Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999)

Jurnal Teknik Sipil ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KONDISI KEMANTAPAN JALAN DENGAN LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA PADA JALAN ARTERI SEKUNDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 METODOLOGI. Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata,

2015 ANALISA KINERJA STRUKTUR PERKERASAN LENTUR JALAN TOL JAKARTA CIKAMPEK

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Metodologi Penelitian

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kementerian PUPR Siap Layani Pemudik pada Jalan Nasional Padang By Pass Bukit Tinggi Batas Riau

EVALUASI KONDISI JALAN KABUPATEN SECARA VISUAL DENGAN KOMBINASI NILAI IRI DAN SDI

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

MENJADI PROVINSI YANG BERDAYA SAING MENUJU SUMATERA UTARA SEJAHTERA

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

TATA CARA SURVAI KERATAAN PERMUKAAN PERKERASAN JALAN DENGAN ALAT UKUR KERATAAN NAASRA

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. R. Nur Sholech E W / I-1

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Materi laporan yang disampaikan:

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006), hampir 83% pergerakan barang di Indonesia terjadi di pulau Jawa, 10% di

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

ANALISA KONDISI KEMANTAPAN JALAN NASIONAL PROVINSI RIAU TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DAN ALOKASI ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.4 Uji Laik Fungsi Jalan Teknis Geometrik Jalan Teknis Struktur Perkerasan Jalan Teknis Struktur Bangunan

ANALISIS KINERJA JALAN TANJUNG ANOM DALEMAN KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

PELAPORAN DAN FORMAT LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN SKPD DAK SERTA MEKANISME PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN SKPD DAK

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB VI SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITI

Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RAPAT EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2015 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI III-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI DATA KONDISI JALAN KE DALAM APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN

PERAN INFRASTRUKTUR JALAN PANTURA JAWA DALAM RANGKA MENDUKUNG PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung I - 1

OPTIMASI PENGELOLAAN JARINGAN JALAN PROVINSI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM INTEGRATED ROAD MANAGEMENT SYSTEM (IRMS)

Kebijakan & Strategi. :. KEBIJAKAN Kebijakan Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Jaringan jalan dan jembatan merupakan urat nadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan stabilitas nasional, serta upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan. Selain itu, jalan juga berperan penting dalam membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional. Perbaikan infrastruktur jalan akan dibutuhkan untuk melayani tuntutan akibat pergerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya diwilayah Provinsi Sumatera Barat, dimana telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat berdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2015 seperti terlihat pada Gambar 1.1 di bawah ini : Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun 2011-2014 (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015) Secara keseluruhan, keadaan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat terus menurun dari tahun ketahunnya, hal ini ditunjukan oleh grafik pada Gambar 1.1 diatas yang menunjukkan angka Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto 1

(PDRB) Provinsi Sumatera Barat yang selalu menurun setiap tahunnya dari tahun 2011 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,34 persen, 2012 menurun 6,31 persen, dan semakin turun di tahun 2014 menjadi 5,85 persen. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah ini perlu ditingkatkan dengan didukung oleh infrastruktur yang memadai. Dana yang dialokasikan biasanya tidak mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan penanganan jalan yang diperlukan dan harus didistribusikan secara proporsional. Ruas jalan nasional di Provinsi Sumatera Barat mencapai 1212,89 Km berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 631/KPTS/M/2009, yang terbagi atas jaringan jalan Lintas Tengah Sumatera sepanjang 399,489 km dan Lintas Barat Sumatera sepanjang 552,522 km di Lintas Barat Sumatera. Berdasarkan data dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II tahun 2014 ini untuk semester 1 kondisi mantap sebesar 95,78 persen dan tidak mantap 4,22 persen dari total panjang jalan nasional di Provinsi Sumatera Barat. Data ini belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, dimana untuk Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 ini kemantapan jalan nasional ditargetkan sebesar 100 persen. Capaian target kemantapan Jalan Nasional Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini : Gambar 1.2 Kondisi Kemantapan Jalan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2014 Sumber : Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II (2011-2014) 2

Berdasarkan Gambar 1.2 diatas bisa dilihat pada tahun 2011 terjadi deviasi yang cukup besar antara target dan realisasi yakni sebesar 9.52 persen. Mencapai tahun 2012 deviasi sedikit turun menjadi 7,67 persen. Tahun 2013 deviasi menjadi 4,68 persen dan semakin turun pada tahun 2014 yakni 4,22 persen. Tuntutan adanya penyediaan jalan yang memadai seperti disebutkan diatas merupakan hal yang sangat penting, untuk itu perlu dilakukan penanganan yang tepat seperti misalnya melalui : pembangunan jalan dan jembatan, penambahan kapasitas jalan, pemeliharaan jalan dan perbaikan manajemen lalu lintas dengan pembangunan fly over maupun underpass. Hal ini mengingat prasarana jalan dan jembatan memiliki peran strategis untuk kemajuan masyarakat. Untuk dapat melakukan penanganan yang tepat tersebut, maka sebelumnya harus diketahui kondisi dari jalan tersebut misalnya jalan berlubang dilakukan tambalan, jalan yang kapasitasnya sudah tidak memadai akan dilakukan pelebaran, jalan tanah dilakukan pembangunan jalan baru, sedangkan jalan yang retak bisa dilakukan pemeliharaan rutin ataupun berkala. Semakin besar kerusakan yang dialami suatu jalan maka semakin besar biaya yang dibutuhkan, untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan rutin secara teratur agar kerusakan kecil dapat cepat tertangani sehingga tidak berkembang menjadi kerusakan yang besar dan menghemat biaya penanganan jalan. Kerusakan jalan dapat diukur dengan nilai IRI (International Roughness Index) yaitu nilai kekasaran permukaan jalan dengan rentang nilai 4-12, dimana semakin besar nilainya maka semakin besar kerusakan jalan tersebut dan juga akan semakin besar biaya penanganan yang dibutuhkan. Nilai IRI sangat penting untuk kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan serta menjadi pedoman dalam pemilihan jenis penanganan jalan. Nilai IRI di tiap ruas jalan akan berbeda beda walaupun umur jalan sama, untuk itu perlu dikaji variabel apa saja yang paling mempengaruhi nilai IRI tersebut sehingga dalam pengambilan keputusan pada masa yang akan datang bisa mempertimbangkan dengan baik variabel variabel tersebut. 3

1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Membuat model berdasarkan hubungan IRI (International Roughness Index) dengan yang mempengaruhinya. 2. Mengevaluasi beberapa variabel yang mempengaruhi nilai IRI (International Roughness Index) berdasarkan pemodelan yang didapatkan. 1.3 Batasan Masalah Demi tercapainya tujuan penelitian ini diperlukan suatu batasan dalam penulisan. Adapun ruang lingkup penulisan yang dijadikan sebagai batasan dalam penulisan adalah : 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2011 2014, dengan rincian data : nilai IRI (International Roughness Index), SDI (Surface Distress Index ), Lalu Lintas Harian Rata Rata (LHR), jumlah kendaraan berat, lebar jalan dan data curah hujan. 2. Data ruas jalan yang diteliti adalah 90 ruas jalan nasional di Provinsi Sumatera Barat sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 631 / KPTS / M / 2009 tanggal 31 Desember 2009. 3. Data IRI, SDI, LHR, Lebar Jalan, dan jumlah kendaraan berat diambil dari hasil survey kekasaran permukaan jalan dengan alat ukur NAASRA (National Association of Australian State Road Authorities) yang dilakukan oleh Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan program IRMS. 4. Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan per kabupaten yang diambil dari data Badan Pusat Statistik (BPS) di Provinsi Sumatera Barat. 5. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber tanpa melakukan survey di lapangan. 6. Penelitian ini tidak menyertakan kondisi dan fungsi dari drainase jalan dan variabel dari efek force majeur atau kejadian luar biasa seperti bencana alam, hari libur dan lainnya. 4

7. Penelitian ini tidak memperhitungkan biaya penanganan jalan dan tidak mengkaji kerusakan struktural jalan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun penelitian mengenai Studi Pemodelan IRI (International Roughness Index) Pada Ruas Jalan Nasional Provinsi Sumatera Barat ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Eksekutif di level manajemen perkerasan pemeliharaan jalan nasional, sebagai acuan untuk membantu dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pemeliharaan perkerasan jalan. 2. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II, sebagai acuan untuk penanganan ruas jalan nasional di Provinsi Sumatera Barat, dengan penelitian ini diharapkan strategi penanganan terhadap kerusakan jalan bisa lebih optimal dan tepat sasaran sehingga jalan yang ada bisa tertangani dengan baik sekaligus bisa menghemat biaya. 3. Pihak pelaksana, menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan perkerasan jalan nasional. 5