BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. hukum tersebut memiliki unsur-unsur kesamaan, walaupun dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

PARENTAL SISTEM WARIS ADAT PARENTAL. Perhitungan sistem Parental 06/10/2016

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

Perbandingan Hukum Orang di Belanda dan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut (Subekti, 1979:7-8). Selain lahir

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon), yaitu makhluk yang pada

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BERPIKIR MENURUT HUKUM TERHADAP PRINSIP NON EKSEKUTABEL JIKA OBYEK EKSEKUSI TELAH BERPINDAH TANGAN Oleh: H. Syamsul Anwar.*

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

Lex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017. PEMBATALAN HIBAH MENURUT PASAL 1688 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Meylita Stansya Rosalina Oping 2

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. sebaik-baiknya dan merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-cita

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian

BAB I PENDAHULUAN. atau salah satunya sudah meninggal, maka anak yang masih di bawah umur

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana lainnya. ketentuan peraturan perundang-undangan. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KEWENANGAN MENGADILI PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA WARIS ISLAM. A. Jangkauan Kewenangan Mengadili Perkara Warisan.

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

D A F T A R R E F E R E N S I

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

Lex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan tidak dapat dipungkiri, salah satu tujuan hidup manusia adalah untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Pasal 28 B ayat (1) Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pada kenyataannya tidak semua keluarga diberikan karunia untuk mendapatkan keturunan. Kerinduan untuk memperoleh anak di dalam keluarga tak jarang ditempuh dengan pengangkatan anak. Pengertian anak angkat menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan. 1

2 Akibat hukum dari pengangkatan anak tersebut adalah : 5 1. Putusnya hubungan keperdataan antara anak angkat dengan orang tua kandungnya. 2. Hubungan keperdataan dan kekerabatan anak angkat itu beralih menjadi kekerabatan orang tua angkatnya. 3. Status hukum anak angkat adalah sebagai anak sah dan sama kedudukannya dengan anak kandung dengan segala hak dan kewajibannya. 4. Kedudukan anak angkat dalam mewaris sama kedudukannya dengan anak kandung. Menurut hukum adat, sebuah keluarga yang tidak mempunyai anak kandung dapat mengangkat anak orang lain baik dari anggota keluarga sendiri maupun bukan anggota keluarga. Pengangkatan anak ini harus dilakukan secara terang artinya wajib dilakukan di depan para tokoh adat, perangkat desa, dan sanak saudara. 6 Anak angkat menurut hukum adat adalah anak orang lain yang diangkat dengan resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga. 7 Orang tua angkat yang merawat dan membesarkan anak angkatnya, tentu menyayangi sepenuh hati serta menganggap layaknya darah dagingnya sendiri dan berharap akan dijaga dan dirawat dihari tuanya. Tentu saja latar belakang ini pula yang terkadang melandasi pemberian hibah oleh orang tua angkat 5 Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan di Indonesia, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 113 6 Dominikus Rato, 2011,Hukum Perkawinan dan Waris Adat, Cetakan Pertama, Laksbang Yustitia, Surabaya, hlm. 155 7 Hilman Hadikusuma, 1989, Hukum Perkawinan Adat, Cetakan Ketiga, Offset Alumni, Bandung, hlm. 149

3 kepada anak angkatnya. Menurut Pasal 1666 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hibah adalah suatu persetujuan di mana si penghibah, pada waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan suatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Hibah digolongkan sebagai perjanjian dengan cuma-cuma, yakni hanya ada prestasi dari satu pihak saja, sedang pihak yang lainnya tidak perlu memberikan kontra prestasi sebagai imbalan. Perjanjian seperti ini juga dinamakan perjanjian sepihak (unilateral) sebagai lawan dari perjanjian bertimbal-balik (bilateral). 8 Hibah pada hukum adat merupakan kebalikan daripada harta peninggalan yang tidak dapat dibagi-bagi, yaitu pembagian keseluruhan ataupun sebagian dari pada harta kekayaan semasa pemiliknya hidup. 9 Hibah yang juga disebut pemberian dalam hukum adat, dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau kepada suami isteri bersama atau sekeluarga rumah tangga. Pemberian dapat terjadi dalam bentuk barang tetap atau barang bergerak. 10 Pada kenyataannya, tak jarang orang tua angkat yang ditelantarkan setelah memberi hibah kepada anak angkatnya. Permasalahan terjadi manakala 8 R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.94-95 9 Surojo Wignjodipuro,1982, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Cetakan Keempat, PT Inti Idayu Press, Jakarta, hlm. 171 10 Hilman Hadikusuma, 1993, Hukum Waris Adat, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 51

4 dilakukan pembatalan hibah yang telah diberikan kepada anak angkat, padahal hibah menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang merupakan suatu perjanjian dengan sendirinya tidak boleh ditarik kembali secara sepihak oleh pemberi hibah. 11 Meskipun hibah tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa persetujuan pihak lawan, namun undang-undang memberikan kemungkinan bagi pemberi hibah untuk dalam hal-hal tertentu menarik kembali atau menghapuskan hibah yang diberikan kepada penerima hibah. 12 Menurut Pasal 1688 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu hibah tidak dapat dicabut atau dibatalkan, kecuali penerima melakukan kesalahan-kesalahan seperti : 13 1. Tidak memenuhi syarat-syarat pemberian hibah yang berkenaan 2. Telah melakukan atau membantu melakukan usaha membunuh pemberi hibah atau kejahatan lain terhadap pemberi hibah; dan 3. Menolak memberi tunjangan nafkah kepada pemberi hibah setelah yang disebut terakhir ini berada dalam keadaan miskin. Sebagaimana putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta yang ingin diangkat oleh penulis, yakni Putusan Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK. Para pihak dari putusan pengadilan ini adalah Ny. Y Darini, yang selanjutnya disebut Penggugat, yang merupakan orang tua angkat dari Maria Defi Rismiyati, yang selanjutnya disebut Tergugat. 11 R. Subekti, Op. Cit, hlm. 95 12 Ibid, hlm. 104 13 Tan Thong Kie, 2013, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, Cetakan Ketiga, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, hlm. 587

5 Pengangkatan anak Tergugat oleh Penggugat adalah berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK, Penggugat mengangkat Tergugat yang pada waktu itu sudah berumur 25 tahun sebagai anak karena Penggugat tidak memiliki anak. Seiring bertambahnya umur Penggugat dan harapan untuk menggantungkan hari tuanya kepada Tergugat, maka mendasarkan Penetapan Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK. tentang pengangkatan anak, Penggugat telah menghibahkan seluruh tanah pekarangan dan rumah yang ditempati, tertulis dalam sertipikat Hak Milik Nomor : M.41/Krw, seluas 166 m 2, terletak di Blunyahrejo, Karangwaru pada tanggal 21 September 2005 dengan akta PPAT Nomor : 68/2005 tanggal 01 September 2005 oleh Ernawan, SH, Notaris di Yogyakarta kepada Tergugat. Seiring berjalannya waktu, Penggugat ditinggal pergi oleh Tergugat yang hingga saat gugatan didaftarkan Penggugat telah berlangsung selama 3 (tiga) tahun lebih. Hal ini diakibatkan oleh pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat. Pertengkaran tersebut disebabkan penggugat memperingatkan Tergugat yang kala itu sudah menikah, namun menjalin hubungan khusus dengan laki laki lain adalah salah, berdosa, dan memalukan terhadap tetangga. Hibah yang dahulu diberikan oleh Penggugat adalah berdasar pada pengangkatan anak dengan Penetapan Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK.

6 Melalui Penetapan Nomor : 193/Pdt.P/2011/PN.YK, dinyatakan bahwa Penetapan Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK tentang pengangkatan anak tidak berkekuatan hukum lagi. Setelah diputus Penetapan Nomor : 193/Pdt.P/2011/PN.YK tersebut, Penggugat pun mengajukan gugatan agar hibah dengan Akta Nomor 68/2005 tanggal 01 September 2005 oleh Notaris/PPAT Ernawan SH dinyatakan tidak berlaku lagi. Hakim berpendapat bahwa penggugat telah mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri Yogyakarta dan telah diputuskannya Penetapan Nomor 193/Pdt.P/2011/PN.YK dimana telah dinyatakan Penetapan Nomor 44/Pdt.P/2004/PN.YK tidak berkekuatan hukum dengan demikian hibah atas tanah dan pekarangan tersebut dapat dibatalkan serta Sertifikat hak Milik No. M-41/Krw yang terletak di Karangwaru haruslah kembali pada pemilik semula yaitu Penggugat. Melalui Putusan Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK tersebut, hakim mengabulkan gugatan Penggugat sehingga akta hibah tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi dan objek hibah beralih kembali kepada Penggugat sebagai pemilik semula. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulisan ini diberi judul Tinjauan tentang Pembatalan Hibah terhadap Anak Angkat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK)

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Mengapa hakim mengabulkan pembatalan hibah terhadap anak angkat pada Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK? 2. Mengapa penetapan pembatalan pengangkatan anak dapat mengakibatkan pembatalan hibah? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan pemeriksaan dari hasil-hasil penelitian yang ada, penulisan tesis mengenai Tinjauan tentang Pembatalan Hibah terhadap Anak Angkat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK) belum pernah dilakukan, tetapi penulisan yang mendekatinya ada beberapa yakni : 1. Judul tesis Pembatalan Akta Hibah (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 233/K/AG/2007), ditulis oleh Eka Tenriabeng Prihasyanti Hasan pada tahun 2012 dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rumusan masalah yang ditekankan pada tesis ini adalah : a. Bagaimana status hak kepemilikan terhadap harta yang telah dihibahkan?

8 b. Mengapa hakim memutus perkara pembatalan akta hibah Nomor : 233/K/AG/2007? 14 Hasil penelitian dari tesis diatas adalah, bahwa menurut hukum status hak kepemilikan rumah yang dihibahkan akan beralih secara langsung dari penghibah/penggugat kepada penerima hibah/tergugat, namun dengan adanya putusan Mahkamah Agung maka akta hibah dinyatakan tidak berkekuatan hukum dan status kepemilikan rumah kembali kepada pemberi hibah/penggugat. Hakim dalam memutus perkara ini menekankan pada unsur sosiologis (kemanfaatan) dan filosofis (keadilan). 15 Perbedaannya dengan penulisan Eka Tenriabeng Prihasyanti Hasan adalah, selain meninjau mengenai dasar pertimbangan hakim pada Putusan Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK penulis juga membahas mengenai kaitan antara putusan pembatalan pengangkatan anak dengan pembatalan hibah. 2. Judul tesis Pembatalan Hibah kepada Anak Angkat terhadap Harta Peninggalan yang Belum dibagi Waris (Studi Kasus Putusan PN Nomor 02/Pdt.G/2008/PN.Ngw. jo Putusan PT Nomor 14 Eka Tenriabeng Prihasyanti Hasan, Pembatalan Akta Hibah (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 233/K/AG/2007), Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2012 15 Ibid.

9 125/PDT/2009/PT.SBY jo Putusan MA Nomor 2944 K/PDT/2009), ditulis oleh Yunia Wukirsari pada tahun 2012 dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rumusan masalah yang ditekankan pada tesis ini adalah : a. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam putusan pembatalan hibah kepada anak angkat terhadap harta peninggalan yang belum dibagi waris? b. Bagaimana akibat hukum pembatalan hibah bagi para pihak yang bersengketa? 16 Hasil penelitian dari tesis ini adalah, pertimbangan hakim dalam dalam putusan pembatalan hibah kepada anak angkat terhadap harta peninggalan yang belum dibagi waris berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Ngawi tanggal 25 September 2008 Nomor : 02/PDT.G/2008/PN.NGW bahwa anak kandung pewaris telah melakukan pengangkatan anak, bahwa hibah dalam hukum adat dimungkinkan seseorang untuk memberikan harta bendanya kepada orang lain yang bukan ahli waris, bahwa batasan yang diperbolehkan bagi seseorang untuk menghibahkan harta bendanya adalah paling banyak 1/3 bagian dari hartanya, bahwa menurut 16 Yunia Wukirsari, Pembatalan Hibah kepada Anak Angkat terhadap Harta Peninggalan yang Belum dibagi Waris (Studi Kasus Putusan PN Nomor 02/PDT.G/2008/PN.Ngw. jo Putusan PT Nomor 125/PDT/2009/PT.SBY jo Putusan MA Nomor 2944 K/PDT/2009, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2012

10 hukum waris adat apabila seorang meninggal dunia tidak meninggalkan anak atau cucu seterusnya ke bawah, maka apabila orang tua masih ada, berhak atas harta warisan, apabila orang tua telah wafat terlebih dahulu, maka yang berhak atas harta waarisan adalah saudara-saudara kandung, apabila saudara-saudara kandung telah meninggal, maka anak-anak dari saudara kandung tersebut menggantikan kedudukan sebagai ahli waris, demikian seterusnya, bahwa pewaris meninggalkan ahli waris yaitu janda yang mendapat ¾ bagian dan anak kandung mendapat ¼ bagian. Akibat hukum dari pembatalan hibah ini adalah penggugat yang merupakan ahli waris dari pewaris berhak mewarisi harta peninggalan pewaris, harta pewaris dinyatakan belum dibagi waris, menghukum tergugat atau siapa saja yang mendapat hak dari padanya untuk menyerahkan 2/3 bagian. 17 Perbedaannya dengan penulisan Yunia Wukirsari adalah, Penulis melakukan studi kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta No.102/Pdt.G/2011/PN.YK. Putusan yang diangkat penulis adalah mengenai pembatalan hibah terhadap anak angkat yang telah dimohonkan pembatalan pengangkatan terlebih dahulu, sehingga kasus posisi yang diangkat pun berbeda. D. Faedah yang Diharapkan 17 Ibid.

11 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dengan menambah perbendaharaan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya dalam bidang hukum perdata barat maupun hukum adat mengenai pembatalan hibah terhadap anak angkat. 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan, pemikiran nilai, serta sumbangsih yang bermanfaat bagi pihak terkait. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui dan mengkaji pertimbangan hakim dalam memutus pembatalan hibah terhadap anak angkat. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis alasan hakim atas pembatalan pengangkatan anak yang dapat mengakibatkan pembatalan hibah.