BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris merupakan proses berpindahnya hak milik dari orang meninggal kepada ahli warisnya yang hidup, baik peninggalan berupa harta maupun hakhak syariah. 1 Pewaris adalah seseorang yang meninggal dunia, baik laki-laki atau perempuan yang meninggalkan sejumlah harta kekayaan maupun hak-hak yang diperoleh beserta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan selama hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2 Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli waris. Menurut Mulyadi hak mewarisi menurut Undang-Undang dimiliki oleh seseorang yang mempunyai hubungan darah dengan si pewaris yang dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: 3 1. Golongan pertama, adalah anak atau keturunannya dan janda atau duda; 2. Golongan kedua, adalah orang tua (bapak dan/atau ibu), saudarasaudara atau keturunannya; 3. Golongan ketiga, adalah nenek dan kakek, atau leluhur lainnya di dalam garis keatas; dan 4. Golongan keempat, adalah sanak keluarga di dalam garis ke samping sampai tingkat ke-6 (enam). Pada faktanya di lapangan, dapat terjadi bahwa harta warisan berpindah kepada seseorang yang tidak memenuhi ketentuan dalam ahli waris yang berhak untuk mendapatkan warisan. 1 Muhammad Ali Ash-Shabuni, 1995, Hukum Waris Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, hlm, Halim A. Ridwan, 1995, Hukum Perdata dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm Mulyadi, 2007, Hukum Waris Tanpa Wasiat, Fakultas Hukum Undip, Semarang, hlm

2 2 Hal tersebut seperti yang terjadi dalam kasus yang telah diputus oleh Hakim Majelis Kasasi dalam Putusan Nomor 677 K/AG/2009. Kasus tersebut bermula pada saat (Alm) R. Achmad Sarbini bin Abdul Rojak semasa hidupnya melangsungkan pernikahan dengan Ny. R. Hj. Nana Djuhana dan dari pernikahannya tersebut tidak dikaruniai keturunan. Pada tahun 1959 keduanya sepakat untuk mengangkat seorang anak dari keluarga istri yaitu Ny. R. Hj. Nana Djuhana yang bernama Nina Idratna (tergugat). Tahun 1992 R. Achmad Sarbini bin Abdul Rojak meninggal dunia, kemudian istrinya Ny. R. Hj. Nana Djuhana meninggal dunia pada tahun Almarhum R. Achmad Sarbini bin Abdul Rojak dan istrinya Almarhumah R. Hj. Nana Djuhana, disamping meninggalkan seorang anak angkat dan ahli waris/ahli waris pengganti yang disebutkan dalam uraian gugatan juga meninggalkan harta bersama yang diperoleh selama dalam perkawinan. Almarhum R. Achmad Sarbini bin Abdul Rojak, semasa hidupnya pernah membuat Surat Wasiat tertanggal 18 Maret 1992 di hadapan Irene Ratnaningsih Handoko, SH., Notaris dan PPAT di Bandung, dengan Nomor akta wasiat: 9 menunjuk istrinya sebagai pelaksana wasiat, hal serupa juga dilakukan oleh istrinya (Alm) R. Nana Djuhana pada tanggal 26 Desember 1995 dihadapan DR. Wiratni Ahmadi, SH., Notaris dan PPAT di Bandung, dengan nomor akta wasiat: 201 menunjuk Dra. Nina Indratna/Tergugat sebagai pelaksana wasiat. Penggugat didalam putusan ini berjumlah 14 (empat belas) orang, terdiri dari : 1. Yusuf Abdul Rojak bin Abdul Rojak; 2. Ny. R. Nunung binti Abdul Rojak;

3 3 3. Acep Zaenal Mutaqin bin Dahlan Arrasyid; 4. Edwin Marsal bin R. Sulaeman Basar; 5. R. R. Aam Abdurrahman bin R. Sulaeman Basar; 6. R. Atang Ramdhan bin R. Sulaeman Basar; 7. R. Atih Siti Chodijah binti R. Sulaeman Basar; 8. R. Siti Sukiyah binti Sulaeman Basar; 9. R. Atun Dorojatun binti R. Sulaeman Basar; 10. Cucu Mulyani binti R. Sulaeman Basar; 11. E Komariah binti Memed bin Abdul Rojak; 12. Hj. Dewi Fatimah binti Memed bin Abdul Rojak; 13. Dedi Ruhendi bin Memed bin Abdul Rojak; 14. H. Moh. Sapaat bin R. Ahmad; Para Penggugat menganggap wasiat-wasiat tersebut merugikan mereka, oleh karena bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum Islam yang berlaku. Penguasaan harta bersama terperkara termasuk penguasaan segala keuntungan dari saham-saham yang diperoleh Tergugat setiap tahun ternyata dilakukan berdasarkan Surat Wasiat tertanggal 26 Desember 1995, dari (Alm) R. Nana Djuhana dan penguasaan harta terperkara tersebut ( ) sudah berjalan kurang lebih 16 tahun tanpa membaginya kepada ahli waris, sehingga dengan demikian menurut para penggugat tindakan penguasaan atas harta bersama terperkara dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum dan merugikan para Penggugat sebagai ahli waris yang sah. Kasus tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama Bandung dengan penggugat adalah saudara dan ahli waris pengganti dari Almarhum R. Achmad Sarbini bin Abdul Rojak dan selaku tergugat adalah Nina Idratna. Perkara yang diajukan ke Pengadilan Agama Bandung telah diputus dalam Putusan Nomor 747/Pdt.G/2008 pada tanggal 11 Desember 2008 dengan amar sebagai berikut: 1. Dalam eksepsi: menolak eksepsi tergugat 2. Dalam Pokok Perkara: a. Mengabulkan gugatan para penggugat sebagian

4 4 b. Menyatakan tidak sah hibah wasiat yang dilakukan oleh R. Achmad Sarbini terhadap R. Hj. Nana Djuhana dengan akta wasiat nomor 9 tanggal 18 Maret 1992 dan R. Hj. Nana Djuhana terhadap tergugat dengan akta Wasiat Nomor 201 tanggal 26 Desember 1995 c. Menyatakan Akta Wasiat Nomor 9 tanggal 18 Maret 1992 dan Akta Wasiat Nomor 201 tanggal 26 Desember 1995 tidak berkekuatan hukum tetap d. Menyatakan bahwa harta berupa: 1) Sebidang tanah hak milik Nomor 135/Lingkungan Burangrang atas nama Almarhumah Ny. R. Hj. Nana Djuhana Sarbini 2) Sebidang tanah hak milik nomor 1495 yang terletak di Propinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Wilayah Bojonagara seluas 337 m 2 atas nama Almarhumah Ny. R. Hj. Nana Djuhana Sarbini 3) Sebidang tanah hak milik nomor 594 yang terletak di Propinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Wilayah Karees seluas 270 m 2 atas nama Almarhumah Ny. R. Hj. Nana Djuhana Sarbini 4) Saham-saham yang ditanamkan pada Perseroan Terbatas PT. Penerbitan Granesia adalah sebagai harta bersama R. Achmad Sarbini dengan Hj. Nana Djuhana yang belum dibagi 5) Menetapkan R. Achmad Sarbini dan R. Hj. Nana Djuhana mendapatkan masing-masing setengah bagian dari harta bersama tersebut 6) Menetapkan wasiat wajibah anak angkat bernama Dra. Nina Indratna 1/3 dan atau 6/18 dari bagian seluruh harta milik almarhum R. Achmad Sarbini 7) Menetapkan ahli waris Almarhumah R. Achmad Sarbini 8) Menetapkan bagian masing-masing ahli waris dari Almarhumah R. Achmad Sarbini 9) Menghukum tergugat agar menyerahkan bagian para penggugat setelah dikurangi sejumlah uang pertama sebesar Rp ,00 pada tahun 1993 dan yang kedua adalah sebesar Rp ,00 pada tahun 1996 yang telah diterima oleh pihak para penggugat dengan memperhatikan nilai rupiah tersebut pada saat itu (pada saat diterima uang tersebut) kepada pihak para penggugat 10) Menolak dan tidak dapat diterima untuk selain dan selebihnya 11) Menghukum para penggugat dan tergugat untuk membayar biaya perkara secara tanggung renteng sebesar Rp ,00. Atas putusan yang diberikan oleh Pengadilan Agama Bandung tersebut maka pihak tergugat dalam hal ini Nina Idratna melakukan upaya banding ke Pengadilan Tinggi Agama Bandung, dan telah diputus dengan putusan Nomor

5 5 63/Pdt.G/2009/PTA.Bdg tanggal 23 Juli Dalam putusan tersebut amar putusan adalah: 1. Menyatakan bahwa permohonan banding yang diajukan oleh pembanding formal dapat diterima 2. Membatalkan Putusan Pengadilan Agama Bandung tanggal 11 Desember 2008 Nomor 747/Pdt.G/2008/PA.Bdg. Mengadili sendiri: a. Menyatakan gugatan para penggugat/para terbanding tidak dapat diterima b. Menghukum para penggugat/para terbanding untuk membayar biaya perkara pada tingkat pertama sebesar Rp ,00 3. Menghukum para penggugat/para terbanding untuk membayar biaya perkara di tingkat banding sebesar Rp ,00. Atas putusan Pengadilan Tinggi Agama Bandung tersebut maka pihak tergugat (pihak penggugat di tingkat pertama) mengajukan permohonan kasasi atas putusan tersebut dengan perantara kuasanya. Dalam putusan kasasi Mahkamah Agung Nomor 677 K/AG/2009 tersebut maka Hakim Majelis Kasasi pada Mahkamah Agung mengadili: 1. Mengabulkan kasasi dari para pemohon kasasi. 2. Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Bandung Nomor 63/Pdt.G/2009/PTA.Bdg tanggal 23 Juli 2009 yang membatalkan putusan Pengadilan Agama Bandung Nomor 747/Pdt.G/2008/PA.Bdg tanggal 11 Desember 2008 Berdasarkan uraian mengenai perkara tersebut di atas dapat diketahui bahwa putusan yang diberikan oleh Majelis Hakim baik di Tingkat Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi Agama dan Mahkamah Agung memiliki pertimbangan tersendiri dalam memutus perkara tersebut. Seperti diketahui bahwa penggugat mengajukan gugatan di Pengadilan Agama Bandung dan telah dimenangkan, kemudian putusan tersebut diajukan banding oleh tergugat ke

6 6 Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan dalam putusan tersebut, upaya banding tergugat dikabulkan dan putusan Pengadilan Agama Bandung dibatalkan. Atas putusan tersebut maka diajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung oleh terbanding dan dikabulkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung. Hal menarik yang penulis soroti dalam penelitian ini adalah tentang ditetapkannya putusan Mahkamah Agung yang menyatakan tidak sah hibah wasiat yang dilakukan oleh R. Achmad Sarbini terhadap R. Hj. Nana Djuhana dengan akta wasiat nomor : 9 tanggal 18 Maret 1992 dan R. Hj. Nana Djuhana terhadap tergugat dengan akta Wasiat nomor : 201 tanggal 26 Desember 1995 dan menyatakan Akta Wasiat nomor : 9 tanggal 18 Maret 1992 dan Akta Wasiat nomor : 201 tanggal 26 Desember 1995 tidak berkekuatan hukum tetap, dimana putusan tersebut sama seperti putusan yang diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Bandung, akan tetapi berbeda dengan Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memutus sebaliknya mengenai hal tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Agama Bandung tersebut. Seperti diketahui bahwa akta notaris merupakan suatu akta notariil yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Akta wasiat yang dibuat oleh notaris tersebut merupakan kewenangan dari notaris yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menyebutkan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya yang diatur dalam Undang-Undang ini. Kewenangan Notaris membuat akta otentik itu hanya apabila hal tersebut diminta atau

7 7 dikehendaki oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik dengan kata lain akta tersebut adalah bukti adanya perbuatan hukum para pihak dan bukan Notaris yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan. 4 Dalam kasus yang terjadi ini akta wasiat yang dibuat oleh Notaris tersebut diputuskan tidak berkekuatan hukum tetap. Terkait dengan putusan mengenai waris yang berbeda antara Pengadilan Agama Bandung, Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan Mahkamah Agung tersebut maka menunjukkan bahwa hakim dalam memutuskan suatu perkara memiliki dasar pertimbangan yang berbeda. Seperti diketahui bahwa dalam memutuskan suatu perkara hakim harus mendasarkan pada asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Ketiga asas tersebut harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum. Pengertian keadilan adalah keseimbangan antara yang patut diperoleh pihak-pihak, baik berupa keuntungan maupun berupa kerugian. Kemanfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum. Jangan sampai penegakan hukum justru menimbulkan keresahan masyarakat. 5 Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap tindakan sewenang-wenangan dari aparat penegak hukum, dengan kata lain 4 A.R Putri, 2011, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris (Indikator Tugas-tugas Jabatan yang Berimplikasi Perbuatan Pidana), PT. Sofmedia, Jakarta, hlm Satjipto Rahardjo, 2002, Sosiologi Hukum, Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, Muhammadiyah University Press, Surakarta, hlm. 35.

8 8 kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumannya. 6 Berdasarkan uraian tersebut di atas dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pertimbangan hakim yang diberikan pada tingkat Kasasi yang memutus perkara waris yang mengakibatkan akta wasiat Notaris menjadi tidak berkekuatan hukum serta melihat kesesuaian putusan tersebut dilihat dari asas kepastian hukum dalam pemberian putusan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara waris yang mengakibatkan akta wasiat Notaris menjadi tidak berkekuatan hukum pada putusan Nomor 677 K/AG/2009 ditinjau dari asas kepastian hukum? 2. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara waris yang mengakibatkan akta wasiat Notaris menjadi tidak berkekuatan hukum pada putusan Nomor 677 K/AG/2009 tersebut sudah sesuai dengan asas kepastian hukum? C. Keaslian Penelitian Penulis menemukan beberapa penelitian terkait dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya adalah: 6 Ibid., hlm. 35.

9 9 1. Penelitian yang dilakukan oleh Dheddy Iscahyanto 7 pada tahun 2012 dengan judul Analisis Yuridis Wasiat Wajibah Sebagai Salah Satu Cara Mendapatkan Bagian Bagi Anak Angkat (Studi Kasus Putusan Nomor: 1326/Pdt.G/2006/PA.TA dan Putusan Nomor : 07/Pdt.G/2008/PTA.Sby). Jenis metode penelitian ini adalah yuridis normatif dengan menitikberatkan penelitian data atau bahan kepustakaan yang berupa data sekunder, baik data sekunder berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer. Hasil penelitian ini menunjukkan, Dalam Putusan Nomor : 1326/Pdt.G/2006/PA.TA Majelis Hakim Pengadilan Agama Tulungagung memberikan pertimbangan bahwa meskipun adanya anak angkat baru diketahui pada saat pembuktian, anak angkat berhak memperoleh bagian melalui wasiat wajibah sebesar 1/3 bagian sebagaimana diatur dalam Pasal 209 ayat (2) KHI. Pemberian wasiat wajibah terhadap anak angkat 1/3 bagian merupakan batasan pemberian suatu wasiat, hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak harta peninggalan yang diberikan melalui wasiat wajibah untuk menjaga kesejahteraan ahli waris lainnya. Pada Putusan Nomor: 07/Pdt.G/2008/PTA.Sby Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya memberikan pertimbangan bahwa meskipun anak angkat bukan 7 Dheddy Iscahyanto, Analisis Yuridis Wasiat Wajibah Sebagai Salah Satu Cara Mendapatkan Bagian Bagi Anak Angkat (Studi Kasus Putusan Nomor: 1326/Pdt.G/2006/PA.TA dan Putusan Nomor: 07/Pdt.G/2008/PTA.Sby), Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2012.

10 10 merupakan ahli waris akan tetapi berhak memperoleh wasiat wajibah 1/3 dan harus dimasukkan sebagai pihak dalam gugatan karena anak angkat mempunyai kepentingan hukum dan hubungan hukum dengan orang tua angkatnya. Pemberian wasiat wajibah dimaksudkan untuk memenuhi rasa keadilan terhadap anak angkat karena telah merawat dan menyayangi orang tua angkatnya dan untuk kesejahteraan anak angkat itu sendiri. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yunia Wukirsari 8, pada tahun 2011 dengan judul Pembatalan Hibah Kepada Anak Angkat Terhadap Harta Peninggalan Yang Belum Dibagi Waris (Studi Kasus Putusan PN Nomor 02/PDT.G/2008/PN.Ngw. jo Putusan PT Nomor 125/PDT/2009/PT.SBY jo Putusan MA Nomor 2944 K/PDT/2009). Jenis metode penelitian ini adalah yuridis normatif dengan menitikberatkan pada norma-norma hukum yang ada yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data melalui penelitian pustaka untuk memperoleh data sekunder dan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pertimbangan hakim dalam putusan pembatalan hibah kepada anak angkat terhadap harta peninggalan yang belum dibagi waris berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Ngawi tanggal 25 September 2008 Nomor 8 Yunia Wukirsari, Pembatalan Hibah Kepada Anak Angkat Terhadap Harta Peninggalan Yang Belum Dibagi Waris (Studi Kasus Putusan PN Nomor 02/PDT.G/2008/PN.Ngw. jo Putusan PT Nomor 125/PDT/2009/PT.SBY jo Putusan MA Nomor 2944 K/PDT/2009), Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2011.

11 11 02/PDT.G/2008/PN.NGW: bahwa anak kandung pewaris telah melakukan pengangkatan anak, bahwa penggugat merupakan ahli waris, bahwa hibah dalam hukum adat dimungkinkan seseorang untuk memberikan harta bendanya kepada orang lain yang bukan ahli waris, bahwa batasan yang diperbolehkan bagi seseorang untuk menghibahkan harta bendanya adalah paling banyak 1/3 bagian dari hartanya, bahwa menurut hukum waris adat apabila seorang meninggal dunia tidak meninggalkan anak atau cucu seterusnya ke bawah, maka apabila orang tua masih ada, berhak atas harta warisan, apabila orang tua telah wafat terlebih dahulu, maka yang berhak atas harta warisan adalah saudarasaudara kandung, apabila saudara-saudara kandung telah meninggal, maka anak-anak dari saudara kandung tersebut menggantikan kedudukan sebagai ahli waris, demikian seterusnya, bahwa pewaris meninggalkan ahli waris yaitu janda yang mendapat ¾ bagian dan anak kandung mendapat ¼ bagian. 2) Akibat hukum pembatalan hibah bagi para pihak yang bersengketa : penggugat adalah ahli waris dari pewaris yang berhak mewarisi atas harta peninggalannya, harta pewaris dinyatakan belum dibagi waris, menghukum tergugat atau siapa saja yang mendapat hak dari padanya untuk menyerahkan 2/3 bagian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah sama-sama melakukan penelitian terhadap dasar pertimbangan hakim dalam memberikan putusan. Perbedaan penelitian ini

12 12 dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek yang diteliti, pada penelitian ini objeknya adalah mengenai dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara waris yang mengakibatkan akta wasiat Notaris menjadi tidak berkekuatan hukum. Pada penelitian ini putusan Majelis Hakim Nomor 677 K/AG/2009 akan ditinjau dari asas kepastian hukum. D. Faedah Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pertimbangan hakim dalam memberikan putusan mengenai perkara waris yang mengakibatkan akta wasiat Notaris menjadi tidak berkekuatan hukum. 2. Bagi Pembangunan Negara dan Bangsa Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi hakim agar dalam memberikan putusan mendasarkan pada asas keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum untuk memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang bersengketa. E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam mengenai dasar pertimbangan hakim pada tingkat kasasi dalam memutus perkara waris yang mengakibatkan akta wasiat Notaris menjadi tidak berkekuatan hukum.

13 13 2. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam mengenai kesesuaian dasar pertimbangan hakim tersebut dengan asas kepastian hukum

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Setiap pasangan (suami-istri) yang telah menikah, pasti berkeinginan untuk mempunyai anak. Keinginan tersebut merupakan naluri manusiawi dan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS HIBAH WASIAT KEPADA ANAK ANGKAT (ADOPSI) MELEBIHI SEPERTIGA HARTA PENINGGALAN

BAB III HASIL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS HIBAH WASIAT KEPADA ANAK ANGKAT (ADOPSI) MELEBIHI SEPERTIGA HARTA PENINGGALAN BAB III HASIL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS HIBAH WASIAT KEPADA ANAK ANGKAT (ADOPSI) MELEBIHI SEPERTIGA HARTA PENINGGALAN A. Pemberian Hibah Wasiat Kepada Anak Angkat Melebihi Sepertiga Harta Peninggalan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS OLEH : RYAN ADITYA, S.H NIM 12211044 PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

Lebih terperinci

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995 A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi di lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan

Lebih terperinci

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010)

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010) RESUME HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010) OLEH : ZAINAL ABIDIN, S.H. 12211060 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepemilikan terhadap harta benda baik bergerak maupun tidak bergerak diatur secara komplek dalam hukum di Indonesia. Di dalam hukum perdata, hukum adat maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai anggota dari masyarakat merupakan penyandang hak dan kewajiban. Menurut Aristoteles, seorang ahli fikir yunani kuno menyatakan dalam

Lebih terperinci

HAK WARIS ISTRI YANG BERLAINAN AGAMA DENGAN SUAMI

HAK WARIS ISTRI YANG BERLAINAN AGAMA DENGAN SUAMI HAK WARIS ISTRI YANG BERLAINAN AGAMA DENGAN SUAMI 16 K/AG/2010 KAIDAH HUKUM : Istri yang beragama selain Islam yang ditinggal mati oleh suami yang beragama Islam tidak termasuk ahli waris, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan sebuah istilah yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana ada hukum ) 1.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA. DI PENGADILAN AGAMA MAKASSAR. Republik Indonesia Nomor III/MPR/1978 dan merupakan lembaga

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA. DI PENGADILAN AGAMA MAKASSAR. Republik Indonesia Nomor III/MPR/1978 dan merupakan lembaga BAB III DESKRIPSI PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA. DI PENGADILAN AGAMA MAKASSAR Kedudukan Mahkamah Agung merupakan lembaga tinggi negara sebagaimana yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyarawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia ( naturlijk person) sebagai subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban sehingga dapat melakukan perbuatan hukum. Mempunyai atau menyandang hak dan kewajban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses hidup manusia secara kodrati berakhir dengan suatu kematian yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan menimbulkan akibat hukum

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR: 41 K/AG/2006

P U T U S A N NOMOR: 41 K/AG/2006 P U T U S A N NOMOR: 41 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 04/Pdt.G/2008/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN NOMOR 04/Pdt.G/2008/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN NOMOR 04/Pdt.G/2008/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara perdata agama dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 76/Pdt.G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 76/Pdt.G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 76/Pdt.G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mengadili perkara Kewarisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang

Lebih terperinci

BAB II KEWENANGAN MENGADILI PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA WARIS ISLAM. A. Jangkauan Kewenangan Mengadili Perkara Warisan.

BAB II KEWENANGAN MENGADILI PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA WARIS ISLAM. A. Jangkauan Kewenangan Mengadili Perkara Warisan. 32 BAB II KEWENANGAN MENGADILI PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA WARIS ISLAM A. Jangkauan Kewenangan Mengadili Perkara Warisan. Sebagaimana yang tercantum didalam Pasal 49 ayat 1 huruf b UU No. 7 tahun 1989

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA 70 BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA A. Analisis Yuridis Terhadap Dasar Hukum Yang Dipakai Oleh Pengadilan Negeri Jombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dengan dasar pertimbangan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Pada tahun 2015 Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0087/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0087/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0087/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

Nomor 0105/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor 0105/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SASALINAN P E N E T A P A N Nomor 0105/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N No. 3216 K/Pdt/ 2001 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06 P U T U S A N No. 62 K/TUN/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 261/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 261/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 261/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan memutus perkaraperkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB III. A. Dasar dan Pertimbangan Hukum putusan Pengadilan Agama Sidoarjo. tentang penetapan Ahli Waris Pengganti

BAB III. A. Dasar dan Pertimbangan Hukum putusan Pengadilan Agama Sidoarjo. tentang penetapan Ahli Waris Pengganti 35 BAB III PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NOMOR: 2800/Pdt.G/2011/PA.Sda. DAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR: 34/Pdt.G/2013/PTA.Sby. A. Dasar dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. A. Penetapan nomor 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. A. Penetapan nomor 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn. LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Penetapan nomor 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn. 112 113 SALINAN PENETAPA N Nomor :001 /Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 85 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara

P U T U S A N No. 85 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara P U T U S A N No. 85 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata Agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB III PUTUSAN MAHKMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS

BAB III PUTUSAN MAHKMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS BAB III PUTUSAN MAHKMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS A. Sekilas Profil Mahkamah Agung Pembentukan Mahkamah Agung (MA) pada pokoknya memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang meninggal dunia maka hak dan kewajibannya demi hukum akan beralih kepada ahli warisnya. Hak dan kewajiban yang dapat beralih adalah hak dan kewajiban

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 047/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 047/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor 047/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 243 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa

P U T U S A N No. 243 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa P U T U S A N No. 243 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 10/Pdt.G/2009/Msy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 10/Pdt.G/2009/Msy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 10/PdtG/2009/Msy-Prov BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar'iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mengadili perkara Kewarisan

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas.

PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas. PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan memeriksa perkara tertentu pada tingkat pertama telah menetapkan

Lebih terperinci

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN PENGATURAN WAJIBAH TERHADAP AHLI WARIS MURTAD DALAM PEMBAGIAN HARTA KELUARGA (ANALISIS PUTUSAN No. 368/K/AG/1995). TESIS Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN 1420123032 Pembimbing: 1. Dr. Dahlil Marjon, S.H., M.H

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 46/Pdt.G/2010/MS-Aceh.

P U T U S A N Nomor : 46/Pdt.G/2010/MS-Aceh. P U T U S A N Nomor : 46/Pdt.G/2010/MS-Aceh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang mengadili perkara Waris pada tingkat banding, dalam

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P E N E T A P A N Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

Salinan P E N E T A P A N. Nomor: 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Salinan P E N E T A P A N. Nomor: 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Salinan P E N E T A P A N Nomor: 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Demak yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks.

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks. P U T U S A N Nomor 105/Pdt.G/2014/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M 1 Salinan P E N E T A P A N Nomor: XXXX/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Demak yang memeriksa dan mengadili

Lebih terperinci

BAB III WARIS BEDA AGAMA DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 16K/AG/2010

BAB III WARIS BEDA AGAMA DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 16K/AG/2010 BAB III WARIS BEDA AGAMA DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 16K/AG/2010 A. Selayang Pandang Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia atau yang disingkat dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim S A L I N A N P E N E T A P A N Nomor 0054/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN TENTANG GUGATAN HARTA BERSAMA YANG DIHIBAHKAN SUAMI TERHADAP ISTRI KEDUA TANPA PERSETUJUAN AHLI WARIS

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN TENTANG GUGATAN HARTA BERSAMA YANG DIHIBAHKAN SUAMI TERHADAP ISTRI KEDUA TANPA PERSETUJUAN AHLI WARIS BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN TENTANG GUGATAN HARTA BERSAMA YANG DIHIBAHKAN SUAMI TERHADAP ISTRI KEDUA TANPA PERSETUJUAN AHLI WARIS A. Keberadaan Pengadilan Agama Sumenep Pengadilan Agama Sumenep terletak

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI Anggyka Nurhidayana 1, Amnawati 2, Kasmawati 3. ABSTRAK Upaya perlindungan hukum dalam perkawinan sirri atau disebut perkawinan tidak dicatatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 68/Pdt.G/2009/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 68/Pdt.G/2009/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor 68/Pdt.G/2009/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 11/Pdt.G/2013/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 11/Pdt.G/2013/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 11/Pdt.G/2013/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Padang yang memeriksa dan mengadili perkara waris pada tingkat

Lebih terperinci

PENETAPAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 PENETAPAN Nomor 09/Pdt. P/2012/PA. Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk, yaitu : 1. Hak-hak atas tanah yang bersifat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 0100/Pdt.G/2014/MS-Aceh

P U T U S A N Nomor 0100/Pdt.G/2014/MS-Aceh P U T U S A N Nomor 0100/Pdt.G/2014/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat banding dalam persidangan Majelis

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 20/Pdt.G/2011/MS-Aceh

P U T U S A N. Nomor : 20/Pdt.G/2011/MS-Aceh P U T U S A N. Nomor : 20/Pdt.G/2011/MS-Aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang mengadili perkara waris pada tingkat banding dalam persidangan

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 57 /PDT/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, pada Pasal 19 dinyatakan bahwa untuk menciptakan kepastian hukum pertanahan,

Lebih terperinci

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan

BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata membedakan dengan jelas antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR : 226 K/AG/2007 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

PUTUSAN NOMOR : 226 K/AG/2007 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G PUTUSAN NOMOR : 226 K/AG/2007 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

U T U S A N Nomor : 49/Pdt.G/2013/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

U T U S A N Nomor : 49/Pdt.G/2013/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA U T U S A N Nomor : 49/Pdt.G/2013/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Padang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata Pembatalan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Afandi, Ali, 2004, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Rineka Cipta, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Afandi, Ali, 2004, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Rineka Cipta, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Afandi, Ali, 2004, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Rineka Cipta, Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0099/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 0099/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN PUTUSAN Nomor 0099/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec. SUMBER HUKUM HIR / RBg UU No. 7 / 1989 ttg PA UU No. 3 / 2006 Revisi I UU PA UU No. 50 / 2009 Revisi II UU PA UU No. 14 / 1970 kekuasaan kehakiman UU No. 14 / 1985 ttg MA UU No. 1 / 1974 ttg Perkawinan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor : 01/ Pdt.P/2012/PA.Pts. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 01/ Pdt.P/2012/PA.Pts. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 01/ Pdt.P/2012/PA.Pts. بسم الله الرحمن الرحیم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Putussibau yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR : 42/Pdt-G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR : 42/Pdt-G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 42/Pdt-G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar'iyah Aceh yang mengadili perkara Kewarisan pada tingkat banding dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia BAB III PENUTUP Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dan juga saran sebagai alternatif pemecahan terhadap permasalahan kasus yang lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang tercatat di Kantor Pertanahan harus sesuai dengan keadaan atau status sebenarnya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2009 mengenai. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2009 mengenai. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Pasal 29 Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dikatakan bahwa Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi Tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam

P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sengketa atau konflik hakekatnya merupakan bentuk aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan antara dua pihak atau lebih. Sebagaimana dalam sengketa perdata,

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor : 0013/Pdt.P/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor : 0013/Pdt.P/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor : 0013/Pdt.P/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara Tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 13/Pdt.G/2008/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor 37/Pdt.P/2010/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor 37/Pdt.P/2010/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor 37/Pdt.P/2010/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa pewarisan adalah perihal klasik dan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka pada saat itulah

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 39/Pdt.G/2015/PTA.Plg

PUTUSAN Nomor 39/Pdt.G/2015/PTA.Plg PUTUSAN Nomor 39/Pdt.G/2015/PTA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Palembang, dalam persidangan majelis untuk mengadili perkara dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 76/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 76/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 76/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN di Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor xxx/pdt.g/2012/ms-aceh

P U T U S A N. Nomor xxx/pdt.g/2012/ms-aceh P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2012/ms-aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar'iyah Aceh yang mengadili perkara Kewarisan dan Hibah pada tingkat banding dalam persidangan Majelis

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 46/Pdt.G/2008/Msy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 46/Pdt.G/2008/Msy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 46/Pdt.G/2008/Msy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mengadili perkara perdata Wakaf

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 126/Pdt.G/2013/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 126/Pdt.G/2013/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 126/Pdt.G/2013/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sudah berjalan dua dekade lebih. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 425/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. L a w a n :

P U T U S A N Nomor 425/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. L a w a n : P U T U S A N Nomor 425/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam peradilan tingkat banding, telah

Lebih terperinci

SILSILAH ABSTRAK - 1

SILSILAH ABSTRAK - 1 SILSILAH ABSTRAK - 1 Aminah Wafat tahun 1978 Abdullah Maimunah Wafat tahun 2002 M Yusuf Ayu (pr) Titin (pr) Anton (lk) Tina (pr) Tono (lk) Wafat. th 2000 Wafat. th 1994 Abduh(lk) Siti (pr) Anang (lk) Anak

Lebih terperinci

PUTUSAN N0 96/Pdt.G/2007/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN N0 96/Pdt.G/2007/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN N0 96/Pdt.G/2007/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang mengadili perkara perdata agama pada tingkat banding dalam

Lebih terperinci

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010 Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010 Tanggal dibacakan putusan : 26 Mei 2010 Amar : Dikabulkan Kata Kunci : Polygami Jenis Lembaga

Lebih terperinci