BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak hanya penting bagi suku-suku bangsa tertentu tetapi

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

TAHAPAN ADAT PERNIKAHAN ORANG BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT BATAK DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB II PERANAN DALIHAN NATOLU DALAM PELAKSANAAN PERKAWINAN

Perkawinan Semarga dalam Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Sipahutar, Kab. Tapanuli Utara. Oleh: Sartika Simatupang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

THE ROLE OF THE TOBA BATAK UNITS IN BEQUEATH TEMPLE OF TOBA COMMUNITY MARRIAGE IN THE DURI SEBANGA

Gambar 2. Silsilah si Raja Batak. c. Posisi duduk dalam ritual Batak

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

KOMUNIKASI INTRABUDAYA DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA SAMOSIR DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. Oleh Glimstan Sidabutar

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan penduduk kurang lebih

DALIHAN NATOLU ROLE IN TRADITIONAL MARRIAGE PORTLAND, OREGON SEKAR ROSE COUNTRY VILLAGE OF SAND TURTLE INDRAGIRI UPSTREAM

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

KEDUDUKAN SINAMOT (UANG JUJUR) DALAM PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

UPACARA MANGOKAL HOLI PADA MASYARAKAT BATAK DI HUTA TORUAN, KECAMATAN BANUAREA, KOTA TARUTUNG SUMATERA UTARA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

UMPASA (RHYME) IN TRADITIONAL CEREMONIES MARRIAGE THE COMMUNITY BATAK TOBA IN DISTRICTS SILIMA PUNGGA-PUNGGA DISTRICT DAIRI.

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN)

dan Pertunangan Pernikahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

KATA PENGANTAR. menyelesaikan skripsi yang berjudul Eksistensi Pemberian Mangain Marga Bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

Rena Megawati Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan ABSTRAK

Oleh : Rena Megawati. Mahasiswi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyembahan roh-roh, (3). Persawahan, aksara (system tulis menulis) dan

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada

BAB II HAK ASUH ANAK DI BAWAH UMUR DALAM HAL TERJADI PERCERAIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA KRISTEN DI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari pulau. Indonesia juga merupakan negara yang beragam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima sebagai suatu kewajiban agar kehidupan bermasyarakat seimbang, yang selanjutnya akan diajarkan kepada keturunannya. Masyarakat Batak yang memegang adat dengan baik dan berperilaku sesuai disebut dengan istilah maradat, dan bila seseorang dianggap tidak berperilaku sesuai dengan adat istiadat akan disebut dengan istilah naso maradat, yang mana hal tersebut merupakan aib bagi seorang yang bersuku Batak Toba. Adat Batak Toba mencakup aturan-aturan atau tata tertib bermasyarakat, di mana semuanya itu dicakup dalam suatu struktur yang disebut Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu adalah suatu kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan suatu kelompok kekerabatan. Bagi masyarakat Batak Toba, adat Dalihan Na Tolu tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat terutama yang berkaitan dengan sistem adat isti adatnya. Dalihan Na Tolu yang berarti tiga tungku, melambangkan tiga unsur atau tiga kelompok kerabat dalam adat Batak Toba, yang terdiri dari hula-hula, dongan sabutuha, dan boru.

Dalihan Na Tolu muncul karana adanya perkawinan yang menghubungkan dua buah keluarga besar. Melalui perkawinan akan terbentuk suatu sistem kekerabatan yang baru, karena telah disatukannya dua buah dalihan na tolu melalui perkawinan. Posisi seseorang dalam struktur ini tidak sama untuk setiap keadaan karena tergantung dengan siapa ia berhubungan. Kegiatan yang menunjukkan aplikasi prinsip dalihan na tolu dapat dilihat pada perkawinan, kematian, dan sebagainya. Dalihan Na Tolu adalah pengatur segala sendi kehidupan bermasyarakat dalam masyarakat Batak Toba. Hubungan ketiga pihak tersebut dapat dilihat dalam prinsip Dalihan Na Tolu yang berbunyi: Somba Marhula-hula, Elek Marboru, Manat Mardongan Tubu, yang berarti hormat kepada hula-hula, sayang kepada boru, dan sopan kepada dongan tubu. Hula-hula adalah kelompok pemberi perempuan. Semua orang Batak Toba harus menunjukan sikap hormat, tunduk dan loyal kepada hula-hula-nya. Boru adlah pihak penerima atau pembeli perempuan, dan dongan sabutuha adalah pihak semarga atau satu keturunan. 1.2 PERKAWINAN MENURUT ADAT BATAK TOBA Pernikahan adalah suatu peristiwa yang penting dalam penghidupan masyarakat, sebab perkawinan tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja, bahkan kedua keluarga mempelai. Perkawinan adalah bersatunya dua pribadi antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan yang sah (Susetya, 2007:7). Pernikahan adalah perjanjian yang dilakukan secara sadar dan tanpa paksaan antara calon suami-istri harus didasarkan cinta

yang tumbuh secara alami, baik karena faktor simpati maupun birahi (Susetya, 2007:8). Pada masyarakat Batak Toba di manapun berada, fungsi perkawinan yaitu sebagai penentu hak dan kewajiban dalam lingkungan masyarakat dalam rangka meneruskan garis keturunan. Selain sebagai penerus silsilah, perkawinan juga berfungsi sebagai jembatan dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba. Perkawinan yang ideal bagi orang Batak Toba adalah perkawinan dengan Pariban. Perkawinan orang Batak adalah perkawinan dengan orang yang di luar marganya sendiri. Dalam sistem perkawinan Batak Toba adanya larangan kawin dengan marga yang sama, karena dianggap saudara sendiri. Apabila terjadi pernikahan incest maka mereka akan dibuang. Perkawinan semarga dilarang karena adanya kepercayaan bahwa setiap orang yang mempunyai marga yang sama masih mempunyai hubungan darah sehingga adanya kekhawatiran bahwa keturunan yang dihasilkan dari orang yang melakukan perkawinan semarga pertumbuhannya tidak sempurna, idiot bahkan mungkin lumpuh, (Simangunsong, 2016:43). Beberapa contoh perkawinan yang dilarang bagi masyarakat adat Batak Toba (http://www.sigotom.com) : 1. Namarpadan Namarpadan/padan atau ikrar janji yang sudah ditetapkan oleh marga-marga tertentu, di mana antara laki-laki dan perempuan tidak bisa saling menikah yang padan marga.

2. Namarito Namarito atau bersaudara laki-laki dan perempuan khusunya oleh marga yang dinyatakan sama sangat dilarang untuk saling menikahi. 3. Dua Punggu Saparihotan Dua Punggu Saparihotan artinya adalah tidak diperkenankan melangsungkan perkawinan antara dua orang kakak-beradik kandung memiliki mertua yang sama. 4. Pariban Na So Boi Olion Ternyata ada Pariban yang tidak bisa saling menikah. Bagi orang Batak aturan/ruhut adat Batak ada dua jenis untuk kategori Pariban Na So Boi Olion. Pertama, Pariban kandung hanya dibenarkan Jadian atau menikah dengan satu Pariban saja. Misalnya dua orang laki-laki bersaudara kandung memiliki lima orang perempuan Pariban kandung, yang dibenarkan untuk dinikahi adalah hanya salah satu dari mereka, tidak bisa keduanya menikahi pariban-paribannya. 5. Marboru Namboru/ Nioli Anak Ni Tulang Larangan berikutnya adalah jika laki-laki menikahi anak perempuan dari Namboru kandung dan sebaliknya, jika seorang perempuan tidak bisa menikahi anak laki-laki dari Tulang kandungnya. Perkawinan pada orang Batak Toba adalah perkawinan eksogami marga, karena perkawinan semarga dilarang keras. Awalnya perkawinan diartikan sebagai pembelian seorang perempuan, di mana perempuan dilepas dari kelompoknya setelah dilakukan transaksi pembayaran yang telah disetujui bersama sebelumnya. Transaksi tersebut berupa pembayaran

sejumlah barang berharga atau uang kepada pihak perempuan yang dalam bahasa Batak Toba disebut sebagai sinamot. Laki-laki dan perempuan Batak Toba, yang ingin hidup bersama dalam satu rumah tangga baru, dapat dikatakan sebagai suami istri apabila telah melalui sebuah proses yang telah ditentukan sebelumnya dalam adat Batak Toba. Perkawinan adat Batak Toba dilaksanakan dengan tata cara yang sakral. Adapun tata cara adat Batak dalam pernikahan yang disebut dengan Na Gok, yaitu pernikahan orang Batak secara normal berdasarkan ketentuan adat terdahulu yang melibatkan unsur Dalihan Na Tolu. Tata cara perkawinan adat Batak Toba adalah sebgai berikut (http://manikraja.or.id): 1. Mangaririt Melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat acara dilakukan, yang dinamakan Ulaon Sadari. 2. Mangalehon Tanda Mangalehon tanda memiliki makna pemberian tanda apabila lakilaki telah menemukan perempuan sebagai calon istrinya, kemudian keduanya memberi tanda. Laki-laki biasanya mengasih uang kepada perempuan, sedangkan perempuan menyerahkan kain sarung kepada laki-laki, setelah itu laki-laki dan perempuan telah terikat satu sama lain. Laki-laki lalu memberitahukan hal tersebut kepada orang tuanya, orang tua laki-laki akan menyuruh perantara yang telah mengikat janji kepada putrinya.

3. Marhusip Marhusip artinya berbisik, tetapi arti dalam tulisan ini adalah pembicaraan yang bersifat tertutup atau bisa disebut pembicaraan atau perundingan antara utusan keluarga calon pengantin laki-laki dengan wakil pihak orang tua calon pengantin perempuan, mengenai mas kawin yang harus disiapkan oleh pihak laki-laki yang akan diberikan kepada pihak perempuan. Marhusip biasanya dilaksanakan di rumah perempuan. 4. Marhata Sinamot Marhata sinamot biasanya diselenggarakan selesai membagikan jambar. Marhata sinamot merupakan kegiatan yang membicarakan berapa jumlah sinamot dari pihak laki-laki, hewan apa yang akan disembelih, berapa banyak ulos, berapa banyak undangan yang akan disebarkan, dan di mana dilaksanakannya upacara pernikahan tersebut. Adat marhata sinamot bisa juga dianggap sebagai perkenalan resmi antara orang tua laki-laki dan orang tua perempuan. Mas kawin yang diserahkan pihak laki-laki biasanya berupa uang sesuai jumlah mas kawin tersebut ditentukan lewat tawar-menawar. 5. Pundun Saut Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan ternak yang sudah disembelih yang diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat. Diakhir kegiatan Pundun Saut maka pihak keluarga

wanita dan pria bersepakat menentukan waktu martumpol dan pamasumasuhon. 6. Martumpol Martumpol bagi orang Batak disebut juga sebagai acara pertunangan, tetapi secara harfiah martumpol merupakan acara kedua pengantin dihadapan pengurus jemaat gereja diikat dalam janji untuk melangsungkan pernikahan. Upacara adat ini diikuti oleh orang tua kedua calon pengantin dan keluarga mereka beserta para undangan yang biasanya diadakan di gereja, karena mengadakan acar martumpol ini kebanyakan adalah masyarakat Batak yang beragama Kristen. 7. Martonggo Raja atau Maria Raja Martonggo Raja merupakan suatu kegiatan pra-upacara adat bersifat seremonial yang mutlak dilaksanakan oleh penyelenggara yang bertujuan untuk mempersiapakan kepentingan pesta yang bersifat teknis dan non teknis. Pada adat ini biasanya dihadiri oleh teman satu kampung, dongan tubu (saudara). Pihak hasuhaton (tuan rumah) memohon izin kepada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta (teman sekampung) untuk membantu mempersiapkan dan menggunakan fasilitas umum pada upacara adat yang sudah direncanakan. 8. Manjalo Pasu-Pasu Parbagason Pemberkatan Pernikahan Pemberkatan pernikahan kedua pengantin dilaksanakan di gereja oleh pendeta. Setelah pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua pengantin telah sah menjadi suami istri menurut gereja. Setelah

pemberkatan dari gereja selesai, kedua belah pihak pulang ke rumah untuk mengadakan upacara adat Batak, di mana acara ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak laki-laki dan perempuan. 9. Ulaon Unjuk ( Pesta Adat) Kedua pengantin juga menerima pemberkatan dari adat yaitu dari seluruh keluarga khususnya kedua orang tua. Dalam upacara adat inilah disampaikan doa-doa untuk kedua pengantin yang diwakili dengan pemberian ulos. Pesta adat Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin kerumah paranak. 10. Dialap Jual Dialap jual artinya jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin perempuan, maka dilaksanakanlah acara membawa pengantin perempuan ke tempat mempelai laki-laki. 11. Ditaruhon Jual Jika pesta pernikahan dilaksanakan di rumah laki-laki, maka pengantin perempuan dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya, untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ketempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib mengasih upah manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak diberlakukan. 12. Paranak makan bersama ditempat kediaman si Pria Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah pengantin pria, maka diadakanlah acara makan bersama dengan seluruh

undangan yang masih berkenan ikut ke rumah pengantin pria. Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh pihak parboru. 13. Paulak Une Adat ini dimasukkan sebagai langkah untuk kedua belah pihak bebas saling berkunjung-mengunjungi setelah beberapa hari berselang upacara pernikahan yang biasanya dilaksanakan seminggu setelah upacara pernikahan. Pihak pengantin laki-laki dan kerabatnya, bersama pengantin mengunjungi rumah pihak orang tua pengantin perempuan. Kesempatan inilah pihak perempuan mengetahui bahwa putrinya betah tinggal di rumah mertuanya. Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru. 14. Manjae Setelah beberapa lama pengantin laki-laki dan perempuan menjalani hidup berumah tangga (kalau laki-laki tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah dan mata pencarian. Biasanya kalau anak paling bungsu mewarisi rumah orang tuanya. 15. Maningkir Tangga Setelah pengantin manjae atau tinggal di rumah mereka, orang tua beserta keluarga pengantin datang untuk mengunjungi rumah mereka dan diadakan makan bersama.

2.3 KONSEP MARGA MENURUT ORANG BATAK Orang Batak mengenal marga dengan arti satu keturunan. Jadi marga menunjukkan keturunan. Orang Batak menganut paham garis keturunan bapak (patrilineal), maka garis keturunan orang Batak sesuai berdasarkan garis keturunan bapak. Marga merupakan suatu kesatuan kelompok yang mempunyai garis keturunan yang sama, dari nenek moyang yang sama. Marga juga merupakan dasar untuk menentukan hubungan dengan orang lain. (Simanjuntak, 2006: 79-80). Marga adalah nama persekutuan dari orang-orang bersaudara, sedarah, seketurunan menurut garis bapak, yang mempunyai tanah sebagai milik bersama di tanah asal atau tanah leluhur. Misalnya: Teti Manurung. Teti adalah nama pribadi, sedangkan Manurung adalah nama warisan yang telah diterimanya sejak ia masih dalam kandungan ibunya, yaitu nama kesatuan atau persekutuan keluarga besar Manurung.