Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

dokumen-dokumen yang mirip
PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Penerapan Model ARIMA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

Penerapan Model ARIMA

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PEMODELAN ARIMA UNTUK PREDIKSI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN DAMPAKNYA TERHADAP LUAS SEBARAN ROB DI KOTA AMBON

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun Tahun Bulan Wisman

BAB II LANDASAN TEORI

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

Diagnostik Model. Uji Ljung-Box-Pierce (modified Box-Pierce)

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Peramalan Permintaan Pengujian Sampel Di Laboratorium Kimia Dan Fisika. Baristand Industri Surabaya)

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA. Nur Hukim

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA PEMBUKAAN IHSG MENGGUNAKAN MODEL ARIMA

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

PENDEKATAN MODEL EKONOMETRIKA UNTUK MEMPREDIKSI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

III. METODE PENELITIAN

(S.4) PENDEKATAN METODE ALGORITMA GENETIK UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ARIMA

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN METODE VaR(Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT.TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

KETERKAITAN ANTARA NILAI RATA-RATA DAN NILAI KONSTAN DALAM PEMODELAN RUNTUN WAKTU BOX-JENKINS

PREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP EURO MENGGUNAKAN MODEL REGRESI SPLINE TERSEGMEN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu proses, mencari kebenaran dan menghasilkan kebenaran.

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

Metode Cochrane-Orcutt untuk Mengatasi Autokorelasi pada Regresi Ordinary Least Squares

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam penyusunan rencana yang efektif dan efisien. Pada

Spesifikasi Model. a. ACF

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Peramalan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Bali Tahun 2019: Metode ARIMA

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS ARCH UNTUK MENELAAH POLA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA. Mulyana **

BAB III PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL VAR PADA PERAMALAN VOLUME PENJUALAN DAN HARGA INTI SAWIT

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

PERAMALAN BANYAKNYA PELANGGAN LISTRIK MENGGUNAKAN MODEL HARVEY

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemodelan ARIMA Jumlah Pencapaian Peserta KB Baru IUD

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

As ad 36, I Made Tirta 37, YulianiSetiaDewi 38

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

PERAMALAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL

PEMODELAN RESIDUAL REGRESI YANG MENGANDUNG MISSING OBSERVATIONS DAN LONG MEMORY Studi Kasus : Polusi Udara di Kota Surabaya

PENGGUNAAN METODE VaR (Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT. TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Transkripsi:

Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu terdapat model stasioner dan model non stasioner. Salah satu model deret waktu yang stasioner adalah model Autoregressive. Model Autoregressive adalah suatu model yang mengasumsikan bahwa data pada periode sekarang dipengaruhi oleh data pada periode sebelumnya. Dalam memodelkan suatu data deret waktu seringkali dijumpai adanya ketidak lengkapan data yang disebut data hilang. Data hilang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena informasi untuk sesuatu tentang objek tidak diberikan, sulit dicari, atau memang informasi tersebut tidak ada. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada pendekatan model Autoregressive jika terdapat data hilang. Dalam menaksir parameter data hilang digunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Parameter model Autoregressive dengan data hilang yang signifikan akan digunakan dalam membangun model. Setelah mendapatkan model, langkah selanjutnya adalah menguji kelayakan model yaitu uji asumsi White Noise dan uji kenormalan. Data yang digunakan sebagai aplikasi tulisan ini yakni data harian nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mulai tanggal 1 April sampai dengan 30 April 009. Kata Kunci: Deret waktu, stasioner, non stasioner, Autoregressive, data hilang, Ordinary Least Square (OLS). 1. Pendahuluan Dalam analisis deret waktu terdapat beberapa model. Pertama, model deret waktu berskala stasioner yang terdiri dari model Autoregressive (AR), Moving Average (MA), atau kombinasi keduanya Autoregressive Moving Average (ARMA). Kedua, model deret waktu berskala non stasioner yang terdiri dari model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) yang merupakan pengembangan dari ARMA yang dikembangkan oleh Box dan Jenkins pada tahun 1970 []. Model Autoregressive (AR) merupakan salah satu model yang mengasumsikan bahwa data pada periode sekarang dipengaruhi oleh data pada periode sebelumnya. Dalam suatu pengamatan yang melibatkan variabel waktu, sering ditemukan adanya ketidak lengkapan data yang biasa disebut data hilang atau missing data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah tidak adanya respon, kelalaian saat melakukan perekaman data, cuaca, atau bahkan oleh hal lain yang tidak diketahui sebabnya. Jika data hilang dibiarkan begitu saja maka inferensi statistik dengan menggunakan metode standar untuk data lengkap tidak dapat dilakukan, terlebih lagi apabila jumlahnya banyak []. Adapun tujuan penulisan ini adalah menentukan taksiran nilai-nilai pada hilang untuk model Autoregressive (AR) dan menetukan langkah identifikasi model dari data harian nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang mengandung data hilang. 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin, email: fitrianifj_7@yahoo.com

70. Menaksir Parameter Autoregressive dengan Menggunakan Metode Ordinary Least Square Metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil adalah suatu metode penaksir parameter regresi dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat galat (selisih antara nilai aktual dan ramalan). Jumlah kuadrat error pada regresi dalam model AR(p) yang dinyatakan dalam fungsi dan didefinisikan sebagai: (1) setelah disederhanakan menghasilkan : () Karena untuk yang besar berlaku (3) maka penaksir untuk parameter pada persamaan () dinyatakan sebagai berikut: () Penaksiran parameter, diperoleh dari penurunan Diketahui bahwa, maka Atau di mana (5)

71 Dengan demikian, maka diperoleh penaksir parameter untuk yaitu: () Dengan menggunakan persamaan (), untuk diperoleh penaksir parameter model AR(1) adalah. Untuk diperoleh penaksir parameter model AR() yaitu: dan, (7) Dengan cara yang sama diperoleh penaksir parameter AR orde persamaaan (). menggunakan 3. Menaksir Nilai-nilai pada Data Hilang dengan Menggunakan Metode Ordinary Least Square Menerapkan prinsip Ordinary Least Square (OLS) untuk deret waktu dengan nilainilai yang hilang adalah dasar pendekatan yang dapat dimasukkan ke dalam pemodelan ARIMA. Sebagaimana diuraikan oleh Ferreiro [3] dan Chi Fung [], metode ini dimaksudkan untuk menemukan nilai-nilai yang hilang untuk deret waktu yang stasioner. Dengan melakukan differencing terlebih dahulu pada data yang tidak stasioner, maka data tersebut dapat diterapkan pada deret waktu untuk memperoleh model ARIMA. maka () sehingga dapat dituliskan menjadi (9) maka, () di mana:

7 Untuk persamaan () dapat disusun kembali menjadi,., (11) dimisalkan sehingga. (1) Diketahui maka, persamaan (1), dapat dituliskan menjadi (13) Untuk menghitung jumlah kuadrat error dengan menggunakan metode OLS maka: Kemudian akan diminimalkan SS dengan adanya data hilang. Dimisalkan hilang maka, (1) karena jumlahnya konvergen, maka memungkinkan L. Misalkan diperoleh:, maka maka Diketahui bahwa dan inversnya adalah. Sehingga persamaan (1) menjadi (15) ekivalen dengan persamaan di bawah ini: () maka persamaan () dapat dituliskan menjadi Untuk menaksir nilai-nilai pada data hilang, maka akan ditentukan terlebih dahulu koefisien autokorelasi pada lag k, yang diperoleh dari data. Setelah didapatkan maka penentuan nilai (17)

73 data yang hilang akan ditaksir dengan menggunakan koefisien korelasi pada lag k = 1 dan lag k =. Bentuk umum model AR(1) adalah: Untuk penaksir parameter model AR(1) yaitu persamaan (),, diperoleh dengan menggunakan, Selanjutnya untuk menaksir nilai-nilai data hilang pada model AR(1) melalui metode OLS, maka gunakan persamaan (17) yaitu Kemudian akan didapatkan persamaan sebagai berikut: di mana adalah penaksir parameter untuk data hilang. Untuk menghitung nilai-nilai data hilang maka akan digunakan persamaan (). Setelah didapatkan taksiran nilai data hilangnya maka akan diidentifikasi lagi apakah datanya stasioner atau tidak. Kestasioneran data dapat diketahui dengan melakukan plot data dan juga melihat nilai autokorelasi data tersebut. Plot data dapat memberikan informasi secara visual mengenai kondisi data sedangkan nilai autokorelasi dapat memberikan informasi apakah data-data tersebut masih berautokorelasi secara signifikan atau tidak. Suatu model Autoregressive yang baik yang dapat menggambarkan suatu kejadian adalah model yang salah satunya menunjukkan bahwa penaksiran parameternya signifikan berbeda dengan nol. Uji signifikansi parameter Autoregressive pada data hilang dilakukan untuk mengetahui apakah semua parameter signifikan atau tidak. Cara pengujiannya bisa dengan menggunakan uji t atau bisa juga menggunakan nilai p-value. Pada tulisan ini digunakan nilai p-value dari taksiran parameter Autoregressive pada data hilang untuk menguji tingkat signifikansi dari parameternya. Hipotesis ujinya yaitu: () Hipotesis nolnya adalah parameter Autoregressive sama dengan nol atau tidak cukup signifikan dalam model, sedangkan hipotesis tandingannya adalah parameter Autoregressive tidak sama dengan nol atau cukup signifikan dalam model. Agar parameter Autoregressive cukup signifikan maka diharapkan akan ditolak hipotesis nol. Kriteria keputusan: terima jika dan tolak jika. Setelah mendapatkan parameter model Autoregressive yang signifikan, maka langkah selanjutnya adalah menggunakan nilai parameter tersebut untuk membangun model Autoregressive pada data hilang. Uji kelayakan model Autoregressive terdiri atas dua bagian yaitu uji White Noise sisaan dan kenormalan sisaan. Uji White Noise sisaan dapat dituliskan sebagai berikut:

7 1. Hipotesis minimal ada satu. Statistik Uji : Ljung-Box statistics (Modified Box-Pierce) Kriteria keputusan: terima jika dan tolak jika. Untuk model AR(1), nilai Ljung-Box Statistics (Modified Box-Pierce) diperoleh dari software Minitab.. Data dan Analisisnya Data yang digunakan adalah data harian yang bersumber dari aktivitas perbankan dimulai dari hari Senin sampai dengan Jumat. Data untuk hari Sabtu, Minggu dan hari libur diasumsikan sama dengan data pada hari sebelumnya. Akan tetapi, dalam tulisan ini, data pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur tidak diasumsikan sama dengan data pada hari sebelumnya melainkan merupakan data hilang dimana nilainya tidak diberikan sehingga akan dilakukan penaksiran untuk memperoleh nilai-nilai pada hari tersebut. Pada kasus ini, digunakan data nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dimulai dari tanggal 1 April sampai 30 April 009. Data tersebut yang diperoleh dari situs website BI ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 1. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Waktu Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar Waktu Waktu Rupiah Rupiah Rupiah 01-Apr-09 17 11-Apr-09 1-Apr-09 90 0-Apr-09 119 1-Apr-09 -Apr-09 9 03-Apr-09 115 13-Apr-09 111 3-Apr-09 95 0-Apr-09 1-Apr-09 13 -Apr-09 7 05-Apr-09 15-Apr-09 93 5-Apr-09 0-Apr-09 110 -Apr-09 7 -Apr-09 07-Apr-09 110 17-Apr-09 75 7-Apr-09 0-Apr-09 1137 -Apr-09 -Apr-09 9 09-Apr-09 19-Apr-09 9-Apr-09 913 -Apr-09 0-Apr-09 0 30-Apr-09 77 Sumber : http://www.ortax.org/ortax/?mod=kursbi Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan orde Autoregressive (AR) yang sesuai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat plot Autocorrelation Function (ACF) dan Partial Autoregressive Function (PACF) dari data tersebut. Plot ACF dan PACF akan terpotong setelah proses pada orde ke-p atau lag-p. Proses ini disebut dengan identifikasi model tentatif. Hasil dari plot ACF ditunjukkan pada Gambar 1a, yang memperlihatkan bahwa pada selang, plot ACF turun secara eksponensial sedangkan pada selang, plot ACF turun secara sinusoidal. Dan Gambar 1b, tampak bahwa plot PACF terpotong setelah lag ke-1. Hal ini menunjukkan bahwa plot ACF dan plot PACF mengikuti karakteristik dari model AR(1), dengan demikian data tersebut diperkirakan merupakan model AR(1).

Nilai Tukar Rp trhdp Dollar USA Autocorrelation Autocorrelation Partial Autocorrelation Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 75 Autocorrelation Function for nilai tukar Rp trhdp dollar AS (with 5% significance limits for the autocorrelations) Partial Autocorrelation Function for nilai tukar Rp trhdp dollar AS (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1,0 1,0 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,0 0,0-0, -0, -0, -0, -0, -0, -0, -0, -1,0-1,0 Lag 1 1 Lag 1 1 Gambar 1a Gambar 1b Untuk memperoleh model yang baik, maka akan dilakukan identifikasi pada pola datanya, apakah sudah memenuhi syarat stasioner atau tidak. Kestasioneran data dapat diketahui dengan melakukan plot data dan juga mengecek nilai autokorelasi data tersebut. Plot data dapat memberikan informasi secara visual mengenai kondisi data sedangkan nilai autokorelasi dapat memberikan informasi apakah data-data tersebut masih berautokorelasi secara signifikan atau tidak. Scatter plot data dengan menggunakan Minitab dapat dilihat pada Gambar a. Dari scatter plot-nya tampak bahwa data tersebut membentuk pola tren turun. Pada Gambar b plot nilai autokorelasi data yang diolah hasilnya menggambarkan bahwa nilai autokorelasinya turun secara lambat. Dengan menggunakan metode koreologram akan dihitung batas signifikansi dari nilai autokorelasi yang dibolehkan. Dengan mengambil maka tingkat kepercayaannya sebesar 95%. Dengan demikian. Karena datanya sebanyak 0 maka diperoleh kesalahan standar sebesar signifikansi koefisien autokorelasi berada di antara rentang:, sehingga batas Scatterplot Autocorrelation Function 100 1,0 0 0, 0, 1100 0, 0, 1100 0,0-0, 100-0, -0, 00-0, -1,0 13 19 Day 5 01 Lag 1 1 Gambar a Gambar b

7 Berdasarkan rentang seperti ini dapat dilihat pada Tabel bahwa masih banyak nilai autokorelasi dari data yang berada di luar batas signifikansinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tidak stasioner. Tabel. Nilai Autokorelasi Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar USA. Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF 1 0,0713-0,03070 11-0,7-0,15 0,300 7-0,139 1-0, 17-0,1791 3 0,395-0,71 13-0,553-0,15130 0,30975 9-0,5910 1-0,307 19-0,5 5 0,13-0,59 15-0,557 Karena data belum stasioner, maka dilakukan transformasi data dalam hal ini melakukan differencing orde pertama. Tabel 3. Hasil Differencing Orde Pertama. T T T T 1-35 11-113 -59 7-5 1 50 17 1 3-5 -15 13 0-5 9-1 -1 19 19 5 0-15 93 0-1 Data hasil differencing orde pertama ini diharapkan stasioner sehingga dapat digunakan untuk pemodelan data. Untuk itu, dengan cara yang sama akan dicek kembali kestasionerannya. Hasil plot data differencing orde pertama ditunjukkan pada Gambar 3a, tampak secara visual bahwa data sudah tidak menunjukkan pola tren namun dicoba menguji kestasioneran melalui plot autokorelasi. Plot autokorelasinya ditunjukkan pada Gambar 3b, yang hasilnya menunjukkan bahwa sudah tidak ada data pada time lag yang keluar dari batas signifikan.

differencing Autocorrelation Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 77 Scatterplot Autocorrelation Function for differencing 0 1,0 0, 0 0, 0, 0, -0 0,0-0, -0, -00-0, -0, -300 13 19 Day 5-1,0 Lag 1 1 Gambar 3a Gambar 3b Berdasarkan batas signifikansi koefisien autokorelasi yang berada di antara rentang, dapat dilihat pada Tabel di bawah menunjukkan bahwa sudah tidak ada nilai autokorelasi yang berada di luar batas signifikansi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data hasil differencing orde pertama sudah stasioner. Tabel. Nilai Autokorelasi Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar USA. Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF 1 0,17713 0,00595 11-0,09970-0,055 0,0995 7 0,0159 1-0,0750 17 0,001 3-0,015-0,190 13 0,1939 0,00070 0,093 9-0,0519 1-0,07 5-0,51390-0,1057 15-0,0955 Dengan demikian data hasil pembedaan pertama ini stasioner sehingga dapat digunakan untuk pemodelan data. Selanjutnya akan ditaksir nilai-nilai pada data hilang, maka akan ditentukan terlebih dahulu koefisien autokorelasi pada lag k, yang diperoleh dari data, hasilnya adalah sebagai berikut. Untuk k = 1, maka. Untuk menaksir nilai-nilai data hilang pada model AR(1) melalui metode OLS, maka gunakan persamaan :

7 maka, (19) di mana adalah penaksir parameter untuk data hilang. Untuk menghitung nilai-nilai data hilang pada saat maka akan digunakan persamaan (19). Setelah didapatkan nilai-nilai pada data hilang tersebut, maka di bawah ini adalah tabel hasil taksiran nilai-nilai pada waktu ke- t. Tabel 5. Taksiran Nilai Data Hilang pada Waktu ke- t. Waktu Nilai Tukar Nilai Tukar Nilai Tukar Waktu Waktu Rupiah Rupiah Rupiah 01-Apr-09 17 11-Apr-09 7,3 1-Apr-09 90 0-Apr-09 119 1-Apr-09 7,9 -Apr-09 9 03-Apr-09 115 13-Apr-09 111 3-Apr-09 95 0-Apr-09 1117,7 1-Apr-09 13 -Apr-09 7 05-Apr-09 11,3 15-Apr-09 93 5-Apr-09 3,95 0-Apr-09 110 -Apr-09 7 -Apr-09 5,99 07-Apr-09 110 17-Apr-09 75 7-Apr-09 0-Apr-09 1137 -Apr-09 5,13 -Apr-09 9 09-Apr-09 10, 19-Apr-09 3,5 9-Apr-09 913 -Apr-09 7,3 0-Apr-09 0 30-Apr-09 77 Setelah didapatkan taksiran nilai data hilangnya maka akan diidentifikasi lagi apakah datanya stasioner atau tidak. Scatter plot data dengan menggunakan program Minitab tampak pada Gambar a. Hasil scatter plot-nya menunjukkan bahwa data tersebut membentuk pola tren turun. Pada Gambar b plot nilai autokorelasinya menggambarkan bahwa nilai autokorelasinya turun secara lambat. Dengan menggunakan metode koreologram akan dihitung batas signifikansi dari nilai autokorelasi yang dibolehkan. Dengan mengambil maka tingkat kepercayaannya sebesar 95%, dan dengan demikian. Karena datanya sebanyak 30 maka diperoleh kesalahan standar sebesar signifikansi koefisien autokorelasi berada di antara rentang:, sehingga batas

Nilai Tukar Rp trhp Dollar USA Autocorrelation Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 79 Scatterplot of X vs t Autocorrelation Function for X 11750 1,0 11500 0, 0, 1150 0, 0, 100 0,0-0, 750-0, -0, 500-0, -1,0 0 11 Day 1 01 1 1 Lag 0 Gambar a Gambar b Berdasarkan rentang di atas, dapat dilihat pada Tabel menunjukkan bahwa masih banyak nilai autokorelasi dari data yang berada di luar batas signifikansinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tidak stasioner. Tabel. Nilai Autokorelasi Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar USA. Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF 1 0,71355 0,3500 11-0,137-0,03 1-0,1139 0,09 7 0,3373 1-0,113953 17-0,33993-0,57 3 0,3391 0,507 13-0,1507-0,9997 3-0,13 0,99 9-0,033 1-0,105 19-0,19030-0,37 5 0,333399-0,915 15-0,1951 0-0,13171 5-0,155 Karena data belum stasioner, maka dilakukan transformasi data dalam hal ini melakukan differencing orde pertama. Tabel 7. Hasil Differencing Orde Pertama. T T T T T T 1-30, 11-90,0-1 0-113,9-59 7 0 1 -,03 17-1 7 359,01 3-5 35 13 3,71-11,7 3 93-77,13 9-37,5 1-15 19-3,1-113 9 19 5-135,53 -,1 15-0 35, 5-33,05 30-1 Hasil plot data differencing tampak pada Gambar 5a, yang secara visual menunjukkan bahwa data sudah berfluktuasi disekitar rata-ratanya dan data sudah tidak membentuk pola tren

differencing Autocorrelation Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 0 namun, dicoba untuk menguji kestasioneran melalui plot autokorelasi. Pada Gambar 5b, hasil plot autokorelasinya menunjukkan bahwa hanya ada satu data yang keluar dari batas signifikan. Scatterplot of differencing vs t Autocorrelation Function for differencing 500 00 1,0 0, 300 0, 00 0 0-0 0, 0, 0,0-0, -0, -00-0, -300-0, -00-1,0 07 13 19 Day 5 01 1 1 Lag 0 Gambar 5a Gambar 5b Berdasarkan rentang dapat dilihat pada Tabel yang tampak bahwa hanya pada lag 7 yang berada di luar batas signifikansinya. Dengan demikian, data hasil pembedaan pertama ini sudah stasioner sehingga dapat digunakan untuk pemodelan data. Tabel. Nilai Autokorelasi Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar USA. Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF 1 0,059 0,09703 11-0,555 0,05 1 0,031-0,3 7 0,357 1-0,0953 17-0,173 0,155 3-0,00 0,19 13-0,19-0,153 3-0,095-0,91 9-0,13517 1 0,1 19-0,0539-0,03 5-0,070-0,05737 15 0,355 0-0,037 5-0,051 Selanjutnya akan dicoba untuk melakukan differencing orde kedua dan differencing orde ketiga untuk mengetahui dan mencari data stasioner secara visual maupun melalui plot ACF. Berikut ini hasil pengolahan data untuk differencing orde kedua. Tabel 9. Hasil Differencing Orde Kedua T T T T T T 1-5,13 11-7, - 1 5, -37,01-7 30, 1-13, 17-0 7 5,05 3 -,0 35,00 13 39, -05,7 3 1 39,01 -,13 9-31,5 1 93,71 19-315, -0 9 9 5-1, -50, 15-7 0 1,7 5-3,05 30-17

differencing Autocorrelation Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 500 Time Series Plot of differencing Autocorrelation Function for differencing (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1,0 50 0, 0, 0, 0 0, 0,0-50 -0, -0, -0, -500-0, -1,0 3 9 1 15 Index 1 7 30 1 1 Lag 0 Gambar a Gambar b Tabel. Nilai Autokorelasi Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar USA. Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF 1 0,300 0,33 11-0,193-0,0001 1 0,13093-0,35570 7 0,590 1-0,559 17-0,015 0,037 3-0,50 0,000 13 0,01-0,75 3-0,095719-0,3713 9-0,1591 1 0,33350 19-0,177-0,113035 5-0,09735-0,7 15 0,733 0 0,0055 5-0,0303 Hasil plot data differencing tampak pada Gambar a, yang secara visual menunjukkan bahwa data sudah tidak membentuk tren, namun selanjutnya dicoba untuk menguji kestasioneran melalui plot ACF. Pada Gambar b, hasilnya menunjukkan bahwa plot autokorelasinya terdapat dua data yang keluar dari batas signifikan. Berdasarkan rentang dapat dilihat pada Tabel yang tampak bahwa pada lag 1 dan lag 3 berada di luar batas signifikansinya. Kemudian akan dilakukan lagi differencing yakni differencing orde ketiga. Berikut ini hasil pengolahan datanya. Tabel 11. Hasil Differencing Orde Ketiga T T T T T T 1 - -5,00 11-50, -33,00 1 31,7-0,01-7 5,13 1-3,19 17 -,00 53, 7 1,00 3-395, 13 30, -391,7 3 1,00 55,05-501,13 9-31,5 1 9, 19-309, -3,00 9 3,01 5-577, -55, 15 191,71 0 50,00 5-53,05 30-117,00

differencing 3 Autocorrelation Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 500 Time Series Plot of differencing 3 Autocorrelation Function for differencing 3 (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1,0 50 0, 0, 0 0, 0, -50 0,0-0, -0, -500-0, -0, -750 3 9 1 15 Index 1 7 30-1,0 1 1 Lag 0 Gambar 7a Gambar 7b Tabel 1. Nilai Autokorelasi Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar USA Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF Lag ACF 1 0,500 0,370 11-0,307 0,09903 1 0,190-0,09 7 0,571 1-0,015 17-0,3 0,079753 3-0,0 0,00 13 0,0901-0,319 3-0,051-0,509 9-0,03713 1 0,37755 19-0,1557-0,101 5-0,0350-0,97 15 0,7790 0 0,0371 5-0,05731 Hasil plot data differencing tampak pada Gambar 7a, yang secara visual menunjukkan bahwa data sudah tidak membentuk tren namun, selanjutnya dicoba untuk menguji kestasioneran melalui plot ACF. Pada Gambar 7b, hasilnya menunjukkan bahwa plot autokorelasinya terdapat dua data yang keluar dari batas signifikan. Berdasarkan rentang dapat dilihat pada Tabel 1 yang tampak bahwa pada lag 1 dan lag 3 berada di luar batas signifikansinya. Dengan demikian, apabila suatu data yang tidak stasioner kemudian dilakukan differencing orde pertama dan menghasilkan data yang stasioner maka tak perlu dilakukan lagi differencing orde kedua maupun differencing orde selanjutnya karena akan menghasilkan data yang kurang baik. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk pemodelan adalah data hasil differencing orde pertama. Suatu model Autoregressive yang baik yang dapat menggambarkan suatu kejadian adalah model yang salah satunya menunjukkan bahwa penaksiran parameternya signifikan berbeda dengan nol. Uji signifikansi parameter Autoregressive pada data hilang dilakukan untuk mengetahui apakah semua parameter signifikan atau tidak. Cara pengujiannya bisa dengan menggunakan uji t atau bisa juga menggunakan nilai p-value. Pada tugas akhir ini digunakan nilai p-value dari taksiran parameter Autoregressive pada data hilang untuk menguji tingkat signifikansi dari parameternya. Hipotesis ujinya yaitu:

3 Hipotesis nolnya adalah parameter Autoregressive sama dengan nol atau tidak cukup signifikan dalam model, sedangkan hipotesis tandingannya adalah parameter Autoregressive tidak sama dengan nol atau cukup signifikan dalam model. Agar parameter Autoregressive cukup signifikan maka diharapkan akan ditolak hipotesis nol. Kriteria keputusan: terima jika dan tolak jika. Dengan menggunakan software Minitab maka diperoleh bahwa taksiran parameter AR(1) pada data hilang dari yaitu dan taksiran parameter konstanta adalah. Tabel 13. Hasil Taksiran Parameter. Final Estimates of Parameters Type Coef SE Coef T P AR 1 0,719 0,5,19 0,000 Constant 1,11 35,3 0,09 0,000 Mean 15, 75,7 Number of observations: 30 Untuk parameter AR(1) yaitu konstanta yaitu kecil dari, nilai t =,19 dengan nilai p-value = 0,000, dan parameter, nilai t = 0,09 dengan nilai p-value = 0,000. Karena nilai p-value lebih maka, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi. Maka parameter untuk model AR(1) sudah signifikan. Setelah mendapatkan parameter model Autoregressive yang signifikan, maka langkah selanjutnya adalah menggunakan nilai parameter tersebut untuk membangun model Autoregressive pada data hilang. Model yang akan digunakan dalam melakukan pemodelan data nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah:. Uji kelayakan model Autoregressive terdiri atas dua bagian yaitu uji White Noise sisaan dan kenormalan sisaan. Uji White Noise sisaan dapat dituliskan sebagai berikut: minimal ada satu Statistik Uji : Ljung-Box statistics (Modified Box-Pierce)

Percent Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF Kriteria keputusan: terima jika dan tolak jika. Untuk model AR(1) diperoleh hasil Ljung-Box statistics (Modified Box-Pierce) dari software Minitab. Tabel 1. Hasil Ljung-Box statistics (Modified Box-Pierce) Chi-Square Statistic. Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square Statistic Lag 1 Chi-Square,0,1 DF P-Value 0,00 0,00 Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan program minitab di atas untuk model AR(1) maka, dapat dibuat ringkasan hasil Uji Ljung-Box pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Uji Ljung-Box untuk Model AR(1). Lag (K) Df (K-m) Statistik Ljung-Box ( p-value 1 1-= 0,00 -=,1 0,00 Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa pada pada lag 1 nilai p-value = 0,00 dan pada lag nilai p-value = 0,00. Artinya hanya pada lag yaitu nilai p-value lebih kecil dari. Hal ini berarti bahwa ditolak yang artinya sisanya sudah memenuhi syarat White Noise. Uji sisa kenormalan dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov seperti tampak pada Gambar yang diketahui bahwa nilai p-value, hal ini menyimpulkan bahwa data sudah memenuhi asumsi kenormalan. Probability Plot of sisaan Normal 99 95 90 0 70 0 50 0 30 0 Mean -31,1 StDev 190,7 N 9 KS 0,157 P-Value 0,0 5 1-500 -50 0 sisaan 50 500 Gambar Karena asumsi White Noise dan kenormalan sudah terpenuhi maka model ini dianggap layak untuk digunakan dalam pemodelan data nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

5 5. Kesimpulan Nilai-nilai data hilang pada data nilai tukar kurs mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berdasarkan model AR(1) melalui metode OLS, adalah menggunakan model Karena asumsi White Noise dan kenormalan sudah terpenuhi melalui model AR (1), maka model ini dianggap layak untuk digunakan dalam pemodelan data nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Daftar Pustaka [1] Aswi dan Sukarna, 00. Analisis Deret Waktu. Andira Publisher, Makassar. [] Chi Fung D.S., 00. Methods for the Estimation of Missing Values in Time Series. Perth, Western Australia. [3] Ferreiro O., 197. Methodologies for the Estimation of Missing Observation in Time Series. Chile. [] Little R.J.A. dan Rubin D.B., 197. Statistical Analysis with Missing Data. John Wiley & Sons., New York. [5] Mulyana, 00. Analisis Data Deret Waktu. Universitas Padjadjaran, Bandung. [] Wei W.W.S., 1990. Time Series Analysis, Univariate and Multivariate Methods. Addison-Wesley Company Inc., New York.