PERCOBAAN 3 TEKNIK PEMISAHAN DENGAN ZAT PELEPAS-TOPENG (DEMASKING AGENT) PADA PENETAPAN MAGNESIUM, MANGAN, DAN ZINK DALAM SAMPEL SECARA TITRIMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

Penentuan Kesadahan Dalam Air

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALTIK DASAR TITRASI KOMPLEKSOMETRI. Pembimbing : Dewi Widyabudiningsih. Oleh. Kelompok V. Indra Afiando NIM

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sophie Damayanti / SF ITB

Laporan Praktikum KI1212. Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

MAKALAH KIMIA KOORDINASI SENYAWA KOMPLEKS EDTA DALAM TITRASI KOMPLEKSOMETRI PENENTUAN KESADAHAN AIR

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

VOLUMETRI / TITRIMETRI

KESADAHAN AIR. ADINDA DWI AYU D. RASYIDMUAMMAR FAWWAZ S.Farm.,M.Si.,Apt

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Desikator Neraca analitik 4 desimal

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut

Pemisahan dengan Pengendapan

TITRASI POTENSIOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

PENENTUAN KADAR ION KLORIDA DENGAN METODE. ARGENTOMETRI (metode mohr)

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

Bab II Studi Pustaka

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

REAKSI KIMIA. 17 Oktober Muhammad Rusdil Fikri UIN JAKARTA. Abstrak

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Air dan air limbah Bagian 12: Cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Metodologi Penelitian

BAHAN DAN ALAT-ALAT Bahan Serbuk Natrium khlorida mumi (NaCI), serbuk Kalium kromat (K 2 CrO4 ), serbuk Perak nitrat (AgNO 3), Air suling dan contoh m

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Transkripsi:

PERCOBAAN 3 TEKNIK PEMISAHAN DENGAN ZAT PELEPAS-TOPENG (DEMASKING AGENT) PADA PENETAPAN MAGNESIUM, MANGAN, DAN ZINK DALAM SAMPEL SECARA TITRIMETRI A. Tujuan Menetapkan kadar Magnesium, Mangan, dan Zink dalam campuran secara kompleksometri (EDTA) menggunakan demasking agent. B. Prinsip Campuran ion magnesium, mangan, dan zink dapat dianalisis dengan cara titrasi EDTA. Titik akhir EDTA yang pertama ekuivalen dengan ketiga ion tersebut, ion fluorida ditambahkan akan melepaskan penutup magnesium secara selektif dari kompleks EDTA-nya. EDTA yang dibebaskan dari kompleks magnesium-edta dititar dengan ion mangan. Setelah titik akhir kedua, ion sianida ditambahkan untuk menggantikan zink dari kompleks EDTA-nya dan membentuk kompleks sianozinkat yang stabil. EDTA yang dibebaskan (ekuivalen dengan zink) dititar dengan larutan ion mengan standar. C. Reaksi : Titik akhir I Mg 2+ + H 2 Y 2- MgY 2- + 2 H + Zn 2+ + H 2 Y 2- ZnY 2- + 2 H + Mn 2+ + H 2 Y 2- MnY 2- + 2 H + Titik akhir II MgY 2-, ZnY 2-, MnY 2- ditambahkan ion fluoride MgY 2- + F - MgF 2 + Y 4- Y 4- + Mn berlebih MnY 2- Teknik Pemisahan Kimia 1

Mn 2+ sisa + H 2 Y 2- MnY 2- + 2 H + Titik akhir III ZnY2-, MnY2- ditambahkan sianida dan Mn 2+ standar ZnY 2- + 4 CN - [Zn(CN) 4 ] 2+ + Y 4- Y 4- + Mn 2+ (std) MnY 2- D. Dasar Teori Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetri melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Titrasi yang melibatkan bahan kompleks disebut titrasi kompleksometri. Kesalahan dalam titrasi kompleksiometri tergantung dari cara yang dipakai untuk mengetahui titik akhir, cara penentuannya adalah tahap pertama yaitu kelebihan titran, dimana berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan. Tahap kedua dengan menggunakan senyawa kompleks yang memiliki warna yang tajam dengan logam yang ditetapkan, warna akan hilang atu berubah sewaktu logam dikiat menjadi senyawa kompleks yang lebih stabil. Ada banyak aplikasi yang diterapkan secara titrasi kompleksometri, terutama untuk pemisahan ion-ion logam. Pemisahan ion-ion logam dilakukan untuk mengetahui keberadaan suatu zat tertentu dalam suatu campuran. Pemisahan adalah kondisi hipotesis dimana terjadi pengucilan sempurna masing-masing komponen kimia penyusun suatu campuran menjadi bagian mikroskopik yang terpisah. (Rony.P.R.(1968)) Tujuan pemisahan ada 2 jenis, yaitu : a. Pemisahan preparatif Pemisahan yang dilakukan untuk memperoleh produk yang berharga dari suatu campuran dengan cara menghilangkan pengotor sekecil-kecilnya. Contoh : ekstraksi, destilasi berfraksi (destilasi bertingkat), kromatografi, kristalisasi, dll. Teknik Pemisahan Kimia 2

b. Pemisahan analitik Pemisahan yang dilakukan untuk memperoleh informasi analitik yang bermutu, yaitu akurat dan presisi, yang dihasilkan dari pemisahan. Skala pemisahan meliputi makro, mikro, dan nano, tergantung pada kadar analit yang diperoleh serta teknik analisis yang digunakan. Dalam pemisahan analitik pasti terdapat efek matriks. Matriks adalah bagian dari sampel selain analit yang tidak perlu dianalisi, namun dapat mengganggu analisis terutama dalam multikomponen, campuran, atau sampel biologi. Jenis-jenis matriks berupa bahan organik, anorganik, atau jaringan biologi. Matriks dapat bersifat inert (tidak mengganggu analisis), mengganggu analisis karena turut teranalisis, dan merusak dan mengkontaminasi instrument ukur. Efek matriks adalah gangguan yang disebabkan oleh matriks yang dapat mengganggu hasil analisis. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan dua cara, yaitu dengan pemisahan dan tanpa pemisahan. Dengan pemisahan, spesi yang akan ditetapkan diisolasi atau dipisahkan dari spesi pengganggu. Sedangkan tanpa pemisahan, spesi pengganggu ditutup dengan penambahan masking agent untuk mencegah ikut sertanya pengganggu dalam pengukuran. Masking agent digunakan sebagai bahan pengompleks yang bereaksi aktif dengan pengganggu. Untuk melepas kompleks yang terbentuk diperlukan penambahan demasking agent. Reaksi pembentukan kompleks disebut sebagai reaksi asam-basa Lewis. Asam Lewis adalah penerima elektron dan basa Lewis adalah penyumbang elektron. Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat tertentu yang mengandung oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Dari sekian banyak, yang paling banyak dikenal adalah asam etilenadiaminatetraasetat atau sering disingkat EDTA. Teknik Pemisahan Kimia 3

HOOCCH 2 HOOCCH 2 NCH 2 CH 2 N CH 2 COOH CH 2 COOH Gambar Struktur EDTA EDTA merupakan polydentate ligand dengan formula H 4 Y. Biasanya, titrasi EDTA dilakukan dalam suasana alkali dimana EDTA akan hadir dalam bentuk yang berbeda, termasuk H 4 Y, H 3 Y -, H 2 Y 2-, HY 3-, dan Y 4-. Oleh karena itu, pengaturan ph merupakan faktor utama yang mempengaruhi kompleksasi. Titrasi dengan metoda kompleksiometri sangat dipengaruhi oleh ph, hanya pada harga-harga ph lebih besar kira-kira 12, kebanyakan EDTA ada dalam bentuk tertaanion Y -. Pada harga-harga ph yang lebih rendah, zat yang berproton HY 3- dan seterusnya ada dalam jumlah berlebihan. Jelaslah bahwa kecenderungan perbedaan yang sebenarnya untuk membentuk khelonat logam pada sembarangan ph. Total konsentrasi EDTA dapat diketahui dari rumus : C T = [H 4 Y] + [H 3 Y - ] + [H 2 Y 2- ] + [HY 3- ] + [Y 4- ] Fraksi dari seluruh spesies dapat ditemukan jika diinginkan, dimana : = [ ] = [ ] = [ ] = [ ] = [ ] Dengan mengansumsikan suatu logam divalent bereaksi dengan EDTA, Y 4-, kesetimbangan akan teramati pada kondisi alkali. M 2+ + Y 4- MY 2- Teknik Pemisahan Kimia 4

K f = [MY 2- ] [M 2+ ] [Y 4- ] Konsentrasi Y 4- tergantung pada ph dengan perhitungan sebagai berikut : K 1 K 2 K 3 K 4 = [H 3 O + ] 4 + K 1 [H 3 O + ] 3 + K 1 K 2 [H 3 O + ] 2 + K 1 K 2 K 3 [H 3 O + ] + K 1 K 2 K 3 K 4 [Y 4- ] =. C T Untuk menetapkan konsentrasi ion logam : M 1. V 1 (EDTA) = M 2. V 2 (ion logam) Ini digunakan untuk menunjukkan konsentrasi ion logam dalam ppm dimana : 1 ppm = 1 Standard primer EDTA tidak bisa disiapkan. Larutan EDTA harus distandardisasi terhadap ZnSO 4 atau MgSO 4 dengan kemurnian sangat tinggi. Air yang digunakan dalam preparasi larutan EDTA harus bebas dari ion logam polivalen dan diperoleh dari penyulingan menggunakan kaca Pyrex. Titrasi dilakukan menggunakan larutan buffer pada ph 10. Titik akhir dipengaruhi oleh dua faktor utama, konstanta stabilitas dari kompleks ion logam-edta dan konsentrasi dari ion logam dan EDTA. Jika nilai kedua faktor tinggi, ketajaman titik akhir tercapai. Jika salah satu faktor bernilai rendah, titik akhir pun kurang tajam. Untuk konstanta stabilitas yang sangat rendah akan menyebabkan tingkat kesalahan tinggi. Kestabilan ion dapat dipengaruhi oleh sifat-sifat ion logam, yaitu : 1) Semakin kecil ukuran ion logam, maka semakin stabil senyawa kompleks tersebut, kecilnya ukuran ion logam dapat meningkatkan tarikan antara inti dengan elektron terluar Teknik Pemisahan Kimia 5

sehingga jika terjadi ikatan dengan ligan maka akan semakin terikat kuat dan semakin stabil. 2) Dilihat dari polarisibilitas ion anion tersebut, bila semakin besar polarisibilitas besar, maka awan elektron anion mudah terpolarisasi oleh kation dan cenderung untuk membentuk senyawa kovalen. 3) Semakin besar sifat keelektronegatifan ion logam maka semakin kecil ukuran ion logam tersebut sehingga senyawa kompleks yang dibentuk semakin stabil. EDTA adalah reagensia yang sangat selektif karena ia berkompleks dengan banyak sekali kation di-, tri-, dan tetra-valen. Bila suatu larutan yang mengandung dua kation yang berkompleks dengan EDTA, dititrasi tanpa penambahan indikator pembentuk-kompleks dan jika diperbolehkan sesatan titrasi sebesar 0,1%, maka angka banding antara tetapan-tetapan kestabilan dari kompleks-kompleks EDTA dari logam M dan N harus sedemikian sehingga K M /K N 106 (jika N dikehendaki tidak mengganggu titrasi M). Secara tepatnya tentu saja, tetapan-tetapan K M dan K N yang disebut dalam rumus di atas harus merupakan tetapan kestabilan-nampak dari kompleks-kompleks itu. Jika digunakan indikator pembentukankompleks, maka untuk sesatan-titrasi yang serupa, K M /K N 108. Prosedur-prosedur berikut akan membantu menaikkan selektivitas : a. Dengan mengendalikan ph larutan dengan sesuai b. Dengan menggunakan zat-zat penopengan c. Kompleks-kompleks sianida dari zink dan kadmium d. Pemisahan secara klasik e. Ekstraksi pelarut f. Indikator g. Anion-anion h. Penopengan kinetik Penerapan metode titrasi menggunakan EDTA termasuk mudah dan memberikan hasil yang baik. Biasanya EDTA digunakan sebagai titrant, kecuali dalam kasus titrasi kembali. Sampel yang mengandung ion logam ditempatkan dalam suatu penampung bersama dengan Teknik Pemisahan Kimia 6

indikator yang sesuai. Ketika EDTA ditambahkan, kompleks M-In yang lemah hancur dan In bebas kemudian dilepaskan membentuk warna pada titik akhir. M-In + M + EDTA M-EDTA + In Warna kompleks logam-indikator Warna asli indikator Keterangan : M = logam EDTA = khelat I = indikator Teknik yang umum digunakan dalam penentuan titik akhir titrasi ini dilakukan dengan cara visual menggunakan indikator pembentukan kompleks. Dalam praktikum penetapan magnesium, mangan, dan zink secara titrimetri yang digunakan adalah indikator Eriochrome Black T. Eriochrome Black T merupakan suatu azo dye berupa serbuk berwarna merah atau coklat gelap. Zat ini berwarna biru dalam larutan buffer ph10 dan berubah merah jika membentuk kompleks dengan kalsium, magnesium, atau ion logam lain. Struktur dari Eriochrome Black T Amat disayangkan Eriochrome Black T tidak stabil dalam larutan, dan larutan-larutan harus dipersiapkan dengan segar untuk mendapatkan perubahan warna yang sesuai. Eriochrome Black T masih dipergunakan secara luas, tetapi indikator lain yang memiliki struktur yang mirip, yang disebut calmagite, telah dikembangkan. Berbeda dengan Eriochrome Black T, calmagite stabil dalam larutan berair. Struktur terpenting dari indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri terlihat pada Fig.2. Banyak komponen yang digunakan sebagai indikator (Tabel-1). Teknik Pemisahan Kimia 7

Teknik Pemisahan Kimia 8

Teknik Pemisahan Kimia 9

Teknik Pemisahan Kimia 10

Beberapa ion logam yang mengganggu dalam titrasi EDTA dapat ditutupi dengan penambahan suatu masking agent yang sesuai. Titrasi dilakukan kemudian, jika diinginkan, dapat ditambahkan suatu demasking agent untuk melepaskan ion logam yang sebelumnya ditutup sehingga ion logam tersebut dapat ditentukan. Biasanya, ion kadmium (Cd) dan zink (Zn) dapat ditutupi dengan penambahan sianida. Jika diinginkan, ion Cd dan Zn dapat dilepaskan kembali dengan penambahan choral hydrate atau campuran formaldehida dengan larutan asam asetat dengan perbandingan 1:3. Demasking atau pelepas topeng adalah proses dimana zat yang ditutup memperoleh kembali kemampuannya untuk ikut ambil bagian dalam reaksi tertentu. Hal ini memungkinkan untuk menentukan serangkaian ion logam dalam satu larutan yang mengandung banyak kation. Zat yang digunakan dalam proses ini disebut zat pelepas topeng (demasking agent). Contoh penggunaan zat pelepas topeng dalam kompleksometri adalah pada penetapan Magnesium, Mangan, dan Zink dalam campuran. Penetapan ini dilakukan dengan prinsip: 1. Titik akhir pertama ekuivalen dengan ketiga ion tersebut (Mg, Mn, dan Zn). 2. Ion fluorida (sebagai demasking agent) yang ditambahkan akan melepaskan penutup magnesium secara selektif dari kompleks EDTA-nya. Mg-EDTA + 2 F - MgF 2 + EDTA 2+ 3. EDTA yang dilepaskan deri kompleks Mg-EDTA dititar dengan larutan ion mangan standard. 4. Setelah titik akhir kedua, ion sianida ditambahkan untuk menggantikan zat dari kompleks EDTA-nya dan membentuk kompleks sianozinkat yang stabil. EDTA yang dibebaskan (ekuivalen dengan zink) dititar dengan larutan ion mangan standard. Dari prinsip tersebut dapat diketahui persamaan titrasi pada masing-masing titik akhir. Persamaan titrasi pada titik akhir I yaitu : mmol EDTA = mmol Mg 2+ + mmol Zn 2+ + mmol Mn 2+ Teknik Pemisahan Kimia 11

untuk titrasi pada titik akhir II diperoleh persamaan : mmol Mg 2+ = mmol Mn 2+ berlebih mmol H 2 Y 2- sedangkan untuk titrasi pada titik akhir III diperoleh persamaan : mmol Zn 2+ = mmol Mn 2+ standar ketika mmol EDTA, Mg 2+, dan Zn 2+ telah diketahui, maka jumlah Mn 2+ dalam sampel dapat dicari. mmol Mn 2+ = mmol EDTA mmol Mg 2+ - mmol Zn 2+ Setelah diketahui mmol masing-masing zat, maka dapat dihitung kadarnya dalam sampel dengan rumus : ppm = E. Spesifikasi Bahan No Nama Bahan Rumus Molekul Sifat 1. Mangan sulfat MnSO 4 2. Hidroksilamonium klorida NH 2 OH.HCl 3. Kalium nitrat KNO 3 Berbentuk padatan berwarna merah muda, tidak berbau, mudah larut dalam air dingin maupun air panas, menyebabkan iritasi. Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, mudah larut dalam air dan dalam etanol. Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbay, larut dalam 3,3 bagian air. Teknik Pemisahan Kimia 12

4. Natrium klorida NaCl 5. Natrium fluorida NaF 6. Kalium sianida KCN 7. Asam klorida HCl 8. Kalsium karbonat CaCO 3 9. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) H 2 Y 2- Hablur berbentuk kubus, serbuk berwarna putih, mudah larut dalam air dan sukar larut dalam etanol. Serbuk berwarna putih, tidak berbau, larut dalam 25 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol. Serbuk hablur putih, perlahan-lahan terurai di udara, mudah larut dalam air membentuk larutan jernih tidak berwarna. Cairan tak berwarna, tercampur penuh dalam air, titik lebur -27,32 0 C (247 K) larutan 38%, titik didih 110 0 C (383 K) larutan 20,2% dan 48 0 C (321 K) larutan 38%, bersifat korosif. Serbuk hablur putih, tidak berbau, stabil di udara, praktis tidak larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. EDTA dalam bentuk garamnya (Na 2 H 2 Y) mudah larut dalam air, dapat membentuk kompleks dengan ion logam dengan perbandingan (1:1) sehingga reaksi berjalan 1 tahap, konstanta kestabilan kompleksnya umumnya besar sehingga reaksi sempurna, EDTA dengan ion logam bereaksi cepat, bahan baku primer untuk standardisasi mudah diperoleh (CaCO 3 ), mempunyai 5 spesiasi dalam larutan : H 4 Y H 3 Y - H 2 Y 2- HY 3- Y 4- Teknik Pemisahan Kimia 13

Serbuk berwarna merah atau coklat 10. Indikator hitam solokrom (Eriochrome Black T) C 20 H 12 N 3 O 7 SNa gelap, merupakan suatu azo dye, berwarna biru dalam larutan buffer ph10 dan berubah merah jika membentuk kompleks dengan kalsium, magnesium, atau ion logam lain. F. Alat dan Bahan a. Alat alat : Erlenmeyer 250 ml Gelas Ukur 50 ml Pipet tetes Pipet volumetric 10 atau 25 ml Buret makro Batang pengaduk Botol semprot Neraca analitik Magnetic stirrer b. Bahan bahan: MnSO 4 0,05 M standar EDTA 0,05 M standar Buffer ph 10 (NH 4 NO 3 : NH 3 pekat) Hidroksilamonium klorida KNO 3 atau NaCl Natrium fluoride (NaF) KCN 0,1 M HCl 4 N CaCO3 (p.a) Larutan mengandung ion Mg 2+ ; Mn 2+ ; dan Zn 2+ (0,02 M) Teknik Pemisahan Kimia 14

Indikator hitam solokrom Air G. Cara Kerja 1. Standardisasi larutan EDTA 0,05 M dengan baku primernya. 2. Standardisasi larutan mangan sulfat 0,05 M dengan EDTA 0,05 M yang telah distandardisasi. 3. Pipet 5 ml sampel yang mengandung ion magnesium, mangan, dan zink ke erlenmeyer 250 ml dan encerkan dengan air suling sampai 50 ml. 4. Tambahkan 0,5 g hidroksilamonium klorida, dan tambahkan 15 ml larutan buffer ph 10, serta tambahkan 30 sampai 40 mg campuran indikator/kno 3 ke sampel. 5. Larutan sampel tersebut dipanaskan sampai 40 0 C dan titar (sebaiknya dengan mengaduk secara magnetis) dengan larutan standar EDTA 0,05 M sampai warna biru. (catat volume EDTA (1) ) 6. Setelah titik akhir titrasi pertama, tambahkan 2,5 g NaF dan aduk selama 1 menit, tambahkan larutan MnSO 4 standar (melalui buret) sampai diperoleh warna merah permanen, aduk selama 1 menit. (catat volume MnSO 4 standar yang digunakan) 7. Titrasi kelebihan ion mangan dengan larutan standar EDTA 0,05 M sampai warna berubah menjadi biru. (catat volume EDTA (2) ) 8. Setelah titik akhir titrasi kedua, tambahkan 5 ml larutan KCN dan titar dengan larutan MnSO 4 standar sampai warna berubah dari biru menjadi merah. (catat volume MnSO 4 standar yang digunakan) 9. Hitung bobot magnesium, zink, dan mangan dalam larutan sampel. H. Data Pengamatan Standardisasi EDTA 0,05 M Bobot zat baku Baku primer primer (gram) Volume EDTA 0,05 M (ml) Perhitungan Konsentrasi EDTA hasil standardisasi (M) CaCO 3 0,2992 20,50 M = = 0,0365 M Teknik Pemisahan Kimia 15

CaCO 3 0,2992 20,50 M = = 0,0365 M Indikator yang digunakan : Erio-T Perubahan yang terjadi pada titik akhir titrasi : merah anggur biru Standardisasi MnSO 4 0,05 M Volume MnSO 4 Volume (titrant) EDTA 0,05 M (ml) 0,0365 M (ml) Indikator Perhitungan konsentrasi MnSO 4 hasil standardisasi (M) M 1. V 1 = M 2. V 2 25 32,47 Erio-T M 2 = = 0,0475 M M 1. V 1 = M 2. V 2 25 32,43 Erio-T M 2 = = 0,0473 M M rata-rata = = 0,0474 M Perubahan yang terjadi pada titik akhir titrasi : merah anggur biru Tabel Data Parameter Vol. titrant EDTA (ml) 0,365 M Vol. titrant MnSO 4 (ml) 0,0474 M Pada Titik Akhir Titrasi Ke: I II III 21,37 ml 0,40 ml - - 11,00 ml 1,50 ml Teknik Pemisahan Kimia 16

Perubahan yang Merah anggur Biru merah anggur Biru merah terjadi biru Merah anggur biru anggur I. Perhitungan Bobot Magnesium, Mangan, dan Zink Dalam Sampel mmol campuran = 0,0365 X 21,37 ml = 0,7800 mmol mmol Mn berlebih = 0,0474 X 11,00 ml = 0,5214 mmol mmol H 2 Y 2- = 0,0365 X 0,40 ml = 0,0146 mmol mmol Mg 2+ = mmol Mn 2+ berlebih mmol H 2 Y 2- = 0,5214 mmol 0,0146 mmol = 0,5068 mmol mmol Zn 2+ = mmol Mn 2+ = 1,50 ml X 0,0474 = 0,0711 mmol mmol Mn 2+ = mmol total mmol Mg 2+ - mmol Zn 2+ = 0,7800 mmol 0,5068 mmol 0,0711 mmol = 0,2021 mmol ppm Mn 2+ = = 2223,1000 ppm Teknik Pemisahan Kimia 17

ppm Mg 2+ = = 2464,0616 ppm ppm Zn 2+ = = 929,9880 ppm J. Pembahasan Demasking atau pelepas topeng adalah proses dimana zat yang ditutup memperoleh kembali kemampuannya untuk ikut ambil bagian dalam reaksi tertentu. Pada penetapan magnesium, mangan, dan zink dalam campuran digunakan ion fluorida sebagai zat pelepas topeng (demasking agent). Ion fluorida yang ditambahkan akan melepakan penutup magnesium secara selektif dari kompleks EDTA-nya. EDTA yang dilepaskan dari kompleks Mg-EDTA dititar dengan ion mangan. Setelah titik akhir kedua, ion sianida ditambahkan untuk menggantikan zat dari kompleks EDTA-nya dan membentuk kompleks sianozinkat yang stabil. EDTA yang dibebaskan (ekiuvalen dengan zink) dititar dengan larutan MnSO 4 standar. Reaksi : Titik akhir I Mg 2+ + H 2 Y 2- MgY 2- + 2 H + Zn 2+ + H 2 Y 2- ZnY 2- + 2 H + Mn 2+ + H 2 Y 2- MnY 2- + 2 H + Titik akhir II MgY 2-, ZnY 2-, MnY 2- ditambahkan ion fluorida MgY 2- + F - MgF 2 + Y 4- Y 4- + Mn berlebih MnY 2- Mn 2+ sisa + H 2 Y 2- MnY 2- + 2 H + Teknik Pemisahan Kimia 18

Titik akhir III ZnY 2-, MnY 2- ditambahkan sianida dan Mn 2+ standar ZnY 2- + 4 CN - [Zn(CN) 4 ] 2+ + Y 4- Y 4- + Mn 2+ (std) MnY 2- Pada percobaan dilakukan dengan menggunakan prinsip titrasi secara langsung dan titrasi balik, dimana titrasi dilakukan pada uji yang mengandung ion logam yang didapat pada ph tertentu dengan menggunakan larutan buffer dengan ph 10. Fungsi dari larutan buffer ini adalah untuk mencegah terjadinya perubahan ph yang diakibatkan oleh adanya ion H +. Penambahan NaF dan MnSO 4 setelah titik akhir pertama berfungsi sebagai masking agent (zat penopeng). Zat penopeng adalah larutan yang dapat menyembunyikan logam akibat kompleks yang kuat. Ion fluorida ditambahkan akan melepaskan penutup magnesium secara selektif dari kompleks EDTA-nya, kemudian langsung dititrasi kelebihan ion mangan dengan EDTA. Penambahan KCN setelah titik akhir titrasi kedua, ion fluorida ditambahkan untuk menggantikan zink dari kompleks EDTA-nya dan membentuk kompleks sianozinkat yang stabil, EDTA yang telah dibebaskan dititar dengan larutan ion mangan standar. Konsentrasi EDTA yang digunakan dapat berpengaruh pada penentuan logamnya, karena besarnya konsentarasi tersebut sama dengan berat logam tersebut, yang nantinya akan berpengaruh di dalam proses perhitungan kadarnya. Dari tahapan tersebut, maka dapat dihitung kadar satu per satu. Berdasarkan hasil praktikum, pada sampel diperoleh kadar mangan sebesar 2223,1000 ppm, kadar magnesium sebesar 2464,0616 ppm, dan kadar zink sebesar 929,9880 ppm. K. Kesimpulan Kadar magnesium, mangan, dan zink dalam sampel secara titrimetri dengan teknik pemisahan dengan penambahan demasking agent diperoleh kadar masing-masing sebesar : 1. ppm Mn 2+ = 2223,1000 ppm 2. ppm Mg 2+ = 2464,0616 ppm 3. ppm Zn 2+ = 929,9880 ppm Teknik Pemisahan Kimia 19

L. DAFTAR PUSTAKA Basset, J, dkk. 1994. Vogel Analisis Kimia Kuantitatif Anorganik Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Day, JR dan A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. www.monzirpal.net Teknik Pemisahan Kimia 20