bagian generatif. yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit dalam sistematika diklasifikasikan dalam Ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah tanaman yang berasal dari hutan tropis di Afrika Barat pada tahun 1911 perkebunan komersial pertama didirikan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh). Pada tahun 1922 Pabrik Kelapa Sawit pertama dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama diintroduksikan di Tebenan Sumatera Selatan dan Alue Merah Aceh (Wahyuni 2007). Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada saat ini luasnya mencapai lebih dari 7 juta hektar, sehingga merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting. Namun sangat disayangkan produktivitasnya masih rendah dan penyebarannya ditanah air tidak merata. Lahan perkebunan paling luas berada di pulau Sumatera dan Kalimantan (Sunarko, 2009) Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengarui oleh beberapa faktor yaitu bahan tanam, tanah, lingkungan dan cara atau teknis budidaya kelapa sawit. Untuk mendapatkan produksi optimum disamping faktor genetis, tingkat dan umur tanaman maka faktor lingkungan seperti kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya produksi (Lubis, 2008). Bahan tanaman kelapa sawit unggul berasal dari hasil persilangan berbagai sumber, bahan tanam kelapa sawit yang umum ditanam di perkebunan komersial yaitu persilangan Dura x Pisifera (D x P) yang disebut tenera. Masing masing

persilangan ini mempunyai keragaman yang berbeda seperti tinggi batang, diameter tajuk, dan panjang pelepah. Untuk mencapai produksi yang optimum masing-masing persilangan tersebut dapat ditanam dengan jarak tanam atau kerapatan berbeda-beda. Secara umum jarak tanam kelapa sawit 8 10 meter segitiga sama sisi (kerapatan 100 160 pohon/ha. Faktor lain yang mempengaruhi pertimbangan penentuan jarak tanam tersebut adalah kondisi lahan yang cukup baik dan curah hujan mencukupi maka dapat ditanam dengan kerapatan yang lebih tinggi karena persaingan air dan unsur hara tidak terlalu ekstrim (Anonim 2006). B. Rumusan Masalah Pada masa sekarang ini dengan semakin berkurangnya lahan pengembangan kelapa sawit maka perlu diupayakan peningkatan produksi dan pengembangan usaha kelapa sawit yang lebih intensif. Pengembangan tersebut melalui perbaikan kultur teknis pada areal-areal pada pertanaman kelapa sawit yang telah ada. Upaya yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan produktivitas kelapa sawit melalui pengaturan populasi tanaman yang didukung oleh penggunaan varietas tanaman yang kompak atau bertajuk kecil. Penentuan populasi tanaman pada budidaya kelapa sawit berhubungan erat dengan tingkat produktivitas kelapa sawit. Populasi yang optimum akan menghasilkan

produktivitas yang tinggi yaitu pada kondisi jumlah tegakan yang maksimal tetapi belum terjadi kompetisi diantara individu-individu tanaman (Anonim, 2009). Pada penelitian ini akan dilakukan kajian produktivitas tanaman kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) pada dua tipe jarak tanam di PT. Bakrie Sumatera Plantation. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit progeny compact tahun tanam 2009 di PT. Bakrie Sumatera Plantation. 2. Untuk mengetahui selisih produktivitas antara jarak tanam tipe I dan tipe II kelapa sawit progeny compact tahun tanam 2009 di PT. Bakrie Sumatera Plantation. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada perusahaan mengenai pengaruh tipe jarak tanam terhadap produktivitas di PT. Bakrie Sumatera Plantation.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Dalam botani tanaman kelapa sawit sistematika kelapa sawit (Elaeis guineensis jacquin) diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub family Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Palmaes : Palmae : Cocoideae : Elaeis : Elaeis guineensis jacq, Elaeis oleifera Cortes atau Elaeis melanococca Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu atau monoecious yang artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, sehingga penyerbukan dapat terjadi sendiri maupun silang. Tanaman Kelapa Sawit dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan generatif. 1. Bagian Vegetatif Tanaman a. Akar (Radix) Kelapa Sawit termasuk sebagai tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan

kemudian disusul dengan tumbuhnya sejumlah akar yang berasal dari pangkal batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventicia (Wahyuni, 2007). Berdasarkan diameternya pengelompokan akar sebagai berikut : Table 1. Diameter akar kelapa sawit Nama Akar Diameter Primer Sekunder Tertier Kuarter 5-10 mm 2-4 mm 1-2 mm 0,1-0,3 mm Sumber : Wahyuni. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Akar primer tumbuh kebawah sampai kedalaman 1,5 m, pertumbuhan kesamping akar ini sampai ± 6 m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2-2,5 m dari pohon dan pada kedalaman 20-25 cm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tertier dan kuarter yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 2-2,5 m dari pangkal pohon. b. Batang (caulis) Bakal batang disebut plumula (seperti tombak kecil). Tanaman kelapa sawit berbatang lurus, tidak bercabang. Pada tanaman dewasa diameternya 45-60 cm. Bagian bawah batang biasanya lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60-100 cm. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutup pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan

kecepatan tumbuh 35-70 cm / tahun. Pertambahan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk, kerapatan tanam dan lain-lain. Tabel 2. Tinggi batang kelapa sawit berdasarkan umur tanaman Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m) 3 1,6 11 7,5 19 11,5 4 2,2 12 8,4 20 11,9 5 2,6 13 8,9 21 12,2 6 3,8 14 9,8 22 12,4 7 4,5 15 10,0 23 13,0 8 5,4 16 10,5 24 12,3 9 5,7 17 11,0 25 14,0 10 6,7 18 11,3 Sumber Perkembangan : Wahyuni. 2007. tinggi Botani batang dan yang Morfologi normal adalah Kelapa sebagai Sawit. Sekolah berikut : Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Berdasarkan pertumbuhan tinggi batangnya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai produsen benih mangadakan pengelompokan sebagai berikut : 1. Sangat cepat > 80 cm / tahun : 01-04 BJ, 05-17/30/31 SP, 12-57 DS x BJ, 13-69 SP x DS, 22-71 SP x BJ, DS SP 540. 2. Cepat : 70-80 cm / tahun : 03-65 MA, 04-14 CM, 05-27/28 SP, 12-37 /56/70 DS x BJ. 3. Lambat 60-70 cm / tahun : 02-43/50 DS, 04-16/17/21/64 cm, 09-15/19/21/67/68 YA, 11 MA. 4. Sangat lambat : 03-5/48-MA, 04/16/17/21/64/LM, 10-36 SP x Ni, DY x P Dumpy.

c. Daun (Folium) Bagian-bagian daun Daun kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susunan tulang-tulang daun menyirip, tiap daun terdiri dari : 1. Rachis yaitu tulang daun utama yang sangat lebar di bagian bawah dan menempel pada batang (petiolus) dan berangsur-angsur menyempit menuju ujung daun. Panjang mencapai 9 m. 2. Pinnae yaitu anak daun berderet di sisi kiri dan kanan rachis dengan arah keatas dan kebawah, jumlah bervariasi antara 250-400 helai. 3. Anak-anak daun yang ada di tengah lebih panjang dari pada yang ada dipangkal ataupun diujung daun. 4. Anak-anak daun pada pangkal daun sangat memendek dan mengalami modifikasi menjadi duri-duri daun. Tiap anak terdiri dari tulang daun (lidi) dan helai daun yang ada di kedua sisi lida tersebut. Tahap perkembangan daun : 1. Lanceolate = daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh. 2. Bifurcate = bentuk daun dengan helai daun sudah pecah bagian ujung yang belum terbuka. 3. Pinnate = bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan anak daun ke atas dan kebawah.

Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (pelepah) per tahun dan pada tanaman tua antara 18-24 pelepah. Jumlah daun yang dipertahankan di tajuk pada tanaman dewasa 40-46 buah, selebihnya dibuang pada saat panen ataupun penunasan (Wahyuni, 2007). Pilotaxy daun atau kedudukan daun pada batang 3/8, artinya pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun atau pelepah. Letak pelepah/daun dapat dilihat dari bekas tunasan yang membentuk spiral ke kiri atau ke kanan, arah putaran dapat dilihat dari arah atas ke bawah. 2. Bagian Generatif Tanaman a. Bunga (Flos) Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (Monoceous) yang artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina berada pada rangkaian yang terpisah. Terkadang dijumpai bunga hermaprodit yaitu dalam satu rangkaian terdapat bunga jantan dan betina. Kelamin bunga kelapa sawit ditentukan ketika masih berupa primordial bunga yaitu kira-kira 20 bulan sebelum bunga muncul pada pohon. Deferensiasi sex 24 bulan sebelum panen. Inisiasi sampai anthesis 18-24 bulan (Wahyuni, 2007). Rangkaian bunga terdidri dari batang porod dan cabang-cabang meruncing yang disebut dengan spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian bunga betina

dapat mencapai 100-200 spikelet dan setiap spikelet terdapat 15-20 buah sedangkan untuk bunga jantan terdiri dari 100-250 spikelet (Anonim, 2007). Ciri-ciri dan jenis bunga kelapa sawit adalah sebagai berikut : Bunga Betina 1. Bunga yang tersusun dalam tandan dengan panjang 24-25 cm. 2. Berisi beberapa ribu bunga betina yang muncul pada spikelet yang berduri (tersusun secara spiral pada tangkai tandan). 3. Bunga betina terbungkus dalam seludang. 4. Jumlah spikelet 100-200 buah, tiap spikelet terdapat 15-20 bunga. 5. Ketika bunga betina siap diserbuki (ada nektar) warnanya putih sampai kuning pucat. Kepala putik tersusun dari 3 bagian berwarna putih dengan seluruh garis merah. Setelah bunga diserbuki warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan aklusinya dengan kehitaman. 6. Bunga betina tidak masak secara bersamaan, bunga betina yang dibentuk pada pangkal tandan akan masak belakangan. Bunga-bunga ini tidak semua berhasil menjadi buah, biasanya antara 600-1500 buah. Bunga Jantan 1. Tersusun dari banyak tonjolan-tonjolan atau spikelet dengan jumlah 100-250, panjang spikelet 12-20 cm. Tiap spikelet terdiri dari 500-1500 kuntum bunga yang sangat kecil berwarna putih kekuningan. 2. Bunga jantan ketika membuka berbau harum yang khas untuk memikat serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk dari Afrika yang telah di sebarkan di perkebunan adalah Eladobius kemerunicus. Bunga jantan

masak dari arah pangkal ke ujung spikelet. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 25-50 g. Masa masak bunga jantan berlangsung 2-3 hari setelah itu warnanya menjadi keabu-abuan dan tidak berfungsi lagi. 3. Dalam satu tahun jumlah bunga betina dan bunga jantan adalah 15-25 Bunga Banci pada tanaman muda dan 8-15 pada tanaman dewasa. Terdapat rangkaian bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan yaitu bunga jantan di bagian bawah dan bunga betina diatasnya (Wahyuni, 2007). a. Buah (Fructus) Buah kelapa sawit adalah buah batu (drupa) yang tidak bertangkai (sessile). Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan dan memerlukan waktu 5,5 6,0 bulan dari saat penyerbukan sampai matang panen. Dalam 1 rangkaian terdapat ± 1800 buah yang terdiri dari buah luar, buah tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi yang terjepit mengakibatkan tidak berkembang dengan baik. Berat satu buah bervariasi 15-30 g, panjang 3-5 cm. Buah matang yang lepas dari tandan disebut brondolan. Tabel 3. Perkembangan jumlah dan berat rata-rata tandan tanaman kelapa sawit Sesuai dengan umur tanaman. Umur (Tahun) Jumlah Tandan/ Pohon Berat Tandah (Kg) 3-8 15-25 3,5-13 8-16 10-15 14-24 >16 4-8 25-30 Sumber : Wahyuni. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan.

Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang ±6 bulan. Dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung dari keadaan iklim setempat. Dalam 1 tandan dewasa dapat mencapai ± 2.000 buah. Buah kelapa sawit pada waktu muda berwarna hitam (Varietas Nigrescens), kemudian setelah berumur ± 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan. Pada saat perubahan warna tersebut terjadi terjadi proses pembentukan minyak pada mesocarp (daging buah). Perubahan warna tersebut karena pada butir-butir minyak mengandung zat warna (Corotein). Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 3-4 minggu yaitu sampai tingkat matang morfologis. Yang disebut matang morfologis adalah buah telah matang dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang fisiologis adalah buah sudah matang ranum dan sudah siap untuk tumbuh, yakni ± 1 bulan setelah matang morfologis. Berat buah berkisar 10-20 gram. Buag kelapa sawit yang terdiri dari 3 bagian, yakni : a. Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar. b. Lapisan tengah (Meso Carpium) disebut daging buah, mengandung minyak sawit. c. Lapisan dalam (Endo Carpium) disebut inti, mengandung minyak inti. Di antara inti dan daging buah terdapat lapisan tempurung (cangkang) yang keras. Biji kelapa sawit (kernel) terdiri dari 3 bagian, yakni : a. Kulit biji (Spermodermis) di sebut cangkang (sheel). b. Tali pusat (Funiculus).

c. Inti biji (Nucleus seminis). Di dalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru (Risza, 1993). B. Kesesuaian Lahan 1. Karakteristik lahan karakteistik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contoh kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif dan sebagainya. Setiap satuan peta tanah/lahan yang dihasilkan dari kegiatan survey dan atau pemetaan sumberdaya lahan, karakteristiknya dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan lingkungan fisik dan tanahnya. Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan sering mempunyai interaksi satu sama lainnya (Darsiman, 2008). Produktivitas tanaman pada dasarnya merupakan hasil interaksi langsung dari faktor internal tanaman (genetic) dengan faktor lingkungan. Dalam pengelolaan budidaya tanaman faktor lingkungan dibagi menjadi 2 bagian yaitu : faktor lingkungan yang relatif mudah dikelola dan relative sulit dikelola. Kondisi iklim dan cuaca merupakan faktor produksi yang sulit dikelola, sedangkan kondisi tanah dan pengelolaan tanaman merupakan faktor produksi yang relatif mudah dikelola. Dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit, faktor iklim dan faktor tanah mutlak harus diperhitungkan ( Vademecum, PTPN 3).

Tabel 4. Kriteria karakteristik lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit N o Karakteristik Lahan 1 Curah hujan (mm) 2 Bulan Kering (bulan) 3 Ketinggian diatas permukaan laut (m dpl) 4 Bentuk Wilayah/Kemiringan Lereng (%) 5 Batuan di permukaan dan di dalam tanah (%- volume) 6 Kedalaman Efektif Tanah (cm) 7 8 Tekstur Tanah Kelas Drainase 9 Kemasaman tanah (ph) Sumber : PPKS, 2010 S i m b o l Tanpa (0) Kriteria kesesuaian lahan bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan nilai batas terhadap sifat fisik tanah/lahan. Penilaian terhadap sifat fisik tanah lebih ditekankan dibandingkan sifat kimianya, karena sifat kimia tanah lebih memungkinkan untuk diperbaiki (PPKS, 2010) Intensitas Faktor Pembatas Ringan (1) Sedang (2) h > 1.750-3.000 1750 1.500>3.000 1.500 1.250 < 1.250 k <1 1 2 2 3 >3 i 0 200 200 300 300 400 > 400 w Datar Berombak (< 8) Beromba k Bergelo mbang (8 15) Bergelomba ng Berbukit (15 30) b < 3 3 15 15 40 > 40 s > 100 50 100 25 50 < 25 Lempung berdebu; lempunglait ; t liat berpasir; lempung liat lempung berpasir; berdebu; lempung lempung berliat Agak Baik ; sedang terhamba d t ; agak cepat a 5,0-6,0 4,0-5,0 6,0 6,5 Pasir bergelumpu ng; debu Cepat ; Terhambat 3,5-4,0 6,7-7,0 Berat (3) Berbukit Bergunung (> 30) Liat berat; pasir Sangat cepat ; sangat terhamba ; selalu tergenan < 3,5 > 7,0

2. Penentuan kelas kesesuaian lahan Kelas kesesuaian lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatasnya. Kelas kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dibagi menjadi 2 yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 sub kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan agak sesuai (S3). Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Setiap sub kelas terdiri dari satu atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah dan intensitas faktor pembatas (PPKS, 2010) Tabel 5. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan Klasifikasi Kelas kesesuain Lahan Kriteria Kelas S1 (Sangat Sesuai ) Unit lahan mempunyai tidak lebih dari satu pembahas ringan (optimal). Kelas S2 (Sesuai ) Kelas S3 (Agak Sesuai) Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat ) Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen ) Unit Lahan Mempunyai lebih dari satu pembatas ringan dan/atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas sedang. Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas pembatas sedang dan/atau tidak mempunayai lebih dari satu pembatas berat. Unit lahan mempunyai dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki. Unit Lahan mempunyai pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki. Sumber : PPKS, 2010

C. Produktivitas Produktivitas tanaman kelapa sawit jenis tenera secara umum pada lahan kelas S1, S2, S3 seperti disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Produktivitas tanaman kelapa sawit Umur (th) Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3 T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS 3 22 3,2 9 18 3,0 7 17 3,0 7 4 19 6,0 15 18 6,0 14 17 5,0 12 5 19 7,5 18 17 7,0 16 16 7,0 14 6 16 10,0 21 15 9,4 18 15 8,5 17 7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22 8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13,0 25 9 14 17,0 31 13 16,5 28 13 15,5 26 10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16,0 26 11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17,0 26 12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,5 26 13 11 21,1 31 11 20,0 28 10 20,0 26 14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20,0 25 15 9 23,0 28 9 23,1 16 9 21,0 24 16 8 24,5 27 8 23,1 25 8 22,0 24 17 8 25,0 26 8 24,1 25 7 23,0 22 18 7 26,0 25 7 25,2 24 7 24,0 21 19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25,0 20 20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27,0 19 21 6 29,0 22 6 28,6 22 5 27,0 18 22 5 30,0 20 5 29,4 19 5 28,0 17 23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29,0 16 24 4 31,9 18 4 31,0 17 4 30,0 15 25 4 32,4 17 4 32,0 16 4 34,0 14 Rata-rata 11 21 24 10 20 22 10 19 20 Keterangan : T = Jumlah Tandan/ph/th ; RBT = Rata-rata Berat Tandan (kg); TBS = Ton TBS/ha/th D. Jarak Tanam Kelapa Sawit Menurut Rasjidin (1983) dalam Iswar (1988) kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang terdapat dalam satu satuan luas tertentu. Salah satu faktor yang menentukan besarnya produksi tanaman kelapa sawit persatuan luas adalah jumlah tanamannya, dan hal ini tergantung pada faktor genetis dan lingkungan.

Sistem tanam berpengaruh terhadap jumlah tandan/pohon, berat tandan/pohon, produksi tandan/hektar dan pertumbuhan tanaman. Kerapatan tanaman pada kelapa sawit merupakan persoalan komplek, sehingga sulit untuk menentukan kerapatan tanaman yang optimum dan sesuai untuk semua lingkungan. Sehubungan dengan kerapatan tanaman perlu diperhatikan sistem jarak tanam yang dipakai (Iswar, 1988). Pada umumnya masalah-masalah gejala pada kerapatan tanaman sebagai berikut : a. Rendahnya intensitas cahaya matahari didalam areal. b. Kelapa sawit disisi jalan lebih pendek dan hasilnya lebih tinggi dari tanaman didalam areal. c. Penurunan produksi pohon. d. Pelepah saling menutupi pada pokok yang bersebelahan. e. Tegaknya pelepah akan menghambat penyerbukan dan perkembangan tandan buah. f. Keguguran buah sebelum matang pada pelepah bagian bawah. g. Batang memanjang dan lebih kecil dari yang normal. Adanya faktor kompetisi sebagai akibat kerapatan yang tinggi mengakibatkan pemilihan jarak tanam dilakukan sedemikian rupa untuk mendapatkan produksi kumulatif persatuan luas yang maksimal selama usia ekonomis tanaman. Sebagai indikator yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya laju persaingan sehubungan dengan perubahan jarak tanam ialah faktor kompetisi (Iswar, 1988).

Jarak tanam yang dipakai tergantung pada kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang ditanam dalam luas tertentu dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahan tanam, lingkungan, dan system tanam. Jarak antar barisan tanaman dan jumlah populasi per Ha dapat dilihat pada tabel. Tabel 7. Populasi Tanaman Menurut Jarak Tanam Jarak tanaman (m) Jarak Antar Barisan (m) Jumlah Pohon/Ha Keterangan (Untuk Menanam Bahan Tanam) 9,0 7,80 143 Berpelepah pendek 9,4 8,14 130 Batang besar, batang panjang 9,5 8,22 128 Batang besar pelepah panjang Sumber : Buku Pintar Mandor, LPP Rekomendasi beberapa beberapa institusi penghasil benih mengenai pola tanam umumnya 136 pokok/ha (9,2 m x 9,2 m x 9,2 m) untuk tanah mineral dan 150 pokok/ha (8,8 m x 8,8 m x 8,8 m) untuk tanah gambut.

Di lahan berlereng curam, jarak antar baris lebih besar, tetapi varietas dengan pelepah Lebih pendek dapat ditanam lebih rapat, populasi tanaman bergantung pada jarak tanam dan sistem tanam dan disesuaikan pada lahan yang akan ditanam, seperti yang tertera pada tabel dibawah. Tabel 8. Populasi Tanaman Menurut Jarak Dan Sistem Tanam Jarak Tanam (m) Sistem Tanam Populasi 8,0 x 8,0 Segi empat 156 Segi 3 sama sisi 180 8,5 x 8,5 Segi empat 138 Segi 3 sama sisi 160 9,0 x 9,0 Segi empat 123 Segi 3 sama sisi 143 Sumber : Syakir, 2010 Jarak tanam yang direkomendasikan adalah 8,5 x 8,5 m segitiga sama sisi. Akan tetapi, pada lahan berlereng yang memerlukan terasering, tidak bisa lagi diterapkan sistem segi tiga, tetapi mengarah ke empat persegi panjang. Di samping itu, ada juga yang menyarankan jarak tanam 9,2 x 9,2 hingga 9,5 x 9,5 m dalam sistem tanam segitiga sama sisi yang akan menghasilkan populasi tanaman antara 128 136 pohon/ha dan untuk lahan gambut dengan jarak tanam lebih rapat 8,8 x 8,8 m segitiga (150 pohon/ha) (Syakir, 2010).

Pada tanaman yang bertajuk lingkaran seperti kelapa sawit, di anjurkan sistem tanam segitiga sama sisi karena sistem ini lebih efisien. Pada sistem segi tiga sama sisi, jarak dalam barisan tidak sama dengan jarak antar baris. Jika jarak tersebut dinotasikan dalam satuan a, dapat dirumuskan sebagai berikut. Rumus : Jumlah tanaman/ha = 10.000 m 2 a x ½ a 3 = 10.000 m 2 0,866 a 2 Keterangan : a = Jarak dalam barisan a x ½ a 3 = Jarak antar barisan (0,866) Gambar 1 : Contoh jarak tanam kelapa sawit Sumber : Syakir, 2010 Jarak tanam di tanah kurang subur lebih rapat dibandingkan tanah subur, begitu pula jarak tanam di lahan gambut lebih rapat dibandingkan di tanah mineral. Jarak tanam baku yang dianggap optimal adalah 9 x 9 m pada topografi datar (Syakir, 2010)

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2013 di PT. Bakrie Sumatera Plantation yaitu Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data sekunder produksi tanaman pada dua tipe jarak tanam kelapa sawit progeny compact tahun tanam 2009 di PT. Bakrie Sumatera Plantation. C. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Informasi umum yang meliputi a. Luas areal kebun b. Jenis tanah c. Topografi kebun d. Curah hujan

2. Data primer yaitu pengamatan dilakukan dengan sampel 20 pohon pada tiap tipe jarak tanam. Pengamatan yang dilakukan yaitu : Panjang Pelepah Perhitungan bunga dan buah 3. Data sekunder yaitu produktivitas tiap - tiap tipe jarak tanam yang meliputi Jumlah tandan per pokok Rata-rata berat tandan (RBT) Produktivitas ton TBS/Ha