KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE Disusun oleh : 1. Amalia Nurika P17320312005 2. Mirza Riadiani Surono P17320312041 Tingkat II A POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR Jl. Dr. Semeru No. 116 Bogor Barat, Kota Bogor
Kata Pengantar Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-nya yang berlimpah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini. Adapun judul dari Makalah ini adalah tentang Konsep Satuan Operasional Prosedur Blader Training. Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas Keperawatan Medikal Bedah III. Dalam menyelesaikan makalah, penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak yang membacanya. Penyusun Bogor, April 2014
Daftar Isi Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii BAB I...3 PENDAHULUAN...3 A. Latar Belakang...3 B. Rumusan Masalah...4 C. Tujuan Makalah...4 BAB II...5 TINJAUAN TEORI...5 A. Definisi...5 B. Tujuan...5 C. Indikasi...5 Daftar Pustaka...11
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Individu dapat mengalami gangguan dalam berkemih karena adanya sumbatan atau ketidak mampuan sfingter uretra untuk berelaksasi, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk dapat mengeluarkan urin dari kandung kemih,salah satu tindakannya adalah dengan pemasangan kateter. Kateterisasi kandung kemih dilakukan dengan memasukkan selang plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih.kateter memunkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan. (perry poter) Pada saat kateter terpasang, kandung kemih tidak terisi dan berkontraksi, pada akhirnya kapasitas kandung kemih menurun atau hilang (atonia).apabila atonia terjadi dan kateter dilepas, otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengeluarkan urinnya,sehingga terjadi komplikasi gangguan fungsi perkemihan.untuk itu perludilakukan bladder training sebelum melepas kateter urinari. Setelah kateter dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akan dialami oleh pasien berhubungan dengan proses dan reflek berkemihnya. Efek samping dari pemasangan kateter adalah terjadinya inkontnensia urin dan retensi urine. Inkontinensia urin ialah kehilangan kontrol berkemih. Hal ini dapat bersifat sementara atau menetap. Klien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urin dapat berlangsung ters-menerus atau sedikit-sedikit. Denganpengelolaan yang baik,diharapkan pasien yang terpasang kateter tidak mengalami perubahan pola berkemih sesudah kateternya dilepas. Pengelolaan yang baik disini adalah dengan cara dilatih tehnik bladder training. Bladder training (melatih kembali kandung kemih) ialah tindakan yang bertujuan untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengluaran air kemih. Tindakan ini dapat membantu klien yang menderita inkontinensia untuk memperoleh kembali kontrol berkemihnya dan merupakan bagian dari perawatan rehabilititatif dan restorasi.
B. Rumusan Masalah 1. Apa itu bladder training? 2. Apa prosedur pelaksanaan bladder training? 3. Bagaimana cara melakukan bladder training? C. Tujuan Makalah Tujuan Umum Tujuan umum makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang bladder training. Tujuan Khusus Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar penulis dapat : a. Mampu mendeskripsikan tentang bladder training. b. Mengetahui prosedur pelaksanaan bladder training. c. Mengetahui cara melakukan bladder training.
A. Definisi Kusyati, 2004) BAB II TINJAUAN TEORI Suatu latihan yang dilakukan dalam rangka melatih otot-otot kandung kemih (Eni Bladder training (melatih kembali kandung kemih) ialah tindakan yang bertujuan untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengluaran air kemih. D. Tujuan a. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri b. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama c. Mengembalikan tonus otot kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena pemasangan kateter d. Mengembalikan pola kebiasaan berkemih E. Indikasi Latihan ini diperuntukkan bagi: a. Orang yang mengalami masalahdalam hal perkemihan. b. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin. c. Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama d. Klien dengan inkontinentia urin.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR 1. TUJUAN 1.1 Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri. 1.2 Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama. 1.3 Mengembalikan tonus otot kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena pemasangan kateter. 1.4 Mengembalikan pola kebiasaan berkemih 2. RUANG LINGKUP Indikasi dilakukan pada : 1.1 Orang yang mengalami masalahdalam hal perkemihan. 1.2 Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin. 1.3 Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama. 1.4 Klien dengan inkontinentia urin. 3. ACUAN Perry, Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. 2006. EGC: Jakarta Kusyati, Eni. Keterampilan dan Prosedur Laboraturium. 2004. EGC: Jakarta. Nursalam. Asuhan Kpeerawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. 2006. Salemba Medika: Jakarta 4. DEFINISI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR 4.1 Bladder training (melatih kembali kandung kemih) ialah tindakan yang bertujuan untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengluaran air kemih. 5. PROSEDUR 5.1 Tanggung jawab dan wewenang. 5.1.1 Bagian akademik sebagai penanggung jawab pembelajaran {Coordinator mata pelajaran KMB 1 yang bertanggung jawab dalam pengelola ketercapaian prosedur terapi oksigen. 5.1.2 Pembimbing praktik pendidkan dan lahan yang bertanggung jawab dalam membimbing dan menilai ketercapaian pelaksanaan. 5.1.3 Prosedur tindakan setiap peserta didik secara objektif baik di laboratorium maupun lahan praktik. 5.2 Pelaksanaan 5.2.1 Pastikan kebutuhan klien untuk dilatih bladder training. 5.2.2 Persiapan pasien dan keluarga 5.2.2.1 Sampaikan salam (lihat SOP Komunikasi Teurapetik). 5.2.2.2 Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 5.2.3 Persiapan alat Jam Air minum dalam tempatnya Handscoon Arteri Klem Kassa 5.2.3.1 Catatan perawatan persiapan lingkungan : jaga privacy klien dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. 5.2.3.2 Perawat mencuci tangan. 5.2.3.3 Jelaskan prosedur 5.2.4 Tahap Kerja.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR 5.2.4.1 Tingkat masih dalam kateter : Prosedur 1 jam : a. Cuci tangan b. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200cc dari jam 07.00 s.d jam 19.00. setiap kali habis diberi minum kateter di klem c. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d jam 20.00 dengan cara klem dibuka d. Pada malam hari (setelah jam 20.00) kateter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan sepeti pada siang hari. e. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan berhasil. Prosedur 2 jam : e. Cuci tangan. f. Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d, jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum kateter klem. g. Kemudian setiap 2 jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d, jam 21.00 dengan cara klem kateter dibuka. h. Pada malam hari (setelah jam 20.00) katete dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari. i. Prosedur tersebut diulang untuk hari beikutnya sampai program tesebut bejalan lancar dan berhasil. 5.2.4.2 Tingkat bebas kateter prosedur ini dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah berjalan lancar selama 3-7 hari : a. Cuci tangan b. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d, jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan c. Kemudian kateter dilepas
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR d. Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap jam dengan menggunakan urinal atau komode e. Berikan minum terakhir jam 19.00, tidakboleh diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada malam hari f. Beri tahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya 5.2.5 Tahap Terminasi. a. Alat- alat dibereskan b. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan c. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan d. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya e. Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan klien. f. Mengakhiri kegiatan dengan salam g. Mencuci tangan 5.2.6 Dokumentasikan hasil tindakan. Catat urin dan atau bladder kosong. 6. Pengendalian/Pemantauan 6.1 Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditanda tangani. 6.2 Dokumentasi laporan asuhan keperawatan. 6.3 Format penilaian pemberian terapi bladder training telah ditanda tangani dan diberi nama jelas instruktur yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan. 6.4 Pedoman penilaian kompetensi. 7. Dokumentasi 7.1 SOP No... tentang mencuci tangan. 7.2 SOP No...tentang komunikasi terapeutik.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR 8. Pengesahan Disusun Oleh : Disusun Oleh : Diperiksa Oleh: Disetujui dan disahkan Oleh: Tim Mata Ajaran : Tanggal : Unit Akademik : Tanggal : Ketua Pengelola : Tanggal :
Daftar Pustaka Diakses rabu 2 maret 2014 dari kasa-habibi.blogspot.com posingan Rabu, 25 Februari 2009. Kusyati, Eni. Keterampilan dan Prosedur Laboraturium. 2004. EGC: Jakarta Nursalam. Asuhan Kpeerawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. 2006. Salemba Medika: Jakarta Perry, Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. 2006. EGC: Jakarta