BAB I PENDAHULUAN Untuk memberikan gambaran umum dari isi laporan ini, maka bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang yang mendukung lahirnya pengadaan suatu agrowisata kopi luwak dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tak terkecuali di bidang perkebunannya. Salah satu hasil perkebunan di Indonesia yang dapat dikagumi adalah kopi. Di dunia perkopian internasional, posisi Indonesia dinilai cukup strategis karena Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Produktivitas kopi Indonesia mencapai 1.250 ton per tahun lebih rendah bila dibandingkan dengan Vietnam 22.000 ton pertahun dan Brazil 50.826 pertahun (International Coffee Organization, 2012). Kopi di Indonesia memiliki keragaman nama sesuai daerah tumbuhnya seperti kopi ateng catimor Sumatra, kopi sigarar utang di NTT, 1
dan kopi Bali. Namun dari keragaman nama tersebut, di Indonesia sebenarnya memiliki dua jenis kopi yaitu kopi Arabika dan kopi robusta (Setiawati, 2007 : 2). Kopi Luwak dikenal sebagai kopi yang paling mahal dan khas, yang sampai sekarang diproduksi dalam jumlah terbatas (Puslitkoka, 2015). Keistimewaan dari kopi luwak adalah sebelum kopi menjadi kering, biji kopi telah melewati pencernaan di dalam perut luwak jenis Paradoxorus hermaphroditus, salah satu jenis Luwak Indonesia. Menurut data Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tahun 2015, harga kopi luwak arabika Jawa mentah dapat mencapai 40$ atau sekitar Rp. 480.000,00 per kg. Harga yang mahal ini dikarenakan rasa dan kualitas dari kopi luwak berbeda dengan kopi non-luwak lainnya. Petang merupakan daerah Kecamatan yang berlokasi di Kabupaten Badung dan memiliki tujuh Desa diantaranya Desa Carangsari, Desa Getasan, Desa Pangsan, Desa Petang, Desa Sulangai, Desa Pelaga dan Desa Belok. Luas areal Petang adalah 115 Km 2 dan areal perkebunannya mencapai 2.166 Ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014). Kecamatan Petang merupakan daerah dingin dan sejuk sehingga cocok dalam area tumbuh tanaman kopi. Areal tanam kopi di Kecamatan Petang 1.758,08 Ha dan produksinya mencapai 416,68 ton (Petang dalam Angka, 2014). Desa Pelaga dan Desa Belok adalah dua Desa yang memiliki luas tanam dan produksi kopi terbanyak mencapai 70% dari totalnya. Hal ini menjadikan profesi petani kopi sebagai profesi terbanyak di Desa Pelaga dan Desa Belok. Hasil produksi kopi yang melimpah ini menjadikan Petang sebagai penghasil kopi kelima terbesar di Bali. Petang juga memiliki pemandangan perkebunan dan alamnya yang sangat indah. Seharusnya pemandangan indah perkebunan kopi ini dimanfaatkan dengan baik dengan pengadaan sebuah agrowisata kopi. Agrowisata kopi merupakan salah satu cara dalam pelestarian lingkungan perkebunan kopi. Agrowisata kopi luwak ini menerapkan sistem luwak dikandangkan dengan pohon kopi secara langsung. Agrowisata ini diharapkan dapat mampu memfasilitasi masyarakat yang ingin berwisata sekaligus menikmati alam perkebunan kopi dan mempelajari proses pengolahan kopi luwak yang baik dan benar 2
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut : a. Bagaimana spesifikasi umum dari sebuah agrowisata kopi luwak? b. Bagaimana spesifikasi khusus dari pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang? c. Bagaimana tema perancangan dan pemrograman ruang dari pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang? d. Bagaimana konsep perancangan yang dapat ditransformasikan ke dalam wujud fisik bangunan agrowisata kopi luwak di Petang? 1.3 Tujuan Tujuan yang didapat berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat adalah sebagai acuan dalam mendesain agrowisata kopi luwak di Petang, Badung yang kemudian dapat ditransformasikan pada tahapan desain fisik agrowisata kopi luwak ini yang meliputi penentuan spesifikasi umum dan spesifikasi khusus, penentuan tema, perancangan dan pemrograman ruang serta identifikasi terhadap konsep-konsep dalam perancangan agrowisata kopi luwak di Petang, Badung. 1.4 Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan mengikuti metode perancangan yang merujuk pada teori proses perancangan lima langkah. Proses perancangan lima langkah terdiri dari : permulaan, persiapan, pembuatan usulan, evaluasi dan tindakan. (Snyder, 1984 : 60). Pada proses ini juga akan terjadi proses umpan balik yang menyempurnakan hasil dari masingmasing proses tersebut. Lima tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tahap Permulaan Tahap permulaan merupakan proses penjabaran mengenai seluruh permasalahan yang harus dipecahkan. Pada perancangan agrowisata kopi luwak di Petang proses ini terdapat pada Bab I yaitu latar belakang, rumusan masalah dan tujuan. Proses permulaan ini merupakan batasan sampai dimana permasalahan pada agrowisata kopi luwak ini akan dipecahkan mulai dari segi fisik hingga non fisik. Dari proses permulaan awal ini akan ditentukan seluruh informasi yang harus dikumpulkan untuk merancang sebuah agrowisata kopi luwak. 3
2. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan dan analisis data mengenai permasalahan yang harus dipecahkan. Pada perancangan agrowisata kopi luwak di Petang tahap ini ada pada Bab II dan Bab III yaitu pemahaman mengenai proyek yang ditinjau dari berbagai pustaka-pustaka, studi banding ke proyek sejenis serta studi pengadaan proyek yang berkaitan dengan tinjauan lokasi. Pada pengumpulan data terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif, maupun kausal (Hermawan, 2005 :168). Data primer dapat diperoleh melalui wawancara mengenai proses pengolahan kopi luwak kepada Bapak I Wayan Dira selaku pemilik industri dan wisata kopi luwak UD. Cipta Lestari di Tabanan, Bapak Gede Selamet sebagai salah satu petani kopi di Petang dan observasi mengenai lokasi dan tapak untuk agrowisata kopi luwak di Petang. Data sekunder merupakan struktur data historis mengenai variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain (Hermawan, 2005 : 168). Data sekunder diperoleh dari studi literatur melalui buku-buku, koran, internet serta data instansional mengenai peraturan yang berkaitan dengan pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang. 3. Tahap Pembuatan Usulan Tahap pembuatan usulan merupakan tahapan pengajuan usulan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan data yang ada dan hasil analisis. Pada perancangan agrowisata kopi luwak di Petang tahapan tersebut ada pada Bab IV dan Bab V yaitu pada penentuan tema, pemrograman dan konsep. Dari konsep tersebut akan dilanjutkan pada rancangan akhir yang akan dikerjakan pada studio tugas akhir. Pada studio tersebut juga akan terdapat proses evaluasi dan proses umpan balik. 4. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi merupakan tahapan penilaian terhadap usulan-usulan yang telah dibuat. Tahap evaluasi sebenarnya sudah terdapat pada tahapan konsep-konsep perancangan yaitu mengevaluasi konsep-konsep yang telah dibuat agar sesuai dengan tema dari pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang. 4
5. Tahap Tindakan Tahap tindakan merupakan tahapan desain pra rancangan dan detail rancangan. Tahapan tersebut akan dilalui pada saat memasuki studio tugas akhir. Diagram dari proses kerja dalam laporan perancangan agrowisata kopi luwak di Petang, Badung akan digambarkan pada Gambar 1.1. JUDUL & IDE AWAL PERMULAAN KAJIAN PUSTAKA STUDI BANDING PERSIAPAN SPESIFIKASI UMUM LOKASI PROYEK SPESIFIKASI KHUSUS TEMA PROGRAM RUANG (FUNGSIONAL PERFORMANSI ARSITEKTURAL) PROGRAM TAPAK PEMBUATAN USULAN KONSEP PERANCANGAN KONSEP TAPAK ( ENTRANCE, ZONING, R. LUAR DAN UTILITAS) KONSEP BANGUNAN ( ENTRANCE, ZONING, BENTUK MASA, RUANG DALAM, TAMPILAN BANGUNAN, STRUKTUR BANGUNAN DAN UTILITAS) EVALUASI DESAIN TINDAKAN Gambar 1.1 Diagram proses kerja perancangan agrowisata kopi luwak di Petang, Badung 5