BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat observasi analitik non-eksperimental dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia yaitu sebesar 8%.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Kampung Batik Semarang 16. Pengumpulan data dilakukan pada Maret 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA GLAUKOMA DENGAN KETAATAN MENGGUNAKAN OBAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada Juli 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Pada penelitian ini digunakan desain cross sectional. Cross

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian di

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. September Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal , Mei-Agustus 2013, ISSN

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observational

BAB V HASIL PENELITIAN. Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA. 1. World Health Organization. GLOBAL DATA ON VISUAL IMPAIRMENTS :3.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit kelas A, yaitu RSUD dr.

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

Dewi Ratnawati, Riris Andono Ahmad, Firdaus Hafidz, Dibyo Pramono

HUBUNGAN STATUS GIZI PRE OPERATIF DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MA Husnul Khatimah Kelurahan Rowosari,

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Mata Dr. Yap yang bertempat di jalan Cik Di Tiro no. 5 Yogyakarta. RS. Mata Dr. Yap merupakan rumah sakit swasta milik masyarakat Yogyakarta. Merupakan rumah sakit khusus yang mempunyai lingkup kegiatan meliputi upaya peningkatan kesehatan mata, pencegahan dan deteksi dini penyakit mata, diagnosis dan tindakan penyembuhan terhadap pasien penyakit mata serta memajukan ilmu kesehatan mata. Pelayanan di RS. Mata Dr. Yap terbagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan perawat dan pemeriksaan dokter. Pasien terlebih dahulu di anamnesis dan pemeriksaan fisik dasar oleh perawat kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan dokter. Dalam jenis pelayanannya, RS Mata Dr. Yap tidak hanya terdiri dari dokter spesialis mata saja, rumah sakit ini juga dilengkapi oleh dokter spesialis penyakit dalam, kejiwaan, patologi klinik yang dapat menjadikan pelayanan rumah sakit yang lebih komprehensif. Terdiri dari pelayanan mata kering (Dry Eye), poliklinik, oftalmologi pediatri, Jogja Lasik Centre, glaukoma, katarak, dll. RS. Mata Dr. Yap bekerjasama dengan Badan Sosial Mardiwuto yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan nasib para tuna netra yang meliputi berbagai usaha kegiatan serta bekerjasama dengan Yayasan Dr. Yap Prawirohusodo yang bertujuan untuk : 46

47 1. Memajukan dan memperkembangkan Ilmu Pengetahuan Penyakit Mata di Indonesia dalam arti yang seluas-luasnya 2. Memberantas penyakit mata di Indonesia dalam arti yang seluas-luasnya, antara lain dengan jalan melanjutkan Rumah Sakit Mata Dr. Yap. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik responden dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, lama menderita glaukoma dan informasi kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik non-eksperimental dengan metode pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 September 2016 31 Januari 2017 dengan responden penelitian pasien glaukoma di RS. Mata Dr. Yap yang memenuhi kriteria inklusi. Responden penelitian terdiri dari 30 responden dari yang seharusnya yaitu 68 responden penelitian. Peneliti mengambil jumlah sampe minimal dengan mempertimbangkan timeline atau batas waktu penelitian. Berikut karakteristik responden pasien glaukoma di RS. Mata Dr. Yap yang memenuhi kriteria menjadi responden selama penelitian berlangsung : Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Variabel Jumlah Persentase (%) a. Laki-laki b. Perempuan 10 20 33,3 % 66,7 %

48 Pada tabel 3 didapatkan bahwa responden penelitian terdiri dari 10 pasien laki-laki (33,3%) dan 20 pasien perempuan (66,7%). Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan usia Usia Jumlah Persentase (%) < 20 Tahun 20-50 Tahun >50 Tahun 6 14 10 20 % 46,7 % 33,3 % Pada tabel 4 didapatkan bahwa responden penelitian terdiri dari 6 pasien berusia kurang dari 20 tahun (20%), 14 pasien berusia antara 20 sampai dengan 50 tahun (46,7%) dan 10 pasien berusia lebih dari 50 tahun (33,3%). Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Jumlah Persentase (%) S1/D3 SMA SMP 16 13 1 53,3% 43,3 % 3,3 % Pada tabel 5 didapatkan responden penelitian terdiri dari 16 orang dengan pendidikan terakhir S1/D3 (53,3%), 13 orang dengan pendidikan terakhir SMA (43,3%) dan 1 orang dengan pendidikan terakhir SMP (3,3%).

49 Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan lama menderita glaukoma Lama menderita Jumlah Persentase (%) < 1 Bulan < 1 Tahun 1-5 Tahun > 5 Tahun 4 4 18 4 13,3% 13,3 % 60,0 % 13,3% Pada tabel 6 didapatkan responden penelitian dengan lama menderita glaukoma kurang dari 1 bulan sebanyak 4 pasien (13,3%), kurang dari 1 tahun sebanyak 4 pasien (13,3%), antara 1-5 tahun sebanyak 18 pasien (60,0%) dan lebih dari 5 tahun sebanyak 4 orang (13,3%). 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasien Glaukoma Tabel 7. Tingkat pengetahuan pasien glaukoma Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%) Baik Cukup Kurang 17 10 3 56,7% 33,3 % 10,0 % Berdasarkan tabel 7 didapatkan mayoritas pasien glaukoma (56,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang penyakit glaukoma, (33,3%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan (10,0%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. 3. Distribusi Tingkat Kecemasan Pasien Glaukoma Kategori kecemasan pasien didapat dari hasil hitung jumah skor yang diperoleh dari masing-masing responden. Hasi perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

50 Tabel 8. Tingkat kecemasan pasien glaukoma Tingkat Kecemasan Jumlah Persentase (%) Kecemasan Berat Kecemasan Sedang Tidak Cemas/ 3 9 18 10,0% 30,0 % 60,0 % Kecemasan Ringan Didapatkan 3 pasien (10%) mengalami kecemasan berat, 9 pasien (30%) mengalami kecemasan sedang dan 18 pasien (60%) tidak mengalami kecemasan/ kecemasan ringan. 4. Distribusi tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan Tabel 9. Hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan pasien glaukoma Tingkat Kecemasan Kecemasan Berat Kecemasan Sedang Kecemasan Ringan Total Tingkat Pengetahuan Total Baik Cukup Kurang 1 1 1 3 2 5 2 9 14 4 0 18 17 10 3 30 Berdasarkan tabel 9., dapat diketahui bahwa pasien dengan pengetahuan baik didapatkan 1 pasien dengan kecemasan berat, 2 pasien dengan kecemasan sedang dan 14 pasien dengan kecemasan ringan atau tidak cemas. Pada pasien dengan pengetahuan cukup didapatkan 1 pasien dengan kecemasan berat, 5 pasien dengan kecemasan sedang dan 4 pasien dengan kecemasan ringan serta pada pasien dengan pengetahuan kurang didapatkan 1 pasien dengan kecemasan berat, 2 pasien dengan kecemasan sedang dan tidak ditemukan pasien dengan kecemasan ringan.

51 C. Hasil Analisa Data Statistik Pada uji normalitas Saphiro-Wilk didapatkan hasil bahwa skor kuesioner pengetahuan dan kuesioner T-MAS tidak berdistribusi normal dengan nilai Sig.(p<0,05). Penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman rho untuk megetahui terdapat hubungan yang bermakna atau tidak antara tingkat pengetahuan pasien glaukoma dengan tingkat kecemasan pasien glaukoma di RS. Mata Dr. Yap Yogyakarta. Interpretasi dalam SPSS hasil uji korelasi dapat dilihat dari nilai sig., yaitu jika sig.(p<0,05) berarti terdapat hubungan antara tingkat pegetahuan pasien dengan tingkat kecemasan pasien glaukoma dan jika sig.(p>0,05) berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien dengan tingkat kecemasan pasien glaukoma. Tabel 10. Hasil uji korelasi Spearman rho Tingkat pengetahuan pasien Tingkat Kecemasan r -0,541 p 0,002 N 30 Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman rho yang terdapat pada tabel 9, menunjukkan bahwa nilai sig. = 0,002 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pasien tentang glaukoma dengan tingkat kecemasan pasien glaukoma di RS. Mata Dr. Yap Yogyakarta dengan kekuatan korelasi sebesar -0,541 yang berarti penelitian ini memiliki kekuatan korelasi yang kuat dengan hubungan korelasi negatif dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien, akan semakin rendah tingkat kecemasan pasien glaukoma.

52 D. Pembahasan Berbagai faktor-faktor dapat mempengaruhi kecemasan seseorang termasuk faktor jenis kelamin, usia, pendidikan dan lama menderita glaukoma yang akan dibahas dalam pembahasan ini. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 3., berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu sebesar (66,7%) dibandingkan dengan responden perempuan (33,3%). Hal ini konsisten dengan penelitian (Ismandari, F., 2011) yang melibatkan 420 pasien yang di diagnosis glaukoma sudut terbuka maupun glaukoma sudut tertutup dan ditemukan bahwa jumlah pasien perempuan (51,87%) lebih besar daripada pasien laki-laki (48,13%). Penelitian lain yang dilakukan oleh (Stamper, dkk., 2009) menunjukkan prevalensi glaukoma sudut terbuka pada laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan dan prevalensi glaukoma sudut tertutup pada perempuan lebih tinggi daripada lakilaki. Hal ini disebabkan karena mayoritas sudut bilik depan perempuan lebih dangkal volumenya dibandingkan laki-laki. Usia berkaitan dengan faktor penuaan jaringan, lamanya terpapar faktor resiko dan durasi sakit. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4., pasien glaukoma mayoritas terdapat pada rentang usia 20-50 tahun (46,7%) dibandingan dengan kelompok usia kurang dari 20 tahun (20,0%) dan lebih dari 50 tahun (33,3%). Rata-rata usia penderita glaukoma di RSCM Jakarta adalah 60,74 tahun dengan proporsi terbesar terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun (Ismandar, F,. 2011). Sebanding dengan angka kejadian glaukoma yang terdapat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Maret-Mei 2010.

53 Pada penelitian tersebut, subjek dengan kelompok umur terbanyak adalah 61 70 tahun (40%), termuda berusia 47 tahun dan tertua berusia 81 tahun dengan rerata umur penderita 66,70 ± 9,23 tahun (Rosalina, dkk., 2010). Hasil pada penelitian ini tidak sesuai dikarenakan kriteria inklusi meliuti pasien dengan rentang usia 18-65 tahun dan mayoritas pasien berusia lebih dari 60 tahun datang dengan kondisi lapang pandang yang sudah menyempit atau bahkan sudah mengalami kebutaan pada salah satu atau kedua mata sehingga tidak dapat menjadi responden penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian (Ismandari, F. 2011) yang menyebutkan rata-rata pasien yang datang dalam kondisi buta pada usia 60,1 tahun dan usia >74 tahun merupakan prevalensi tertinggi terjadinya kebutaan. Canadian Glaucoma Study mendapatkan bahwa usia lebih tuan berhubungan dengan memburuknya lapang pandang dengan hazard ratio sebesar 1,04 dan p value 0,06 (Chauhan, dkk,. 2008). Penyakit glaukoma masih merupakan peyakit mata yang jarang diketahui oleh masyarakat luas sehingga kebutaan akibat glaukoma pun juga masih sangat tinggi. Hal ini terkait oleh beberapa faktor yaitu sosial ekonomi, kesadaran pasien, tingkat pendidikan dan akses informasi. Sosial ekonomi dan kesadaran pasien untuk memeriksakan mata secara berkala akan berdampak langsung kepada akses informasi (media cetak, media sosial, penyuluhan dll.) Faktor sosial ekonomi juga dapat tergambarkan melalui tingkat pendidikan. Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 bahwa responden penelitian memiliki pendidikan terakhir S1/D3 (53,33%), SMA (43,33%) dan SMP (3,3%). Menurut Suhaidah, (2016) dalam Notoatmojo, (2003) pendidikan individu

54 akan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dirasakan. Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi maka akan memiliki pengetahuan yang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka daya serap dan daya pahamnya juga semakin tinggi serta akan semakin mudah dalam menerima suatu informasi. Distribusi penelitian berdasarkan lama menderita glaukoma dapat dilihat pada tabel 6. Didapatkan 4 pasien terdiagnosis glaukoma kurang dari 1 bulan (13,3%), 4 pasien terdiagnosis glaukoma kurang dari 1 tahun (13,3%), 18 pasien terdiagnosis glaukoma antara 1-5 tahun (60%) dan 4 pasien terdiagnosis glaukoma lebih dari 5 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Rosalina, dkk. (2010) yang menemukan bahwa jumlah terbesar adalah subjek dengan lama menderita glaukoma 2 5 tahun (45%). Rerata lama menderita glaukoma dalam penelitian ini adalah 3,63 ± 3,92 tahun, terpendek 0,25 tahun dan terpanjang 16 tahun. Penelitian tersebut memiliki kemiripan dengan panelitian ini yaitu persentase terbesar lama menderita glaukoma yaitu diantara 1-5 tahun. Kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang berasal dari internal seperti emosi, perasaan takut, faktor sosial dan penyakit serta yang berasal dari eksternal seperti lingkungan dan trauma atau konflik (Carina, 2012). Menurut Sundari dalam (Carina, 2012), kecemasan dapat dartikan sebagai suatu hal yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Berdasarkan tabel 8., didapatkan 18 pasien (60%) mengalami kecemasan ringan atau tidak cemas, 9 pasien (30%) mengalami kecemasan

55 sedang dan 3 (10%) pasien mengalami kecemasan berat. Hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan pasien yang dapat dilihat pada tabel 7., dimana 17 pasien (56,7%) memiliki pengetahuan yang baik, 10 pasien (33,3%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 3 pasien (10 %) memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit glaukoma. Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik tidak didapatkan kecemasan atau kecemasan ringan hingga sedang. Pasien yang mengalami kecemasan berat mengaku belum pernah mendengar maupun mencari tahu tentang penyakit glaukoma, mengetahui tentang glaukoma namun belum sepenuhnya memahami dengan persepsi yang benar dan tidak menyangka mereka telah didiagnosis glaukoma.