Analisis Faktor Risiko Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Produksi PT Indotama Omicron Kahar di Purworejo, Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

Lampiran 1. Instrumen Penelitian. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Kecelakaan Kerja

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS KERJA PEMBATIK DI INDUSTRI BATIK FARRAS, KECAMATAN LENDAH

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

Peralatan Perlindungan Pekerja

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

KARYA TULIS ILMIAH. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SENSITIFITAS PADA PEKERJA PEMOTONG RUMPUT DI KOTA PONTIANAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Data dari badan pusat satistik, data proyeksi angkatan kerja Indonesia tahun pekerja Indonesia berjumlah

PENGARUH KESEHATAN, PELATIHAN DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI DI KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

: Minor injury, knowledge, attitude, obedience, fatigue, PPE

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS LABORATORIUM KLINIK RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP PERILAKU SEKSUAL Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

HUBUNGAN BUDAYA KESEHATANDAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI BAGIAN INSTALASI PG.MRITJAN KEDIRI

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

KAJIAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Laboratorium 7 orang petugas, dan Instalasi Gizi 11 orang petugas. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (2) 2017, Available online at

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA TAMBANG PASIR GALI DI DESA PEGIRINGAN KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Manado

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

Yossi Elisabeth Simanjuntak 1, Halinda Sari Lubis 2, Arfah Mardiana Lubis 3. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA BURUH ANGKUT SAMPAH DI KOTA MANADO

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN :

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NURVIANA VELAYATI K

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

Transkripsi:

Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.1, Agustus 2017, pp.31-37 http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi Analisis Faktor Risiko Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Produksi PT Indotama Omicron Kahar di Purworejo, Jawa Tengah Disca Pravitra*, Tuntas Bagyono**, Lilik Hendrarini** *JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293 email: pravitradisca@gmail.com **JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Abstract Work accident is an incident that is undesired by labors. Prevention of accident needs to be implemented by means of analyzing the risk factors, such as the use of PPE and work behavior, as well as the equipment factors, e.g. tools layout and machine safety. The purpose of this research was to understand the risk factors of work accident among production labors in the stripping section of PT Indotama Omicron Kahar in Purworejo, Central Java, by conducting a cross sectional survey. The study sample was all 104 labors in that section. The study results were analyzed descriptively in tabulation and analytically by using Pearson correlation test with 95 % significance level. The conclusions of this research shows that: there is a relationship between PPE using and work accident (p-value < 0,001); there is a relationship between work behavior and work accident (p-value = 0,003; there is a relationship between the layout of the tool and work accident (p-value < 0,001); and work tools which were not equipped by security mechanism, has 67,3 % accident or were experienced by 70 respondents. The management of the industry is advised: to give guidance to their workers about the importance of PPE using while they doing their job; to evaluate the layout of production machines and tools; as well as to equip them with safety features. Keywords : work accident, labor factors, equipment factors Intisari adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki oleh tenaga Pencegahan terhadap hal tersebut perlu dilakukan dengan cara menganalisis faktor risiko yang meliputi: penggunaan APD, perilaku kerja serta faktor peralatan yang terdiri dari tata letak alat dan pengaman mesin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja pada tenaga kerja produksi bagian pengupasan kulit di PT Indotama Omicron Kahar di Purworejo, Jawa Tengah, dengan melakukan cross sectional survey. Sampel penelitian adalah seluruh 140 tenaga kerja di bagian pengupasan kulit. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan analitik dengan uji korelasi Pearson dengan tingkat signifikansi 95 %. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja (p-value < 0,001); ada hubungan antara perilaku kerja dengan kejadian kecelakaan kerja (p-value 0,003); ada hubungan antara tata letak alat dengan kejadian kecelakaan kerja (p-value < 0,001); dan peralatan kerja yang tidak terdapat pengaman mesin memiliki prosentase kecelakaan kerja sebanyak 67,3 % atau dialami oleh 70 responden. Pihak industri disarankan untuk memberi penyuluhan pada tenaga kerja mengenai pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja, melakukan kajian mengenai tata letak mesin dan peralatan produksi, serta melengkapi peralatan yang digunakan dengan pengaman mesin. Kata Kunci : kecelakaan kerja, faktor tenaga kerja, faktor peralatan PENDAHULUAN Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan tanpa terkecuali, karena penerapan K3 dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja 1). Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan, pengang- 31

Sanitas: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.1, Agustus 2017, pp.31-37 kutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan 2). Definisi kecelakaan kerja menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda 3). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No: 03/Men /1998, adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda 4). tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena adanya penyebab. Analisis penyebab kecelakaan kerja ada dua golongan, yaitu golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, dan golongan kedua adalah manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Penelitian menunjukkan bahwa 85 % sebab-sebab dari kecelakaan kecil bersumber pada faktor manu-sia 5). adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang kesehatan Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian material dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja antara lain kerugian ekonomi dan kerugian non-ekonomi. Kerugian tersebut hanyalah sebagian kecil dari kecelakaan Dengan menerapkan usaha keselamatan dan kesehatan kerja maka kejadian kecelakaan kerja semestinya bisa dihindari 6). Pencegahaan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan menganalisis penyebab kecelakaan Pencegahaan dapat ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin kerja, alat kerja, dan manusia. Setiap usaha pencegahan kecelakaan dilakukan dengan cara menghilangkan atau mengurangi penyebab kecelakaan sehingga terjadi penurunan angka kecelakaan kerja 5). PT Indotama Omicron Kahar merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam olahan kayu dan telah beroperasi selama 20 tahun di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. PT Indotama memiliki 1310 karyawan, terdiri dari 1022 karyawan laki-laki dan 288 karyawan perempuan. Hasil produksi dari PT Indotama adalah berbagai macam olahan kayu seperti kayu lapis, block-board, platform, dan lain-lain. Proses produksi kayu dimulai dengan menyeleksi log, yang akan dipergunakan sebagai kayu lapis, mulai dari ukuran, bentuk dan kondisinya. Proses selanjutnya yaitu perlakuan awal pada log, dimana tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempermudah pengupasan log tersebut. Setelah dilakukan perlakuan, selanjutnya dilakukan pengupasan kulit kayu. Lembaran kulit tersebut ke-mudian disortir untuk memisahkan veneer (lembaran kayu) antara yang rusak dan yang baik. Kemudian veneer tersebut dikeringkan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Setelah dikeringkan, langkah selanjutnya adalah perekatan kayu lapis, dan kemudian dilakukan pengempaan dan pengkondisian. Salah satu departemen produksi yang memiliki risiko kecelakaan kerja adalah pada bagian pengupasan kulit. Proses kerja pada bagian ini dimulai dengan pengangkutan batang kayu utuh dan selanjutnya dilakukan perlakuan awal pada batang kayu dengan menggunakan golok supaya seluruh permukaan menjadi sama rata. Pekerja pada bagian ini sangat berisiko terluka oleh golok jika tidak berhati-hati dalam melakukannya. Pekerja pada bagian ini sangat dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri berupa dekker besi dan sepatu safety yang telah disediakan oleh perusahaan, untuk melindungi bagian kaki dan lutut. Berdasarkan hasil pengamatan, para pekerja sebagian besar telah menggunakan dekker besi dan sepatu safety tersebut. Setelah melakukan perlakuan awal, batang kayu kemudian diangkat ke dalam alat pengupas kayu untuk mengupas seluruh permukaan kulit kayu men- 32

Pravitra, Bagyono & Hendrarini, Analisis Faktor Risiko jadi lembaran-lembaran utuh. Pekerjaan ini memiliki beberapa risiko kecelakaan kerja berupa tertimpa batang kayu sehingga pekerja sangat dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri berupa sepatu safety, dan sarung tangan untuk melindungi jari tangan supaya tidak terjepit barisan batang kayu. Berdasarkan hasil pengamatan, pekerja hanya menggunakan sepatu safety dan hanya sedikit yang menggunakan sarung tangan. Kulit kayu yang sudah berbentuk lembaran-lembaran kemudian dipilih hasil yang baik dan disusun secara bertumpuk. Pekerja pada bagian ini memiliki risiko tangan tersayat kayu, sehingga pekerja harus menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan yang telah disediakan oleh pihak perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan, para pekerja telah menggunakan sarung tangan yang disediakan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh data dari pihak perusahaan Indotama bahwa selama bulan Mei 2016 hingga Januari 2017 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 54 kasus, baik ringan maupun berat. Kasus kecelakaan kerja pada bagian pengupasan kulit kayu ada 10 kejadian pada tahun 2016. Perusahaan mencatat bahwa setiap hari seringkali terjadi kecelakaan kerja baik itu kecelakaan ringan maupun kecelakaan berat yang dialami oleh pe Kasus kecelakaan tersebut kemudian dilaporkan pada Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Purworejo untuk dilakukan pendataan dan upaya tindak lanjut berikutnya. Menurut hasil wawancara dengan pihak industri, terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena sikap pekerja yang ceroboh dan kurang serius dalam be Selain itu masih banyak pekerja yang seringkali lalai dalam menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan oleh pihak industri. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, alasan tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja adalah karena merasa tidak nyaman jika menggunakannya. Faktor peralatan juga menjadi salah satu penyebab yang menimbulkan kecelakaan kerja, hal tersebut dikarenakan pekerja sering menggunakan peralatan tidak sesuai dengan fungsinya, dan peralatan yang digunakan tidak memiliki pengaman yang dapat melindungi pe METODA Jenis penelitian ini adalah survey dan bertujuan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja di PT Indotama. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2017 pada tenaga kerja produksi bagian veneer. Sampel penelitian adalah 104 tenaga kerja yang diambil secara keseluruhan (total sampling). Variabel bebas yang diteliti meliputi: penggunaan APD, perilaku kerja, tata letak alat dan pengaman mesin. Alat-alat yang digunakan meliputi: checklist, kuesioner, alat tulis, dan kamera. Data hasil penelitian direkapitulasi dan disajikan dalam bentuk tabel serta dianalisis secara deskriptif dan dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dengan derajat kepercayaan 95 %. HASIL Penggunaan APD Tabel 1. berdasarkan penggunaan APD Menggunakan 31 29,8 28 26,9 Tdk menggunakan 39 37,5 6 5,7 Tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang tidak menggunakan APD dan mengalami kecelakaan kerja sebanyak 39 orang atau 37,5 %. Hasil perhitungan faktor risiko menunjukkan mereka yang menggunakan APD risikonya untuk mengalami kecelakaan kerja adalah 0,170 kali lebih kecil. 33

Sanitas: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.1, Agustus 2017, pp.31-37 Perilaku kerja Tabel 2. berdasarkan perilaku kerja Tabel 3 menunjukkan bahwa responden dengan tata letak alat yang berbahaya dan mengalami kecelakaan kerja ada 50 orang atau 48,1 %. Hasil perhitungan faktor risiko menunjukkan bahwa responden dengan tata letak alat kerja yang berbahaya memiliki risiko 40 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan Tabel 4 memperlihatkan bahwa peralatan tanpa pengaman mesin, persentase kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 67,3 % atau dialami oleh 70 responden. Dari Tabel 5, terlihat bahwa setelah dianalisis secara non parametrik dengan menggunakan uji korelasi Pearson, diperoleh nilai-p<0,005 untuk masing-masing karakteristik responden kecuali pengaman mesin, yang berarti bahwa ada hubungan antara karakteristik responden dengan kejadian kecelakaan Tabel 4. berdasarkan pengaman mesin Baik 45 43,2 31 29,8 baik 25 24,1 3 2,8 Pengaman mesin Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang memiilki perilaku kerja tidak baik dan mengalami kecelakaan kerja ada 25 orang atau 24,1 %. Hasil perhitungan faktor risiko menunjukkan responden yang berperilaku kerja baik lebih kecil risikonya (0,174 kali lebih kecil) untuk mengalami kecelakaan Ada 0 0,0 0 0,0 ada 70 67,3 34 32,6 Tabel 5. Hubungan karakteristik responden dengan kejadian kecelakaan kerja Tabel 3. berdasarkan tata letak alat Variabel Penggunaan APD p-value < 0,001 Kuat hubungan 0,360 (sangat lemah) Arah hubungan Negatif Tata letak alat Perilaku kerja 0,003 0,284 (sangat lemah) Negatif Bahaya 50 48,1 2 1,9 Tata letak alat < 0,001 0,615 (kuat) Positif bahaya 20 19,2 32 30,7 Pengaman mesin - - - PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 104 tenaga kerja ini menunjukkan bahwa lebih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pada waktu be Penggunaan alat pelindung yang digunakan tenaga kerja berfungsi untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang menggunakan APD pada saat bekerja memiliki faktor risiko kecelakaan kerja 0,170 kali lebih kecil dibandingkan dengan tenaga kerja yang ti- 34

Pravitra, Bagyono & Hendrarini, Analisis Faktor Risiko dak menggunakan APD. Jenis kecelakaan kerja yang dialami diantaranya tangan atau kaki terkena alat kerja, yaitu sebanyak sembilan kasus, dan tertimpa alat kerja, yaitu sebanyak 11 kasus, dari jumlah keseluruhan 39 kasus kecelakaan Banyak penelitian memperlihatkan bahwa menggunakan APD pada saat bekerja akan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dalam hal ini penggunaan APD saat bekerja perlu ditingkatkan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan Berdasarkan uji korelasi Pearson, diperoleh nilai p-value < 0,001; yang menunjukkan bahwa korelasi antara penggunaan APD dan kecelakaan kerja bermakna secara statistik. Pada saat penelitian berlangsung masih banyak tenaga kerja yang tidak menggunakan APD saat bekerja, atau tidak menggunakan APD secara lengkap dan bahkan ada yang sama sekali tidak menggunakan APD. Setiap tenaga kerja yang memiliki potensi bahaya kecelakaan kerja diharuskan menggunakan APD untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan Koefisien korelasi sebesar 0,360 menunjukkan korelasi yang sangat lemah antara penggunaan APD dengan kecelakaan kerja, dan arah hubungan korelasi yang tidak searah (negatif) berarti bahwa semakin rendah kesadaran penggunaan APD, maka semakin tinggi kejadian kecelakaan Penggunaan alat pelindung yang digunakan tenaga kerja berfungsi untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan APD mungkin tidak secara sempurna dapat melindungi tubuh, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan yang mungkin terjadi. Perilaku kerja dalam hal ini adalah tindakan tidak aman yang ditunjukkan oleh orang-orang pada saat bekerja seperti: bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak mengikuti prosedur peraturan dan keselamatan Berdasarkan Tabel 2 diatas diketahui bahwa tenaga kerja yang berperilaku baik memiliki faktor risiko kecelakaan kerja 0,174 kali lebih kecil dibandingkan dengan tenaga kerja yang berperilaku tidak baik. Namun demikian, secara persentase, hasil analisis pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kejadian kecelakaan kerja lebih banyak dialami oleh pekerja yang memiliki perilaku baik dibandingkan dengan perilaku yang tidak baik. Pada saat penelitian berlangsung, terdapat pekerja yang memiliki perilaku baik sering lalai dalam penggunaan APD pada saat bekerja karena tidak mau repot dalam be Dalam hal ini seseorang kadang melakukan beberapa hal yang tidak mencerminkan tindakan yang selamat, serta beban kerja yang terlalu berat sehingga mengakibatkan kelelahan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku kerja dengan kejadian kecelakaan kerja yang diketahui dari nilai p-value = 0,003. Koefisien korelasi sebesar 0,284 pada hasil uji ini menunjukkan korelasi yang lemah antara perilaku kerja dengan kecelakaan Adapun untuk hasil uji korelasi yang menunjukkan arah hubungan tidak searah (negatif), dikarenakan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pekerja yang memiliki perilaku baik memiliki faktor risiko kecelakaan kerja yang berasal dari faktor-faktor lain seperti: tidak menggunakan APD pada saat bekerja, tata letak alat yang membahayakan pekerja, serta faktor-faktor psikologis seperti: masalah-masalah di rumah yang terbawa ke tempat kerja, adanya pertengkaran dengan teman kerja, suasana kerja yg tidak kondusif, serta faktor tidak adanya pengaman mesin pada alat yang digunakan pe Hubungan antara perilaku kerja dan kecelakaan kerja yang tidak searah berarti semakin baik perilaku kerja pegawai maka semakin rendah kejadian kecelakaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja dengan perilaku baik rentan terkena kecelakaan kerja dengan jenis kecelakaan tertimpa alat kerja serta tangan atau kaki terkena alat Hal ini dikarenakan pada saat bekerja para pekerja seringkali melakukan tinda- 35

Sanitas: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.9, No.1, Agustus 2017, pp.31-37 kan yang tidak aman sehingga mengabaikan keselamatan diri sendiri. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa tata letak alat mempengaruhi terjadinya kecelakaan Tata letak alat yang membahayakan pekerja dapat menyebabkan kecelakaan Hasil analisis menggunakan uji statistik korelasi Pearson memperoleh p-value < 0,001; yang menunjukkan bahwa korelasi antara tata letak alat dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bermakna secara statistik. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian berlangsung peralatan yang telah diatur oleh pihak perusahaan tidak menyesuaikan dengan postur tubuh tenaga kerja seperti: letak alat yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan Tata letak yang baik akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Koefisien korelasi sebesar 0,615 pada hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang kuat antara tata letak alat dengan kecelakaan Arah hubungan yang positif pada hasil uji ini memperkuat bahwa tata letak alat yang tidak sesuai dengan kondisi tenaga kerja dapat menjadi penyebab ter-- jadinya kecelakaan Hubungan yang searah antara tata letak alat dan kejadian kecelakaan kerja berarti semakin tinggi bahaya tata letak alat, maka semakin tinggi kejadian kecelakaan Hasil penelitian menunjukkan peralatan kerja yang berbahaya memiliki faktor risiko kecelakaan kerja 40 kali lebih besar dibandingkan tata letak yang tidak berbahaya. Jenis kecelakaan kerja yang dialami di antaranya adalah tertimpa alat kerja serta tangan atau kaki terkena alat kerja Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja, seluruhnya belum memiliki pengaman mesin, sehingga tidak dapat dilakukan analisis hubungan. Pada saat penelitian berlangsung, kondisi mesin yang digunakan seluruhnya belum memiliki pengaman yang memadai sehingga tidak ada penghalang antara tenaga kerja dengan mesin yang digunakan. Kasus kecelakaan kerja yang diakibatkan karena tidak adanya pengaman mesin berjumlah 19 kasus, dengan jenis kecelakaan kerja adalah tangan atau kaki terkena alat Pengaman mesin memiliki peran terhadap terjadinya kecelakaan akibat Pekerja yang menggunakan peralatan kerja tanpa pengaman mesin memiliki faktor risiko kecelakaan yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peralatan kerja yang belum memiliki pengaman mesin menimbulkan kecelakaan kerja, di antaranya adalah tertimpa alat kerja serta tangan atau kaki terkena alat Hal ini dikarenakan pada alat tersebut belum ada mekanisme yang melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan oleh mesin yang digunakan. Pengaman mesin yang memadai harus dipasang pada mesin atau peralatan yang memiliki komponen berputar atau bergerak, dimana terdapat kemungkinan pekerja secara tidak sengaja menyentuh komponen tersebut, yang bisa mengakibatkan cedera serius. Pada mesin bergerak atau berputar umumnya bagian mesin yang berbahaya seperti roda gigi, sudah dipasang pelindung berupa tutup pengaman. Namun, tidak sedikit pekerja atau operator yang dengan sengaja membuka tutup pengaman tersebut dengan alasan untuk efisiensi kerja tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) ada hubungan yang lemah dan berarah negatif antara penggunaan APD dan kecelakaan kerja; 2) ada hubungan yang lemah dan berarah negatif antara perilaku kerja dan kecelakaan kerja; 3) ada hubungan yang kuat dan berarah positif antara tata letak alat dan kecelakaan kerja; 4) peralatan kerja yang tidak terdapat pengaman mesin memiliki pro-sentase kecelakaan kerja sebanyak 67,3 % atau dialami oleh 70 responden. SARAN Manajemen PT Indotama disarankan untuk: 1) memberikan penyuluhan 36

Pravitra, Bagyono & Hendrarini, Analisis Faktor Risiko pada tenaga kerja mengenai pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja; 2) memberikan sanksi pada tenaga kerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja; 3) melakukan pengawasan pada tenaga kerja pada saat bekerja; 4) melakukan kajian mengenai tata letak mesin dan peralatan produksi yang perlu diatur sehingga memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan kerja; 5) melengkapi peralatan yang digunakan pada saat bekerja menggunakan pengaman mesin Adapun bagi para tenaga kerja, dirasa perlu untuk: 1) meningkatkan penggunaan APD pada saat bekerja; 2) memperbaiki perilaku yang tidak baik pada saat bekerja, misalnya seperti bekerja sesuai dengan aturan. DAFTAR PUSTAKA 1. Waruwu, S. F., 2016. Analisis Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 2. Buntarto, Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Industri, Pustaka Baru Press, Yogyakarta. 3. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. 4. Permenaker No.03/Men/1998 Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. 5. Suma mur, 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Sagung Seto, Jakarta. 6. Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri, Yogyakarta. 37