ANALISIS SISTEM PENCATATAN DAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA PT. NUSANTARA SURYA SAKTI CABANG SEKAYU Dian Ofasari Program Studi Akuntansi Politeknik Sekayu dheyan.theone@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pencatatan persediaan barang dagangan, untuk mengetahui apakah metode penilaian persediaan barang dagangan pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh sistem pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan terhadap penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Data yang digunakan adalah data primer berupa data yang berhubungan dengan keadaan umum dan wawancara secara langsung kepada pengurus PT Nusantara Surya Sakti, dan data sekunder berupa data penjualan dan pembelian barang dagangan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil yang didapat adalah istem pencatatan persediaan lebih mengarah kepada sistem perpetual, metode penilaian persediaan menggunakan metode FIFO (first in first out), dan nilai persediaan tidak mempengaruhi laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan. Kata Kunci: sistem pencatatan, metode penilaian persediaan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian dan pembangunan di Indonesia akan mendorong berkembangnya perusahaan menjadi semakin besar namun dengan berkembangnya perusahaan maka ruang lingkup operasional perusahaan akan bertambah besar juga dan permasalahan yang dihadapi akan semakin komplek. Hal ini menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin besar terutama pada perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk dapat menempatkan perusahaan pada posisi terdepan dalam persaingan, berarti perusahaan harus dapat menjalankan kegiatan usahanya secara efektif dan efisiensi. Hal ini menuntut semua komponen atau satuan kerja dalam organisasi untuk menggunakan berbagai dana, daya, sarana dan prasarana kerja sehingga tidak terjadi pemborosan. Persediaan merupakan aset perusahaan yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, sedang dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau berbentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa oleh perusahaan. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. PT. Nusantara Surya Sakti adalah usaha dagang yang bergerak dibidang penjualan Motor Honda baik secara kredit maupun secara tunai. Dalam melakukan aktifitas, perusahaan ini sangat bergantung pada pesediaan barang dagangan. Persediaan barang dagang merupakan unsur aset yang sangat penting karena aktifitas pokok kegiatan utama dari PT. Nusantara Surya Sakti adalah melakukan transaksi jual beli barang dagangan berupa kendaraan bermotor roda dua. Oleh karena itu, persediaan barang dagangan harus di dahulukan oleh perusahaan tersebut dalam melakukan berbagai aktifitas karena bagi perusahaan tersebut sangat menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Jenis-jenis kendaraan bermotor yang ditawarkan oleh PT. Nusantara Surya Sakti adalah sebagai berikut : 48
Tabel 1 TIPE BARANG DAGANGAN YANG DITAWARKAN PT. NUSANTARA SURYA SAKTI TAHUN 2015 No. KODE MOTOR TYPE 1 NF 11B2D1 Revo Fit 2 NF 11A2C M/T Blade 3 NF 125 TD2 & TD3 Supra X 4 NC 11B3C1 A/T BeAT 5 NC 11CIC1 A/T Scoopy 6 NC 110A1C1 A/T Vario 7 GL 15A1D M/T Mega Sumber: PT. Nusantara Surya Sakti Dari tabel di atas untuk sembilan tipe motor yang ditawarkan oleh PT Nusantara Surya Sakti ini, transaksi penjualan dan persediaan barang dalam satu periode akuntansi terjadi secara berulang-ulang sehingga perlu dicatat kartu persediaan yang jelas dan benar guna mempermudah untuk melihat keadaan persediaan akhir barang dagangan dari masingmasing tipe motor. Selain itu berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan serta wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Leo Agustin selaku Manajer Operasional pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu diketahui bahwa penjualan dan pembelian dicatat secara menyeluruh pada satu kartu persediaan. Dengan demikian terlihat adanya indikasi bahwa sistem pencatatan dan penilaian persediaan akhir barang dagangan pada PT. Nusantara Surya Sakti belum tepat. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Sistem Pencatatan Dan Metode Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: 1. Bagaimana sistem pencatatan persediaan barang dagangan pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu? 2. Apakah metode penilaian persediaan barang dagangan pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku? 3. Bagaimana pengaruh sistem pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan terhadap penyajian persediaan dalam laporan keuangan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Sistem Pencatatan dan Metode Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persediaan Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut. Menurut Prasetyo dalam Suhayati dan Anggadini (2008:95), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan / proses produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi. Sedangkan Carl menyatakan (2005 : 452), persediaan juga didefenisikan sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau perlengkapan ( supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. 49
Menurut Smith dan Skousen (2014: 571), persediaan adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual. Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah lain. Menurut Suhayati dan Anggadini (2008: 98), Persediaan merupakan aktiva lancar yang ada dalam suatu perusahaan, apabila perusahaan tersebut perusahaan dagang maka persediaan diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan. Sedangkan apabila perusahaan merupakan perusahaan manufaktur maka persediaan diartikan sebagai bahan baku yang terdapat dalam proses produksi / yang disimpan untuk tujuan tersebut (proses produksi). Sedangkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2007: 14.3), persediaan adalah aset: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau, 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Syafrizal (2011), persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Persediaan merupakan aktiva yang terus menerus mengalami perubahan. 2. Persediaan merupakan barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali. 3. Persediaan dalam perusahaan dagang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. 2.2 Pencatatan dan Penilaian Persediaan Menurut Wibowo dan Arif (2008: 144), pencatatan persediaan (inventory system) terdiri dari : 1. Sistem persediaan periodik ( periodic inventory system) Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik harus melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan ( stock opname of inventories) dengan cara mengukur dan menghitung berapa barang digudang. Sistem pencatatan ini pada akhir periode dibutuhkan ayat jurnal penyesuaian, yaitu sebagai berikut : Untuk Persediaan Awal : Ikhtisar laba-rugi Persediaan Untuk Persediaan Akhir : Persediaan Ikhtisar laba-rugi 2. Sistem persediaan perpetual ( perpetual inventory system) Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi persediaan (pembelian, penjualan ataupun retur). Menurut Wibowo dan Arif (2008: 145), penilaian persediaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masingmasing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu : a. Masuk pertama keluar pertama (fifo = first in first out ) Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu. Sehingga persediaan 50
akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aset perusahaan yang dibeli. b. Masuk terakhir keluar pertama (lifo = last in first out) Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu sehingga inventory akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aset perusahaan yang rendah. c. Metode rata-rata (average method) Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan fifo method dan nilai persediaan lifo method. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. 2. Penilaian persediaan selain arus harga pokok Dalam pendekatan ini terdapat tiga metode yang dikenal, yaitu sebagai berikut : a. Metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar ( lower cost or market) Metode ini juga sering disebut dengan comwil ( cost or market which-ever is lower). Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal. Misalnya cacat, rusak, dan kadaluwarsa. Inti metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara nilai pasar dan nilai perolehannya. Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari batas bawah dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas. b. Metode laba kotor (gross profit method) Metode persediaan ini bersifat estimasi. Biasanya ditetapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan. Misalnya karena terjadi bencana kebakarandan banjir. Penilaian persediaan mendasarkan pada persentase laba kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1). Mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan 2). Menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui. Dan 3). Menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan mengurangi harga pokok penjualan terhadap penjualan. c. Metode eceran (retail method) Metode eceran menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatan ritel. Kemudian rasio diperoleh dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran. Menurut Carl (2005:460), Metode penilaian persediaan barang dagangan terdiri dari beberapa metode yaitu, sebagai berikut : 1. Metode fifo (first-in,first-out) Dengan menggunakan metode fifo, biaya dimasukan dalam harga pokok penjualan sesuai dengan urutan terjadinya yaitu masuk pertama keluar pertama (first-in,first-out). Karakteristik khas metode fifo adalah bahwa biaya pembelian yang paling lamalah yang ditransper kebiaya pokok penjualan. 2. Metode lifo (last-in,first-out). Dengan menggunakan metode lifo biaya unit yang dijual merupakan biaya pembelian paling akhir (last-in,first-out). 3. Metode biaya rata-rata. Metode biaya rata-rata digunakan dalam sistem persediaan perpetual, biaya rata-rata per unit untuk masing-masing barang dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok setiap penjualan sampai pembelian berikutnya. 2.3 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2011:105), laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan dan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Soemarso (2007:34), laporan keuangan adalah laporan 51
yang dirancang untuk menghasilkan informasi bagi pembuat keputusan terutama untuk pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. 2.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2011:106), Jenis-jenis laporan keuangan utama dan pendukung dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil biaya dan Laba/Rugi perusahaan pada periode tertentu. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana yang memuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode. 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatas pada pembahasan terhadap analisis sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan barang dagangan pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu. 3.2 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan peneliti adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data yang diteliti atau berhubungan langsung dengan objek yang diteliti dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan dan kemudian diperoleh dengan wawancara secara langsung kepada pengurus PT. Nusantara Surya Sakti, sedangkan data sekunder yaitu data yang lebih dahulu diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder berupa data penjualan dan pembelian barang dagangan. 3.3 Metode Pengumpulan data Menurut Supardi dalam Sugiyono (2011:152), metode/teknik pengumpulan data merupakan bagian dari perencanaan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan proses penentuan cara-cara untuk mendapatkan atau menjaring data-data penelitian lapangan (terutama data primer). Untuk memperoleh data yang dibutuhkan tersebut, ada beberapa tehnik pengumpulan data yang dapat digunakan, yaitu : 1. Studi Lapangan Yaitu studi yang dilakukan dengan jalan mendatangi langsung ketempat-tempat yang berhubungan dengan objek peneliti. Peneliti menggunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut : a. Wawancara Yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh keterangan-keterangan lisan yang dibutuhkan oleh peneliti. b. Dokumentasi Yaitu pengumpulan data dengan cara melihat atau mengutif catatan-catatan, laporan-laporan dokumen yang kemudian diolah menjadi data penunjang dalam pembahasan nanti. 2. Studi Kepustakaan (Library Study) Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku dan artikel-artikel ilmiah lainnya yang dijadikan landasan dalam membahas data yang telah ada. 3.4 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode analisis kualitatif untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan pada PT. Nusantara Surya Sakti. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Pencatatan Persediaan Pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu Berdasarkan data kartu persediaan yang peneliti dapatkan dari PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu diketahui bahwa PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu telah menggunakan kartu persediaan untuk mempermudah pihak perusahaan dalam 52
memonitor setiap perubahan persediaan (baik fisik maupun rupiah), walaupun kartu persediaan yang dibuat hanya mencantumkan jumlah unit dan rupiah barang yang dijual secara keseluruhan tanpa memisahkan masingmasing kartu persediaan untuk masing-masing jenis barang dan mencantumkan jumlahnya., selain itu berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Leo Agustin Kurniawan selaku Manajer operasional PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu pada tanggal 21 Januari 2015 serta catatan pembelian dan penjualan persediaan diketahui bahwa pencatatan persediaan yang digunakan menggunakan metode perpetual dimana setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan dengan cara: 1. Pada saat pembelian, jurnalnya: a. Pembelian barang dagangan secara tunai. Persediaan Barang Dagangan Kas b. Pembelian barang dagangan secara kredit. Persediaan Barang Dagangan Hutang Dagang 2. Pada saat penjualan a. Pencatatan penjualan tunai 1. Jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan Harga pokok penjualan Persediaan barang dagangan 2. Jurnal untuk mencatat harga jual barang dagangan Kas Penjualan b. Pencatatan penjualan kredit 1. Jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan Harga pokok penjualan Persediaan barang dagangan 2. Jurnal untuk mencatat harga jual barang dagangan Piutang Dagang Penjualan 3. Pada saat pembayaran biaya transportasi pembelian Beban Angkut pembelian Kas Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sistem pencatatan persediaan pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu lebih mengarah pada sistem perpetual karena pada saat pembelian motor pihak perusahaan telah menggunakan akun persediaan barang, pada saat penjualan barang dagangan pihak perusahaan menjurnal penjualan sesuai dengan harga jualnya pihak perusahaan juga menjurnal harga pokok dari barang tersebut, dan jumlah persediaan barang yang berkurang, selain itu pihak perusahaan juga telah menggunakan kartu persediaan untuk memonitor jumlah stok persediaan barang walaupun dari segi pencatatan biaya angkut pembelian ataupun penjualan pihak perusahaan tidak mencatatnya sebagai penambah akun persediaan barang dagangan. 4.2 Analisis Metode Penilaian Persediaan Pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Leo Agustin Kurniawan selaku Manajer operasional PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu pada tanggal 21 Januari 2015 diketahui bahwa metode penilaian persediaan yang digunakan pada perusahaan tersebut menggunakan metode FIFO dimana persediaan dengan nilai perolehan awal (masuk) akan dijual terlebih dahulu. Untuk Lebih Jelasnya dapat dilihat pada kartu persediaan di bawah ini: 53
Tabel 2 Kartu Persediaan Motor Mega Pro Unit Harga Ju ml Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah ah Saldo - - - - - - 7 11.700. 81.900. Januari - - - 2 11.700. 23.400. 5 11.700. 58.500. Februari 3 12.200. 36.600. - - - 5 11.700. 58.500. - - - 3 12.200. 36.600. - - - 4 11.700. 46.800. 1 11.700. 11.700. - - - 3 12.200. 36.600. Maret - - 1 11.700. 11.700. - - - - - 3 12.200. 36.600. - April 4 12.200. 48.800. - - - 4 12.200. 48.800. - 3 12.200. 36.600. 1 12.200. 12.200. Mei 5 12.200. 61.000. - 6 12.200. 73.200. - 6 12.200. 73.200. - Juni 6 12.200. 73.200. - - - 6 12.200. 73.200. - 4 12.200. 48.800. 2 12.200. 24.400. Juli 5 12.200. 61.000. - - - 7 12.200. 85.400 Agustus 7 12.200. 85.400. - - - 14 12.200 170.800-9 12.200. 109.800 5 12.200 61.000 September - 5 12.200. 61.000 - Oktober 10 12.200 122.000 - - - 10 12.200 122.000-5 12.200 61.000 5 12.200 61.000 Nopember 4 12.200 48.800 - - - 9 12.200 109.800-3 12.200 36.600 6 12.200 73.200 Desember 5 12.200 61.000. - - 11 12.200 134.200-10 12.200 122.000 1 12.200 12.200 Dari kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 saldo awal persediaan barang jenis Mega Pro berjumlah 7 unit senilai Rp.81.900.000. Untuk pembelian persediaan barang jenis Mega Pro selama tahun 2014 adalah sebanyak 49 senilai Rp. 597.800.000,- sedangkan untuk penjualan yang terjadi selama tahun tersebut adalah sebanyak 55 unit dengan nilai Rp. 667.500.000,- dan untuk persediaan akhir di tahun 2014 barang jenis Mega Pro adalah 1 dengan nilai Rp. 12.200.000. Tabel 3 Kartu Persediaan Motor Revo Saldo - - - - - - 6 6.700. 40.200 Januari - - - 4 6.700 26.800 2 6.700 13.400 Februari 4 7.200 28.800 - - - 2 6.700 13.400 - - - 4 7.200 28.800 - - - 2 6.700 13.400 - - - 4 7.200 28.800 Maret - - - - - - - - - - - 4 7.200 28.800 - - -- April 5 7.200 36.000 - - - 5 7.200 36.000 - - - 3 7.200 21.600 2 7.200 14.400 Mei 6 7.200 43.200-8 7.200 57.600 - - - 5 7.200 36.000 3 7.200 21.600 Juni 3 7.200 21.600 - - - 6 7.200 43.200-2 7.200 14.400 4 7.200 28.800 Juli - 3 7.200 21.600 1 7.200 7.200 Agustus 7 7.200.000 50.400 - - - 8 7.200 57.600-3 7.200 21.600 5 7.200 36.000 September - - 2 7.200 14.400 3 7.200 21.600 Oktober 6 7.200 43.200 - - - 9 7.200 64.800-7 7.200 50.400 2 7.200 14.400 54
Nopember 9 7.200 64.800 - - - 11 7.200 79.200-6 7.200 43.200 5 7.200 36.000 Desember 5 7.200 36.000 - - 10 7.200 72.000-7 7.200. 50.400 3 7.200 21.600 Dari kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 saldo awal persediaan barang jenis Revo berjumlah 6 unit senilai Rp. 40.200.000. Untuk pembelian persediaan barang jenis Revo selama tahun 2014 adalah sebanyak 45 senilai Rp. 324.000.000,- sedangkan untuk penjualan yang terjadi selama tahun tersebut adalah sebanyak 48 unit dengan nilai Rp. 342.600.000,- dan untuk persediaan akhir di tahun 2014 barang jenis Revo adalah 3 dengan nilai Rp. 21.600.000. Tabel 4 Kartu Persediaan Motor Supra X Saldo - - - - - - 4 7.500 30.000 Februari - - - 3 7.500 22.500 1 7.500 7.500 Maret 4 7.950 31.800 - - - 1 7.500 7.500 - - - - - 4 7.950 31.800 - - - 1 7.500 7.500 - - - - - 2 7.950 15.900 2 7.950 15.900 April 3 7.950 23.850 - - - 5 7.950 39.750 - - - 2 7.950 15.900 3 7.950 23.850 Mei 4 7.950 31.800 - - - 7 7.950 55.650 - - - 4 7.950. 31.800 3 7.950 23.850 Juli - - - 1 7.950. 7.950 2 7.950 15.900 Agustus 4 7.950 31.800 - - - 6 7.950 47.700-3 7.950 23.850 3 7.950 23.850 September 7 7.950 55.650 - - - 10 7.950 79.500 Oktober - 4 7.950 31.800 6 7.950. 47.700 Nopember 3 7.950 23.850 - - - 9 7.950 71.550-2 7.950 15.900 7 7.950 55.650 Desember 2 7.950 15.900 - - 9 7.950 71.550. - 7 7.950 55.650 2 7.950 15.900 Dari kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 saldo awal persediaan barang jenis Supra X berjumlah 4 unit senilai Rp. 30.000.000. Untuk pembelian persediaan barang jenis Supra X selama tahun 2014 adalah sebanyak 27 senilai Rp. 214.650.000,- sedangkan untuk penjualan yang terjadi selama tahun tersebut adalah sebanyak 29 unit dengan nilai Rp. 228.750.000,- dan untuk persediaan akhir di tahun 2014 barang jenis Supra X adalah 2 dengan nilai Rp. 15.900.000. Tabel 5 Kartu Persediaan Motor Blade PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu Saldo - - - - - - 2 7.800 15.600 Januari 3 8.300 24.900 - - 2 7.800 15.600. 3 8.300 24.900 - - - 2 7.800 15.600 - - - 1 8.300 8.300 2 8.300 16.600 Februari 2 8.300 16.600 - - - 4 8.300 33.200 2 8.300 16.600 2 8.300 16.600 Maret 4 8.300 33.200 8.300-6 8.300 49.800 - - 3 8.300 24.900 3 8.300 24.900 55
April 4 8.300 33.200 - - - 7 8.300 58.100-3 8.300 24.900 4 8.300 33.200 Mei 3 8.300. 24.900-7 8.300 58.100-5 8.300 41.500 2 8.300 16.600 Juni 4 8.300 33.200 - - - 6 8.300 49.800-5 8.300 41.500 1 8.300 8.300 Juli 3 8.300 28.900 - - - 4 8.300 33.200 3 8.300 24.900 1 8.300 8.300 Agustus 2 8.300 16.600 - - - 3 8.300 24.900 September 2 8.300 16.600 - - - 5 8.300 41.500 1 8.300 8.300 4 8.300 33.200 Oktober - - - 2 8.300 16.600 2 8.300 16.600 Nopember 4 8.300 33.200 - - - 6 8.300 49.800-2 8.300 16.600 4 8.300 33.200 Desember - 1 8.300 8.300 3 8.300 24.900 Dari kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 saldo awal persediaan barang jenis Blade berjumlah 2 unit senilai Rp.15.600.000. Untuk pembelian persediaan barang jenis Blade selama tahun 2014 adalah sebanyak 31 senilai Rp. 261.300.000,- sedangkan untuk penjualan yang terjadi selama tahun tersebut adalah sebanyak 44 unit dengan nilai Rp. 364.200.000,- dan untuk persediaan akhir di tahun 2014 barang jenis Blade adalah 3 dengan nilai Rp. 24.900.000. Tabel 6 Kartu Persediaan Motor Vario Saldo - - - - - - 4 8.500 34.000 Januari - - - 3 8.500 25.500 1 8.500 8.500 Februari 3 9.100 27.300 - - - 1 8.500 8.500 - - - - - - 3 9.100 27.300 - - - 1 8.500 8.500 - - - - - 1 9.100 9.100 2 9.100 18.200 Maret 4 9.100 36.400 - - - 6 9.100 54.600 - - 3 9.100 27.300 3 9.100 27.300 April 2 9.100 18.200 - - - 5 9.100 45.500-1 9.100 9.100 4 9.100 36.400 Mei 4 9.100 36.400-8 9.100 72.800-3 9.100 27.300 5 9.100 45.500 Juni - - - 4 9.100 36.400 1 9.100 9.100 Juli 10 9.100 91.000-12 9.100 109.200 Agustus 2 9.100 18.200. - - - 3 9.100 27.300 - - 2 9.100 18.200 4 9.100 36.400 September 9.100-2 9.100 18.200 1 9.100 9.100 Oktober 3 9.100 27.300 - - - 4 9.100 36.400 - - 2 9.100 18.200 2 9.100 18.200 Desember 5 9.100 45.500 - - 7 9.100 63.700-4 9.100 36.400 3 9.100 27.300 Dari kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 saldo awal persediaan barang jenis Vario berjumlah 3 unit senilai Rp.27.300.000. Untuk pembelian persediaan barang jenis Vario selama tahun 2014 adalah sebanyak 39 senilai Rp. 354.900.000,- sedangkan untuk penjualan yang terjadi selama tahun tersebut adalah sebanyak 38 unit dengan nilai Rp. 343.400.000,- dan untuk persediaan akhir di tahun 2014 barang jenis Vario adalah 3 dengan nilai Rp. 27.300.000. 56
Tabel 7 Kartu Persediaan Motor Spacy Saldo - - - - - - 5 7.150 35.750 Februari 2 7.700 15.400 - - - 5 7.150 35.750 - - - 2 7.700 15.400 - - - 4 7.150 28.600 1 7.150 7.150 - - 2 7.700 15.400 Maret - - - 1 7.150 7.150 - - - 2 7.700 15.400 April 3 7.700 23.100 - - - 5 7.700 38.500-2 7.700 15.400 3 7.700 23.100 Mei 4 7.700 30.800 - - - 7 7.700 53.900-5 7.700 38.500 2 7.700 15.400 Juni 3 7.700 23.100 - - - 5 7.700 38.500-4 7.700 30.800 1 7.700 7.700 Juli 3 7.700 23.100 - - - 4 7.700 30.800 2 7.700 15.400 2 7.700 15.400 Agustus 3 7.700 23.100 - - - 5 7.700 38.500 1 7.700 7.700 4 7.700 30.800 September 2 7.700 15.400 - - - 6 7.700 46.200 Oktober 2 7.700 15.400 - - - 6 7.700 46.200-4 7.700 30.800 2 7.700 15.400 Nopember 3 7.200 21.600 - - - 5 7.700 38.500-2 7.700 15.400 3 7.700 23.100 Desember 5 7.200 36.000 - - 8 7.700 61.600-5 7.700 38.500 3 7.700 23.100 Dari kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 saldo awal persediaan barang jenis Spacy berjumlah 5 unit senilai Rp.38.500.000. Untuk pembelian persediaan barang jenis Spacy selama tahun 2014 adalah sebanyak 30 senilai Rp. 227.000.000,- sedangkan untuk penjualan yang terjadi selama tahun tersebut adalah sebanyak 34 unit dengan nilai Rp. 259.050.000,- dan untuk persediaan akhir di tahun 2014 barang jenis Spacy adalah 3 dengan nilai Rp. 23.100.000. Tabel 8 Kartu Persediaan Motor Beat Saldo - - - - - - 4 6.900 27.600 Januari 3 7.400 22.200 - - 4 6.900 27.600 3 7.400 22.200 - - - 4 6.900 27.600 - - - 1 7.400 7.400 2 7.400 14.800 Februari 2 7.400 14.800 - - - 4 7.400 29.600 2 7.400 14.800 2 7.400 14.800 Maret 3 7.400 22.200 7.400-5 7.400 37.000 - - 3 7.400 22.200 2 7.400 14.800 April 4 7.400 29.600 - - - 6 7.400 44.400-3 7.400 22.200 3 7.400 22.200 Mei 3 7.400 22.200-6 7.400 44.400-5 7.400 37.000 1 7.400 7.400 Juni 4 7.400 29.600 - - - 5 7.400 37.000-3 7.400 22.200 2 7.400 14.800 Juli 3 7.400 22.200 - - - 5 7.400 37.000 1 7.400 7.400 4 7.400 29.600 Agustus - 2 7.400 14.800 2 7.400 14.800 4 7.400 29.600 4 7.400 29.600 September 2 7.400 14.800 - - - 4 7.400 29.600 2 7.400 14.800 2 7.400 14.800 Oktober - - - 2 7.400 14.800 - Nopember 3 7.400 22.200 - - - 3 7.400 22.200 57
Desember - 1 7.400 7.400 2 7.400 14.800 Dari kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 saldo awal persediaan barang jenis Beat berjumlah 4 unit senilai Rp.27.600.000. Untuk pembelian persediaan barang jenis Spacy selama tahun 2014 adalah sebanyak 27 senilai Rp. 199.800.000,- sedangkan untuk penjualan yang terjadi selama tahun tersebut adalah sebanyak 45 unit dengan nilai Rp. 331.000.000,- dan untuk persediaan akhir di tahun 2014 barang jenis Beat adalah 2 unit dengan nilai Rp. 14.800.000,-. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut meode penilaian persediaan yang digunakan berupa metode FIFO ( First In First Out) dimana barang yang pertama kali dibeli oleh perusahaan akan dijual pertama kali. Selain itu berdasarkan hasil pembahasan tersebut diketahui baha beberapa kelemahan metode FIFO yang digunakan berupa Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah, menghasilkan laba kotor yang tinggi, menghasilkan persediaan akhir yang tinggi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Leo Agustin Selaku Maajer Operasional PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu diketahui alasan Perusahaan tersebut menggunakan metode First In First Out (FIFO) karena kelebihan dari metode ini adalah selain mengeluarkan persediaan yang paling lama dibeli tetapi juga dapat membuat laba yang diperoleh perusahaan lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan metode lain karena harga pokok pejualannya lebih kecil jika dibandingkan dengan metode lain terutama pada kondisi inflasi saat ini walaupun kelemahannya membuat pajak penghasilan yang diderita perusahaan lebih besar jika dibandingkan dengan metode lain. 4.3 Pengaruh Penilaian Persediaan Terhadap Laporan Keuangan PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu Berdasarkan data persediaan akhir 2014 yang peneliti dapatkan dari PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu diketahui bahwa nilai persediaan akhir barang dagangan yang ada di kartu persediaan adalah senilai Rp.156.000.000 yang terdiri 4 unit motor Beat dengan nilai Rp. 31.600.000, 2 Unit motor Spacy dengan nilai Rp. 16.700.000, 4 unit motor Vario dengan nilai Rp. 38.000.000, 1 unit motor Blade dengan nilai Rp. 8.800.000, 3 unit motor Supra X dengan nilai Rp. 25.200.000, 1 unit motor Mega Pro dengan nilai Rp. 12.600.000 dan 3 unit motor Revo dengan nilai Rp. 23.100.000. Selain itu, berdasarkan keterangan dari Bapak Leo Agustin selaku Manajer Operasional PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu diketahui bahwa nilai persediaan akhir yang dilaporkan pada laporan neraca adalah sebesar Rp. 156.000.000 (surat keterangan terlampir). Berdasarkan pembahasan tersebut diketahui bahwa nilai persediaan akhir yang dilaporkan pada laporan keuangan berupa laporan neraca sesuai dengan nilai akhir persediaan barang dagangan yang terdapat dalam kartu persediaan yang artinya nilai persediaan tersebut tidak mempengaruhi laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan sebab nilai yang dicantumkan telah sesuai dengan nilai persediaan yang sesungguhnya. Begitu juga dengan nilai penjualan serta harga pokok yang tercantum pada laporan laba rugi perusahaan. Tidak terdapat dampak yang disebabkan oleh sistem pencatatan dan penilaian persediaan ini sebab nilai yang dilampirkan telah sesuai dengan perhitungan yang peneliti lakukan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem pencatatan persediaan pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu lebih mengarah kepada sistem perpetual walaupun dalam pembebanan biaya angkut pembelian tidak dicatat di akun persediaan barang dagangan. 2. Metode penilaian persediaan pada PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu menggunakan metode FIFO ( first in first out) dimana persediaan yang terlebih dahulu dibeli akan dijual (digunakan) terlebih dahulu. 3. Nilai persediaan tidak mempengaruhi laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan sebab nilai yang dicantumkan telah sesuai dengan nilai persediaan yang 58
sesungguhnya. Begitu juga dengan nilai penjualan serta harga pokok yang tercantum pada laporan laba rugi perusahaan. Tidak terdapat dampak yang disebabkan oleh sistem pencatatan dan penilaian persediaan ini sebab nilai yang dilampirkan telah sesuai dengan perhitungan yang peneliti lakukan. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat dikemukakan peneliti dalam rangka membantu PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu dalam mengelola persediaan barangnya adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya dalam pencatatan persediaan PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu dapat menerapkan salah satu sistem pencatatan persediaan secara konsisten. 2. Hendaknya dalam membuat kartu persediaan PT. Nusantara Surya Sakti Cabang Sekayu dapat menyediakan kartu persediaan untuk masing-masing jenis barang dengan mencantumkan harga pokok dari barang tersebut agar dapat mempermudah pihak perusahaan sendiri dalam melihat stok persediaan dan harga pokok dari masing-masing persediaan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Carl, Warren S.. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Salemba Empat, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2014. Analisis Kritis atas laporan keuangan. Jakarta: Rajawali Pers Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan. Edisi kedua. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Smith dan Skousen. 2009. Akuntansi Intermediate. Edisi Keenam Belas. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat. Soemarso. 2007. Akuntansi Suatu Pengantar. (Edisi Kelima). Jakarta: Salemba Empat Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suhayati, Ely dan Anggadini, Sri Dewi. 2008. Pengantar Akuntansi II. Bandung : UNIKOM. Syafrizal, Helmi. 2014. http://www.alternativereading.or.id/. Diakses tanggal 12 Februari 2012 Syafrizal, Boy. (2009). http://www.akuntansi.or.id/. Diakses tanggal 12 Februari 2012 Warren, Reeve and Fess. 2005, Accounting, edition 21: International Student Edition. Thomson, South-Western, Singapore. Wibowo dan Arif, Abubakar. 2008. Akuntansi Keuangan Dasar 1. Jakarta: Grasindo. Winarno, Wahyu Ning. 2006. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Yamit, Zullian. 2005. Manajemen Persediaan. Edisi Pertama. Yogyakarta : EKONISIA 59