BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Kajian Ekonomi Regional Banten

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

ii Triwulan I 2012

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BERITA RESMI STATISTIK

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Transkripsi:

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 212

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 8234 Tel. (361) 248982 Fax. (361) 222988

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholder internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai bank sentral Republik Indonesia, memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana KER ini, dengan harapan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KER ini untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini yang akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, Februari 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH III (BALI DAN NUSA TENGGARA) Kepala Perwakilan Dwi Pranoto Direktur Eksekutif Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 1

Daftar Isi Daftar Grafik... 4 Daftar Tabel... 6 Daftar Boks... 6 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali... 7 Ringkasan Umum... 11 1. EKONOMI MAKRO REGIONAL... 15 1.1. SISI PENAWARAN... 15 1.1.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)... 17 1.1.2. Sektor Pertanian... 19 1.1.3. Sektor Jasa-jasa... 21 1.1.4. Sektor Pengangkutan... 22 1.1.5. Sektor Industri Pengolahan... 22 1.1.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan... 24 1.1.7. Sektor Bangunan... 25 1.1.8. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)... 26 1.2. SISI PERMINTAAN... 27 1.2.1. Konsumsi... 27 1.2.2. Investasi... 29 1.2.3. Ekspor Impor... 3 2. PERKEMBANGAN INFLASI... 37 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI... 37 2.1.1. Inflasi Tahunan... 37 2.1.2. Inflasi Triwulanan... 41 2.2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI... 42 3. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN... 47 3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM... 47 3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi... 48 3.1.2. Non Performing Loan... 53 3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT... 54 3.3. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 59 3.3.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai... 59 2 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

3.3.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai... 62 4. KEUANGAN PEMERINTAH... 67 4.1. ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI... 67 4.2. ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI... 68 4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 213... 68 4.4. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH SELURUH PEMERINTAH DAERAH DI BALI... 69 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 72 5.1. PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN... 72 5.2. PERKEMBANGAN NTP BALI... 73 5.3. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN... 74 6. PROSPEK PEREKONOMIAN... 75 6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I-213... 75 6.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN I-213... 79 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 3

Daftar Grafik Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali... 15 Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali... 16 Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan IV-212... 16 Grafik 1.4. Perkembangan Arus Bongkar Muat... 17 Grafik 1.5. Perkembangan Total Penjualan... 17 Grafik 1.6. Pertumbuhan Indeks Penjualan... 17 Grafik 1.7. Kunjungan Wisman ke Bali... 18 Grafik 1.8. Asal Wisman Yang Berkunjung ke Bali... 18 Grafik 1.9. Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara... 19 Grafik 1.1.Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel... 19 Grafik 1.11. Penerimaan Visa On Arrival... 19 Grafik 1.12. Penyaluran Kredit Sektor PHR... 19 Grafik 1.13. Luas Panen Padi (ARAM)... 2 Grafik 1.14. Produksi Padi (ARAM)... 2 Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan... 2 Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Perikanan... 2 Grafik 1.17. Perkembangan Produksi Ikan... 21 Grafik 1.18. Kredit Sektor Pertanian... 21 Grafik 1.19. Penyaluran Kredit di Sektor Jasa... 21 Grafik 1.2. Jumlah Penumpang Pesawat Udara... 22 Grafik 1.21. Jumlah Penumpang Laut... 22 Grafik 1.22. Kredit Sektor Industri... 23 Grafik 1.23. Konsumsi dan Jumlah Pelanggan Listrik Industri... 23 Grafik 1.24. Nilai Ekspor Makanan dan Minuman... 23 Grafik 1.25. Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu... 23 Grafik 1.26. Perkembangan Industri Besar dan Sedang... 24 Grafik 1.27. Nilai Ekspor Tekstil... 24 Grafik 1.28. Kredit Bank Umum... 25 Grafik 1.29. Kredit Bank Perkreditan Rakyat... 25 Grafik 1.3. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)... 25 Grafik 1.31. Konsumsi Semen... 25 Grafik 1.32. Kredit Sektor Bangunan... 26 Grafik 1.33. Konsumsi Listrik di Bali... 27 Grafik 1.34. Jumlah Pelanggan Listrik... 27 Grafik 1.35. Indeks Tendensi Konsumen... 28 Grafik 1.36. Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 28 Grafik 1.37. Indeks Keyakinan Konsumen... 28 Grafik 1.38. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini... 28 Grafik 1.39. Kredit Konsumsi... 29 Grafik 1.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani... 29 Grafik 1.41. Perkembangan Impor Barang Modal... 29 Grafik 1.42. Kredit Investasi... 29 Grafik 1.43. Perkembangan Nilai Ekspor Bali... 3 Grafik 1.44. Perkembangan Volume Ekspor Bali... 3 Grafik 1.45. Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama... 31 4 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Grafik 1.46. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama... 31 Grafik 1.47. Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan... 31 Grafik 1.48. Pertumbuhan Ekspor berdasarkan... 31 Grafik 1.49. Perkembangan Nilai Impor Bali... 32 Grafik 1.5. Perkembangan Volume Impor Bali... 32 Grafik 1.51. Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC... 32 Grafik 1.52. Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC... 32 Grafik 1.53. Pangsa Impor Berdasarkan Negara Asal... 33 Grafik 1.54. Perkembangan Impor berdasarkan Negara Asal... 33 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar... 38 Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Denpasar... 38 Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Inti, IKK dan Konsumsi Durable Goods... 39 Grafik 2.4. Inflasi Komoditas Terpilih dalam Kelompok Inflasi Inti... 39 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Gula Pasir... 39 Grafik 2.6. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial... 39 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Terpilih... 4 Grafik 2.8. Komoditas Deflasi Kelompok Volatile Food... 4 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Volatile Food... 42 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Inflasi Inti... 42 Grafik 2.11. Sumbangan Inflasi Menurut Disagregasinya... 43 Grafik 2.12. Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 43 Grafik 2.13. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan... 44 Grafik 2.14. Ekspektasi Pedagang terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan... 44 Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit... 48 Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank... 48 Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Aset Terhadap Kredit Bank Umum... 49 Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga... 49 Grafik 3.5. Perkembangan Share Kredit thd PDRB... 49 Grafik 3.6. Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank... 49 Grafik 3.7. Komposisi Kredit Terhadap Aset... 5 Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK... 51 Grafik 3.9. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank... 51 Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Perbankan... 52 Grafik 3.11. Komposisi Kredit... 52 Grafik 3.12. Perkembangan NPL Kredit... 54 Grafik 3.13. NPL Berdasarkan Kelompok Bank... 54 Grafik 3.14. Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK... 55 Grafik 3.15. Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR... 55 Grafik 3.16. Perkembangan Uang Kartal di Bali... 6 Grafik 3.17. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling... 6 Grafik 3.18. Perkembangan Kegiatan PTTB... 61 Grafik 3.19. Temuan Uang Palsu... 61 Grafik 3.2. Perkembangan Kliring... 63 Grafik 3.21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong... 63 Grafik 3.22. Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali... 64 Grafik 3.23 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali... 64 Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Bali 29-212... 67 Grafik 4.2. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali 29-212... 68 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 5

Grafik 5.1. Angka Kemiskinan Provinsi Bali... 72 Grafik 5.2. NTP Provinsi Bali dan Nasional 211-212... 73 Grafik 5.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja... 74 Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali... 76 Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha... 76 Grafik 6.3. Indeks Tendensi Konsumen... 77 Grafik 6.4. Ekspektasi Situasi Bisnis Ke depan... 77 Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Bali... 79 Grafik 6.6. Perkembangan Survey Pemantauan Harga... 79 Grafik 6.7. Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Barang dan Jasa... 8 Grafik 6.8. Ekspektasi Harga oleh Pedagang... 8 Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, 211 212 (%, yoy)... 16 Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, 211 212 (%, yoy)... 27 Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%)... 38 Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang (%)... 41 Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali... 47 Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor... 53 Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali... 55 Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar)... 6 Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong... 62 Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS... 63 Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali... 7 Tabel 6.1. Perkembangan Kegiatan Usaha Triwulan I-213... 76 Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali... 78 Tabel 6.3. Proyeksi Volume Perdagangan Internasonal... 78 Daftar Boks Boks A. Peluang Pemerataan Hasil Industri Pariwisata Bali,... 34 Boks B. Disparitas Harga Beras... 44 Boks C. Respon Persaingan Perbankan... 57 Boks D. Upaya Pengembangan Alat Pembayaran Non Tunai di Kota Denpasar... 65 Boks E. Kenaikan UMP 213 dan Potensi Implikasinya Pada Prospek Ekonomi dan Inflasi... 81 6 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali PDRB dan Inflasi : Indikator 211 212 I II III IV I II III IV EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%) 6.1 6.42 6.54 6.95 6.9 6.76 6.79 6.94 Berdasarkan Sektor : - Pertanian 2.79 1.5 2.74 1.87.65 3.36 4.33 5.12 - Pertambangan dan Penggalian 22.29 15.7 4.54 2.68 9.85 13.13 16.93 2.93 - Industri Pengolahan 4.1 3.67 1.36 3.38 3.6 4.9 7.77 7.81 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.84 7.94 6.85 7.76 8.64 7.67 9.84 1.13 - Bangunan 7.5 7.48 7.29 9.18 13.23 17.1 2.71 23.3 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.23 9.4 8.59 8.89 6.2 5.95 5.41 5.7 - Pengangkutan dan Komunikasi 4.27 6.23 6.98 6.32 9.86 8.31 6.17 6.12 - Keuangan dan Persewaan 4.29 5.99 6.31 8.21 8.48 8.37 9.96 9.83 - Jasa-jasa 8.1 9.2 1.5 11.88 8.63 9.3 6.79 6.55 Berdasarkan Permintaan : - Konsumsi 13.4 1.59 5.69 3.25 4.83 5.28 2.17 2.19 - Konsumsi Rumah Tangga 12.9 9.76 5.39 2.19 5.45 5.49 1.75 1.5 - Konsumsi Lembaga Nirlaba 7.74 6.71 7.54 8.24 8.37 9.32 5.81 5.6 - Konsumsi Pemerintah 23.25 16.66 7.49 9.69.55 3.51 4.55 6.1 - Investasi 11.98 8.59 11.14 15.24 14.3 18.99 18.81 22.73 - PMTB 12.5 8.58 11.2 15.34 14.74 19.43 19.25 23.19 - Perub. Stok 6.28 9.77 6.2 5.99 (25.96) (22.13) (22.97) (23.3) - Ekspor 8.31 1.95 9.73 2.83 6.14 4.7 3.12 3.54 - Impor 12.64 9.37 8.45 13.56 11.63 14.77 5.58 8.22 Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 148.56 16.74 145.29 151.45 143.55 161.1 136.36 145.92 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 32.81 36.36 31.77 38.24 3.5 34.64 31.49 34.34 Impor Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 27.52 33.16 45.6 54.59 42.42 31.73 32.85 5.77 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 9.36 5.78 2.6 1.59 5.83 1.72 26.82 29.32 Indeks Harga Konsumen Denpasar 127.33 128.37 129.42 13.46 133.8 133.92 135.8 136.6 Laju Inflasi Denpasar (% yoy) 7.93 7.45 4.4 3.75 4.52 4.32 4.37 4.71 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 7

PERBANKAN Indikator 211 212 I II III IV I II III IV PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) 44.52 47.11 48.92 52.1 53.24 57.9 6.98 63.63 DPK (Rp Triliun) 38.54 4.34 42.8 45.6 46.9 49.58 52.99 54.95 - Giro (Rp Triliun) 7.93 8.7 8.87 8.84 9.9 1.35 1.35 1.35 - Tabungan (Rp Triliun) 17.95 18.49 19.76 22.22 22.3 23.82 23.82 23.82 - Deposito (Rp Triliun) 12.66 13.15 14.18 14.55 14.97 15.41 15.41 15.41 Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank 25.35 27.14 28.73 3.58 31.85 34.34 36.68 39.66 - Modal Kerja 1.54 11.18 11.78 12.75 12.95 14.52 15.18 16.51 - Investasi 4.46 4.97 5.53 5.73 6.18 6.4 7.11 7.88 - Konsumsi 1.35 1.99 11.42 12.1 12.72 13.41 14.39 15.27 Kredit UMKM (Rp Triliun) 1.53 11.58 12.16 12.78 12.93 14.41 14.87 15.96 - Modal Kerja 8.25 8.82 9.25 9.79 9.72 1.98 11.41 12.16 - Investasi 2.25 2.74 2.88 2.95 3.15 3.35 3.38 3.7 - Konsumsi.2.2.3.4.6.8.9.1 Loan to Deposit Ratio (%) 65.79 67.28 67.13 67.5 67.92 69.26 69.23 72.18 NPL gross (%) 2.16 2.17 1.96 1.51 1.41.76.73.5 BPR : Total Aset (Rp Triliun) 3.72 3.96 4.34 4.8 4.96 5.31 5.77 6.33 DPK (Rp Triliun) 2.56 2.67 2.95 3.25 3.38 3.51 3.7 4.5 - Tabungan (Rp Triliun).8.81.86.98 1.1 1.14 1.18 1.26 - Deposito (Rp Triliun) 1.76 1.87 2.9 2.28 2.28 2.37 2.52 2.8 Kredit (Rp Triliun) 2.86 3.1 3.27 3.52 3.76 4.16 4.48 4.75 - Modal Kerja 1.48 1.64 1.71 1.83 1.96 2.17 2.33 2.4 - Investasi.23.25.27.31.33.34.37.45 - Konsumsi 1.15 1.21 1.29 1.38 1.47 1.65 1.78 1.91 Kredit UMKM (Rp Triliun) 1.42 1.59 1.77 1.97 2.7 2.3 2.46 2.57 Loan to Deposit Ratio (%) 8.72 82.92 79.54 76.49 8.3 83.9 83.66 79.5 Rasio NPL gross (%) 4.43 3.66 3.47 2.7 3.52 2.69 2.58 2.17 8 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

SISTEM PEMBAYARAN Indikator 211 212 I II III IV I II III IV SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) 1,397 1,299 2,347 1,352 2,281 1,91 2,131 1,83 Outflow (Rp Triliun) 1,111 2,166 3,92 2,542 1,623 2,79 3,125 3,242 RTGS : RTGS From : Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp) 2,341 23,92 25,17 23,23 15,55 22,231 28,185 3,382 Vol.Transaksi RTGS From (Lembar) 15,626 15,789 17,76 2,177 15,813 2,373 22,531 25,534 RTGS To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 11,27 12,553 11,241 11,17 9,62 14,134 17,969 2,675 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 18,347 18,257 19,334 21,68 17,71 2,4 21,61 23,39 RTGS From-To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 3,357 3,411 3,429 3,473 2,764 3,369 3,858 4,356 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 4,751 4,468 4,686 5,31 4,282 4,789 5,78 5,763 Kliring : Nom. Kliring (Juta Rp) 8,284 7,996 8,879 9,568 9,435 11,43 1,544 11,875 Vol. Kliring (Rb Lbr) 462 445 461 468 458 47 46 468 Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp) 191 182 219 227 23 257 315 259 Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr) 7.77 7.25 8.26 7.7 7.15 9.3 6.84 7.12 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 9

Halaman ini sengaja dikosongkan 1 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Ringkasan Umum Perekonomian Bali terakselerasi pada triwulan IV-213. Pertumbuhan ekonomi tercatat 6,94% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 6,79% (yoy) dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,23% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya kinerja sektor primer dan sekunder, dengan sektor utama yang menopang meningkatnya pertumbuhan adalah sektor pertanian. Sementara kinerja sektor tersier mengalami perlambatan pertumbuhan di triwulan IV. Secara umum meningkatnya perekonomian dipengaruhi oleh maraknya pembangunan infrastruktur di segala bidang, serta didukung oleh baiknya kondisi dan situasi bisnis sepanjang triwulan IV sehingga mampu mendorong positifnya kinerja perekonomian di akhir tahun. Perekonomian Bali terakselerasi, tumbuh 6,94% (yoy) di tw IV-212, didorong kinerja sektor primer dan sekunder Peningkatan pertumbuhan ditopang oleh kuatnya investasi. Masih dilangsungkannya proyek pengembangan infrastruktur menjelang KTT APEC 213 mendorong tingginya pertumbuhan PMTB. Tingginya investasi yang dilakukan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun didorong pula oleh tingginya investasi swasta khususnya di bidang properti. Konsumsi masih melambat, dengan pelemahan konsumsi masyarakat baik untuk konsumsi makanan maupun non makanan. Pada triwulan IV-212 Provinsi Bali mengalami pertumbuhan impor yang lebih cepat dibanding ekspor, menyebabkan posisi net ekspor semakin mengecil. Kinerja ekspor luar negeri juga masih mengalami kendala. Investasi menjadi penopang utama perekonomian, sementara konsumsi masih melambat Di tengah pertumbuhan ekonomi yang ekspansif, laju inflasi cenderung terkendali hingga akhir 212. Sepanjang tahun 212 laju inflasi tercatat 4,71% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi tahun sebelumnya sebesar 3,75% (yoy), dan inflasi nasional sebesar 4,3% (yoy). Terjaganya inflasi dipengaruhi oleh rendahnya tekanan inflasi kelompok volatile food. Sumber tekanan inflasi di tahun 212 umumnya masih berasal dari komoditas pangan, baik pada kelompok bahan makanan maupun kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Hal ini mengindikasikan pergerakan inflasi lebih dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 3,29%, jauh lebih tinggi dibanding dengan kontribusi kelompok volatile dan administered price masing-masing sebesar 1,2% dan,22%. Laju inflasi terkendali hingga akhir 212, dengan inflasi tercatat 4,71% (yoy). Terjaganya inflasi dipengaruhi rendahnya tekanan volatile food Seiring pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kinerja perbankan juga masih mampu tumbuh tinggi. Aset gabungan Bank Umum dan BPR tumbuh 22,93% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 2,71% (yoy). Meskipun peningkatan pertumbuhan aset tidak diiringi oleh kenaikan DPK, kredit tumbuh tinggi dan mencatatkan pertumbuhan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Ekspansi kredit tersebut mendorong fungsi intermediasi yang tercermin dari peningkatan LDR sebesar 72,86%. Sejalan dengan peningkatan LDR, rasio BOPO bank umum juga cenderung mengalami perbaikan menjadi 69,44%, mengindikasikan peningkatan efisiensi operasional perbankan. Kinerja perbankan mampu tumbuh tinggi, yang diikuti dengan peningkatan fungsi intermediasi dan efisiensi operasional perbankan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 11

Sistem pembayaran tunai mengalami kondisi net outflow, transaksi non tunai dengan kliring dan RTGS meningkat signifikan Sistem pembayaran tunai pada triwulan IV-212 mengalami kondisi net outflow sebesar Rp 1.412 miliar, dengan jumlah aliran keluar (outflow) atau aliran keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat yang lebih besar dibandingkan aliran masuk ke Bank Indonesia (inflow). Net outflow tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 994 miliar. Transaksi menggunakan sistem pembayaran non tunai juga meningkat, baik menggunakan kliring maupun RTGS. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan transaksi di masyarakat seiring dengan aktivitas perekonomian yang terakselerasi di triwulan IV-212. Realisasi pendapatan pemerintah daerah provinsi Bali triwulan IV 212 lebih rendah dibandingkan realisasi tahun sebelumnya Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali hingga triwulan IV - 212 mencapai 16,92% dengan nominal Rp3,63 triliun. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 211 yang sebesar 111,14%. Realisasi pendapatan pajak daerah memberikan kontribusi besar tehadap total pendapatan daerah, dengan nominal sebesar Rp1,75 triliun. Terdapat pos pendapatan dengan tingkat realisasi pendapatan diatas 2% yaitu pos lain-lain PAD yang sah dengan realisasi sebesar 243,44%. Realisasi belanja pemerintah daerah provinsi Bali triwulan IV 212 sedikit lebih besar dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Realisasi anggaran belanjanya sebesar 86,84%, sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja tahun 211 yang sebesar 86,25%. Prosentase belanja terbesar masih didominasi oleh pengeluaran rutin. Nominal belanja daerah hingga triwulan IV 212 masih dibawah pendapatan, yaitu hanya sebesar Rp3,56 triliun. Dengan demikian, pada triwulan IV 212 terdapat surplus anggaran sebesar Rp7,97 miliar. Nilai NTP Bali menurun dan inflasi perdesaan Bali pada akhir triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan IV 212 lebih rendah dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Penurunan NTP dipicu oleh kenaikan indeks yang dibayar pada seluruh sub sektor pertanian sepanjang triwulan IV 212. Inflasi perdesaan tercatat sebesar,54% (mtm) pada akhir triwulan IV 212, lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,43% (mtm). Hasil survey menunjukkan penggunaan tenaga kerja pada triwulan IV - 212 mengalami penurunan Hasil survey kegiatan dunia usaha (SKDU) Provinsi Bali triwulan IV 212 menunjukkan penurunan penggunaan tenaga kerja. Sejalan dengan hal tersebut, dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi pada triwulan IV 212 adalah sebesar 68,21% sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 68,56%. 12 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Perekonomian Bali di triwulan I-213 diperkirakan termoderasi, namun masih tumbuh relatif tinggi. Pertumbuhan di triwulan I-213 diperkirakan di kisaran 6, 6,5% (yoy), didukung baiknya kondisi perekonomian dan situasi bisnis ke depan. Perekonomian masih ditopang oleh kuatnya investasi seiring masih dilangsungkannya proyek pembangunan infrastruktur. Konsumsi diperkirakan menguat dengan didukung meningkatnya penghasilan dan meningkatnya konsumsi untuk kebutuhan wisatawan domestik. Keyakinan tersebut terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada Survey Konsumen dengan indeks 122,83. Di sisi sektoral, pertumbuhan di sektor PHR diperkirakan masih moderat. Namun perayaan libur nasional dan hari raya keagamaan berpotensi meingkatkan aktivitas perdagangan. Sektor bangunan diperkirakan masih tumbuh tinggi sejalan dengan kuatnya investasi. Sementara kinerja sektor pertanian diwarnai oleh kendala cuaca yang dikhawatirkan mengganggu produktivitas pertanian. Tekanan inflasi diperkirakan menguat, didorong kenaikan harga-harga volatile food. Gangguan cuaca dikhawatirkan mempengaruhi gangguan supply dan distribusi, sehingga mendorong tekanan inflasi. Tekanan pada core inflation juga masih persisten, dengan tekanan harga di awal tahun terutama pda kenaikan biaya tempat tingal. Administered price relatif stabil. Namun perlu diwaspadai potensi kenaikan permintaan di beberapa titik seiring libur nasional dan perayaan hari raya keagamaan, serta potensi imported inflation ditengah volatilitas harga perdagangan internasional khususnya komoditas pangan. Laju inflasi di triwulan I-213 diperkirakan tumbuh di kisaran 4,98% (yoy). Perekonomian Tw I-213 diperkirakan termoderasi, dengan didukung baiknya kondisi perekonomian dan situasi bisnis Tekanan inflasi triwulan I-213 diperkirakan menguat, bersumber pada tekanan volatile food Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 13

Halaman ini sengaja dikosongkan 14 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1 1. Ekonomi Makro Regional Di penghujung tahun 212 perekonomian Bali mengalami akselerasi. Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan IV-212 tumbuh tinggi mencapai 6,94% (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 6,23% (yoy). Lebih tingginya inflasi dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sektor primer dan sekunder, terutama ditopang oleh percepatan pada sektor pertanian seiring membaiknya produksi dan hasil tangkapan, serta akselerasi di sektor bangunan ditengah maraknya pembangunan infrastruktur. Hal ini didukung kondisi perekonomian yang kondusif, serta baiknya kondisi dan situasi bisnis sepanjang triwulan IV sehingga mendorong kinerja positif perekonomian diakhir tahun. Sementara kinerja sektor tersier sedikit melambat, yang dipengaruhi pertumbuhan kegiatan perdagangan yang tidak setinggi sebelumnya. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kuatnya investasi. Hal ini dipengaruhi oleh PMTB yang tumbuh tinggi akibat realisasi proyek baik pemerintah maupun swasta. Beberapa proyek investasi dilaksanakan untuk meningkatkan kesiapan Bali sebagai tuan rumah KTT APEC yang akan diselenggarakan pada November 213. Investasi swasta juga marak dilakukan di bidang properti. Konsumsi masih tumbuh di level rendah, yang diwarnai oleh meningkatnya konsumsi pemerintah sementara konsumsi rumah tangga tumbuh melambat. Aktivitas perekonomian yang cenderung meningkat di akhir tahun juga mendorong meningkatnya permintaan domestik, sehingga aktivitas ekspor-impor antar pulau mengalami peningkatan. Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Rp Miliar %, yoy 9, 8 8,5 8, 7 7,5 6.18 6.5 6.42 6.54 6.95 6.79 6.94 6.76 7, 6,5 6.1 6.9 6 6, 5.74 5 5,5 4.85 5, 4 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 PDRB growth PDRB (%,yoy) - (RHS) 1.1. SISI PENAWARAN Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif di triwulan IV-212, dengan peningkatan pertumbuhan terjadi pada sektor primer dan sekunder. Sektor primer dan sekunder tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan, dengan percepatan di sektor pertanian dan sektor bangunan sebagai penopang utama meningkatnya pertumbuhan ekonomi di akhir tahun. Sementara itu sektor PHR sebagai sektor utama perekonomian Bali serta sektor tersier lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan di triwulan IV-212. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 15

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, 211 212 (%, yoy) Sektor 21 211 212 211 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 212 Pertanian 1.77 2.79 1.5 2.74 1.87 2.22.65 3.36 4.33 5.12 3.37 Pertambangan 19.43 22.29 15.7 4.54 2.68 1.51 9.85 13.13 16.93 2.93 15.25 Industri 6.8 4.1 3.67 1.36 3.38 3.12 3.6 4.9 7.77 7.81 6.4 Listrik, Gas & Air 6.88 6.84 7.94 6.85 7.76 7.35 8.64 7.67 9.84 1.13 9.8 Bangunan 7.37 7.5 7.48 7.29 9.18 7.88 13.23 17.1 2.71 23.3 18.67 Perdg, Hotel & Rest. 6.39 8.23 9.4 8.59 8.89 8.69 6.2 5.95 5.41 5.7 5.65 Pengangkutan & Komunikasi 5.77 4.27 6.23 6.98 6.32 5.97 9.86 8.31 6.17 6.12 7.56 Keuangan & Persewaan 7.47 4.29 5.99 6.31 8.21 6.22 8.48 8.37 9.96 9.83 9.18 Jasa-Jasa 8.64 8.1 9.2 1.5 11.88 9.94 8.63 9.3 6.79 6.55 7.78 PDRB 5.83 6. 6.41 6.53 7. 6.49 6.9 6.76 6.79 6.94 6.65 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Sektor yang mengalami pertumbuhan paling cepat pada triwulan IV-212 adalah sektor bangunan yang tumbuh 23,3% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan maraknya pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan di triwulan IV, baik yang didanai oleh pemerintah maupun swasta. Sektor lain yang juga mencatatkan pertumbuhan tinggi adalah sektor pertambangan yang tumbuh 2,93% (yoy). Namun share sektor ini terhadap struktur PDRB Provinsi Bali relatif rendah, yaitu hanya,71%. Sementara sektor dominan di Bali, yaitu sektor PHR yang memiliki share 32,7% justru mencatatkan perlambatan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan di subsektor perdagangan yang tidak setinggi sebelumnya. Selain sektor PHR, sektor yang memiliki pangsa besar dalam struktur perekonomian Bali adalah sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Keempat sektor tersebut memiliki pangsa mencapai 75,84% dalam PDRB Provinsi Bali, dan memberikan sumbangan 4,24% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-212. Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan IV-212 Pengangkutan & Kom 11.1% Keuangan Persewaan 7.34% Jasa-jasa 14.56% Pertanian Pertambangan Ind. Pengolahan.14.76.95 (%) PHR 32.7% Ind. Pengolahan 9.82% Pertanian 18.22% Pertambangan.71% LGA Bangunan PHR Pengangkutan & Kom Keuangan Persewaan.15.67.7.95 1.65 Bangunan 4.73% LGA 1.54% Jasa-jasa.96 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 16 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional 1.1.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh 5,7% (yoy) pada triwulan IV-212. Realisasi tersebut melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,41% (yoy). Capaian tersebut menyebabkan andil sektor PHR terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV-212 lebih rendah dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,77% di triwulan III menjadi 1,65% di triwulan IV. Kecenderungan perlambatan sektor PHR telah terlihat semenjak awal tahun 212 dan terus berlanjut hingga akhir 212. Kondisi ini juga terindikasi dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-212, dimana saldo bersih tertimbang di sektor PHR negatif 2,76. Pada triwulan IV-212 subsektor perdagangan mengalami perlambatan pertumbuhan, sementara subsektor hotel dan subsektor restoran yang sempat melambat di triwulan sebelumnya tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan seiring meningkatnya kunjungan wisatawan. Subsektor perdagangan mengalami perlambatan dari 12,44% (yoy) menjadi 1,44% (yoy). Namun demikian realisasi pertumbuhan tersebut dapat dikatakan masih relatif tinggi. Beberapa indikator di subsektor perdagangan juga masih mengindikasikan perkembangan positif. Indikator berupa aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Benoa dan Celukan Bawang sepanjang triwulan IV-212 mencatatkan peningkatan signifikan sebesae 137,59% (yoy), dengan arus bongkar muat tercatat 227,18 ribu ton. Hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) juga menunjukkan total penjualan yang tumbuh positif 3,75% (yoy), dengan peningkatan terjadi pada komoditas bahan konstruksi, pakaian jadi, serta bahan bakar dan energi. Grafik 1.4. Perkembangan Arus Bongkar Muat Ribu Ton 3 25 2 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 % yoy 16 14 12 1 8 6 4 2-2 Arus Bongkar Muat (Ribu Ton) g Bongkar Muat (yoy) - (RHS) Sumber : PT Pelindo III, diolah Grafik 1.5. Perkembangan Total Penjualan Grafik 1.6. Pertumbuhan Indeks Penjualan Total Penjualan Juta Rp 12, 1, 8, 6, 4, 2, I II III IV I II III IV 211 212 Total Penjualan g Total Penjualan (RHS) %, yoy 5 4 3 2 1 (1) (2) (3) (4) (5) %, yoy 15 1 5 I II III IV I II III IV (5) 211 212 (1) g Bahan Konstruksi g Suku Cadang g Perlengkapan Rumah Tangga g Barang Kerajinan dan Mainan g Makanan, Minuman dan Tembakau g Pakaian Jadi dan Tekstil g Bahan Kimia g Bahan Bakar & Energi g Peralatan Tulis Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 17

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Subsektor hotel dan restoran mengalami akselerasi pertumbuhan di triwulan IV-212. Subsektor restoran tumbuh meningkat dari 2,12% (yoy) menjadi 2,85% (yoy), subsektor hotel juga mampu tumbuh positif,52% (yoy) setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar,4% (yoy). Positifnya kinerja kedua subsektor tersebut didukung oleh aktivitas industri pariwisata yang meningkat di triwulan IV- 212 seperti yang terindikasi dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang kembali tumbuh positif di akhir tahun. Kunjungan wisman di triwulan IV-212 tercatat 765.739 orang, mampu tumbuh positif sebesar 8,67% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 3,9% (yoy). Kedatangan wisman di triwulan IV- 212 didominasi oleh wisatawan asal Australia (share 28,15%), diikuti China (9,9%), Jepang (6,69%), Malaysia (6,62%) dan Singapura (5,2%). Dilihat perkembangannya, peningkatan pertumbuhan ditunjukkan oleh kunjungan wisman asal China, Jepang dan Singapura yang masing-masing tumbuh 31,51%, 26,14% dan 13,69% (yoy). Selain itu peningkatan pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan positif wisman asal Australia, China, United Kingdom dan USA setelah mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan III. Dilangsungkannya pembangunan infrastruktur sebagai kesiapan Bali menjadi tuan rumah KTT APEC 213 (diantaranya pembangunan underpass Dewa Ruci, renovasi Bandara Internasional Ngurah Rai, dan jalan tol Serangan-Ngurah Rai-Benoa) sempat menyebabkan kemacetan dan polusi di beberapa lokasi. Kondisi tersebut dikhawatirkan berdampak pada melambatnya kunjungan wisman secara temporer. Namun untuk mengatasi perlambatan lebih lanjut, dinas dan instansi terkait terus melakukan promosi pariwisata Bali. Grafik 1.7. Kunjungan Wisman ke Bali Grafik 1.8. Asal Wisman Yang Berkunjung ke Bali Ribu Orang % y oy 9 2 8 7 15 6 5 1 4 5 3 2 1 (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Jumlah Wisman g Jumlah Wisman (RHS) Netherland 2.% Germany 2.69% Rusia 3.3% France 2.92% USA 3.52% Taiwan 2.78% Singapore 5.2% New Zealand 2.32% India 1.86% UK 3.57% Other Nationality 14.26% South of Korea 4.2% Japan 6.69% Australia 28.15% Malaysia 6.62% PRC 9.9% Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Wisatawan domestik juga terindikasi meningkat. Musim liburan sekolah yang bertepatan dengan perayaan hari raya keagamaan (Natal) dan pergantian tahun mendorong tingginya kedatangan wisatawan domestik. Hal ini juga ditunjukkan oleh meningkatnya Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel, khususnya hotel bintang, mengalami peningkatan dari 62,22% menjadi 63,36% di triwulan IV-212. Rata-rata lama tinggal di hotel bintang juga meningkat dari 3, hari menjadi 3,19 hari. Sementara rata-rata TPK hotel non bintang sedikit melambat dari 41,2% menjadi 35,35%, dengan rata-rata lama tinggal menurun dari 2,8 hari menjadi 2,58 hari. Menurunnya lama tinggal juga dipengaruhi oleh pergeseran market wisatawan, dengan market Jepang terus menurun sementara market China dan Australia meningkat signifikan. Perilaku wisatawan juga mengalami pergeseran dengan kecenderungan mengambil paket wisata yang lebih pendek, konsekuensinya rata-rata lama tinggal mengalami penurunan. 18 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Secara kumulatif sepanjang tahun 212 kunjungan wisman tercatat sebanyak 2,89 juta orang atau tumbuh 4,91% (yoy), mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 1,58% (yoy) dengan jumlah kunjungan 2,76 juta orang. Grafik 1.9. Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Grafik 1.1.Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel %, y oy 12 1 8 6 4 2 (2) I II III IV I II III IV I II III IV (4) 21 211 212 (6) Australia PRC Malaysia Japan South of Korea UK Singapore Taiwan USA % Hari 9 5 8 7 4 6 5 3 4 3 2 2 1 1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 TPK Bintang Rata2 menginap Bintang (RHS) TPK Non Bintang Rata2 menginap Non Bintang (RHS) Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Perlambatan sektor PHR juga terindikasi dari indikator berupa visa on arrival yang pada triwulan IV-212 mengalami kontraksi 2,49% (yoy) dengan penerimaan VoA sebesar 13.971 ribu USD. Kontraksi tersebut semakin dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi,94% (yoy) dengan jumlah penerimaan 16.284 ribu USD. Meskipun demikian, indikator kinerja berupa penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan perdagangan, serta kegiatan akomodasi dan makan minum masih tumbuh tinggi mencapai 4,75% (yoy), dengan nominal kredit yang disalurkan Rp 14.981 miliar. Angka pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 38,31% (yoy). Grafik 1.11. Penerimaan Visa On Arrival Grafik 1.12. Penyaluran Kredit Sektor PHR ribu USD 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, % yoy 8 6 4 2-2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Penerimaan VoA g Penerimaan VoA (RHS) Rp Miliar %, yoy 16, 45 14, 4 12, 35 3 1, 25 8, 2 6, 15 4, 1 2, 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Kredit PHR g kredit PHR (RHS) Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 1.1.2. Sektor Pertanian Sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan yang meningkat, dari 4,32% (yoy) di triwulan III menjadi 5,12% (yoy) di triwulan IV. Andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi juga meningkat dari Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 19

Bab 1. Ekonomi Makro Regional,81% menjadi,95%. Kondisi ini terutama didukung oleh naiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perikanan. Subsektor tanaman bahan makanan meningkat signifikan. Setelah mengalami kontraksi pertumbuhan,5% (yoy) di triwulan III, sektor ini mampu tumbuh positif sebesar 5,28% (yoy) pada triwulan IV-212. Hasil publikasi Angka Ramalan (ARAM) II -212 memperkirakan produksi pada subround III (periode Sep-Des) yang sebesar 295,27 ribu ton, masih tumbuh positif,32%(yoy). Luas panen juga diperkirakan meningkat 1,2% (yoy), dengan luasan sebesar 51,82 ribu ha. Sementara produksi komoditas tabama lainnya seperti Jagung dan Kedelai pada periode yang sama justru mengalami kontraksi 29,8% dan 35,97% (yoy). Meningkatnya kinerja subsektor tabama juga dipengaruhi oleh baiknya produksi akibat tidak terjadinya puso di akhir tahun. Dalam rapat Tim Koordinasi Pemantauan Inflasi Daerah (TKPID) sempat disampaikan kekhawatiran puso 3 ha di Provinsi Bali, namun dari hasil pemantauan hingga akhir tahun jumlah puso tercatat sangat rendah. Grafik 1.13. Luas Panen Padi (ARAM) Grafik 1.14. Produksi Padi (ARAM) Ribu Ha 6 5 4 3 2 1 Jan - Apr Mei - Ags Luas Panen Padi Sep - Des Jan - Apr Mei - Ags g Luas Panen (RHS) %, yoy 2 15 1 5 (5) (1) (15) Sep - Jan - Mei - Sep - Des Apr Ags Des Ribu Ton 35 3 25 2 15 1 5 Jan - Apr Mei - Agt Produksi Padi Sep - Dec Jan - Apr Mei - Agt g produksi padi (RHS) %, yoy 2 15 1 5 (5) (1) (15) (2) Sep - Jan - Mei - Sep - Dec Apr Agt Dec 21 211 212 21 211 212 Sumber : Angka Ramalan II-212 Badan Pusat Statistik Sumber : Angka Ramalan II-212 Badan Pusat Statistik Subsektor perikanan pada triwulan IV-212 tumbuh positif sebesar 3,14% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,73% (yoy). Faktor cuaca yang kondusif menyebabkan hasil tangkapan ikan relatif meningkat, terutama pada periode Oktober-November. Membaiknya kinerja subsektor perikanan menyebabkan kinerja ekspor perikanan di triwulan IV-212 juga tumbuh positif mencapai 6,35% (yoy), dengan nilai ekspor sebesar 4,57 juta USD. Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Perikanan Juta USD 45 4 35 3 25 2 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Ekspor Perikanan g Perikanan (RHS) %, yoy 4 2 (2) (4) Ribu Ton %, yoy 12 2 1 1 8 6 (1) 4 (2) 2 (3) (4) I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Volume Ekspor Perikanan g volume ekspor (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 2 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Data kementerian perikanan mengenai hasil tangkapan komoditas perikanan di Bali juga cenderung meningkat pada periode Oktober-November. Penyaluran kredit bank umum ke sektor pertanian juga tumbuh tinggi mencapai 44,38% (yoy), dengan nominal penyaluran kredit di triwulan IV-212 sebesar Rp 94,27 miliar. Pertumbuhan penyaluran kredit ke kegiatan pertanian, perburuan, dan kehutanan serta perikanan tersebut bahkan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan di triwulan IV-212 mencapai 41,35% (yoy) dengan outstanding sebesar Rp 833,71 miliar. Grafik 1.17. Perkembangan Produksi Ikan Grafik 1.18. Kredit Sektor Pertanian Ribu Ton 2,5 2, 1,5 1, 5 I II III IV I II III IV 211 212 Rp Miliar %, yoy 1 5 8 4 3 6 2 4 1 2-1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Kredit Pertanian g kredit pertanian (RHS) Sumber : www.pipp.kkp.go.id Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah 1.1.3. Sektor Jasa-jasa Sektor jasa pada triwulan IV-212 tumbuh 6,55%(yoy), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,79% (yoy). Andil sektor jasa terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan IV- 212 sebesar,96%. Subsektor yang mengalami perlambatan terutama adalah subsektor swasta dari 1,68% menjadi 9,56% (yoy), dengan perlambatan ditunjukkan oleh komponen perorangan dan rumah tangga. Sementara itu jasa pemerintahan umum masih mencatatkan pertumbuhan meningkat. Grafik 1.19. Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Rp Miliar %, yoy 2,4 7 2, 6 1,6 5 4 1,2 3 8 2 4 1 - I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Kredit Jasa g Kredit Jasa (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Meskipun kinerja sektor jasa sedikit melambat, namun indikator sektor jasa berupa penyaluran kredit bank umum di sektor jasa masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Penyaluran kredit untuk kegiatan administrasi pemerintah dan jaminan sosial; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa kemasyarakatan, sosbud dan perorangan lainnya; serta jasa perorangan yang melayani rumah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 21

Bab 1. Ekonomi Makro Regional tangga pada triwulan IV-212 tumbuh 55,4% (yoy), dengan nominal penyaluran mencapai Rp 2.3 miliar. Pertumbuhan tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 54,72% (yoy). 1.1.4. Sektor Pengangkutan Pertumbuhan di sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-212 sebesar 6,12% (yoy), relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,17% (yoy). Andil sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi Bali mencapai,67%. Melambatnya kinerja sektor pengangkutan juga terindikasi dari Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana saldo bersih tertimbang kegiatan usaha di sektor pengangkutan negatif,92 pada triwulan IV. Grafik 1.2. Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.21. Jumlah Penumpang Laut Ribu Orang % yoy 2, 35 1,6 3 25 1,2 2 8 15 1 4 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Kedatangan Keberangkatan g Kedatangan (RHS) g Keberangkatan (RHS) Ribu Orang % yoy 14, 6 12, 5 4 1, 3 8, 2 6, 1 4, (1) 2, (2) (3) I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Arus Penumpang (ribu orang) g penumpang (yoy) - (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : PT Pelindo III, diolah Perlambatan pertumbuhan ditunjukkan oleh subsektor angkutan dari 9,11% menjadi 8,94% (yoy), dengan komponen yang melambat terutama angkutan udara. Hal ini dikonfirmasi oleh indikator berupa jumlah kedatangan penumpang pesawat udara melalui Bandara Internasional Ngurah Rai pada triwulan IV-212 yang tumbuh lebih lambat dari triwulan sebelumnya, yaitu dai 15,56% (yoy) menjadi 11,93% (yoy). Jumlah kedatangan juga sedikit melambat dari 14,2% (yoy) menjadi 1,37% (yoy) di triwulan IV. Sementara indikator subsektor angkutan laut berupa jumlah penumpang laut melalui Pelabuhan Benoa justru tumbuh positif sebesar 3,1% (yoy) di triwulan IV-212, dengan jumlah penumpang tercatat 97.685 orang. Kinerja tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 11,27% (yoy). 1.1.5. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan sedikit terakselerasi dari 7,77% (yoy) menjadi 7,81% (yoy) pada triwulan IV-212. Andil sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali mencapai,76%. Positifnya kinerja sektor industri terindikasi dari Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan saldo bersih tertimbang sektor industri pengolahan positif sebesar 2,23. Kapasitas produksi terpakai di sektor industri juga terindikasi meningkat, dari 63,17% di triwulan III menjadi 66,35% di triwulan IV. Meningkatnya kinerja industri pengolahan didorong oleh akselerasi subsektor makanan, minuman dan tembakau dan subsektor semen dan barang galian bukan logam. Sementara subsektor tekstil dan barang kayu mengalami perlambatan pertumbuhan di triwulan IV. Positifnya kinerja sektor ini juga ditunjukkan oleh indikator berupa penyaluran kredit bank umum ke sektor industri juga mencatatkan pertumbuhan tinggi mencapai 35,13% (yoy), dengan outstanding penyaluran 22 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional kredit mencapai Rp 1.427 miliar. Pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 34,63% (yoy). Indikator lain berupa konsumsi listrik industri juga mengalami peningkatan 1,9% (yoy) dengan konsumsi listrik industri tercatat 34,57 juta KwH. Konsumsi tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,73 juta KwH dengan pertumbuhan 7,47% (yoy). Jumlah pelanggan juga meningkat dari 1.951 menjadi 2. pelanggan di triwulan IV-212. Grafik 1.22. Kredit Sektor Industri Grafik 1.23. Konsumsi dan Jumlah Pelanggan Listrik Industri Rp Miliar %, yoy 1,6 6 1,4 5 1,2 1, 4 8 3 6 2 4 2 1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Ribu KWH 38, 35, 32, 29, 26, 23, 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 unit 15 1 5-5 -1 Kredit Sektor Industri g kredit industri (RHS) Konsumsi Listrik Industri g konsumsi industri (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah Subsektor bahan makanan, minuman dan tembakau tumbuh meningkat dari 8,78% menjadi 9,9% (yoy). Sumbangan subsektor ini mencapai,17%. Peningkatan kinerja terjadi seiring geliat pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat di triwulan IV-212. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pariwisata, ekspor komoditas makanan dan minuman pada triwulan IV-212 juga mengalami pertumbuhan positif 8,12% (yoy), dengan nilai ekspor 43,1 juta USD. Salah satu industri makanan minuman besar di Bali adalah pengalengan ikan yang memiliki kinerja yang cukup baik seiring meningkatnya hasil tangkapan ikan di akhir tahun. Meskipun demikian, ke depannya industri ini masih mengalami kendala pemenuhan bahan baku yang sering kali diimpor dari negara lain. Kenaikan industri makan minum juga terindikasi dari publikasi BPS berupa perkembangan industri besar dan sedang, dimana sektor minuman meningkat dari 8,41% menjadi 9,6%. Grafik 1.24. Nilai Ekspor Makanan dan Minuman Grafik 1.25. Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 % y -o-y 7 6 5 4 3 2 1 (1) (2) (3) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Juta USD 29 21 211 212 Food & Beverages g Food & Beverages (RHS) Juta USD 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Ekspor Wood Manufacture g Wood Manuf (RHS) %, yoy 2 1 (1) (2) (3) (4) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 23

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Subsektor semen meningkat dari 15,91% menjadi 18,73% (yoy). Proyek pembangunan infrastruktur yang marak dilakukan di Bali meningkatkan kebutuhan semen, sehingga mendorong kinerja subsektor semen. Konsumsi semen juga mengalami peningkatan dari 14,44% menjadi 17,3% (yoy), dengan penjualan semen tercatat 459,28 ribu ton Sementara itu subsektor tekstil yang memiliki share 4,14% terhadap PDRB Provinsi Bali tumbuh 8,32% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,53% (yoy). Sumbangan sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV mencapai,34%. Namun demikian, nilai ekspor produk pakaian jadi dan tekstil pada triwulan IV-212 masih mengalami kontraksi masing-masing 8,1% dan 19,75% (yoy). Nilai ekspor pakaian jadi tercatat 21,4 juta USD sementara tekstil sebesar 5,48 juta USD. Dari hasil liaison dengan eksportir, penurunan ekspor disebabkan pelemahan permintaan dari buyer yang terutama berasal dari Eropa. Upaya diversifikasi pasar dan promosi produk juga terus dilakukan untuk mengantisipasi penurunan lebih lanjut. Grafik 1.26. Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik 1.27. Nilai Ekspor Tekstil Indeks Produksi 212 IV Lainnya 212 III 212 II Furnitur Brg Logam, Bkn Mesin & Peralatan Pencetakan & Repr. Media Rekaman Pakaian Jadi Minuman Makanan %, yoy -1-5 5 1 15 Juta USD %, y oy 3 25 25 2 15 2 1 15 5 1 (5) 5 (1) (15) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Pakaian Jadi g Pakaian Jadi (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya tumbuh 8,32% (yoy), masih relatif tinggi meskipun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,53% (yoy). Perlambatan juga terindikasi dari kapasitas produksi dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) untuk industri barang kayu dan hasil hutan lainnya yang menurun dari 48,33% menjadi 4% di triwulan IV. Indikator subsektor ini berupa nilai ekspor kayu dan olahan kayu tercatat masih mengalami kontraksi 8,39% (yoy) di triwulan IV- 212, dengan nilai ekspor 14,53 juta USD. Kontraksi ekspor kayu dan olahan kayu terutama terjadi ke negara-negara di Eropa, seperti Germany, France, Spain, Netherlands, dan Italy. Masing-masing mengalami kontraksi 12,28%, 6,91%, 26,3%, 13,48% dan 47,% (yoy). Kondisi perekonomian global terutama pelemahan negara-negara terutama di AS dan Eropa menyebabkan permintaan cenderung melemah. Selain itu kendala ekspor juga disebabkan oleh berkurangnya pasokan bahan baku seiring dikeluarkannya ketentuan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SLVK) sehingga menjadi kendala produksi bagi pengrajin yang mayoritas berskala usaha mikro, kecil dan menengah. 1.1.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-212 tumbuh 9,83% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,96% (yoy). Andil sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai,7%. Subsektor bank tercatat sedikit melambat, dari 13,56% menjadi 12,38% (yoy). Sementara subsektor lembaga keuangan tanpa bank masih terakselerasi dari 3,53% (yoy) menjadi 6.87% (yoy) di triwulan IV. 24 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Walaupun kinerja subsektor bank sedikit melambat, namun indikator utama di sektor keuangan seperti penyaluran kredit perbankan (gabungan Bank Umum dan BPR) masih tumbuh tinggi mencapai 3,27% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 44.416 miliar. Pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang mencapai 28,65% (yoy). Meningkatnya penyaluran kredit terutama terjadi pada bank umum yang tumbuh 29,72% (yoy) di triwulan IV-212, dengan outstanding sebesar Rp 39.662 miliar (mencapai 89,3% dari total penyaluran kredit perbankan di Bali). Penyaluran kredit BPR juga masih tumbuh tinggi dengan angka pertumbuhan di triwulan IV sebesar 35,7% (yoy), dengan penyaluran kredit sebesar Rp 4.754 miliar. Grafik 1.28. Kredit Bank Umum Grafik 1.29. Kredit Bank Perkreditan Rakyat 45 4 35 3 25 2 15 1 5 %, yoy 4 35 3 25 2 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Rp Triliun 29 21 211 212 Rp Triliun %, yoy 5. 4 4.5 35 4. 3.5 3 3. 25 2.5 2 2. 15 1.5 1. 1.5 5. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Kredit Bank Umum g Kredit (RHS) Kredit BPR g Kredit BPR (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah 1.1.7. Sektor Bangunan Sektor bangunan tumbuh tinggi di triwulan IV-212 mencapai 23,3% (yoy), mengalami akselerasi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,71% (yoy). Andil sektor bangunan juga meningkat dari,83% menjadi,95%. Tingginya pertumbuhan di sektor bangunan juga terindikasi dari hasil Survey Harga Properti Residensial (SHPR) juga menunjukkan peningkatan indeks,63% (qtq) atau secara tahunan 1,25% (yoy). Peningkatan indeks terutama ditunjukkan oleh properti besar yang meningkat 15,29% (yoy), serta properti menengah (9,74%, yoy) dan kecil (5,78%, yoy). Grafik 1.3. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik 1.31. Konsumsi Semen Indeks % 16 12 155 1 15 145 8 14 6 135 4 13 125 2 12 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* 29 21 211 212 213 IHPR g IHPR (yoy) - (RHS) g IHPR (qtq) - (RHS) Ribu Ton % y oy 5 4 4 2 3 2 1-2 -4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Konsumsi Semen g konsumsi semen - (RHS) Sumber : Survey Harga Porperti Residensial, Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 25

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Banyaknya proyek pembangunan infrastruktur yang direalisasikan di triwulan IV-212 baik oleh pemerintah maupun swasta mendorong tingginya kinerja sektor bangunan. Pembangunan tersebut diantaranya dilakukan sebagai persiapan Bali sebagai tuan rumah KTT APEC 213, diantaranya renovasi Bandara Intenasional Ngurah Rai, pembangunan jalan tol Serangan-Kuta-Nusa Dua, serta pembangunan underpass Dewa Ruci. Peningkatan sektor konstruksi dikonfirmasi oleh penjualan semen di Bali yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Penjualan semen pada triwulan IV-212 mencapai 459,28 ribu ton, atau tumbuh 17,3% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 14,44% (yoy). Sejalan dengan tingginya investasi di Bali, indikator berupa penyaluran kredit ke sektor bangunan juga mengalami peningkatan signifikan. Outstanding kredit konstruksi di triwulan IV-212 sebesar Rp 1.219 miliar, mengalami pertumbuhan 6,6% (yoy). Realisasi pertumbuhan tersebut bahkan jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 25,49% (yoy). Grafik 1.32. Kredit Sektor Bangunan Rp Miliar %, yoy 14 7 12 6 1 5 8 4 3 6 2 4 1 2-1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah 1.1.8. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) Sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) tumbuh meningkat dari 9,84% (yoy) menjadi 1,13% (yoy) pada triwulan IV-212. Namun andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi masih relatif kecil, yaitu hanya sebesar,15%. Indikator sektor LGA seperti konsumsi listrik dan pelanggan listrik juga mengindikasikan adanya peningkatan. Konsumsi listrik di triwulan IV-212 sebesar 946,54 juta KwH, atau mengalami pertumbuhan 1,43% (yoy). Konsumsi tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,81% (yoy) dengan konsumsi 851,42 juta KwH. Jumlah pelanggan listrik juga meningkat, dari 2.663 ribu unit menjadi 2.724 ribu unit di triwulan IV, dengan pertumbuhan pelanggan dari 8,18% (yoy) di triwulan III menjadi sebesar 8,61% (yoy) di triwulan IV. Indikator sektor lain berupa hasil SKDU di sektor LGA juga menunjukkan saldo bersih tertimbang (SBT) positif sebesar,58. 26 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik 1.33. Konsumsi Listrik di Bali juta KWH % y oy 1, 16 8 12 6 8 4 2 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Grafik 1.34. Jumlah Pelanggan Listrik Ribu Unit % y oy 3, 1 2,5 8 2, 6 1,5 4 1, 5 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS) Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS) Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah 1.2. SISI PERMINTAAN Pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kuatnya investasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya proyek pengembangan infrastruktur yang dilaksanakan di triwulan IV, dengan beberapa proyek yang dilaksanakan merupakan persiapan menjelang KTT APEC 213. Aktivitas tersebut telah mendorong tingginya pertumbuhan di komponen Pendapatan Modal Tetap Bruto (PMTB), sehingga memicu meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Komponen konsumsi masih melambat, terutama pada konsumsi rumah tangga. Pada triwulan IV-212 Provinsi Bali mengalami pertumbuhan impor yang lebih cepat dibanding ekspor, menyebabkan posisi net ekspor semakin mengecil. Sementara konsumsi pemerintah cenderung meningkat dipengaruhi oleh meningkatnya penyerapan anggaran pemerintah pada triwulan IV-212. Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, 211 212 (%, yoy) 211 212 Komponen Total 21 211 212 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Konsumsi 9.86 13.4 1.59 5.69 3.25 8.17 4.83 5.28 2.17 2.19 3.58 Konsumsi Rumah Tangga 9.89 12.9 9.76 5.39 2.19 7.35 5.45 5.49 1.75 1.5 3.5 Konsumsi Lembaga Nirlaba 6.62 7.74 6.71 7.54 8.24 7.57 8.37 9.32 5.81 5.6 7.22 Konsumsi Pemerintah 1.1 23.25 16.66 7.49 9.69 13.79.55 3.51 4.55 6.1 3.74 PMTB 16.92 12.5 8.58 11.2 15.34 11.83 14.74 19.43 19.25 23.19 19.28 Ekspor 18.8 8.31 1.95 9.73 2.83 7.81 6.14 4.7 3.12 3.54 4.34 Impor 11.39 12.64 9.37 8.45 13.56 1.97 11.63 14.77 5.58 8.22 9.87 PDRB 5.83 6. 6.41 6.53 7. 6.49 6.9 6.76 6.79 6.94 6.65 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 1.2.1. Konsumsi Kinerja konsumsi masih tumbuh di level relatif rendah sebesar 2,19% (yoy). Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan dari 4,55% (yoy) menjadi 6,1% (yoy), didukung oleh realisasi belanja pemerintah yang meningkat di akhir tahun. Realisasi belanja pemerintah di triwulan IV sebesar Pada triwulan IV-212, realisasi belanja pemerintah mencapai 86,84% dari total anggaran belanja, sedikit lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun lalu yang mencapai 86,%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 27

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Di sisi lain, komponen konsumsi rumah tangga justru mencatatkan perlambatan baik untuk makanan maupun non makanan. Pertumbuhan pada komponen konsumsi rumah tangga mencapai 1,5% (yoy), sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,75% (yoy). Indeks Tendensi Konsumen (ITK) publikasi BPS juga menunjukkan optimisme konsumen yang tidak setinggi sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen pada triwulan IV-212 sebesar 113,2, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 114,92. Menurunnya keyakinan konsumen terutama terjadi pada keyakinan konsumen bahwa kemampuan makanan tidak dipengaruhi harga (inflasi), serta pada komponen tingkat konsumsi masyarakat. Perlambatan konsumsi juga terkonfirmasi oleh indikator berupa pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga yang sedikit melambat dari 8,22% (yoy) menjadi 7,9% (yoy), dengan konsumsi pada triwulan IV-212 tercatat 47,31 juta KwH. Grafik 1.35. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.36. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks 118 114.92 114 111.96 111.38 113.2 11 17.7 18.68 16 15.33 13.18 12 98 94 I II III IV I II III IV 211 212 Ribu KWH Ribu unit 45, 2,5 4, 2,3 35, 2,1 3, 1,9 25, 1,7 2, 1,5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Konsumsi Listrik RT Jumlah Pelanggan RT (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah Namun demikian indikator konsumsi lainnya mengindikasikan hasil sebaliknya. Hasil Survey Konsumen (SK) Bank Indonesia mengindikasikan optimisme konsumen meningkat, dengan rata-rata indeks di triwulan IV- 212 sebesar 114,84. Rata-rata tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya dengan rata-rata 111,97. Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini (seperti yang terindikasi dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini) juga berada di level optimis, dengan rata-rata indeks di triwulan IV-212 mencapai 17,67. Optimisme konsumen dipengaruhi oleh keyakinan membaiknya penghasilan dan supply lapangan kerja di triwulan IV. Grafik 1.37. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.38. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks 13 12 11 1 9 8 7 6 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 1 Indeks 14 12 1 8 6 4 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat Ini Supply Lap. Kerja Konsumsi Durable Goods Indeks = 1 Sumber : Survey Konsumen, KpwBI Wilayah III Sumber : Survey Konsumen, KpwBI Wilayah III 28 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Indikator berupa penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan konsumsi di triwulan IV-212 juga tumbuh tinggi mencapai 26,17% (yoy), dengan nominal kredit sebesar Rp 15.266 miliar. Pertumbuhan penyaluran kredit tersebut juga sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 26,2% (yoy). Rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) relatif stabil, dengan rata-rata NTP pada triwulan IV-212 sebesar 18,53. Rata-rata komponen indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayar oleh petani cenderung meningkat, dari ratarata di triwulan III 146,82 dan 135,9, pada triwulan IV rata-rata menjadi 147,2 dan 135,62. Meningkatnya rata-rata indeks tersebut terutama indeks yang diterima petani mengindikasikan meningkatnya daya beli masyarakat terutama di sektor pertanian, sehingga turut mempengaruhi konsumsi. Grafik 1.39. Kredit Konsumsi Grafik 1.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani Rp Miliar %, yoy 17, 35 15, 3 13, 25 2 11, 15 9, 1 7, 5 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Kredit Konsumsi g Kredit Konsumsi (RHS) Indeks 16 15 14 13 12 11 1 9 8 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 NTP Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Indeks = 1 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik 1.2.2. Investasi Investasi mengalami pertumbuhan tinggi di triwulan IV-212 sebesar 22,73% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 18,81% (yoy). Andil investasi terhadap pertumbuhan ekonomi tw IV-212 mencapai 6,42%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,1%. Grafik 1.41. Perkembangan Impor Barang Modal Grafik 1.42. Kredit Investasi Ribu Ton %, yoy 6. 1,2 5. 1, 4. 8 6 3. 4 2. 2 1.. (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Rp Miliar 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - %, yoy 45 4 35 3 25 2 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 Capital Goods g Capital Goods (RHS) Kredit Investasi g kredit investasi (yoy) - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Tingginya investasi terutama dipengaruhi pertumbuhan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh 23,19% (yoy), dengan andil mencapai 6,49%. Kondisi ini dipengaruhi banyaknya pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan di Bali yang dilakukan menjelang pelaksanaan KTT APEC 213, diantaranya renovasi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 29

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Bandara Internasional Ngurah Rai, pembantgunan jalan tol Serangan-Kuta-Nusa Dua, dan pembangunan underpass Dewa Ruci. Investasi swasta juga terus tumbuh tinggi, terutama berupa pembangunan hotel, villa dan condotel di berbagai destinasi wisata utama di Bali. Tingginya investasi juga dikonfirmasi oleh beberapa indikator pendukung. Penyaluran kredit untuk kegiatan investasi mengalami peningkatan 27,52% (yoy), dengan nominal penyaluran kredit investasi sebesar Rp 7.884 miliar. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,16% (yoy), dengan nominal penyaluran kredit Rp 7.11 miliar. Indikator berupa penjualan semen juga mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 14,44% (yoy) pada triwulan III menjadi 17,3% (yoy) di triwulan IV dengan realisasi penjualan semen sebesar 459,28 ribu ton. Peningkatan investasi juga terindikasi dari perkembangan impor barang modal yang juga menunjukkan peningkatan sigifikan. Volume impor barang modal di triwulan IV-212 meningkat 941,11% (yoy), dengan volume impor sebesar 5,22 ribu ton. Nilai impor juga meningkat 42,42% (yoy) dengan nilai sebesar 12,9 juta USD. 1.2.3. Ekspor Impor Kinerja ekspor pada triwulan IV-212 tumbuh 3,54% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,12% (yoy). Percepatan ini dipengaruhi kontraksi pada komponen ekspor luar negeri yang tidak sedalam periode sebelumnya, dari kontraksi 1,21% di triwulan III menjadi,31% di akhir tahun. Sementara itu komponen perdagangan antar daerah masih tumbuh tinggi mencapai 12,32% (yoy). Kondisi tersebut juga dikonfirmasi oleh data ekspor luar negeri yang masih mencatatkan kontraksi pertumbuhan di triwulan IV-212 sebesar 3,65% (yoy) dengan nilai ekspor tercatat sebesar 145,92 juta USD, kontraksi tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 6,14% (yoy). Volume ekspor juga masih mencatatkan kontraksi 1,2% (yoy), dengan volume ekspor sebesar 34,34 ribu ton. Grafik 1.43. Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik 1.44. Perkembangan Volume Ekspor Bali Juta USD 2 %, yoy 4 Ribu Ton 16 %, yoy 2 16 12 8 4 3 2 1 (1) 12 8 4 15 1 5 (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (1) 29 21 211 212 29 21 211 212 Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS) Volume Ekspor g Volume Ekspor (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Pada triwulan IV-212 ekspor Bali masih didominasi oleh ekspor perikanan (27,8%), perhiasan (17,63%), pakaian jadi (14,67%), kerajinan kayu (9,95%), dan furniture (7,84%). Kelimanya memiliki pangsa 77,9% terhadap nilai ekspor Bali. Dilihat perkembangannya, kontraksi pertumbuhan masih ditunjukkan terutama ekspor perhiasan, kerajinan kayu, dan pakaian jadi. Ketiganya mengalami kontraksi 23,7%, 8,39% dan 8,1% (yoy). Beberapa contact Liaison Kantor Perwakilan Bank Indoenesia Wilayah III menyatakan bahwa perlambatan ekspor ketiganya banyak dipengaruhi oleh pelemahan demand dari negara tujuan ekspor, terutama ke Eropa. Khusus untuk ekspor kerajinan kayu kendala yang dihadapi tidak hanya pelemahan demand, namun juga dipengaruhi oleh dikeluarkannya peraturan mengenai legalitas kayu yang berpotensi 3 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional menyebabkan pelemahan ekspor dalam jangka pendek. Sementara itu ekspor perikanan dan ekspor mampu tumbuh positif masing-masing 6,35% dan 4,65% (yoy). Positifnya ekspor perikanan dipengaruhi pula oleh hasil tangkapan yang membaik di akhir tahun. Namun demikian, volatilitas dalam jangka pendek diperkirakan masih akan terjadi untuk seluruh komoditas ekspor utama Bali. Grafik 1.45. Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik 1.46. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Furniture 8% Wood Manufacture 1% Lainnya 22% Pakaian Jadi 15% Perikanan 28% Perhiasan 17% % yoy 8 6 4 2 (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (4) 29 21 211 212 Perikanan Perhiasan Pakaian Jadi Wood Manufacture Furniture Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Berdasarkan negara tujuan, ekspor Bali masih didominasi ke Amerika Serikat (21,19%), Jepang (14,11%), Australia (12,28%), Singapura (7,15%) dan Hongkong (5,21%). Ekspor yang dikirim ke lima negara tersebut memiliki pangsa 59,94% dari nilai ekspor Bali. Kontraksi pertumbuhan masih ditunjukkan oleh kinerja ekspor ke negara Jepang, Singapura, dan Hongkong dengan kontraksi masing-masing 8,95%, 19,6%, 22,31% (yoy). Ekspor ke Jepang terutama berupa komoditas perikanan, dan masih mengalami kontraksi di triwulan IV-212 sementara permintaan dari buyer masih tinggi. Mayoritas ekspor ke Singapura berupa perhiasan dan pakaian jadi, dan keduanya masih mengalami kontraksi di triwulan IV-212. Demikian pula mayoritas ekspor ke Hongkong yang berupa perhiasan dan perikanan juga masih mengalami kontraksi di triwulan IV. Sementara itu ekspor ke Amerika dan Australia menunjukkan pertumbuhan positif di triwulan IV, masingmasing sebesar 11,58% (yoy) dan 18,41% (yoy). Peningkatan ekspor ke Amerika Serikat terutama pada komoditas perikanan dan furniture. Sementara peningkatan ekspor ke Australia terutama terjadi pada komoditas pakaian jadi, perhiasan, furniture, perikanan dan kerajinan kayu. Grafik 1.47. Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1.48. Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan Other Countries 4.6% US 21.19% Australia 12.28% %, yoy 14 11 8 5 Hongkong 5.21% Singapore 7.15% Japan 14.11% 2 (1) (4) (7) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 29 21 211 212 US Australia Japan Singapore Hongkong Other Countries Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 31

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Kinerja impor juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan, dari 5,58% (yoy) menjadi 8,22% (yoy) pada triwulan IV-212. Peningkatan terutama dipengaruhi oleh akselerasi pada subsektor impor antar daerah dari 15,46% (yoy) menjadi 18,59% (yoy). Komponen impor luar negeri masih mengalami kontraksi sebesar 5,18% (yoy), tidak sedalam kontraksi pada triwulan III yang mencapai 7,52% (yoy). Pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor menyebabkan posisi net ekspor semakin mengecil. Dari sisi perdagangan internasional, nilai impor pada triwulan IV-212 tercatat 5,77 juta USD, masih mengalami kontraksi 7,1% (yoy) meskipun tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 7,1% (yoy). Sementara itu volume ekspor justru mencatatkan pertumbuhan signifkan sebesar 1.74,2% (yoy), dengan volume sebesar 29,32 ribu ton. Grafik 1.49. Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik 1.5. Perkembangan Volume Impor Bali Juta USD 16 12 8 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % yoy 4 3 2 1 (1) (2) Ribu Ton 35 3 25 2 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % y oy 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, 8 6 4 2 (2) (4) 29 21 211 212 29 21 211 212 Nilai Impor g Nilai Impor (RHS) Volume Impor g volume impor (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Nilai impor pada triwulan IV didominasi untuk pembelian raw material (29,47%), diikuti consumption goods (45.12%) dan capital goods (25,41%). Impor raw material masih mengalami kontraksi 37,36% (yoy). Sementara impor consumption goods dan capital goods masih tumbuh positif 66,86% Grafik 1.51. Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik 1.52. Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Capital Goods 25% Raw Material & Auxiliary Goods 45% Consumption Goods 3% %,yoy 25 2 15 1 5 (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (1) 29 21 211 212 (15) g Consumption Goods (RHS) g Raw Material (RHS) g Capital Goods (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 32 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Mayoritas impor di triwulan IV-212 berasal dari China (23,71%), Hongkong (22,3%) dan Singapura (17,82%). Dilihat dari perkembangannya, impor dari China dan Hongkong tumbuh positif dan mengalami peningkatan pertumbuhan di triwulan IV, masing-masing sebesar 9,85% dan 15,85% (yoy). Sementara impor dari Singapura masih mengalami kontraksi sebesar 41,4%(yoy). Produk impor dari China terutama peralatan elektronik berupa kabel fiber optic yang mengalami peningkatan signifikan di triwulan IV. Selain itu impor juga berupa produk manufaktur yang digunakan untuk komponen struktur gedung, komponen data processing, jam, serta barang konsumsi seperti baju dan sepatu. Impor dari Hongkong mayoritas berupa komponen data processing, part dan aksesories mesin, serta perhiasan. Sementara impor dari Singapura umumnya berupa permesinan kantor dan automatic data processing. Grafik 1.53. Pangsa Impor Berdasarkan Negara Asal Grafik 1.54. Perkembangan Impor berdasarkan Negara Asal Thailand 5% Taiwan 5% USA 5% Germany 2% Australia 5% Vietnam 5% South Korea 1% Singapore 18% Other Countries 8% RRC 24% Hongkong 22% %, yoy 35 25 15 5 (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (15) 29 21 211 212 Singapore USA Hongkong RRC Australia Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 33

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Boks A : Boks A. Peluang Pemerataan Hasil Industri Pariwisata Bali, Pandangan Pelaku Usaha Bali sebagai pusat kegiatan pariwisata di Indonesia menjadi magnet bagi kegiatan usaha terutama yang bergerak di sektor industri kreatif dan sektor usaha pendukung kegiatan pariwisata. Masih terpusatnya kegiatan pariwisata di wilayah Bali bagian Selatan menyebabkan pemanfaatan potensi wisata di kalangan pengusaha juga tidak merata. Hasil survei Bank Indonesia terhadap 2 pengusaha di 8 kabupaten dan 1 kota yang berada di wilayah Provinsi Bali menunjukkan bahwa 32% hasil kegiatan usaha pariwisata di Bali dinikmati oleh pengusaha di Kabupaten Badung. Urutan berikutnya adalah Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar dengan porsi perolehan omzet masing-masing sebesar 21% dan 15%. Untuk kabupaten lainnya, proporsinya masih di bawah 1% (lihat Grafik A). Tidak meratanya pembagian hasil dari kegiatan usaha sangat dipengaruhi oleh destinasi wisata yang ada. Ketiga wilayah dengan proporsi omzet terbesar tersebut merupakan daerah wisata utama dan pusat kegiatan perekonomian di Provinsi Bali. Kalangan pengusaha juga menyatakan bahwa sebagian besar wisatawan di Bali berkunjung di tiga destinasi utama yaitu Kabupaten Badung dengan wisata andalan Kuta dan Jimbaran, Kabupaten Gianyar dengan wisata andalan Ubud dan sekitarnya serta wilayah Kota Denpasar sebagai pusat kegiatan ekonomi di Bali. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi hasil kegiatan pariwisata disebabkan oleh ketimpangan pengembangan destinasi wisata. Hal ini dinyatakan oleh 39% pengusaha yang dijadikan responden (lihat Grafik B). Alasan lainnya yang mengemuka adalah terpusatnya kegiatan ekonomi di wilayah tertentu seperti di Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali yang dinyatakan oleh 19% responden. Perbedaan kemampuan daerah dalam mengembangkan destinasi wisata yang ada juga dipandang mempersulit perolehan hasil dari kegiatan pariwisata. Perbedaan kondisi alam, kualitas SDM dan kebijakan pemda juga turut menyebabkan ketimpangan distribusi hasil kegiatan pariwisata. Grafik A. Proporsi Omzet Usaha di Bidang Pariwisata Grafik B. Penyebab Ketimpangan Distribusi Hasil Pariwisata Tabanan 6% Buleleng 2% Gianyar 15% Karangasem 4% Klungkung Perbedaan Kebijakan 2% kualitas SDM pemda Ketimpangan 9% 6% destinasi Badung Perbedaan wisata 32% kondisi 39% alam 12% Jembrana 9% Denpasar 21% Bangli 9% Perbedaan keuangan daerah 15% Terpusatnya kegiatan ekonomi 19% Sumber : Hasil Survey, diolah Sumber : Hasil Survey, diolah 34 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Proporsi di atas menunjukkan bahwa pemerataan hasil kegiatan pariwisata dapat dilakukan dengan mengembangkan destinasi wisata di luar wilayah Bali Selatan. Pengembangan kerjasama antar pemerintah daerah kabupaten/kota dapat menjadi salah satu terobosan bagi pengembangan destinasi kabupaten yang memiliki kemampuan keuangan lebih rendah. Dengan demikian hasil-hasil kegiatan pariwisata tidak hanya dinikmati di wilayah destinasi utama wisata saja. Grafik C. Harapan Pengusaha dalam Mewujudkan Pemerataan Hasil Pariwisata Pemanfaaatan tenaga lokal 1% Kemudahan perijinan 9% Bantuan pembiayaan 7% Membuka lapangan kerja 2% Pemerataan kesejahteraan 7% Pemerataan pembangunan 8% Perbaikan infrastruktur 5% Destinasi wisata alternatif 19% Promosi wisata yang aktif 15% Sumber : Hasil Survey, diolah Hasil survei kepada pengusaha menunjukkan bahwa 2% responden menginginkan pembukaan lapangan kerja yang lebih luas di seluruh wilayah Bali. Pembukaan lapangan kerja akan memberikan peluang yang lebih besar bagi peningkatan kesejahteraan pada masyarakat yang lebih luas. Pengembangan destinasi wisata alternatif dan promosi wisata yang masif juga diharapkan oleh sebagian besar responden masing-masing sebesar 19% dan 15% dari total responden. Dengan demikian, pemerintah daerah Bali dapat memulai upaya pemerataan pendapatan melalui pengembangan destinasi alternatif seperti desa wisata. Upaya ini diikuti dengan promosi destinasi wisata melalui berbagai media dan event baik nasional maupun internasional. Inisiatif pembangunan pariwisata yang merata oleh pemerintah daerah yang didukung oleh semangat kerja yang tinggi dari pengusaha dapat memperbesar peluang perwujudan pemerataan distribusi hasil pariwisata di Bali. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 35

Bab 1. Ekonomi Makro Regional Halaman ini sengaja dikosongkan 36 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 2 2. Perkembangan Inflasi Ditengah pertumbuhan ekonomi yang ekspansif, laju inflasi Kota Denpasar cenderung terkendali hingga akhir 212. Meskipun terdapat kecenderungan peningkatan inflasi seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat, namun laju inflasi terjaga pada level yang moderat. Sepanjang tahun 212, laju inflasi IHK tercatat sebesar 4,71% (yoy) lebih tinggi dibanding laju inflasi tahun sebelumnya sebesar 3,75% (yoy), dan inflasi nasional sebesar 4,3% (yoy). Terjaganya inflasi dipengaruhi oleh rendahnya tekanan inflasi kelompok volatile food, gejolak harga pada kelompok komoditas ini umumnya mampu memberikan warna pada pergerakan inflasi secara signifikan seperti yang terjadi pada dua tahun sebelumnya. Walaupun volatile food relatif terjaga, namun sumber tekanan inflasi di tahun 212 umumnya masih berasal dari komoditas pangan, yang terdapat baik pada kelompok bahan makanan maupun kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Hal ini mengindikasikan pergerakan inflasi lebih dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 3,29%, jauh lebih tinggi dibanding dengan kontribusi kelompok volatile dan administered price yang sebesar 1,2% dan,22%. 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI Pergerakan harga komoditas volatile food yang cukup terkendali sepanjang 212, mampu menjaga inflasi pada level 4,71% (yoy). Laju inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh tekanan pada inflasi inti yang mencapai 3,29% dengan laju 4,98% (yoy), seiring dengan kuatnya permintaan masyarakat, hal ini terlihat dari hasil Survei Konsumsi dengan indeks keyakinan konsumen dan konsumsi durable good pada 212 yang cenderung meningkat. Sementara tekanan dari volatile food lebih banyak bersumber dari komoditas bumbu seperti bawang merah dan bawang putih, sedangkan untuk komoditas beras, yang umumnya memberikan kontribusi cukup besar dalam pembentukan inflasi tercatat mengalami deflasi. Koreksi harga pada komoditas utama seperti beras, mampu menahan laju inflasi volatile food pada 6,52% (yoy) dengan sumbangan 1,2%. Di sisi lain, inflasi administered price, sepanjang tahun 212 cukup rendah, dengan laju 1,42% (yoy) hanya memberikan kontribusi sebesar,22%, sebagian besar bersumber dari peningkatan tarif parkir. 2.1.1. Inflasi Tahunan Kuatnya pertumbuhan ekonomi dan permintaan masyarakat mampu mendorong inflasi 212 bergerak lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Kecenderungan peningkatan permintaan yang terjadi secara persisten tercermin dari hasil Survey Konsumen yang mengalami peningkatan di tahun 212. Rata-rata indeks keyakinan konsumen pada tahun 212 mencapai 19,7 jauh lebih tinggi dibanding tahun 211 sebesar 99,76. Hal ini didukung oleh indek keyakinan terhadap perekonomian yang optimis dan berada pada level 11,25 lebih baik dari tahun sebelumnya yang belum berada di level optimis dengan indek 9,77. Keyakinan konsumen yang tinggi dapat merepresentasikan peningkatan permintaan di masyarakat. Sebagai muaranya, inflasi pada kelompok inti cenderung meningkat. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 37

Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang 211 212 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw Tw II Tw III Tw IV I 1 Bahan Makanan 16.93 1.1 5.86 3.49 4.49 6.74 6.12 6.6 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 1. 11.3 6.79 5.92 7.61 7.21 6.63 8.67 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 6.69 8.56 4.7 4.13 4.86 3.85 4.4 3.97 4 Sandang 4.64 5.49 7.84 6.23 7.19 4.33 2.18.92 5 Kesehatan 1.99 2.96 2.67 2.41 2.74 1.46 1.6 2.13 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 4.63 5.87.87 1.8 2.52 1.67 6.57 6.44 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 1.9 1.86 2.4 2.39 1.92 1.6.99 1.26 UMUM 7.93 7.45 4.4 3.75 4.52 4.32 4.37 4.71 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Denpasar (%) 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.. -1. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 211 212 mtm qtq yoy % y oy 25 2 15 1 5 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 21 211 212 Inflasi IHK (yoy) Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Adm Price (yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Peningkatan inflasi inti akibat konsumsi masyarakat terutama terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan laju inflasi 8,67% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,92% (yoy). Selain pada kelompok makanan jadi peningkatan laju inflasi juga terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 6,6% (yoy) lebih besar dibanding tahun 211 sebesar 3,49% (yoy) serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dengan laju inflasi 6,44% (yoy). Kecenderungan peningkatan harga komoditas kelompok makanan jadi, selain dipengaruhi oleh peningkatan kondisi perekonomian, juga dipicu oleh beberapa faktor musiman, seperti perayaan hari raya keagamaan, libur tahun ajaran sekolah dan libur akhir tahun yang berakibat pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini terlihat dari komoditas kelompok inflasi inti yang secara signifikan mendorong inflasi antara lalin, nasi, ayam goreng, gula pasir dan mie yang keempatnya menyumbang inflasi sebesar,92%. Peningkatan harga komoditas nasi pada tahun 212 tercatat sebesar 21,73% (yoy) dengan sumbangan sebesar,6%, terjadi dalam dua periode, Februari dan Oktober. Peningkatan pada komoditas ini diperkirakan terjadi karena adanya penyesuaian harga akibat peningkatan harga faktor input atau bahan makanan. Inflasi faktor input yang diperkirakan mempengaruhi inflasi komoditas nasi antara lain adalah, infalsi beras pada bulan Februari mencapai 21,32% (yoy) sementara daging dan telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 6,32% (yoy) dan 13,53% (yoy). 38 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 2. Perkembangan Inflasi Selain tekanan dari faktor input, inflasi juga diperkirakan dipicu oleh tingginya permintaan. Komoditas lain yang turut menyumbang inflasi pada kelompok bahan makanan adalah komoditas ayam goreng dan gula pasir yang keduanya menyumbang inflasi sebesar,24% dan masing-masing mengalami inflasi sebesar 13,36% (yoy) dan 25,19% (yoy). Untuk komoditas gula pasir, pemenuhan yang dilakukan melalui perdagangan dengan Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, pada tahun 212 mengalami peningkatan yang cenderung persisten. Dari hasil survey pemantauan harga, harga gula pasir mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada bulan Juli, dengan rata-rata mencapai Rp14.261 per kg dari harga awal tahun sebesar Rp11.89 per kg. Peningkatan harga gula pasir yang cukup tinggi pada pertengahan 212 terjadi seiring dengan terkendalanya pasokan gula khususnya dari Sulawesi Selatan terkait dengan pembatasan konsumsi gula rafinasi, seiring dengan terbatasnya pengadaan gula dari Jawa Timur terkait dengan terbatasnya produksi. Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Inti, IKK dan Konsumsi Durable Goods Grafik 2.4. Inflasi Komoditas Terpilih dalam Kelompok Inflasi Inti Indek 14 12 1 8 6 4 2 % (yoy) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 % (y-o-y).9.8.7.6.5.4.3.2.1. -.1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 29 21 211 212 IKK Konsumsi Durable Goods Inflasi Core (Rhs) SEWA RUMAH AKADEMI/PERG. TINGGI AYAM GORENG 212 NASI SLTA GULA PASIR Sumber : BI dan BPS, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2.5. Perkembangan Harga Gula Pasir Grafik 2.6. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial Rp / kg 16, 15, 14, 13, 12, 11, 1, 9, 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 21 211 212 SHS Putih (lokal) Gulaku IHPR 16 14 12 1 8 6 4 2 % (yoy) 9 8 7 6 5 4 3 2 1-1 23 24 25 26 27 28 29 21 211 212 IHPR Pertumbuhan Harga Sumber : Survey Pemantauan Harga (SPH) BI, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Komoditas kelompok inflasi inti lain yang memberikan sumbangan cukup besar adalah komoditas sewa rumah dengan kontribusi sebesar,79% dengan laju inflasi sebesar 8,22% (yoy), dan komoditas pendidikan tingkat akademi/perguruan tinggi dan tingkat SLTA yang keduanya memberikan kontribusi sebesar,29%. Untuk komoditas sewa rumah, peningkatan tarif umumnya terjadi setiap bulan sepanjang tahun. Besarnya bobot inflasi komoditas sewa rumah menyebabkan kontribusi komoditas ini dalam pembentukan inflasi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 39

Bab 2. Perkembangan Inflasi menjadi signifikan. Perkembangan tarif sewa rumah juga dapat dikonfirmasi dari hasil Survey Harga Properti Residensial (SHPR) yang mengalami peningkatan pada 5,6% (yoy). beberapa faktor yang mendorong peningkatan harga properti dan sewa rumah antara lain, peningkatan ekonomi, migarasi, urbanisasi dan tingginya minat invesatsi di Bali dalam bentuk properti. Meskipun kontribusi kelompok volatile food rendah yaitu sebesar 1,2%, namun beberapa komoditas kelompok ini tercatat mengalami inflasi tinggi dan memberikan kontribusi yang cukup besar. Komoditas volatile food dengan kontribusi terbesar adalah bawang putih, bawang merah dan wortel yang ketiganya memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar,62%. Bawang putih memberikan kontribusi terbesar, yaitu,26% dengan inflasi 3,33% (yoy), sementara inflasi bawang merah inflasi 54,97% (yoy) dan wortel sebesar 9,33% (yoy). Inflasi ketiga komoditas ini umumnya terjadi di akhir tahun, yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi bawang dan wortel terganggu, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dari catatan Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM), peningkatan harga komoditas bawang merah dan bawang putih terbesar pada terjadi pada bulan November, namun demikian, peningkatan tersebut masih tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya pada tahun 211. Harga bawang merah tertinggi terjadi pada bulan Desember mencapai Rp2.935 per kg, sementara rata-rata harga tahun 211 mencapai Rp 21.912 per kg. Demikian pula untuk bawang putih, harga tertinggi mencapai Rp2.57 per kg, sementara rata-rata 211 sebesar Rp 21.422 per kg. Inflasi lebih lanjut pada kelompok volatile food tertahan oleh deflasi pada beberapa komoditas utama, seperti cabe rawit, minyak goreng dan beras. Penyesuaian harga yang terus berlanjut seiring dengan stabilitas produksi mendorong koreksi harga cabe rawit khususnya pada paruh ke dua tahun 212. Pada akhir tahun cabe mengalami deflasi 29,49% (yoy) dengan kontribusi terhadap inflasi sebesar -,7%, level harga pada periode tersebut adalah Rp18.469 per kg, jauh di bawah harga rata-ratanya pada 212 sebesar Rp22.942 per kg. Komoditas lain yang turut menahan laju inflasi adalah minyak goreng dan beras yang keduanya menyumbang deflasi sebesar,2%. Beras mengalami deflasi sebesar,13% (yoy) sebagai akibat terjaganya level harga di level petani dan penggiling khususnya di luar periode puncak panen. Sepanjang tahun 212, inflasi beras tertinggi hanya mencapai 2,22% (mtm) yang terjadi pada bulan Juli terkait dengan terbatasnya pasokan, namun pada periode puncak panen bulan Maret, beras justru mengalami deflasi 3,58% (mtm). Stabilitas harga beras ditengah prediksi penurunan produksi (dari produksi 211 sebesar 858.316 ton menjadi 846.738 ton (ARAM 212)), diperkirakan karena kelancaran pasokan dan kemampuan BULOG dan distributor melakukan pengadaan. Selain itu kebijakan pengendalian harga seperti LUEP (Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) juga cukup efektif mempengaruhi jumlah pasokan di pasar. Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Terpilih Grafik 2.8. Komoditas Deflasi Kelompok Volatile Food Rp / kg 3, 25, 2, 15, 1, 5, 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 21 211 212 WORTEL Bawang Merah Bawang Putih % (y-o-y) % (y-o-y).1 1.5.1 1..1.1.5... -.5.. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12-1. UDANG BASAH 212 TOMAT BUAH MINYAK GORENG BERAS (RHS) CABE RAWIT (RHS) Sumber : Survey Pemantauan Harga (SPH) BI, diolah Sumber : BI, BPS, diolah 4 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.1.2. Inflasi Triwulanan Inflasi sepanjang triwulan IV-212 banyak diwarnai oleh fenomena cuaca. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi di penghujung tahun mempengaruhi produksi dan pasokan hasil pertanian dan komoditas bahan makanan. Tekanan inflasi sepanjang triwulan IV-212 tercatat sebesar 1,12% (qtq) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar,87% (qtq) dan triwulan yang sama tahun 211 sebesar,81% (qtq). Faktor musim yang sangat kental mendorong inflasi kelompok bahan makanan berada pada level 2,1% (qtq) dengan sumbangan,47% merupkan yang tertinggi dibanding kelompok komoditas lainnya. Pada kelompok bahan makanan, komoditas yang memberikan sumbangn cukup besar dalam pembentukan inflasi antara lain bawang merah, bawang putih, wortel, daging ayam ras dan sawi hijau, kelimanya memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar,52%. Bawang merah tercatat mengalami inflasi yang sangat tinggi, mencapai 66,39% (qtq) dengan kontribusi,25%. Terbatasnya pasokan baik dari lokal maupun luar pulau menjadi alasan peningkatan ini. Kondisi ini dipengaruhi oleh terkendalanya produksi bawang merah di sentra-sentra penghasil akibat curah hujan yang tinggi. Sebagai dampaknya, harga bawang merah di pasar mencapai titik tertingginya pada bulan Desember sebesar Rp21.365 per kg jauh lebih tinggi dibanding rata-rata triwulan sebelumnya sebesar Rp18.46 per kg. Seiring dengan terbatasnya pasokan bawang merah, bawang putih juga mengalami kecenderungan serupa. Meskipun demikian, pasokan dari impor diperkirakan berperan dalam pengendalian dan ketersediaan pasokan di pasar. Selain berpengaruh pada komoditas bumbu-bumbuan dan sayuran, tingginya curah hujan juga berpengaruh pada pasokan daging ayam ras. Dari hasil pemaparan Dinas Peternakan (TPID Provinsi Bali), curah hujan yang tinggi umumnya berpengaruh pada perubahan suhu dan berpotensi meningkatkan perkembangan dan penyebaran penyakit dan virus yang mempengaruhi produksi budidaya ayam ras. Sebagai akibatnya komoditas ini mengalami inflasi sebesar 4,39% (qtq). Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang 212 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 Bahan Makanan 1.54 2.5 2.32.67.95 2.1 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 1.3.71 3.84 1.47.48 2.63 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar.38.56 1.93.94.55.49 4 Sandang 3.16 1.1 1.33 (1.28) 1.3 (.14) 5 Kesehatan.18.1 1.23 (.6).32.63 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga.12.2 1.13.39 4.94 (.1) 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.32.7.73 (.7).24.35 UMUM.82.81 2.1.62.87 1.12 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sesuai dengan pola inflasi triwulan IV pada tahun-tahun sebelumnya, pergerakan inflasi inti pada triwulan IV-212 cenderung mengalami peningkatan. Kelompok inti mengalami inflasi sebesar 1,8% (qtq) dengan sumbangan sebesar,71%. Tekanan inflasi kelompok inti pada triwulan IV sangat dipengaruhi oleh kuatnya permintaan yang disebabkan oleh perayaan hari besar keagamaan dan tingginya tingkat kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Pada triwulan IV, faktor ekspektasi umumnya juga mempengaruhi pembentukan inflasi kelompok inti. Beberapa komoditas seperti sewa rumah, makanan jadi, dan penyelenggaran rumah tangga, umumnya mengalami penyesuaian harga. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 41

Bab 2. Perkembangan Inflasi Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Volatile Food Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Inflasi Inti % (q-t-q).3 % (q-t-q).4.2.3.1.2..1 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 -.1 211 212. 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 -.2 DAGING AYAM RAS SAWI HIJAU -.1 211 212 TONGKOL PINDANG MIE NASI SEWA RUMAH ANGKUTAN UDARA -.3 -.4 BAWANG MERAH BAWANG PUTIH WORTEL -.2 -.3 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok inti adalah nasi, dengan laju inflasi 1,7% (qtq). Komoditas ini mampu menyumbang inflasi sebesar,31%. Komoditas lain dengan kontribusi besar adalah sewa rumah sebesar,15%. Peningkatan tarif sewa rumah pada triwulan IV umumnya merupakan peningkatan yang terbesar, mengingat pada periode ini faktor yang mempengaruhi kenaikan harga cukup beragam, seperti kuatnya permintaan dan faktor ekspektasi inflasi tahun depan atau periode berikutnya. Peningkatan permintaan sewa rumah umumnya meningkat pada akhir tahun seiring dengan peningkatan kunjungan wisatawan, hal ini terjadi karena perilaku sebagian wisatawan yang mulai memilih menggunakan jasa sewa rumah untuk kebutuhan akomodasi di bandingkan menggunakan hotel. Seiring dengan libur akhir tahun dan peningkatan kunjungan wisatawan pada triwulan IV, tarif angkutan udara juga cenderung mengalami peningkatan. Meskipun inflasi komoditas angkutan udara cukup berfluktuasi, namun pada akhir tahun inflasi mencapai 14,58% (qtq), dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar,6%, hal ini mampu mengindikasikan tingginya pemanfaatan jasa angkutan udara oleh masyarakat. 2.2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Inflasi triwulan IV-212, terutama bersumber dari tekanan pada kelompok inflasi inti yang memberikan sumbangan dalam pembentukan inflasi sebesar 3,29%, merupakan catatan tertinggi sepanjang 212. Sementara inflasi kelompok volatile food dan administer price cenderung stabil dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,2% dan,22%. Adapun faktor yang umumnya mempengaruhi laju inflsi pada triwulan IV-212 antara lain, peningkatan biaya input dan produksi termasuk didalamnya akibat musim hujan atau cuaca, peningkatan pada sisi permintaan serta faktor ekspektasi. Faktor peningkatan biaya input dan produksi menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pergerakan inflasi sepanjang triwulan IV. Peningkatan biaya input yang terakumulasi selama empat triwulan mendorong komoditas nasi pada kelompok makanan jadi mengalami inflasi yang cukup tinggi. Inflasi ini diperkirakan terjadi sebagai bentuk respon pelaku usaha untuk menyesuaikan harga jual produk setelah bahan baku cenderung meningkat pada periode sebelumnya. Untuk komoditas tersebut, beberapa bahan baku telah mengalami peningingkatan yang cukup tinggi di akhir triwulan III-212, seperti beras inflasi 2,31% (yoy), daging ayam kampung inflasi 9,9% (yoy), daging ayam ra 9,34% (yoy), daging sapi 17,25% (yoy), ikan gurami 26,51%, telur ayam ras 6,32% (yoy), sub kelompok komoditas sayur-sayuran 14,4% (yoy), cabe 42 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 2. Perkembangan Inflasi merah 142,19 % (yoy) serta cabe rawit sebesar 49,18% (yoy). Selain komoditas nasi, penyesuaian harga dengan peningkatan harga bahan baku juga terjadi pada komoditas makanan jadi lain seperti ketupat dan soto. Grafik 2.11. Sumbangan Inflasi Menurut Disagregasinya Grafik 2.12. Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Komoditas % (yoy) 6 5 % (yoy) 6 5 4 4 3 3 2 2 1 1-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Umum /Total 212 Core Inflation Administered Price Volatile Food 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Umum /Total Bahan Makanan Makanan Jadi 212 Perumahan Transportasi Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Dari sisi produksi, musim hujan pada akhir tahun 212 juga mendorong inflasi secara cukup signifikan. Curah hujan tinggi yang terjadi secara hampir merata di seluruh Indonesia, menyebabkan pasokan pasokan bawang merah dan bawang putih mengalami kendala. Kendala tersebut muncul karena komoditas bawang cukup rentah terhadap hujan, akibatnya kualitas menurun dan jumlah produksi menjadi berkurang signifikan. Fenomena yang terjadi secara luas menyebabkan pemenuhan melalui perdagangan antar pulau juga mengalami kendala. Faktor cuca juga mendorong inflasi pada komoditas sayuran dan bumbu-bumbuan yang lain seperti wortel, kacang panjang dan sawi. Selain komoditas tersebut, cuaca juga mampu mempengaruhi produksi peternakan khususnya daging dan telur ayam ras. Faktor lain yang cukup memberikan pengaruh pada pembentukan inflasi adalah faktor permintaan yang cukup kuat. Peningkatan jumlah permintaan akibat kunjungan wisatawan yang mencapai puncaknya di akhir tahun dan perayaan berbagai hari besar keagamaan serta maraknya penyelenggaran kegiatan social kemasyarakatan, mampu mendorong inflasi. Beberapa komoditas yang terpengaruh oleh faktor demand ini antara lain sewa dan kontrak rumah, komoditas pada kelompok makanan jadi, sepeda motor dan upah pembantu rumah tangga. Selain komoditas sewa dan kontrak rumah, komoditas lain dalam sub kelompok yang sama, sub kelompok biaya tempat tinggal, seperti keramik, batu bata dan semen juga cenderung mengalami inflasi. Hal ini mengkonfirmasi tingginya permintaan terhadap properti residensial atau perumahan dan Bali. Momentum akhir tahun umumnya juga dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk melakukan penyesuaian harga, meskipun tidak terdapat perubahan yang cukup besar pada sisi permintaan maupun penawaran. Penyesuaian harga yang dilakukan pada akhir tahun, selain menjadi pola rutin tahunan, juga ditujukan untuk mengantisipasi kecenderungan peningkatan harga atau inflasi di masa yang akan datang atau tahun 213. Beberapa komoditas yang diperkirakan terpengaruh oleh fenomena ini antara lain, komoditas sewa rumah, biaya pendidikan serta beberapa komoditas makanan jadi. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 43

Bab 2. Perkembangan Inflasi Grafik 2.13. Ekspektasi Konsumen terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan Grafik 2.14. Ekspektasi Pedagang terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan Indeks % yoy 2 9 19 8 18 7 17 6 16 5 15 14 4 13 Ekspektasi Harga 3 bln yad. 3 12 Ekspektasi Harga 6 bln yad. 2 11 Inflasi (yoy) - RHS 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 211 212 indeks 2 18 16 14 12 1 8 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 21 211 212 3 bln yad 6 bln yad Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia Sumber : Survey Penjualan Eceran Bank Indonesia Sementara dari sisi peraturan, meskipun tidak memberikan kontribusi yang cukup besar, namun terdapat beberapa kebijakan yang mempengaruhi inflasi. Inflasi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah khususnya terjadi pada tarif parkir, cukai rokok kretek dan cukai rokok putih. Dalam hal distribusi, kelancaran distribusi tidak banyak mempengaruhi pergerakan harga pada triwulan IV-212. Dari pencatatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Bali, meskipun pada akhir tahun terjadi peningkatan curah hujan dan tinggi gelombang laut, namun hal tersebut tidak menyebabkan penundaan yang berarti bagi distribusi barang. Boks B : Boks B. Disparitas Harga Beras Dalam perhitungan inflasi di Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra), beras merupakan komoditas dalam komponen volatile food dengan bobot inflasi terbesar mencapai 7,39%%. Dengan besarnya bobot tersebut, pergerakan harga di komoditas ini memberikan pengaruh relatif besar terhadap inflasi Balinusra. Grafik A. Koefisien Variasi Beras Grafik B. Variasi Harga Antar Daerah.2 CV_Beras.18.16.14.12.1.8.6.4.2. Mar- Nov-1 Jul-3 Mar-5 Nov-6 Jul-8 Mar-1 Nov-11 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Hasil Estimasi 44 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 2. Perkembangan Inflasi Melalui perhitungan koefisien variansi, komoditas beras menunjukkan koefisien yang cukup bergejolak. Komoditas beras juga menunjukkan adanya tren peningkatan antar waktu, meskipun derajat peningkatan tidak terlalu besar (koefisien variansi rata-rata 2-211 sebesar,11). Hal ini mengindikasikan tingkat variabilitas harga yang semakin melebar atau menjauh dari rata-rata. Variasi harga beras yang relatif besar di Balnustra terutama terjadi di Bali dan NTT yang merupakan daerah pengimpor beras. Sementara di NTB variasi harganya relatif kecil, beberapa daerah di NTB yang merupakan produsen beras bahkan memiliki variasi harga yang tidak terlalu berbeda dengan harga di kota acuan (Surabaya). Sesuai dengan mekanisme pembentukan harga menuju keseimbangan permintaan dan penawaran (Qd=Qs), maka harga yang terbentuk pada daerah surplus (Ps) akan lebih rendah dibanding harga yang terbentuk di daerah defisit (Pd). Kondisi ini mendorong perdagangan antara daerah, yaitu dari daerah surplus menuju ke daerah defisit hingga akhirnya terbentuk keseimbangan transaksi di harga Pm. Hal ini sesuai dengan teori Law of One Price Theory, dimana pada pasar yang efisien dan sempurna, barang yang sama harus memiliki kesamaan harga di beberapa wilayah. Dengan demikian, perbedaan harga hanya disebabkan oleh biaya transportasi. Selanjutnya, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas harga, maka dilakukan estimasi dengan menggunakan model sebagai berikut : Dimana : pp iiiiii pp jjjjjj = ββ + ββ 1 JJJJJJJJJJ EEEEEEEEEEEEEE iiiiii + ββ 2 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII iiiiii + ββ 3 ZZ iiiiii + εε iiii pp ii pp jj merupakan deviasi (selisih) harga absolut dari di kabupaten/kota i dengan daerah referensi j JJJJJJJJJJ EEEEEEEEEEEEEE iiiiii merupakan proksi dari biaya transportasi yang didekati dengan jarak dari kabupaten/kota i ke daerah referensi j, kemudian dibobot dengan populasi daerah referensi. IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII iiiiii atau kualitas infrastruktur merupakan interaction term antara rasio jumlah desa beraspal dikalikan dengan variable jarak ekonomi. ZZ iiiiii dalam persamaan merefleksikan kondisi supply dan demand di suatu daerah. Dari sisi supply, variable yang digunakan adalah produktivitas lahan yang merupakan jumlah produksi dibagi dengan luas lahan untuk masing-masing komoditas pangan. Untuk menggambarkan sisi demand, digunakan variable pendapatan perkapita riil yang didapatkan dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan dibagi dengan jumlah penduduk. Data yang digunakan merupakan data cross section 34 kabupaten/kota dengan series data triwulanan dari 22 hingga 211. Hasil uji Hausman test dan LM test menunjukkan signifikansi pada level 1%, sehingga metode estimasi untuk komoditas beras akan menggunakan Panel Regression dengan pendekatan fixed effect. Adapun hasilnya sebagai berikut : Tabel A. Estimasi Disparitas Harga Komoditas Beras Variabel Basic Model Extension Model Fixed Effect Fixed Effect Jarak Ekonomi 3.54 5.94 * (3.25) (3.38) Kualitas Infrastruktur -13.45 *** -17.65 *** (4.73) (4.5) Produktivitas Pendapatan per kapita riil 19.1 *** (3.18) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 45

Bab 2. Perkembangan Inflasi PDRB deflator (input price) -46.58 *** (1.85) Konstanta 19.26 *** 36.19 *** (19.79) (53.97) Dummy Regional - - Dummy Waktu Observasi 136 136 R-squared.148.169 Hasil uji : Hausman test 19.73 28.54 Prob>chi2.. LM Test 357.52 16.26 Prob>chi2.. Keterangan : Standard error dalam tanda kurung * signifikan pada level 1%, ** signifikan pada level 5%, *** signifikan pada level 1% Hasil estimasi terhadap komoditas beras menunjukkan jarak ekonomi dan kualitas infrastruktur signifikan mempengaruhi variabilitas harga antar daerah. Koefisien positif pada variabel jarak ekonomi menunjukkan bahwa semakin besar jarak daerah-i dengan sentra ekonomi, maka akan semakin besar biaya transportasi sehingga variabilitas harga antar daerah semakin tinggi. Sehingga dengan hasil estimasi seperti diatas, bila jarak ekonomi lebih dekat 1% maka akan menyebabkan disparitas harga beras berkurang 6%. Sementara itu, koefisien negatif pada variabel kualitas infrastruktur dapat diintepretasikan bahwa semakin baik kualitas variabel infrastruktur akan berpengaruh pada semakin kecilnya variabilitas harga beras. Dengan kata lain, bila kualitas infrastruktur jalan meningkat 1% maka disparitas akan berkurang 17-18%. Hal ini menunjukkan pentingnya biaya transportasi terhadap perbedaan harga antar wilayah. Pendapatan per kapita riil memiliki koefisien yang signifikan dan positif, yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat akan meningkatkan konsumsi beras dengan kualitas lebih baik dengan harga yang lebih mahal. Secara umum, model ini hanya dapat menjelaskan variasi pada variabilitas harga dengan R-squared sebesar 16,9%. Sumber : Hasil Estimasi Gambar A. Kontribusi Jarak Ekonomi Terhadap Variasi Harga Beras Selanjutnya dari hasil estimasi, dilakukan perhitungan kontribusi jarak ekonomi terhadap variasi harga. Dapat dilihat bahwa Semakin jauh jarak dari daerah acuan menyebabkan kontribusi jarak ekonomi terhadap variasi harga yang semakin besar. Pada provinsi NTT kontribusi jarak ekonomi terhadap variasi harga semakin besar dibandingkan dengan Bali dan NTB Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa variabel jarak ekonomi dan kualitas infrastruktur signifkan mempengaruhi disparitas harga. Lebih lanjut, jarak yang semakin jauh dari daerah acuan juga menyebabkan kontribusi jarak ekonomi terhadap variasi harga yang semakin besar. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan konektivitas antar daerah. Dalam jangka panjang, penguatan konektivitas dapat menurunkan biaya transportasi dan berujung pada stabilnya inflasi. 46 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Seiring pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kinerja perbankan juga mampu tumbuh tinggi, meskipun beberapa indikator kinerja mengalami perlambatan. Secara umum, aset, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR), masih mampu tumbuh 22,93%, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,71%. Walaupun peningkatan pertumbuhan aset tidak diiringi oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK), namun kredit tercatat mampu tumbuh sebesar 3,27%, dan catatan akhir tahun 212 merupakan pertumbuhan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Ekspansi kredit yang tinggi mendorong fungsi intermediasi yang tercermin dari peningkatan LDR menjadi sebesar 72,86%. Sejalan dengan peningkatan LDR, rasio BOPO bank umum juga cenderung mengalami perbaikan menjadi 69,44%, hal ini mengindikasikan peningkatan efisiensi operasional perbankan. 3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Pada tahun 212, kegiatan perbankan mampu tumbuh tinggi dengan memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi yang kuat. Aset bank umum mampu tumbuh 22,12% (yoy), meskipun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 24,66% (yoy), namun tercatat lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 19,21% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini juga dikonfirmasi dari optimisme baik pelaku usaha maupun konsumen yang tercatat dalam hasil survei kegiatan dunia dan survei konsumen. Pertumbuhan aset yang tinggi ditengah pertumbuhan ekonomi, mendorong praktek bisnis bank yang semakin efisien. Hal ini diindikasikan dari rasio BOPO yang cenderung mengalami penurunan dari 73,6% pada 211 menjadi 69,44% pada 212, yang terutama didorong oleh peningkatan pendapatan suku bunga yang meningkat cukup tinggi sebesar 2,51% sementara beban operasional hanya meningkat 11,63%. Hal ini juga mendorong pencapaian rasio ROA, dari 4,14% menjadi 4,93%. Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) Indikator 211 212 I II III IV I II III IV Aset 44,517 47,111 48,92 52,11 53,242 57,91 6,983 63,625 Kredit Umum 25,354 27,14 28,733 3,576 31,855 34,337 36,684 39,662 Modal Kerja 1,538 11,176 11,779 12,75 12,948 14,518 15,182 16,512 Investasi 4,463 4,968 5,534 5,727 6,183 6,44 7,11 7,884 Konsumsi 1,353 1,995 11,421 12,99 12,724 13,415 14,392 15,266 Kredit MKM 21,142 22,549 23,671 25,31 25,747 27,599 29,257 31,274 Pangsa Kredit MKM 83.38 83.9 82.38 81.86 8.83 8.38 79.76 78.85 Kredit UMKM 1,529 11,579 12,158 12,776 12,925 14,411 14,873 15,959 Pangsa Kredit UMKM 41.53 42.66 42.31 41.78 4.58 41.97 4.54 4.24 Dana Pihak Ketiga 38,536 4,34 42,81 45,64 46,898 49,577 52,988 54,948 Deposito 12,656 13,146 14,177 14,547 14,971 15,412 15,412 15,412 Giro 7,931 8,73 8,867 8,838 9,896 1,347 1,347 1,347 Tabungan 17,949 18,491 19,757 22,219 22,31 23,818 23,818 23,818 NPL (Gross) 2.16 2.17 1.96 1.51 1.41.76.73.5 LDR 65.79 67.28 67.13 67.5 67.92 69.26 69.23 72.18 Sumber : Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 47

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Perbankan pemerintah, baik BUMN maupun bank pembangunan daerah, masih menjadi pendorong pertumbuhan aset yang dominan. Bank pemerintah tercatat memiliki share dalam pembentukan aset perbankan di Bali sebesar 59,1%, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 58,%. Selain kontribusi yang sangat besar, pertumbuhan aset bank permerintah juga tercatat sebagai yang tertinggi mencapai 24,44% (yoy). Peningkatan pertumbuhan yang sangat tinggi mendorong peningkatan share bank pemerintah. Hal ini terutama didukung oleh jumlah kantor dan jaringan kantor yang relatif besar dengan 3 kantor cabang, 89 kantor cabang pembantu dan 164 kantor kas. Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank %, yoy Rp Miliar 33 7, 31 6, 29 27 5, 25 4, 23 3, 21 19 2, 17 1, 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 211 212 Nom. Aset (RHS) g Aset g Kredit g DPK Share, % %, yoy 1% 5 8% 4 3 6% 2 4% 1 2% -1 % -2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 211 212 Share Bank Pemerintah Share Bank Asing & Campuran Share Bank Swasta Nasional g Bank Swasta Nas (RHS) g Bank Asing & Camp. (RHS) g Bank Pemerintah (RHS) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Sementara itu, walaupun jumlah kantor perbankan swasta cukup besar dengan 39 kantor cabang, 153 kantor cabang pembantu dan 163 kantor kas, namun konsentrasi yang tinggi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, menyebabkan pertumbuhan bank swasta tidak secepat bank pemerintah. Pembentukan aset pada kelompok bank swasta pada triwulan IV 212 tercatat sebesar 38,63% dari total aset dengan pertumbuhan sebesar 19,83 % (yoy), share ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar 39,37%. Penurunan share tersebut lebih disebabkan oleh kuatnya pertumbuhan perbankan pemerintah untuk mengerahkan pasar-pasar potensial di luar pusat pertumbuhan ekonomi. Sementara kelompok bank asing campuran yang umumnya hanya beroperasi di Kota Denpasar memiliki share pembentukan aset sebesar 2,26%, dengan pertumbuhan aset sebesar 5,17% (yoy). 3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan di Bali menunjukkan adanya peningkatan. Dari indikator LDR, dapat diindikasikan intermediasi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan komitmen perbankan dalam mendorong perekonomian daerah. Tingkat LDR pada 212 mencapai 72,18% dan merupakan capaian LDR tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Beberapa faktor yang diperkirakan mendorong peningkatan LDR adalah peningkatan dan pertumbuhan ekonomi yang menuntut tambahan pendanaan dari perbankan. Sejalan dengan hal tersebut, tingginya iklim usaha dan investasi juga menahan laju pengerahan dana masyarakat ke perbankan, karena masyarakat cenderung untuk menggunakan dana yang dimiliki untuk mengembangan maupun menginisiasi kegiatan usaha dibandingkan menyimpannya dalam sistem perbankan. Selain itu, faktor penurunan suku bunga juga diperkirakan turut menahan laju pengerahan DPK dan memberikan insentif bagi ekspansi kredit. 48 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Catatan LDR perbankan di Bali semakin tinggi apabila dilihat dari sisi lokasi proyek mencapai 79,64%. Selisih antara LDR bank dengan LDR lokasi proyek mengindikasikan besarnya pendanaan kredit perbankan yang dilakukan dari luar Bali. Hal ini diperkirakan karena adanya pembatasan persetujuan kredit untuk kredit dengan nominal besar, sehingga persetujuan harus dilakukan oleh kantor pusat atau kantor wilayah yang berkedudukan di luar Bali. Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Aset Terhadap Kredit Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga (%) 75 % 7 % 15 7 65 6 55 5 45 6 5 4 3 14 13 12 4 I II III IV I II III IV I II III IV 2 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 11 21 211 212 21 211 212 LDR Share kredit tdh aset Sk. Bunga DPK BI Rate Sk. Bunga Kredit (Rhs) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Ekspansi kredit tinggi yang menyebabkan pertumbuhan kredit lebih besar dibanding pertumbuhan dana telah mendorong peningkatan LDR dan komposisi kredit terhadap aktiva produktif bank. Pada akhir 212, komposisi kredit terhadap aset meningkat menjadi 62,34%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 58,69%. Peningkatan share kredit terhadap total aset mampu mengindikasikan peningkatan kinerja perbankan dalam melaksanakan fungsi intermediasi. Peningkatan fungsi intermediasi dan komitmen perbankan dalam mendorong perekonomian juga tercermin dari share peningkatan kredit terhadap PDRB yang cenderung terus mengalami peningkatan. Pada akhir 212 share peningkatan kredit tehadap PDRB mencapai 41,21%, secara tahunan total kredit terhadap total PDRB mencapai 47,4%. Grafik 3.5. Perkembangan Share Kredit thd PDRB Grafik 3.6. Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank (%) 45 4 35 3 25 2 15 1 5 - I II III IV I II III IV I II III IV (%) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 - I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Share growth kredit triwulanan thd PDRB Sahare growth kredit tahunan terhadap PDRB 21 211 212 LDR Pemerintah LDR Swasta LDR Asing Campurang Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 49

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Lebih jauh, dilihat menurut kelompok banknya, bank pemerintah merupakan bank dengan pencapaian LDR tertinggi sebesar 75,89% diikuti oleh bank swasta sebesar 69,72% dan bank asing hanya sebesar 21,68%. LDR bank swasta tercatat mengalami peningkatan terbesar dari 57,6% di tahun 211, menjadi 69,72%. Demikian pula dari komposisi kredit terhadap aset, bank swasta mengalami peningkatan terbesar dari 49,62% pada 211 menjadi 58,34%. Sementara komposisi aset terhadap kredit bank pemerintah, meskipun tercatat sebagai yang terbesar namun mengalami penurunan dari 66,83% menjadi 59,83%. Grafik 3.7. Komposisi Kredit Terhadap Aset (%) 8 7 6 5 4 3 2 1 - I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Pemerintah Swasta Asing Campurang Sumber : Bank Indonesia, diolah 3.1.1.1. Penghimpunan Dana Ditengah penyerapan dana yang tinggi oleh sektor riil, pertumbuhan pengerahan DPK oleh perbankan tercatat melambat dari 23,8% (yoy) pada triwulan III, menjadi 2,49% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari optimisme pelaku usaha dalam melihat kondisi perekonomian saat ini dan periode yang akan datang. Perlambatan penyerapan dana oleh perbankan selain karena kebutuhan sektor riil yang tinggi, juga diperkirakan akibat kurang menariknya suku bunga simpanan bank dibandingkan dengan pengembalian dari investasi dalam bentuk lain seperti surat berharga dan emas. Sebagai ilustrasi, dari catatan Bursa Efek Indonesia, pada triwulan IV-212 terjadi peningkatan perdagangan saham baik dalam lembar maupun dalam nilai masing-masing meningkat 43,87% (qtq) dan 17,41% (qtq). Lebih lanjut, menurut kelompok bank, perlambatan terjadi pada seluruh kelompok bank. Perlambatan terbesar terjadi pada kelompok bank asing campuran dengan pertumbuhan sebesar 3,4% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 13,43% (yoy). Namun dilihat dari kontribusinya, perlambatan DPK terutama didorong bank pemerintah yang memiliki share 48,35% terhadap total DPK dengan laju pertumbuhan mencapai 23,43% (yoy). Sementara bank swasta nasional dengan share sebesar 3,59%, tercatat melambat dari 21,11% (yoy) menjadi 17,42% (yoy). Menurut jenisnya, pembentukan DPK yang dapat dihimpun perbankan didominasi tabungan yang mencapai 51,1% dari total DPK diikuti oleh deposito sebesar 29,9% dan giro sebesar 19,9%. Konsentrasi DPK dalam jenis tabungan tercatat meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 48,29% dengan jumlah rekening yang meningkat dari 2,17 juta rekening menjadi 2,22 juta rekening. Peningkatan penyerapan DPK menunjukkan tingginya dana yang dapat dicairkan sewaktu-waktu atau dalam jangka pendek, hal ini dapat menjadi indikasi peningkatan kebutuhan likuiditas masyarakat terkait dengan peningkatan kegiatan ekonomi di masyarakat. Selain itu konsentrasi DPK dalam bentuk tabungan juga didorong oleh besarnya dana perorangan terkait dengan struktur perekonomian Bali yang sangat didominasi 5 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran oleh kegiatan usaha skala MKM dan minim kegiatan industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan simpanan dalam bentuk tabungan menjadi pilihan yang paling ideal, mengingat kemudahan dalam bertransaksi. Tabungan juga memiliki pertumbuhan yang sangat tinggi walaupun melambat dibanding triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-212 tabungan tumbuh 26,14% (yoy) melambat dari sebelumnya sebesar 29,52% (yoy). Share deposito tercatat menurun menjadi 29,9% dengan pertumbuhan 12,94% (yoy). Demikian pula dana dalam bentuk giro mengalami penurunan dari 21,71% menjadi 19,9% dengan pertumbuhan yang melambat dari 29,76% (yoy) menjadi 18,7% (yoy). Penurunan share dan perlambatan pertumbuhan dana giro yang cukup besar diperkirakan terjadi seiring dengan berakhirnya tahun anggaran pemerintah. Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Grafik 3.9. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank (%) 1 1 1 1 1 1-35. 3. 25. 2. 15. 1. 5. - (5.) (1.) I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Share Giro Share Tabungan Share Deposito Growth Giro (Rhs) Growth Tabungan (Rhs) Growth Deposito (Rhs) (%) 3 25 2 15 1 5 - I II III IV I II III IV 211 212 Pemerintah Swasta Asing Campurang Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah 3.1.1.2. Penyaluran Kredit Ekspansi kredit pada triwulan IV-212 tercatat tumbuh sebesar 29,72% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 29,72% (yoy). Ekspansi tahun 212 tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan kredit tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV yang mencapai 6,94% (yoy) dan kebutuhan masyarakat akan jasa pembiayaan perbankan. Peningkatan jumlah kredit juga didorong oleh peningkatan jumlah rekening kredit dari 365 ribu rekening menjadi 369 ribu rekening. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh membaiknya aksesibilitas kredit perbankan, sesuai dengan hasil survei kegiatan usaha yang menunjukkan tingkat kemudahan akses kredit yang cenderung meningkat. Hingga akhir 212 penyaluran kredit mencapai Rp 39.662 miliar dan memiliki share terhadap aset sebesar 62,34%, meningkat dari periode sebelumnya sebesar 6,15%. Peningkatan porsi kredit terhadap aset mengindikasikan bahwa bank semakin berupaya untuk meningkatkan perannya dalam perekonomian, dan semakin meningkatkan fungsi intermediasinya. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 51

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik 3.11. Komposisi Kredit (%) (miliar Rp) 32 3 28 26 24 22 2 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 KREDIT Pertumbuhan kredit (Rhs) 6 5 4 3 2 1 (%) (%) 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Share Modal Kerja (Rhs) Share Investasi (Rhs) Share Konsumsi (Rhs) Growth Modal Kerja Growth Investasi Growth Konsumsi 6 5 4 3 2 1 - Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah tercatat sebagai penyalur kredit terbesar dengan share sebesar 45,3%, dengan tingkat pertumbuhan yang meningkat menjadi 23,27% (yoy) dari 2,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara kredit perbankan swasta dengan share 26,33% mampu tumbuh 42,14% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit yang sangat tinggi pada perbankan swasta didukung oleh pengembangan jaringan pelayanan yang menyebar ke seluruh Bali. Peningkatan penyaluran kredit tidak terlepas dari berkembangnya industri pariwisata yang sangat cepat pada beberapa periode terakhir. Selain itu, kecenderungan penurunan tingkat suku bunga juga turut mendorong pertumbuhan kredit, khususnya untuk kredit jenis konsumsi. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan kredit yang cukup tinggi untuk kegiatan penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum serta kredit untuk kepemilikan kendaraan dan kepemilikan rumah. Menurut jenis kreditnya, kredit jenis modal kerja sebagai kredit dengan share terbesar, sebesar 41,63% dari total kredit, tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari 28,89% (y-o-y), menjadi 29,51% (yoy). Pertumbuhan kredit modal kerja selain didorong oleh peningkatan aktivitas pedagangan, seiring dengan berkembangnya pusat ekonomi di seluruh penjuru Bali, juga dipicu oleh peningkatan ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian pada tahun 212 yang tercermin dari hasil survei pedagang eceran dan survei kegiatan dunia usaha. Sementara kredit jenis investasi yang mencapai 19,88% dari total kredit tumbuh sebesar 37,67% (yoy), jauh meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 28,49% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi pada tahun 212 yang cukup tinggi didorong oleh peningkatan pembangunan fasilitas akomodasi, khususnya hotel di wilayah Bali. Hal ini dilakukan untuk mendukung industri pariwisata yang meningkat seiring dengan rencana pelaksanaan kegiatan KTT APEC pada tahun 213. Adapun share kredit jenis konsumsi pada akhir tahun 212 cenderung mengalami penurunan, dari 39,23%, menjadi 38,49% pada triwulan IV-212. Penurunan share kredit konsumsi mengindikasikan bahwa ekspansi kredit pada triwulan IV-212 lebih didominasi oleh kredit-kredit produktif. Pertumbuhan kredit konsumsi mencapai 26,17% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 26,2% (yoy). Tingginya pertumbuhan jenis konsumsi didorong oleh peningkatan kepemilikan rumah tinggal yang umumnya dibiayai oleh kredit perbankan. Selain itu, peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat untuk keperluan pribadi juga turut mendorong kredit konsumsi. 52 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Dilihat berdasarkan sektor ekonomi produktif, sektor perdagangan memperoleh penyaluran kredit terbesar, mencapai 45,27% dengan pertumbuhan 34,5% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan sebelumnya sebesar 33,38% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit sektor perdagangan di akhir tahun didorong oleh peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat terkait dengan beberapa fenomena musiman, seperti perayaan hari besar agama, libur akhir tahun serta peningkatan kunjungan wisatawan baik manca negara maupun domestik. Selain dipengaruhi faktor musiman, peningkatan kredit sektor perdagangan juga didorong oleh penambahan jumlah usaha perdagangan eceran di Bali, khususnya di pusat-pusat ekonomi seperti Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Tabanan. Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor (dalam miliar Rp) Sektor Ekonomi 211 212 I II III IV I II III IV Perdagangan Besar dan Eceran 6,869 7,18 7,689 8,239 8,372 9,729 1,255 11,45 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,844 2,14 2,276 2,45 2,81 2,946 3,526 3,937 Real Estate, Usaha Persewaan, Jasa Perush. 1,179 1,237 1,35 1,346 1,88 1,58 1,128 1,164 Industri Pengolahan 85 9 1, 1,56 1,227 1,361 1,346 1,427 Perantara Keuangan 535 633 681 843 858 1,42 1,34 1,536 Jasa Kemasyarakatan 665 729 823 831 819 1,222 1,354 1,433 Konstruksi 542 69 679 762 773 823 851 1,22 Pertanian 42 422 457 519 527 618 682 753 Lainnya 12,45 13,416 13,779 14,576 15,38 15,538 16,237 17,148 Sumber : Bank Indonesia, diolah Selain kredit perdagangan, ekspansi kredit terbesar kedua disalurkan untuk kegiatan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan share 16,14%. Pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 63,7% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 54,94% (yoy). Pertumbuhan yang yang tinggi pada kredit akomodasi dan makan minum dipengaruhi oleh ekspektasi pelaku usaha yang sangat positif terhadap kinerja industri pariwisata di Bali di tahun 213. Optimisme tersebut terbangun dari adanya rencana pelaksanaan event atau kegiatan berskala internasional yang akan diselenggarakan di Bali. Berdasarkan skala penyaluran kredit, kredit produktif dengan klasifikasi mikro, kecil dan menengah (UMKM) tercatat sebesar Rp 15.959 miliar atau mencapai 4,24% dari total kredit bank umum. Pertumbuhan kredit UMKM juga tercatat cukup tinggi dan mencapai 24,91% (yoy). Tingginya peningkatan kredit UMKM terutama didorong oleh penyaluran kredit pada kelompok menengah yang meningkat hingga 3,95% (yoy). Demikian pula kredit dengan klasifikasi KUR juga tercatat mengalami peningkatan sebesar 34,6% (yoy) dan mencapai Rp982 miliar. 3.1.2. Non Performing Loan Ekspansi kredit perbankan yang cepat juga diikuti dengan peningkatan prudential banking practice. sehingga risiko kredit dapat ditekan. Hal ini tercermin dari kualitas kredit yang cenderung mengalami perbaikan ditengah ekspansi kredit yang cukup tinggi. Jumlah kredit yang dikategorikan dalam non performing loan (NPL) pada triwulan IV-212 tercatat menurun, dari,73% pada periode sebelumnya menjadi,5%. Perbaikan kualitas NPL terjadi karena peningkatan pembinaan yang dilakukan perbankan kepada nasabahnya. Selain itu, kondisi perekomonian yang kondusif juga diperkirakan turut mendorong peningkatan kualitas kredit perbankan. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 53

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.12. Perkembangan NPL Kredit Grafik 3.13. NPL Berdasarkan Kelompok Bank 7 6 5 4 3 2 1 (%) I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Modal Kerja Investasi TOTAL Konsumsi (%) 8 7 6 5 4 3 2 1 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Bank Persero Bank Swasta Nasional Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Berdasarkan kelompok bank, NPL tertinggi terjadi pada kelompok bank asing campuran dengan NPL,71%, diikuti oleh bank persero dengan NPL,58% dan bank swasta sebesar,44%. Terjaganya rasio NPL bank persero selain karena efektifitas pembinaan bank kepada nasabah dan peningkatan kemampuan bank dalam menyeleksi calon debitur, juga dipengaruhi oleh luasnya sebaran kredit yang disalurkan. Sementara walaupun rendah, namun NPL bank asing relatif paling tinggi. Hal ini diperkirakan karena sebaran kredit yang terbatas. Dari laporan bulanan bank umum, jumlah rekening kredit bank asing hanya sebesar 1.623 debitur atau hanya sebesar,44% dari total rekening pinjaman seluruh bank, dengan rata-rata pinjaman per debitur sebesar Rp187 juta lebih besar dibanding rata-rata kredit per debitur bank persero yang mencapai Rp85 juta. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan tercatat memiliki rasio NPL terbesar mencapai,94%. Namun rasio NPL sektor pertanian cenderung mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Sektor produktif lainnya dengan NPL yang relatif tinggi adalah sektor transportasi dengan NPL,75%. Sementara rasio NPL kredit untuk sektor-sektor dominan juga tercatat mengalami perbaikan. NPL sektor perdagangan menurun dari 1,3% pada triwulan III-212 menjadi,69%. Demikian pula dengan rasio NPL untuk kredit sektor penyediaan akomodasi dan makan minum turun dari,15% menjadi,5%. 3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Seperti halnya bank umum, BPR juga mampu mengoptimalkan momentum pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-212. Meskipun beberapa indikator tercatat mengalami perlambatan namun masih membukukan pertumbuhan yang tinggi. Aset BPR tercatat melambat dari 32,94% (yoy) menjadi 31,75% (yoy). Perlambatan aset bersumber dari perlambatan DPK yang masih berlanjut sejak awal 212, DPK tumbuh 24,59% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 25,33% (yoy). Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan DPK, ekspansi kredit juga mengalami perlambatan dari 37,24% (yoy) menjadi 35,7% (yoy). Perlambatan kredit menyebabkan loan to deposit ratio BPR turut mengalami penurunan dari 83,66% menjadi 79,5%. 54 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali (dalam miliar Rp) Indikator 211 212 I II III IV I II III IV Aset 3,718 3,956 4,341 4,81 4,96 5,311 5,772 6,326 Kredit Umum 2,862 3,13 3,266 3,52 3,762 4,158 4,482 4,754 Modal Kerja 1,484 1,642 1,711 1,834 1,956 2,175 2,333 2,397 Investasi 229 246 266 31 333 336 373 449 Konsumsi 1,148 1,215 1,289 1,375 1,473 1,647 1,775 1,98 Dana Pihak Ketiga 2,559 2,67 2,954 3,254 3,377 3,512 3,73 4,54 Deposito 1,759 1,865 2,94 2,278 2,279 2,368 2,522 2,798 Tabungan 799 85 861 975 1,98 1,144 1,181 1,256 NPL (Gross) 4.43 3.66 3.47 2.7 3.52 2.69 2.58 2.17 LDR 8.72 82.92 79.54 76.49 8.3 83.9 83.66 79.5 Sumber : Bank Indonesia, diolah Perlambatan DPK dipicu oleh perlambatan pada tabungan yang tercatat melambat dari 37,28% (yoy) menjadi 28,73% (yoy). Hal ini diperkirkan terjadi karena kecenderungan penurunan suku bunga secara umum. Selain itu, faktor kebutuhan dana tunai atau alat likuid yang meningkat di masyarakat terkait dengan peningkatan kegiatan ekonomi, turut menekan penghimpunan dana masyarakat oleh BPR. Perlambatan DPK jenis tabungan akibat kecenderungan penurunan bunga memaksa BPR untuk melakukan pengerahan dana dalam bentuk deposito yang tercatat lebih mahal. Sebagai dampaknya, efisiensi bank menjadi tertekan. Untuk menyesuaikan perlambatan pada tabungan, BPR meningkatkan sumber pendanaan dari deposito. Hal ini terlihat dari peningkatan deposito dari 2,42% (yoy) menjadi 22,81% (yoy). Peningkatan deposito di tengah perlambatan tabungan, mengindikasikan bahwa BPR menggunakan suku bunga sebagai instrumen pemasaran jasa perbankannya. Hal ini diperkirkan terkait dengan tingkat persaingan yang cukup ketat antara sesama BPR dan persaingan antara BPR dengan lembaga keungan lain seperti bank umum yang juga memiliki pasar yang hampir sama dengan BPR, lembaga perkreditan desa (LPD) dan koperasi. Perlambatan yang terjadi pada DPK mendorong BPR untuk mengoptimalkan sumber pendanaan dari bank lain khususnya bank umum. Optimalisasi sumber dana dari bank umum dilakukan melalui skema linkage program. Grafik 3.14. Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Grafik 3.15. Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR (% yoy) (mliliar Rp) 45 4 35 3 25 2 15 1 I II III IV I II III IV I II III IV 28 29 21 ASET (Rhs) Grw Aset Grw Kredit Grw DPK 7 6 5 4 3 2 1 (%) 86 84 82 8 78 76 74 72 7 I II III IV I II III IV I II III IV 28 29 21 Komposisi Kredit thd Aset LDR Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 55

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Seiring dengan perlambatan penyaluran kredit, komposisi kredit terhadap aset BPR turut mengalami penurunan dari 77,66% pada triwulan III-212 menjadi 75,15% pada triwulan IV-212. Meskipun turun, namun komposisi kredit terhadap aset BPR masih cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kredit sebagai bisnis utama BPR. Berdasarkan jenis kreditnya, ekspansi kredit didukung oleh pertumbuhan kredit jenis investasi yang mampu tumbuh 44,7% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,53% (yoy). Namun demikian, peningkatan yang tinggi belum mampu mendorong pertumbuhan total kredit mengingat share kredit investasi masih terkecil, hanya sebesar 9,44% dari total kredit. Demikian pula kredit konsumsi tercatat meningkat dari 37,74% (yoy) menjadi 38,73% (yoy). Peningkatan kredit konsumsi dipicu oleh peningkatan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor serta peningkatan kegiatan sosial kemasyarakatan. Sementara kredit modal kerja sebagai kredit dengan share terbesar, mencapai 5,43%, mengalami perlambatan yang cukup signifikan, dari 36,36% (yoy) menjadi 3,69% (yoy). Perlambatan kredit modal kerja tersebut menyebabkan perlambatan pertumbuhan kredit secara umum. Sementara berdasarkan sektor yang dibiayai, kredit sektor perdagangan tercatat sebagai sektor dengan pembiayaan terbesar dengan share mencapai 32,32%. Sektor perdagangan tumbuh sebesar 29,41% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 32,64% (yoy). Realisasi kredit sektor perdagangan yang dominan sesuai karakter perekonomian Bali yang juga didorong oleh sektor perdagangan. Sementara perlambatan yang terjadi diperkirakan terjadi akibat berpindahnya Nasabah debitur BPR kepada lembaga keuangan lain terkait dengan suku bunga kredit BPR yang relatif lebih tinggi. Sektor produktif lain yang turut dibiaya oleh BPR adalah sektor konstruksi, dengan share kredit mencapai 5,55% dari total kredit. Kredit sektor konstruksi tercatat tumbuh 179,91% (yoy), namun pertumbuhan ini masih lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 1.269,88% (yoy). Pertumbuhan yang sangat besar ini diperkirakan terjadi karena beberapa BPR mulai terlibat pembiayaan usaha pengembangan perumahan. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, kualitas kredit yang disalurkan juga turut mengalami perbaikan. Hal ini telihat dari kualitas kredit atau rasio NPL BPR yang membaik dari triwulan III-212 sebesar 2,58% menjadi 2,17% pada triwulan IV-212. 56 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Boks C : Boks C. Respon Persaingan Perbankan Pasar perbankan Indonesia yang rentan dengan jumlah bank yang besar dan terkonsentrasi pada beberapa bank, menyebabkan performa perbankan Indonesia menjadi kurang efisien 1. Fenomena tersebut juga berlaku bagi perbankan di Bali, dimana tingkat persaingan yang ketat memaksa perbankan untuk melakukan pendekatan yang dapat dikatakan costly. Hasil survey kepada 18 bank di Bali, baik bank umum maupun BPR, mengindikasikan bahwa perbankan di Bali menghadapi tingkat persaingan yang ketat. Dari survey tersebut, 52% responden beranggapan bahwa persaingan antar perbankan ketat, sedangkan 46% lainnya beranggapan persaingan telah mencapai kondisi yang sangat ketat sementara hanya 2% responden yang menyatakan persaingan dalam industri perbankan longgar. Persaingan yang ketat ini berdampak pada tingkat efisiensi bank. Hal tersebut terkonfirmasi dari catatan keuangan bank umum dimana rasio NIM cenderung mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, dari 9,7% pada tahun 21, turun menjadi 8,62% pada tahun 211 dan terakhir di tahun 212 catatan NIM sebesar 8,58%. Grafik A. Persepsi dan Respon Perbankan Terhadap Tingkat Persaingan Sumber : Hasil Survey Respon terhadap kondisi persaingan yang ketat cukup beragam. Namun langkah yang secara umum dilakukan oleh perbankan adalah melalui pendekatan langsung kepada nasabah dan nasabah potensial. Pendekatan langsung kepada nasabah yang dilakukan oleh sebagian besar bank khusunya BPR, umumnya dilakukan melalui optimalisasi peran account officer (AO) maupun pejabat bank untuk menawarkan produk perbankan langsung kepada nasabah. Dalam hal ini, perbankan sangat mengandalkan kemampaun AO untuk membangun hubungan personal antara nasabah atau calon nasabah dengan bank. Praktek ini pada umumnya diiringi dengan pemberian pelayanan prima bagi nasabah, dengan demikian bank meiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menjaring nasabah. Pendekatan langsung kepada nasabah dan calon nasabah dianggap paling efisien, khususnya untuk BPR, mengingat pendekatan ini dianggap memiliki biaya yang rendah dan pesan yang ingin disampaikan dapat langsung diterima oleh nasabah, dibandingkan dengan melakukan promosi di media massa serta 1 Mulyaningsih dan Daly (211), Competitive Condition In Banking Industry : An Empirical Analysis Of The Consolidation, Competition And Concentration In The Indonesia Banking Industry Between 211 And 29, Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan, Oktober 211 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 57

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran penambahan infrastruktur perbankan seperti penambahan kantor maupun sarana pendukung seperti ATM dan CDM. Bank juga kesulitan untuk menggunakan suku bunga sebagai instrument dalam bersaing, mengingat perbankan sesuai dengan jenisnya, bank umum maupun BPR, relatif mempunyai struktur biaya yang sama khususnya biaya bunga. Hal tersebut tampak dari pemetaan respon bank terhadap persaingan, dimana 34% responden menjawab menggunakan pendekatan langsung kepada Nasabah, dan 29% lainnya memilih memberikan pelayanan prima untuk memenangkan persaingan. Di sisi lain, pendekatan melakukan promosi kepada media masa dianggap kurang efisien bagi BPR, sehingga hanya 11% responden yang menggunakan pendekatan ini. Demikian pula pemanfaatan suku bunga sebagai instrument bersaing juga dianggap sulit mengingat dengan menawarkan bunga yang tinggi untuk mengerahkan dana masyarakat akan berimplikasi pada suku bunga kredit yang tinggi, sehingga kredit menjadi tidak bisa bersaing, demikian pula sebaliknya. Sehingga dari seluruh responde, hanya 5% responden yang melakukan peningkatan suku bunga simpanan untuk bersaing dalam pengerahan DPK, dan 6% responden bersaing dalam pasar kredit dengan pendekatan menekan suku bunga kredit. Peningkatan infrastruktur seperti jumlah kantor, jumlah anjungan tunai mandiri, jumlah cash deposit machine, penambahan produk dan jasa keuangan serta interkoneksi dengan berbagai merchant, umumnya hanya dilakukan oleh bank umum yang memiliki share dominan dalam industri perbankan di Bali sehingga hanya 5% responden yang menggunakan pendekatan ini. Meskipun secara umum perbankan beranggapan persaingan ketat dan beberapa lainnya beranggapan sangat ketat, namun perbankan masih dapat melihat adanya potensi pengembangan bisnisnya. Hal ini sesuai dengan persepsi sebagian besar bank (68% responden) yang beranggapan bahwa permintaan jasa perbankan berada pada level sedang, sementara 3% lainnya menyatakan permintaan terhadap jasa perbankan tinggi. Lebih lanjut sebanyak 98% responden melihat adanya potensi peningkatan kegiatan usaha. Adapun beberapa hal yang mempengaruhi ekspektasi peningkatan ini antara lain peningkatan kegiatan ekonomi yang mendorong permintaan jasa bank (58% responden), daerah dan segmen pasar yang belum terlayani industri bank masih cukup luas (24% responden) serta potensi ekonomi daerah yang sangat besar dan belum dioptimalkan (9% responden). Melihat tingkat persaingan, sebaran pasar dan bank serta persepsi terhadap potensi yang ada saat ini, diperkirakan perbankan akan melakukan ekspansi kegiatan usaha ke daerah atau kecamatan-kecamatan yang masih minim pelayanan jasa perbankan. Pendekatan yang digunakan untuk ekspansi diperkirakan akan menggunakan metode yang mendekati praktek branchless banking. Hal ini dimungkinkan mengingat perkembangan teknologi seperti electronic data capture (EDC) memungkinkan praktek ini dilakukan secara ekonomis. 58 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.3. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran mengulas mengenai perkembangan transaksi tunai dan non tunai dalam wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara). Sistem pembayaran tunai pada triwulan IV-212 mengalami kondisi net outflow, dengan jumlah aliran keluar (outflow) atau aliran keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat yang lebih besar dibandingkan aliran masuk ke Bank Indonesia (inflow). Sistem pembayaran non tunai juga meningkat, baik menggunakan kliring maupun RTGS. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan transaksi di masyarakat seiring dengan aktivitas perekonomian yang terakselerasi di triwulan IV-212. Tidak hanya diakibatkan oleh faktor seasonal seperti perayaan hari raya keagamaan dan libur sekolah yang mendorong konsumsi domestik mengalami peningkatan, namun tingginya transaksi juga diakibatkan oleh realisasi proyek-proyek investasi baik oleh pemerintah dan swasta. 3.3.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 3.3.1.1. Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan Penukaran Transaksi pembayaran tunai antara Bank Indonesia dengan perbankan di Bali pada triwulan IV- 212 mengalami net outflow, dengan jumlah jumlah yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Net outflow diakibatkan oleh aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat (transaksi outflow) meningkat dibandingkan transaksi yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) sehingga menyebabkan net outflow mencapai Rp 1.412 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami net outlflow Rp 994 miliar. Inflow dan outflow yang ditransaksikan di Bali mayoritas berbentuk uang kertas, dengan proporsi 87,11% terhadap keseluruhan lembar/keping uang yang ditransaksikan. Proporsi tersebut juga lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 84,44%. Transaksi outflow akibat penarikan bank ke Bank Indonesia pada triwulan IV-212 mencapai Rp 3.242 miliar. Jumlah tersebut meningkat 3,73% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya dengan transaksi Rp 3.125 miliar. Jika dibandingkan dengan outflow periode yang sama tahun sebelumnya bahkan meningkat signifikan mencapai 27,54% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan uang tunai di masyarakat seiring dengan libur sekolah dan perayaan hari raya keagamaan (Natal). Aktivitas pariwisata di Bali di akhir tahun juga cenderung meningkat, terutama didorong oleh wisatawan domestik. Hal ini diperkirakan juga mempengaruhi meningkatnya transaksi dan kebutuhan uang kartal masyarakat. Transaksi outflow didominasi oleh uang kertas dengan proporsi 8,79% dari keseluruhan transaksi outflow. Transaksi outflow uang kertas didominasi oleh pecahan besar, yaitu Rp 1.,- dan Rp 5.,-. Keduanya memiliki proporsi 62,46% dari lembar transaksi outflow di triwulan IV-212. Sementara untuk uang logam didominasi oleh pecahan Rp 2,- (41,16%), diikuti Rp 1,- (31,33%) dan Rp 5,- (23,6%). Meningkatnya transaksi outflow terutama terjadi pada uang kertas pecahan besar, yaitu Rp 1.,-. Geliat industri pariwisata di akhir tahun mempengaruhi meningkatnya kebutuhan uang pecahan besar di masyarakat. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 59

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Indikator 211 212 Pertumbuhan I II III IV I II III IV qtq yoy Inflow (Miliar Rp) 1,397 1,299 2,347 1,352 2,281 1,91 2,131 1,83 (14.15) 35.36 Outflow (Miliar Rp) 1,111 2,166 3,92 2,542 1,623 2,79 3,125 3,242 3.73 27.54 Net Inflow/(Outflow) 286 (868) (745) (1,19) 658 (888) (994) (1,412) Penukaran (Miliar Rp) 84 92 111 72 55 65 81 64.36 (2.81) (11.13) Uang Palsu (Lembar) 1,17 881 982 848 753 633 718 928. 29.25 9.43 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sementara itu, transaksi yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) pada triwulan IV-212 tercatat sebesar Rp 1.83 miliar, mengalami kontraksi 14,15% (qtq) dibanding transaksi inflow pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 2.131 miliar. Namun demikian, transaksi tersebut masih meningkat signfikan dibanding periode yang sama tahun 211 dengan pertumbuhan 35,36% (yoy). Transaksi inflow didominasi oleh uang kertas dengan proporsi 99,87% dari transaksi inflow. Pecahan uang kertas yang ditransaksikan terutama pecahan besar, yaitu Rp 1.,- (25,87%) dan Rp 5.,- (33,9%). Sementara untuk uang logam terutama berupa pecahan Rp 5,- (58,53%) dan Rp 1,- (24,62%). Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, secara triwulanan (qtq) transaksi inflow mengalami kontraksi 14,15% (qtq). Kontraksi tersebut terutama terjadi untuk uang kertas pecahan besar, yang mengindikasikan masih tingginya kebutuhan di masyarakat untuk uang pecahan besar sehingga uang yang beredar saat ini masih diedarkan kembali ke masyarakat. Grafik 3.16. Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik 3.17. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Miliar Rp 4, 3, 2, 1, I II III IV I II III IV I II III IV (1,) 21 211 212 (2,) Net Inflow/(Outflow) Inflow Outflow Miliar Rp Ribu Lembar 13, 5 12, 11, 48 1, 46 9, 8, 44 7, 42 6, 5, 4 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Nominal Kliring (Juta Rp) Lembar (Ribu Lembar) - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kebutuhan uang kartal juga terindikasi dari tingginya kegiatan penukaran dan kas keliling yang dilakukan sepanjang triwulan IV-212. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, serta menggunakan sarana kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah. Kegiatan penukaran yang dilaksanakan sepanjang triwulan IV-212 mencapai Rp 64,36 miliar, dengan ratarata penukaran Rp 1,9 miliar. Nominal penukaran tersebut jika dibandingkan dengan jumlah transaksi triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 2,81% (qtq). Bila dibandingkan dengan transaksi periode yang sama tahun sebelumnya juga mengalami kontraksi 11,13% (yoy). 6 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Sementara kegiatan kas keliling juga mengalami perlambatan, dengan nominal Rp 6,65 miliar. Transaksi tersebut kontraksi 18,83% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 8,2 miliar, dan juga mengalami kontraksi 5,7% (yoy) jika dibandingkan transaksi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Frekuensi kas keliling yang dilakukan sepanjang triwulan IV-212 sebanyak 9 kali. 3.3.1.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Untuk menjaga kualitas uang kartal yang diedarkan ke masyarakat dan mempertahankan uang beredar dalam keadaan layak edar (clean money policy), Bank Indonesia melakukan upaya pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang yang telah dicabut dan tidak layak edar (lusuh/rusak). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), lembar uang kertas tidak layak edar yang dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III sepanjang triwulan IV-212 mengalami peningkatan, baik dari sisi jumlah lembar maupun nominal. Lembar uang dimusnahkan mengalami peningkatan 4,8% dibanding triwulan sebelumnya dan secara nominal meningkat 124,82% (qtq). Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), jumlah uang yang dimusnahkan mengalami penurunan baik dari segi lembar maupun nominal, yaitu mengalami kontraksi masing-masing 85,96% dan 46,86% (yoy). Hal ini tidak lepas dari upaya Bank Indonesia yang terus melakukan sosialisasi mengenai kebijakan clean money policy untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi uang, serta kebijakan penurunan tingkat soil untuk menjaga peredaran uang di masyarakat. 3.3.1.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu Temuan uang palsu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara) mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Lembar uang palsu yang ditemukan sepanjang triwulan IV-212 tercatat 928 lembar, meningkat 29,25% dibanding triwulan sebelumnya yang sebanyak 718 lembar. Jumlah tersebut juga meningkat 9,43% dibanding temuan uang palsu pada triwulan yang sama tahun 211 yang ditemukan sebanyak 848 lembar. Prosentase terbesar dari uang palsu yang ditemukan adalah uang pecahan besar yaitu Rp 1.,- (87,93%), diikuti pecahan Rp 5.,- (9,81%). Jumlah temuan uang palsu untuk dua pecahan besar tersebut juga menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu uang palsu untuk pecahan kecil relatif jarang ditemukan di Bali. Untuk meminimalisir peredaran uang palsu di Bali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III terus berupaya untuk memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian nilai Rupiah kepada masyarakat umum. Grafik 3.18. Perkembangan Kegiatan PTTB Grafik 3.19. Temuan Uang Palsu Miliar Rp Miliar Rp 2,5 1,4 2, 1,2 1, 1,5 8 1, 6 4 5 2 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Inflow PTTB - (RHS) Lembar 1,2 1,17 1, 875 982 928 848 8 94 881 718 6 4 66 753 633 537 2 - I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 61

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.3.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Geliat perekonomian domestik mendorong meningkatnya kebutuhan terhadap transaksi non tunai. Hal ini diindikasikan oleh meningkatnya transaksi baik menggunakan kliring maupun RTGS sepanjang triwulan IV-212. Kondisi ini membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia terkait dengan sistem pembayaran non tunai, untuk mewujudkan terciptanya sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring maupun RTGS, antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran. 3.3.2.1. Perkembangan Kliring Lokal Transaksi non tunai menggunakan kliring di triwulan IV-212 mengalami peningkatan, terutama di sisi nominal. Jumlah transaksi sepanjang triwulan IV-212 tercatat 468 ribu lembar, meningkat 1,59% (qtq) dibandingkan transaksi triwulan sebelumnya yang tercatat 46 ribu lembar. Nominal transaksinya di triwulan IV mencapai Rp 11.875 miliar, meningkat relatif signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp 1.544 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, nominal transaksi juga tumbuh tinggi sebesar 24,11% (yoy). Meningkatnya transaksi terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di akhir tahun, didorong oleh perayaan hari raya keagamaan dan libur anak sekolah. Rata-rata nominal transaksi per hari juga meningkat dari Rp 173 juta per hari menjadi Rp 21 juta per hari. Sementara rata-rata lembar transaksi meningkat dari 7,54 ribu lembar per hari menjadi 7,92 ribu lembar per hari. Lebih tingginya pertumbuhan nominal transaksi dibandingkan rata-rata lembar yang ditransaksikan mengindikasikan kebutuhan non tunai bernilai relatif besar. Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Indikator 211 212 Pertumbuhan I II III IV I II III IV qtq Yoy PERPUTARAN KLIRING Lembar (Ribu Lembar) 462 445 461 468 458 47 46 468 1.59 (.7) Nominal Kliring (Juta Rp) 8,284 7,996 8,879 9,568 9,435 11,43 1,544 11,875 12.62 24.11 - Rata-rata lbr per hari (rb lbr) 7.58 7.29 7.81 7.43 7.51 7.59 7.54 7.92 5.4 6.71 - Rata-rata nom. per hari (Jt Rp) 136 131 15 152 155 178 173 21 16.44 32.52 TOLAKAN CEK/BG KOSONG Lembar (Ribu Lembar) 7.77 7.25 8.26 7.7 7.15 9.3 6.84 7.12 4.11 (7.51) Nominal Cek/ BG kosong (Juta Tp) 191 182 219 227 23 257 315 259 (17.88) 14.21 - Rata-rata lbr per hari (rb lbr).13.12.14.12.12.15.11.12 7.64 (1.24) - Rata-rata nom. per hari (jt Rp) 3.14 2.99 3.72 3.6 3.77 4.15 5.17 4.39 (15.9) 21.95 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan IV-212 tercatat sebanyak 7,12 ribu lembar dengan nominal penolakan sebesar Rp 259 juta. Lembar penolakan tersebut mencapai 1,49% terhadap seluruh transaksi kliring, mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 1,92%. Ratarata lembar penolakan pada triwulan IV-212 sebesar,12 ribu lembar per hari, meningkat 4,11% dibanding triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebanyak 6,84 ribu lembar. 62 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.2. Perkembangan Kliring Grafik 3.21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Miliar Rp Ribu Lembar 13, 5 12, 11, 48 1, 46 9, 8, 44 7, 42 6, 5, 4 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Nominal Kliring (Juta Rp) Lembar (Ribu Lembar) - (RHS) Miliar Rp Ribu Lembar 4 1 35 3 9 25 2 8 15 1 7 5 6 I II III IV I II III IV I II III IV 21 211 212 Nominal Cek/ BG kosong (Juta Tp) Lembar (Ribu Lembar) - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sementara nominal penolakan yang sebesar Rp 259 juta mengalami kontraksi 17,88% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp 315 miliar. Nominal tersebut mencapai 2,99% dibanding keseluruhan nominal transaksi kliring di triwulan IV-212. Prosentase tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,33%. Turunnya nominal penolakan menyebabkan rata-rata penolakan per hari turun dari Rp 5,17 juta per hari menjadi Rp 4,39 juta per hari. Jumlah tolakan tersebut juga masih terbilang rendah sehingga mengindikasikan sistem pembayaran yang diselenggarakan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III dapat dikatakan relatif handal. 3.3.2.1. Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di triwulan IV, kebutuhan masyarakat terhadap transaksi non tunai menggunakan RTGS juga cenderung meningkat. Nilai transaksi RTGS sepanjang triwulan IV-212 tercatat Rp 51.57 miliar, atau mengalami peningkatan 1,62% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 46.154 miliar. Jumlah transaksinya juga mengalami peningkatan dari 43.592 transaksi di triwulan III menjadi 48.573 transaksi di triwulan IV, atau mengalami peningkatan 11,43% (qtq). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai transaksi RTGS bahkan meningkat signifkan sebesar 49,9% (yoy), sementara jumlah transaksinya meningkat 17,77% (yoy). Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS Indikator 211 212 Pertumbuhan I II III IV I II III IV qtq yoy RTGS dari Bali Nilai Transaksi (Mil. Rp) 2,341 23,92 25,17 23,23 15,55 22,231 28,185 3,382 7.79 3.79 Jml Transaksi 15,626 15,789 17,76 2,177 15,813 2,373 22,531 25,534 13.33 26.55 RTGS ke Bali Nilai Transaksi (Mil. Rp) 11,27 12,553 11,241 11,17 9,62 14,134 17,969 2,675 15.6 87.67 Jml Transaksi 18,347 18,257 19,334 21,68 17,71 2,4 21,61 23,39 9.39 9.36 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Dilihat dari jenis transaksinya, baik transaksi dari Bali (RTGS From) maupun transaksi menuju Bali (RTGS to) mengalami peningkatan di triwulan IV-212. Nilai transaksi RTGS from pada triwulan IV-212 tercatat sebesar Rp 3.382 miliar, atau mengalami peningkatan 7,79% dibanding triwulan sebelumnya yang Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 63

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran sebesar Rp 28.185 miliar. Jumlah transaksinya juga meningkat 13,33% (qtq), dari sebesar 22.531 transaksi di triwulan III menjadi 25.534 transaksi di triwulan IV. Baik nilai maupun jumlah transaksi juga meningkat signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, masing-masing meningkat 3,79% dan 26,55% (yoy). Transaksi RTGS to tercatat juga mengalami peningkatan, baik di sisi nilai transaksi maupun jumlah transaksinya. Nilai transaksi RTGS to tercatat mengalami peningkatan 15,6% (qtq), dengan nilai sebesar Rp 2.675 miliar. Jumlah transaksinya juga meningkat dari 21.61 di triwulan III menjadi 23.39 transaksi di triwulan IV, atau mengalami peningkatan 9,39% (qtq). Grafik 3.22. Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali Grafik 3.23 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali Miliar Rp 35, Volume 3, Miliar Rp 24, Volume 25, 3, 26, 2, 23, 25, 2, 15, 22, 18, 14, 16, 12, 8, 4, 21, 19, 17, 1, I II III IV I II III IV I II III IV 1, I II III IV I II III IV I II III IV 15, 21 211 212 Nilai Transaksi (Miliar Rp) Jml Transaksi - (RHS) 21 211 212 Nilai Transaksi (Miliar Rp) Jml Transaksi - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Rata-rata nominal transaksi terutama pada RTGS to juga cenderung meningkat dari Rp,85 miliar per transaksi menjadi Rp,9 miliar per transaksi pada triwulan IV. Kondisi tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan non tunai bernilai besar di akhir tahun seiring meningkatnya aktivitas perekonomian. Meningkatnya transaksi juga dipengaruhi oleh tingginya investasi di Bali, terutama dalam bentuk pembangunan infrastruktur serta properti yang mendukung pariwisata sebagai ujung tombak perekonomian Bali. 64 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Boks D : Boks D. Upaya Pengembangan Alat Pembayaran Non Tunai di Kota Denpasar Upaya pengembangan alat pembayaran non tunai perlu menggunakan strategi yang sesuai dengan karakteristik masyarakat yang ada. Pada triwulan laporan ini, pembahasan difokuskan pada hambatan penggunaan alat pembayaran non tunai dan pilihan alat pembayaran non tunai oleh masyarakat. Data berasal dari masyarakat Kota Denpasar yang bertransaksi di minimarket dan supermarket yang menjadi lokasi pengambilan informasi. Analisis terhadap data yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan alat pembayaran non tunai menurun pada transaksi dengan nilai besar. Proporsi responden yang menggunakan pembayaran tunai pada transaksi di atas Rp5., hanya sebesar 46%. Sementara itu untuk transaksi Rp5., ke bawah, proporsinya melonjak hingga 75% (lihat Grafik A dan Grafik B). Grafik B menunjukkan bahwa proporsi penggunaan alat pembayaran non tunai pada transaksi dengan nominal besar bahkan lebih besar dari pembayaran tunai, yaitu mencapai 54%. Berbagai proporsi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alat pembayaran non tunai pada transaksi dengan nominal kecil masih terbatas. Grafik A. Penggunaan Alat Pembayaran Pada Transaksi di bawah Rp 5.,- Grafik A. Penggunaan Alat Pembayaran Pada Transaksi Rp 5.,- ke atas Debit 2% Kredit 5% Tunai 46% Debit 41% E-money % Tunai 75% E-money % Kredit 13% Sumber : Hasil Survey, diolah Sumber : Hasil Survey, diolah Terbatasnya penggunaan alat pembayaran non tunai pada transaksi kecil disebabkan oleh berbagai faktor. Hasil survei menunjukkan bahwa alasan utama penggunaan pembayaran tunai adalah mudah, cepat dan praktis dalam artian waktu transaksinya memerlukan waktu yang relatif singkat. Alasan ini dinyatakan oleh 63,5% responden. Alasan lainnya adalah dapat mengontrol pengeluaran yang dinyatakan oleh 19,3%. Selain itu, sekitar 7% responden menyatakan bahwa pada pembayaran tunai tidak dikenakan biaya tambahan. Berkaitan dengan alasan-alasan ini, berbagai program dapat dikembangkan untuk memperluas penggunaan alat pembayaran non tunai seperti perluasan edukasi pada masyarakat, pengembangan alat pembayaran non tunai yang praktis, aman dan mudah disimpan dan perluasan kerjasama penyedia jasa pembayaran non tunai (provider) dengan berbagai pusat perbelanjaan (merchant). Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 65

Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui preferensi masyarakat mengenai alat pembayaran non tunai. Hasil estimasi menunjukkan responden lebih menyukai alat pembayaran non tunai berupa kartu debit dibandingkan dengan kartu kredit. Hasil estimasi dengan menggunakan regresi multinomial logistic menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan penggunaan kartu kredit justru lebih jarang dipakai. Dengan demikian, upaya pengembangan penggunaan kartu debit dapat terus dilakukan untuk menjangkau layanan yang lebih beragam. 66 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 4 4. Keuangan Pemerintah Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali hingga triwulan IV - 212 mencapai 16,92% lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 211 sebesar 111,14%. Sementara itu, realisasi anggaran belanjanya sebesar 86,84%, sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasib belanja triwulan II 211 sebesar 86,25%. Anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali 213 naik 1%, sementara anggaran belanjanya naik 18% dibandingkan anggaran tahun 212. 4.1. ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali Perubahan pada tahun 212 sebesar Rp 3,4 triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 54,86% dan 25,8%. Hingga triwulan IV - 212, realisasi pendapatan daerah Pemerintah Daerah Provinsi Bali mencapai Rp 3,63 triliun atau sebesar 16,92%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 111,14%. Terdapat pos pendapatan dengan tingkat realisasi di atas 2% yaitu pos lain-lain PAD yang sah dengan realisasi sebesar 243,44%. Pendapatan ini antara lain berupa hibah dan dana darurat. Bantuan hibah dapat berasal dari masyarakat, badan usaha maupun pemerintah daerah lainnya di dalam negeri dan luar negeri. Realisasi pendapatan dari pos pendapatan pajak daerah merupakan pos pendapatan yang memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan pemerintah daerah hingga triwulan laporan pada sisi nominal. Realisasi pada pos tersebut adalah sebesar Rp 1,75 triliun yang menyumbang hampir 5% pendapatan daerah atau lebih dari 9% pendapatan asli daerah. Hasil liaison menunjukkan bahwa program pemerintah untuk mempercepat dan mempermudah masyarakat dalam membayar pajak dapat meningkatkan perolehan pajak. Realisasi pos dana perimbangan meskipun bersifat rutin, namun lebih besar daripada target. Realisasi yang berada di atas target adalah pos bagi hasil pajak dan bukan pajak dengan realisasi mencapai 145,24%. Sementara itu, pos pendapatan dengan tingkat realisasi terkecil adalah pos bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya dan pos pendapatan hibah. Realisasi keduanya pada triwulan laporan adalah sebesar 78.48%. Kecilnya realisasi ini menunjukkan ketahanan keuangan daerah pemerintah daerah Provinsi Bali relatif lebih bagus. Grafik 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Bali 29-212 12 1 8 29 6 21 4 211 2 212 Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : Pemerintah Provinsi Bali Perkembangan realisasi pendapatan pada triwulan IV selama empat tahun terakhir menunjukkan pola yang hampir serupa (lihat Gambar 4.1). Pada kurun waktu tersebut, terjadi penurunan agresifitas realisasi pendapatan sejak tahun 21. Meskipun demikian, penurunan agresifitas realisasi pendapatan ini tetap menunjukkan realisasi pendapatan pada akhir tahun yang berada di atas target yang telah ditetapkan. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 67

Bab 4. Keuangan Pemerintah 4.2. ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Belanja Daerah Pemprov Bali 212 Perubahan pada tahun 212 sebesar Rp4,1 triliun rupiah lebih besar daripada anggaran pendapatan daerah. Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 212 masih dibawah realisasi pendapatan yaitu hanya sebesar Rp3,56 triliun atau 86,84% dari yang direncanakan. Dengan demikian, hingga akhir tahun 212 terdapat surplus anggaran sebesar Rp71miliar. Apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi belanja tahun ini sedikit lebih bagus. Realisasi belanja triwulan IV - 211 hanya sebesar 86,25% dari rencana. Realisasi ini menunjukkan perbaikan kinerja Pemprov Bali dalam mempercepat pencairan dana sebagai injeksi pada perekonomian belum signifikan. 1 8 6 4 2 Grafik 4.2. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali 29-212 Tw I Tw II Tw III Tw IV 29 21 211 212 Sumber : Pemerintah Provinsi Bali Realisasi belanja tidak langsung yang lebih bersifat rutin lebih besar dibandingkan realisasi belanja langsung yaitu 91,48% dibandingkan 78,32%. Pos-pos belanja dengan realisasi belanja yang paling jauh dengan target adalah belanja tidak terduga dan belanja modal dengan pencapaian masing-masing sebesar 22,67% dan 69,8%. Relatif kecilnya realisasi belanja modal merupakan indikasi awal dari belum optimalnya investasi pemerintah pada perekonomian Bali. Rendahnya realisasi belanja modal kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi anggaran. Sebagaimana periode sebelumnya, realisasi anggaran belanja terbesar adalah belanja yang sifatnya rutin, yaitu belanja bagi hasil kepada Prov/Kab/Kota dan Pemda dan belanja hibah dengan realisasi masing-masing sebesar 96,75% dan 95,79% dari rencana. Realisasi belanja triwulan IV selama empat tahun terakhir menunjukkan bahwa realisasi pada periode laporan lebih baik dibandingkan tahun 211 dan 21, namun masih lebih rendah dibandingkan pada tahun 29 (lihat Gambar 5.2). Sayangnya, realisasi belanja modal belum menunjukkan peningkatan yang siginifikan. Meskipun realisasi belanja modal sempat tinggi pada tahun 211 sebesar 9,32%, pada tahun 212 realisasinya menurun hingga 69,8%. Realisasi tahun 212 ini lebih besar dibandingkan realisasi tahun 21 yang hanya mencapai 64,5% dan masih lebih kecil dibandingkan realisasi tahun 29 dan 28 yang berada di atas 8%. Untuk mempercepat realisasi belanja model diperlukan proses tender yang lebih cepat dan efisien. 4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 213 Anggaran Pendapatan Pemprov Bali pada tahun 213 adalah sebesar Rp 3,57 triliun, meningkat 1% dibandingkan anggaran tahun 212. Sementara itu, anggaran belanjanya meningkat 18% atau mencapai Rp 4,32 triliun. Dengan demikian, pada tahun 213 pemprov Bali merencanakan defisit anggaran sebesar Rp 748 miliar atau meningkat 84%. 68 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 4. Keuangan Pemerintah Pada sisi pendapatan, kenaikan anggaran tertinggi adalah pada pos bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya dengan kenaikan lebih dari 2% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Kenaikan ini diperkirakan berhubungan dengan pembangunan ekonomi di Bali, khususnya pembangunan infrastruktur. Sementara itu, kenaikan anggaran yang relatif kecil adalah pos hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan dan pos pendapatan hibah dengan kenaikan masing-masing sebesar 8% dan 1%. Pada sisi belanja, peningkatan anggaran belanja langsung direncanakan sebesar 23%, lebih tinggi dibandingkan kenaikan anggaran belanja tidak langsung yang hanya sebesar 16%. Hal ini menunjukkan kenaikan belanja pemerintah pada tahun 213 lebih difokuskan pada belanja yang sifatnya tidak rutin sehingga dapat memberikan stimulus lebih besar bagi perekonomian Bali. Perhatian Pemprov Bali terhadap peningkatan kesejahteraan yang lebih luas tercermin dari peningkatan anggaran pos belanja bantuan sosial yang mencapai lebih dari 4% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, pos belanja bantuan keuangan kepada prov/kab/kota/desa juga mengalami peningkatan lebih dari 25%. Kedua pos ini merupakan pos belanja dengan kenaikan anggaran tertinggi dibandingkan pos-pos belanja lainnya. 4.4. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH SELURUH PEMERINTAH DAERAH DI BALI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pemerintah daerah (pemda) seluruh Bali disumbangkan dari 8 pemerintah daerah Kabupaten, 1 pemerintah daerah Kota dan 1 pemerintah daerah Provinsi. Total pendapatan yang dianggarkan pada tahun 212 mencapai Rp11,94 dan total belanja yang dianggarkan pada tahun 212 mencapai Rp12,9 triliun. Data yang terekam di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa hingga triwulan III 212 realisasi pendapatan seluruh pemerintah daerah di Provinsi Bali berada pada kisaran 8,41%, sementara realisasi belanjanya sekitar 52,19%. Realisasi PAD seluruh Bali pada triwulan III 212 sebesar 92,46% dengan tingkat realisasi tertinggi berada di pemda Kabupaten Badung dengan tingkat realisasi mencapai 99,81%. Sedangkan yang terendah adalah pemda Kabupaten Jembrana dengan tingkat realisasi sebesar 64,8%. Pada sisi belanja, realisasi belanja modal di seluruh Bali sebesar 24,26% dengan realisasi tertinggi adalah pemda Kabupaten Badung dengan realisasi sebesar 38,64% dan yang terendah adalah pemda Kabupaten Buleleng dengan realisasi sebesar 13,63%. Pola realisasi anggaran masing-masing pemda di Provinsi Bali hampir sama. Dengan demikian, apabila realisasi pemerintah provinsi Bali dapat menjadi acuan, maka pada triwulan IV 212 diperkirakan realisasi pendapatan seluruh pemda di Provinsi Bali akan melebihi 1% dan realisasi belanjanya berada pada kisaran 85%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 69

Bab 4. Keuangan Pemerintah URAIAN APBD 211-P Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali REALISASI APBD TW IV 211 % APBD 212-P REALISASI APBD TW IV 212 (dalam Juta Rupiah) % APBD 213 PENDAPATAN DAERAH 2,395,242 2,662,77 111.14 3,398,628 3,633,74 16.92 3,568,393 PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,468,456 1,723,618 117.38 1,864,57 2,56,989 11.32 1,93, - Pendapatan Pajak Daerah 1,338,26 1,496,934 111.88 1,692,124 1,813,341 17.16 1,751,57 - Retribusi Daerah 31,123 33,541 17.77 48,318 5,546 14.61 13,336 - Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 67,14 7,314 14.92 76,314 76,72 1.51 79,211 - Lain-Lain PAD yg Sah 32,292 122,828 38.37 47,815 116,4 243.44 85,883 DANA PERIMBANGAN 76,7 75,288 99.9 852,218 98,371 16.59 928,192 - Bagi hasil pajak dan bukan pajak 124,113 128,698 13.69 124,113 18,266 145.24 91,991 - Dana Alokasi Umum (DAU) 56,674 56,674 1. 694,79 694,79 1. 792,366 - Dana Alokasi Khusus (DAK) 21,221 15,916 75. 34,26 34,26 1. 43,835 - Dana Penguatan Infrastruktur Daerah - - - - - - - LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 22,779 233,171 15.61 681,559 668,344 98.6 71,21 - Pendapatan Hibah 29,25 3,951 13.51 29,782 23,374 78.48 3,115 - Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 13,226 159,53 154.52 153,437 187,75 122.36 - - Dana Penyesuaian & otonomi khusus 5,24 5,24 1. 389,632 371,99 95.45 388,639 - Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 83,62 64,477 77.63 18,78 85,311 78.48 291,447 - Sumbangan Pihak Ketiga - - - - - - - - Alokasi Kurang Bayar DAK - - - - - - - BELANJA DAERAH 2,973,589 2,564,81 86.25 4,12,658 3,562,73 86.84 4,316,449 BELANJA TIDAK LANGSUNG 2,95,465 1,82,145 86. 2,657,192 2,43,671 91.48 2,741,116 - Belanja Pegawai 692,348 526,913 76.11 71,628 581,867 82.93 778,736 - Belanja Barang - - - - - - - - Belanja Subsidi 4, 3,999 99.98 4, 3,594 89.85 4, - Belanja Hibah 272,294 226,92 83.33 833,39 798,274 95.79 796,426 - Belanja Bantuan Sosial 367,198 361,34 98.4 26,558 25,151 94.7 147,597 - Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 697,4 64,531 91.85 861,82 833,781 96.75 618,31 - Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 35,373 33,256 94.2 195,145 18,143 92.31 47,78 - Belanja Tidak Terduga 26,852 9,382 34.94 34,669 7,861 22.67 15,347 BELANJA LANGSUNG 878,125 762,657 86.85 1,445,466 1,132,6 78.32 1,575,333 - Belanja Pegawai 31,967 26,232 82.6 46,949 39,82 84.82 43,21 - Belanja Barang dan Jasa 594,683 59,35 85.64 91,94 748,66 83.8 847,476 - Belanja Modal 251,475 227,12 9.32 497,423 343,634 69.8 684,647 SURPLUS/(DEFISIT) (578,347) 97,276 (16.82) (74,312) 7,974 (1.8) (748,56) PEMBIAYAAN 578,347 578,347 74,312 787,312 111.78 748,56 PENERIMAAN DAERAH 74,385 74,385 1. 787,312 787,312 1. 783,56 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 74,385 74,385 1. 72,839 72,839 1. 741,566 PENGELUARAN DAEARAH 126,38 126,38-83, - 83, (1.) 35, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75 75 - - - - 35, Penguatan Modal Pemerintah Daerah 125,963 125,963-83, (83,) (1.) - SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) 675,623 858,285 Sumber : Pemda Provinsi Bali 7 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 4. Keuangan Pemerintah Halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 71

Bab 5 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan IV 212 mengalami penurunan,6% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif tinggi yaitu,54% (m-t-m) pada akhir triwulan IV 212 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,43% (m-t-m). Tingkat kemiskinan pada September 212 mencapai 3,95 %, berkurang,23 % dibandingkan kondisi Maret 212 yang mencapai 4,18 %. 5.1. PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN Jumlah penduduk miskin di Bali pada September 212 sebesar 161, ribu orang atau sebesar 3,95% dari total penduduk Bali. Tingkat kemiskinan ini meningkat tipis,23% dibandingkan kondisi Maret 212 yang mencapai 4,18% atau sebanyak 168,8 ribu orang (lihat Grafik 6.1). Penurunan jumlah penduduk miskin menunjukkan indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai dampak dari pembangunan ekonomi. Pemerintah Provinsi Bali telah menjalankan beberapa program peningkatan kesejahteraan seperti Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), Bedah Rumah maupun Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) selama tahun 212. Grafik 5.1. Angka Kemiskinan Provinsi Bali Ribu Orang 25 2 ()orang % (rhs) %, yoy 7 6 5 15 4 1 3 5 2 1 28 29 21 Mar 11 Sep 11 Mar 12 Sep 12 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Selama tahun 212 ini pemerintah provinsi Bali telah melaksanakan program pengentasan kemiskinan baru, yaitu Gerakan Pembangunan Desa Terpadu. Pemerintah provinsi Bali melalui program ini telah menyalurkan bantuan pembangunan kepada 5 desa percontohan, masing-masing senilai Rp 1 miliar. Titik berat program ini adalah bagaimana masing-masing desa dapat memanfaatkan potensinya untuk meningkatkan kegiatan ekonomi. Pada akhir tahun 212, telah disalurkan bantuan serupa pada 77 desa dengan tingkat kemiskinan di atas 35% dari total jumlah penduduk. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan September 212 menurun dibandingkan posisi Maret 212. Tingkat kedalaman kemiskinan menurun dari,58 pada Maret 212 menjadi,39 pada September 212. Penurunan ini menunjukkan rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan atau dengan kata lain, kesejahteraan masyarakat miskin meningkat. Sementara itu, tingkat keparahan kemiskinan juga menurun dari.12 pada Maret 212 menjadi.7 pada September 212. Penurunan tingkat keparahan menunjukkan bahwa ketimpangan kesejahteraan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 72

Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan diantara penduduk miskin semakin mengecil. Dengan demikian, peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dirasakan dalam skala yang lebih luas. Program pengentasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah provinsi Bali terindikasi mampu menjangkau masyarakat miskin yang lebih banyak. Tingkat kemiskinan di perkotaan lebih parah dibandingkan perdesaan. Tingkat kedalaman kemiskinan di perkotaan lebih besar dibandingkan perdesaan yaitu,42 dibandingkan,35. Sementara itu, tingkat keparahan kemiskinan di perkotaan sebesar,8 juga lebih tinggi dibandingkan perdesaan sebesar,5. Arus urbanisasi diperkirakan menjadi pendorong peningkatan tingkat kemiskinan di perkotaan. 5.2. PERKEMBANGAN NTP BALI Perkembangan NTP selama triwulan IV 212 lebih rendah dibandingkan akhir triwulan sebelumnya, yaitu 18,39 dibandingkan 18,46. NTP Bali selama triwulan laporan cenderung mengalami kenaikan (lihat Gambar 6.2). Penurunan NTP dipicu oleh kenaikan indeks yang dibayar pada seluruh sub sektor pertanian sepanjang triwulan IV 212. Kenaikan indeks yang dibayar tertinggi adalah sub sektor pertanian dengan kenaikan,99% dibandingkan akhir tahun triwulan sebelumnya. Sementara itu, kenaikan indeks yang diterima tidak terjadi di semua sub sektor. Sub sektor yang mengalami penurunan indeks diterima adalah sub sektor tanaman pangan dan sub sektor tanaman perkebunan rakyat dengan penurunan indeks dibandingkan triwulan sebelumnya adalah,12% dan,28%. Secara total, sub sektor yang mengalami penurunan NTP adalah sub sektor tanaman perkebunan rakyat, sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan dengan penurunan sebesar 1,1%;,66% dan,17%. Sementara sub sektor yang mengalami kenaikan NTP adalah sub sektor peternakan dan sub sektor holtikultura dengan peningkatan indeks sebesar,64% dan,51%. Perkembangan NTP Bali dari waktu ke waktu cenderung meningkat. NTP dengan nilai terendah terjadi pada awal tahun 211, sementara titik tertinggi NTP selama tahun 211 212 adalah pada awal triwulan IV 212. Selain itu, selama kurun waktu tersebut, NTP Bali selalu berada di atas nasional. NTP yang lebih tinggi mengindikasikan daya beli yang lebih besar atau dengan kata lain kesejahteraan petani yang sebagian besar adalah penduduk desa lebih tinggi. 19 Grafik 5.2. NTP Provinsi Bali dan Nasional 211-212 17 NTP 15 13 11 99 I II III IV I II III IV Nasional Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Data inflasi perdesaan menunjukkan bahwa inflasi di perdesaan Bali pada akhir triwulan IV 212 masih lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional, yaitu,54% (mtm) dibandingkan,43% (mtm). Namun demikian, apabila dibandingkan dengan inflasi Denpasar, inflasi perdesaan Bali selalu lebih rendah sepanjang triwulan laporan. Pada awal triwulan laporan bahkan terjadi deflasi di perdesaan Bali yaitu sebesar,7% (mtm). Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 73

Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5.3. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 212 menunjukkan penurunan penggunaan tenaga kerja menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai survey yang menunjukkan angka di bawah nol menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah karyawan tetap yang dipekerjakan. Hasil survey yang menunjukkan nilai positif terakhir kali adalah saat triwulan IV 211 (lihat Gambar 6.4). Penurunan penggunaan tenaga kerja terutama terjadi di sektor pertanian. Meskipun pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan relatif tinggi, ternyata belum mampu meningkatkan penggunaan tenaga kerja. Untuk perkiraan penggunaan tenaga kerja triwulan I 213 mendatang, hasil survey menunjukkan terdapat rencana peningkatan penggunaan tenaga kerja. Setelah mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja pada triwulan laporan diharapkan terjadi peningkatan kebutuhan tenaga kerja pada periode mendatang. 2 15 1 5-5 -1-15 -2-25 Grafik 5.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 27 28 29 21 211 212 213 REALISASI PENGGUNAAN TK PERKIRAAN PENGGUNAAN TK Sumber : SKDU Tw IV-212 Hasil survei menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi menurun pada level 68,21% pada Triwulan IV 212, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 68,56%. Meskipun penggunaan kapasitas produksi mengalami penurunan, selama kurun waktu 29 212 menunjukkan tren yang meningkat. Titik terendahnya terjadi pada triwulan III-21 yang hanya sebesar 53% dan titik tertingginya pada triwulan I 21 sebesar 81,3%. Penurunan penggunaan tenaga kerja baru sejalan dengan penurunan penggunaan kapasitas produksi. 74 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212

Bab 6 6. Prospek Perekonomian Perekonomian Bali di awal tahun diperkirakan sedikit termoderasi, namun diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi di triwulan I-213. Pertumbuhan ekonomi triwulan I-213 diperkirakan di kisaran 6, 6,5% (yoy, dan masih ditopang oleh tingginya investasi seiring maraknya proyek pembangunan infrastruktur dan investasi swasta menjelang KTT APEC 213. Perekonomian Bali juga masih diwarnai optimisme membaiknya kondisi perekonomian dan situasi bisnis ke depan, sebagaimana terindikasi dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Konsumsi diperkirakan menguat dengan didukung oleh meningkatnya penghasilan, serta perkiraan meningkatnya konsumsi wisatawan domestik. Keyakinan ini juga terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dengan indeks 122,83, yang memperkirakan kondisi perekonomian akan meningkat didukung optimisme meningkatnya penghasilan, supply lapangan kerja, serta membaiknya kondisi usaha ke depan. Namun ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih menyebabkan kendala pada kinerja ekspor. Dilihat dari perkembangan sektor utama, kinerja sektor PHR diperkirakan masih mengalami pertumbuhan moderat. Namun perkiraan kenaikan kunjungan wisatawan domestik seiring libur nasional dan perayaan hari raya keagamaan memiliki potensi meningkatkan aktivitas perdagangan. Sektor pertanian diwarnai oleh kendala cuaca berupa tingginya curah hujan yang disertai dengan gelombang tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja sektor pertanian, khususnya di subsektor tanaman bahan makanan, hortikultura dan perikanan. Sementara sektor bangunan diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi di awal tahun seiring dengan maraknya pembangunan investasi. Tekanan inflasi diperkirakan menguat di awal tahun, dengan didorong oleh kenaikan harga-harga volatile food. Gangguan cuaca berupa tingginya curah hujan yang disertai angin kencang dan gelombang tinggi dikhawatirkan mengakibatkan gangguan supply dan distribusi sehingga mendorong tekanan inflasi. Tekanan pada core inflation diperkirakan juga masih persisten, dengan tekanan harga di awal tahun diakibatkan oleh kenaikan biaya tempat tinggal. Sementara itu, inflasi administered price diperkirakan masih stabil. Namun perlu diwaspadai potensi peningkatan permintaan di beberapa titik seiring perayaan libur nasional dan perayaan hari raya keagamaan, serta potensi tekanan imported inflation. Hal tersebut berpotensi meningkatkan permintaan pada komoditas barang dan jasa sehingga berpotensi mempengaruhi kenaikan inflasi pada volatile food dan core inflation. Dengan perkiraan tersebut, laju inflasi di triwulan I-213 diperkirakan tumbuh di kisaran 4,98 ± 1% (yoy). 6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I-213 Berdasarkan tracking beberapa indikator terkini dan perkiraaan mengenai kondisi ke depan, perekonomian Bali di awal tahun 213 diperkirakan sedikit mengalami moderasi, namun masih mampu tumbuh tinggi di kisaran 6, 6,5% (yoy). Pertumbuhan tersebut masih relatif tinggi dengan komponen investasi sebagai pendorong utama perekonomian, serta optimisme membaiknya perekonomian domestik. Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan IV-212 mengindikasikan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar 11,5. Hal ini mengindikasikan pelaku usaha optimis akan memandang perekembangan dunia usaha ke depan. Peningkatan diperkirakan terjadi baik dari sisi kegiatan usaha, perkembangan harga jual, penggunaan tenaga kerja, kapasitas produksi terpakai maupun situasi bisnis ke depan. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan IV-212 75

Bab 6. Prospek Perekonomian Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Miliar Rp PDRB growth PDRB (%,yoy) - (RHS) %, yoy 9, 7.5 8,5 7. 8, 7,5 6.5 7, 6. 6,5 5.5 6, 5,5 5. 5, 4.5 I II III IV I II III IV I II III IV I* 21 211 212 213 SBT 5 4 3 2 1 (1) (2) (3) Total Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Perdaganga, Hotel, dan Restoran Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* 29 21 211 212 213 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Keterangan : Tw I-29 s.d. Tw IV-212 adalah angka realisasi Tw I-213 adalah angka ekspektasi Tabel 6.1. Perkembangan Kegiatan Usaha Triwulan I-213 Kriteria Ekspektasi Pelaku Keterangan Usaha Perkembangan Kegiatan Usaha Meningkat Prospek perekonomian optimis membaik dibandingkan sebelumnya, terutama di sektor pertanian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa. Kondisi ini dipengaruhi maraknya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan swasta. Perkembangan Harga Jual Meningkat Prospek perekonomian meningkat, didorong oleh menguatnya permintaan domestik terutama di sektor pertanian, PHR, bangunan, jasa dan industri. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Meningkat Kinerja sektor utama meningkat, terutama pada pertanian, PHR dan jasa yang mendorong meningkatnya kebutuhan tenaga kerja Kapasitas Produksi Terpakai Meningkat Terjadi seiring perkembangan kegiatan usaha yang cenderung meningkat Situasi Bisnis Ke depan Meningkat Situasi bisnis optimis lebih baik dari saat ini Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan IV-212, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Konsumsi diperkirakan mengalami penguatan meskipun masih di level yang rendah. Peningkatan konsumsi terindikasi dari beberapa indikator seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil Survey Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan hasil di level optimis sebesar 122,83. Optimisme tersebut dipengaruhi keyakinan atas membaiknya penghasilan ke depan, supply lapangan kerja, serta keyakinan membaiknya kondisi usaha ke depan. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) hasil publikasi BPS juga memperkirakan kondisi konsumsi pada triwulan I-213 akan membaik dengan indeks 111,64, didorong oleh keyakinan peningkatan pendapatan rumah tangga dan kenaikan perkiraan pembelian barang tahan lama. Optimisme kenaikan penghasilan juga naiknya UMP sebesar 22,7% (yoy), dari Rp 967.5 di 212 menjadi Rp 1.181. di tahun 213. Penguatan konsumsi masyarakat dipengaruhi pula oleh perayaan hari raya keagamaan terutama Nyepi dan Galungan-Kuningan, serta beberapa libur nasional seperti Maulid Nabi, Imlek, dan Wafat Isa Almasih yang berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan (terutama domestik) sehingga mendorong peningkatan konsumsi. Sementara itu, realisasi belanja pemerintah diperkirakan masih belum banyak dilakukan di awal tahun, dengan realisasi belanja pemerintah lebih banyak dilakukan ke kegiatan yang bersifat multiyear sehingga konsumsi pemerintah diperkirakan masih stabil. 76 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan IV-212