BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Yenny Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Sistem transportasi yang handal, dengan memiliki kemampuan daya dukung struktur tinggi dan kemampuan jaringan yang efektif dan efisien, dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah, pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang, dan jasa. Infrastruktur jalan sebagai unsur bagian dari sistem transportasi, sehingga infrastruktur jalan memiliki peran yang sangat vital dalam transportasi nasional. Hal lain yang menjadi bukti bahwa infrastruktur jalan sangat vital adalah Renstra Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum mencatat bahwa jalan melayani sekitar 92% angkutan penumpang dan 90% angkutan barang pada jaringan jalan yang ada, oleh karena itu infrastruktur jalan nasional dituntut memiliki mutu yang mantap, seperti kondisi jalan yang baik (tidak berlubang), tidak macet (lancar setiap waktu), dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan), jalan memiliki aksebilitas yang baik (tersedianya jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan), jalan yang berkeselamatan (tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat). Jalan nasional yang mantap diwujudkan dengan 3 (tiga) usaha, yaitu melalui (1) pemeliharaan jalan nasional; (2) peningkatan jalan nasional; dan (3) pembangunan jalan baru. Kegiatan mewujutkan jalan nasional yang mantap melibatkan dua pihak yaitu penyedia jasa dan pengguna jasa. Penyedia jasa terdiri dari kontraktor, konsultan supervisi dan konsultan perencana sedangkan pengguna jasa yaitu pemerintah pusat yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan organisasi Kementerian Negara, pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Direktorat Jenderal Bina Marga memiliki tugas pokok mampu menyediakan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan serta 1
2 2 mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial demi tercapainya Indonesia yang aman, adil dan demokratis serta lebih sejahtera melalui pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengusahaan dan pengawasan yang meliputi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan Subbidang Bina marga menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2011 tentang pedoman pelaksanaan kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri, dilaksanakan melalui Satuan Kerja. Satuan Kerja terdiri atas Pejabat-Pejabat Inti, yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum selaku pengguna anggaran. Pejabat Inti Satuan Kerja terdiri atas : (1) Kasatker/Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang; (2) Pejabat Pemungut Penerimaan Negara; (3) Pejabat Pembuat Komitmen; (4) Pejabat yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran; (5) Bendahara Penerima; (6) Bendahara Pengeluaran. Keberhasilan Direktorat Jenderal Bina Marga mewujudkan jalan nasional yang bermutu, menurut Pertama dan Sudibya (2012) ditentukan oleh orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah bagian dari organisasi Direktorat Jenderal Bina Marga yang menjadi wakil pemerintah di lapangan dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan jalan dan pelaksanaan pemeliharaan terhadap aset jalan pemerintah pusat, sehingga PPK merupakan penentu keberhasilan Direktorat Jenderal Bina Marga dalam mewujudkan jalan nasional yang bermutu. Hal yang sama diungkapkan dalam Permen PU Nomor : 14/PRT/M/2011 tentang pedoman pelaksanaan kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri, dalam pasal-pasalnya dapat diambil kesimpulan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen merupakan jabatan yang mempunyai peranan penting dalam pencapain mutu jalan nasional, hal tersebut terkait dengan tugasnya sebagai pelaksanaan kontrak, sekaligus pengendalian dalam pelaksanaan kontrak dan bertanggungjawab terhadap kualitas dari material yang digunakan dalam pembangunan maupun pemeliharaan jalan nasional, oleh karena itu PPK dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja mereka yang sudah baik.
3 3 Bosswell dan Boudreau (2002) dalam Pertama dan Sudibya (2012) menyatakan bahwa penilaian kinerja dianggap sebagai salah satu praktek yang paling penting dalam pengelolaan sumber daya manusia, terutama dalam menjaga dan meningkatkan kinerja sumber daya manusia yang sudah baik. Cara penilaian kinerja yang dilakukan selama ini oleh pemerintah antara lain dengan DP-3. DP-3 adalah daftar penilaian pelaksanaan kerja yang bertujuan mengevaluasi tingkat pelaksanaan pekerjaan atau unjuk kerja (perfomance appraisal) seorang pegawai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 10 Tahun 1979 tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Penilaian kinerja PPK dengan DP-3 berdasarkan pada atribut indikator kesetiaan, prestasi, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa, kepemimpinan. Seiring berjalannya waktu penilaian kinerja dengan DP-3 dirasakan hanya sebagai formalitas saja, sehingga penilaian kinerja tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, dan akan selalu dalam keadaan baik. Hal tersebut bertolak belakang terhadap kenyataan mutu jalan nasional. Mulyono (2013) menyatakan bahwa dalam mewujudkan jalan nasional yang bermutu, dalam penanganan jalan nasional harus berbasis SIDLACOM, tatapi pada kenyataan dilapangan penanganan jalan nasional belum berbasis SIDLACOM, seperti (1) tidak semua hasil perencanaan berbasis akurasi data; (2) tidak semua analisis teknis berbasis akar masalah; (3) DED belum berbasis kelaikan fungsi; (4) Konflik lahan menghambat proses pembangunan; (5) capaian realisasi belum relevan dengan sasaran program; (6) penilaian mutu berbasis PHO dan FHO; (7) lemahnya pengendalian beban dan pembiaran gangguan rumija; (8) pemeliharaan rutin belum menyentuh aspek struktural. Jalan nasional yang mantap dapat terwujud dengan perubahan penanganan jalan nasional yang dilakukan PPK, dari yang tidak berbasis SIDLACOM ke penanganan jalan berbasis SIDLACOM, sehingga diharapkan kedepannya hasil perencanaan harus berbasis akurasi data yang up to date, analisis teknis harus berbasis akar masalah, DED berbasis kelaikan fungsi secara teknis, pengadaan lahan berbasis kelaikan fungsi secara administratif, adanya relevansi antara
4 4 sasaran program dan realisasi lapangan, penilaian mutu berbasis performace, pengendalian beban dan gangguan rumija, responsivitas cepat terhadap kerusakan. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V memiliki wilayah kerja yang luas, meliputi jalan nasional pada Provinsi D. I. Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur. Panjang jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V berdasarkan hasil survei kondisi jalan tahun 2013 sebagai berikut : (1) panjang jalan nasional Provinsi jawa timur : 2027,005 Km; (2) panjang jalan nasional Provinsi Jawa Tengah : 2232,161 Km; (3) panjang jalan nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta : 223,161 Km, sehingga total panjang jalan nasional di seluruh wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V : 3640,737 Km. Jalan nasional di kerja wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V memiliki fungsi yang sangat vital sebagai penghubung kegiatan perekonomian, sosial budaya di provinsi jawa jengah, jawa timur dan D.I.Yogyakarta. Berdasarkan total panjang jalan nasional yang ditangani dan fungsinya yang sangat vital, maka diperlukan kinerja yang baik dari SDM pengelola jalan nasional di wilayah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V, terutama dalam hal ini PPK sebagai manajer ruas. Berdasarkan uraian latar belakang, maka diperlukan untuk mengetahui pengaruh atribut SIDLACOM terhadap penilaian kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V dan tingkat penanganan atribut tersebut. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah yang terkait dengan pengaruh atribut SIDLACOM terhadap penilaian kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V, sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh atribut indikator survei data dan informasi terhadap penilaian kinerja PPK jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V dan penerapannya
5 5 2. Bagaimana pengaruh atribut indikator investigasi permasalahan lapangan terhadap penilaian kinerja Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di 3. Bagaimana pengaruh atribut indikator perencanaan teknis terkait dengan DED terhadap penilaian kinerja Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di 4. Bagaimana pengaruh atribut indikator pengadaan lahan jalan (pembebasan lahan) terhadap penilaian kinerja Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di 5. Bagaimana pengaruh atribut indikator pencapaian program kerja terhadap penilaian kinerja Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V dan penerapannya 6. Bagaimana pengaruh atribut indikator pemeriksaan rutin pelaksanaan proyek terhadap penilaian kinerja Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di 7. Bagaimana pengaruh atribut indikator pemeriksaan kondisi jalan selama masa pakai terhadap penilaian kinerja Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di 8. Bagaimana pengaruh atribut indikator pemeliharaan bangunan konstruksi jalan terhadap penilaian kinerja Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian pengaruh atribut SIDLACOM terhadap penilaian kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di
6 6 wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V adalah untuk mengetahui : 1. Atribut indikator survei data dan informasi apa saja yang berpengaruh terhadap penilaian kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V dan belum tertangani saat ini? 2. Atribut indikator investigasi permasalahan lapangan apa saja yang 3. Atribut indikator perencanaan teknis jalan terkait dengan DED apa saja yang belum tertangani saat ini berserta solusinya? 4. Atribut indikator pengadaan lahan jalan (pembebasan lahan) apa saja yang 5. Atribut indikator pencapaian program kerja apa saja yang berpengaruh terhadap penilaian kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V dan belum tertangani saat ini? 6. Atribut indikator pemeriksaan rutin pelaksanaan proyek apa saja yang 7. Atribut indikator pemeriksaan kondisi jalan selama masa pakai apa saja yang
7 7 8. Atribut indikator pemeliharaan bangunan konstruksi jalan apa saja yang D. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian pengaruh atribut SIDLACOM terhadap penilaian kinerja (Pejabat Pembuat Komitmen) PPK jalan nasional (studi kasus : PPK di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V), adalah : memberikan sumbangan pemikiran tentang upaya peningkatan kualitas kinerja PPK dalam pencapaian mutu jalan nasional yang berbasis SIDLACOM di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V. Manfaat praktis yang didapat dari penelitian pengaruh atribut SIDLACOM terhadap penilaian kinerja (Pejabat Pembuat Komitmen) PPK jalan nasional (studi kasus : PPK di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V), adalah : Supaya PPK di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V meningkatkan kinerjanya dalam usaha mencapai jalan nasional yang bermutu. E. Batasan Penelitian Batasan pada penelitian pengaruh atribut SIDLACOM terhadap penilaian kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan hanya pada PPK preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V. 2. Data dan informasi diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V. 3. Penenlitian pengaruh atribut indikator SIDLACOM terhadap penilaian kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V di batasi oleh waktu.
8 8 F. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu yang telah dilakukan yang terkait dengan kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada pelaksanaan preservasi dan peningkatan jalan, adalah : 1. Rahmawanto dkk (2012) telah melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada SATKER APBN dan SKPD Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui faktor yang sangat mempengaruhi kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada SATKER APBN dan SKPD Provinsi Kalimantan Timur, yang ditinjau dari faktor lokasi, faktor anggaran, faktor peralatan, faktor personil dan faktor rekanan. Lokasi penelitian di Kalimantan Timur dan objek studi penelitian adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang tergabung dalam Satuan Kerja APBN dan SKPD di Provinsi Kalimantan Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara metode kualitatif dan metode kuantitatif. 2. Penelitian yang telah dilakukan Badri dan Fitri (2012), membahas tentang pengaruh komunikasi, pengawasan dan keahlian terhadap kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam Proyek APBN di Sumatera Selatan. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi, pengawasan dan keahlian secara bersamaan maupun spasial terhadap kinerja PPK. Lokasi penelitian di Sumatera Selatan dan objek studi penelitian adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam proyek APBN di Sumatera Selatan yang tergabung dalam Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III. Metode penelitian yang digunakan adalah multiple regression model. 3. Penelitian yang telah dilakukan Lazim dan Triyaningsih (2013), membahas tentang pengaruh pendidikan formal, motivasi dan pendidikan pelatihan terhadap kinerja petugas pengawasa di lingkungan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan formal dan pendidikan pelatihan terhadap kinerja petugas pengawas lingkungan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Lokasi penelitian di Solo dan objek studi penelitian adalah Petugas Pengawas
9 9 di lingkungan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Metode penelitian yang digunakan adalah multiple regression model.
BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM
IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM Anggoro Ary Sutio MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 anggoro_ary_sutio@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan
LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan bagian penting karena berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014 disebutkan bahwa Kementerian
Lebih terperinciPENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO
PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-PJN PROVINSI GORONTALO Rahmat MSTT-JTSL Fakultas Teknik Uiversitas Gadjah Mada, Yogyakarta Telp:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
Lebih terperinci2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging
No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
147 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian Analisis Kelaikan Fungsi Jalan Secara Teknis dengan Metode Kuantitatif dimaksudkan untuk menilai fungsi suatu ruas jalan ditinjau dari segi teknis.
Lebih terperinciBAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.
BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII
BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Lebih terperinci2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL...
DAFTAR ISI 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xxx DAFTAR
Lebih terperinciBAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO
BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO Uraian Pendahuluan 1. Latar Belakang Rancangan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo memuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 dan merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian negara harus ditingkatkan agar tidak terpuruk karena adanya perdagangan bebas, cara untuk memperkuat perekonomian Negara adalah dengan meningkatkan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN. 1 Pendahuluan
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN 1 Pendahuluan Jalan merupakan kekayaan atau aset yang sangat besar yang secara tradisional dikelola
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU
+ 1 PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lebih terperinciBendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan
Rilis PUPR #2 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/343 Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan Jakarta--Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada
Lebih terperinciFORMULIR TATA CARA PENGAWASAN JALAN FORMULIR A.1. PENGAWASAN SISTEM JARINGAN JALAN, SISTEM PEMROGRAMAN, DAN SISTEM PENGANGGARAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN FORMULIR TATA CARA PENGAWASAN JALAN FORMULIR A.1. PENGAWASAN SISTEM JARINGAN JALAN, SISTEM PEMROGRAMAN,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M Purwodadi, 15 Juli 2014 Purwodadi, Juli 2014 APBD PENETAPAN : Rp. 55.831.155.000,00 VISI DINAS BINA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai merupakan proses kegiatan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi tingkat pelaksanaan pekerjaan atau unjuk kerja (perfomance appraisal)
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. Abdul Rachman Magister
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman.
No.103, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.05/2009
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 A. Latar Belakang Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun
Lebih terperinciBAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU. 2.1 Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU 2.1 Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD Evaluasi Hasil Pelaksanaan rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi jalan sebagai bagian utama dari pembangunan infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana jalan sangat mempengaruhi kehidupan baik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebelum berlakunya paket Undang-undang di bidang keuangan Negara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum berlakunya paket Undang-undang di bidang keuangan Negara, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengharuskan pertanggungjawaban pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM S ebagai upaya untuk merespons terhadap berbagai perubahan, baik yang terkait perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang berkembang dalam masyarakat dan adanya tuntutan
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) SHOW CAUSE MEETING (SCM)
STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) DOKUMEN TANGGAL : DJBM/SMM/PP/16 : 19 Juli2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/16 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan jalan dibutuhkan beberapa jenis peralatan untuk membantu pekerja lapangan dalam melaksanakan tugasnya. Peralatan dibutuhkan karena
Lebih terperinciBAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi
H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 17/PRT/M/2012 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUMM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 17/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAN PENETAPAN KINERJA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciGambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi
Lebih terperinciPROFIL BIRO KEUANGAN
PROFIL BIRO KEUANGAN Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan, penyusunan laporan keuangan kementerian, pembinaan pengusahaan Badan Usaha Milik Negara/Perum,
Lebih terperinciBAB III METODE PENULISAN. analisis kualitatif diguanakan untuk memecahkan persoalan yang ada yaitu
13 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Sumber yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. satu Balai yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung (BBWS MS) merupakan salah satu Balai yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
Lebih terperinciKESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN
KESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN Andri Budilukito MSTT-DTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Yogyakarta 55281 Tlp. (0274) 545675
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Perangkat Daerah Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Lamongan merupakan unsur pelaksana teknis urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201
No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1639, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Struktural. PNS. Standar Kopetensi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 101 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PERIKANAN (P4) (TAHUN ANGGARAN BERJALAN)
FORMULIR ISIAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PERIKANAN (P4) (TAHUN ANGGARAN BERJALAN) A. DATA UMUM 1. Formulir Untuk Bulan :... 2. Nama Pelabuhan Perikanan :... 3. Alamat Pelabuhan Perikanan :.........
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi
16. URUSAN PERHUBUNGAN a. Program dan Kegiatan. Program pokok urusan Perhubungan tahun 2012 yang dilaksanakan yaitu: 1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 603/PRT/M/2005 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 603/PRT/M/2005 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA BIDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menuju kepada masyarakat yang beorientasi kerja, yang memandang kerja adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia mempunyai kedudukan semakin penting pada keadaan masyarakat yang selalu dinamis, terlebih lagi kondisi saat ini sedang berada atau sedang menuju
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TERM OF REFERENCES (TOR)
KOP PERUSAHAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TERM OF REFERENCES (TOR) PEKERJAAN : PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HOTMIX SANGOWO LOKASI PEKERJAAN : SANGOWO KECAMATAN MOROTAI TIMUR SUMBER DANA : APBD TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan ( SAP ) yang telah diterima secara umum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang memiliki sistem dan prosedur penatausahaan pengelolaan keuangan yang baik dan efektif. Setiap negara pasti membutuhkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL
IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL (Studi Kasus: Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung, di Wilayah Kerja BBPJN-III) Syahputra Amaldani Ginting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi semakin kompleks dan membutuhkan biaya besar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek konstruksi semakin kompleks dan membutuhkan biaya besar, sehingga membutuhkan perhatian dalam pengelolaan waktu dan sumber daya yang lebih baik. Setiap proyek
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PRT/M/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 15/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klaten merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami perkembangan yang sangat pesat dari aspek ekonomi, pembangunan dan infrastruktur. Disamping itu kemajuan
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciTahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )
H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada 114⁰19 13 BT - 116⁰33 28 BT dan - 1⁰21 49 LS - 4⁰10 14 LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai
Lebih terperinciRencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENjA-SKPD) Tahun 2017 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Lamongan
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2015 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KAB. LAMONGAN 2.1.Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun 2015 dan Capaian Renstra SKPD Program kegiatan pembangunan dan tingkat
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN JALAN
IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN JALAN (PADA ACARA PERINGATAN HARI KORBAN KECELAKAAN LALU-LINTAS SEDUNIA) IR. SUHARDI, M.SC DIREKTUR BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Jakarta, 21 November 2012
Lebih terperinci2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201
No.1216, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Perumahan Umum. Bantuan. Prasarana. Sarana. Utilitas Umum. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA Alamat : Kompleks Perkantoran Pemkab km.12,5 Kecamatan Muara Beliti RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PU BINA MARGA KABUPATEN
Lebih terperinciRilis PUPR #2 18 Desember 2017 SP.BIRKOM/XII/2017/615. Belanja Infrastruktur Kementerian PUPR Tahun 2018 Berorientasi Hasil dan Manfaat Bagi Publik
Rilis PUPR #2 18 Desember 2017 SP.BIRKOM/XII/2017/615 Belanja Infrastruktur Kementerian PUPR Tahun 2018 Berorientasi Hasil dan Manfaat Bagi Publik Jakarta--Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
163 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis terhadap penilaian kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja
Lebih terperinciMENJADI PROVINSI YANG BERDAYA SAING MENUJU SUMATERA UTARA SEJAHTERA
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI SKPD 4.1.1. Visi Visi merupakan pernyataan cita-cita atau impian terhadap sebuah kondisi yang ingin dicapai di masa akan
Lebih terperinciJakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruas jalan Toyan Karangnongko merupakan ruas jalan nasional yang ditangani oleh Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi D.I. Yogyakarta yang berlokasi di Kab. Kulonprogo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya sebuah proyek, mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu dan sudah terjadwal, kapan pelaksanaan proyek harus dimulai, dan kapan harus
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA TEKNIK
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA TEKNIK FAKTOR KUNCI PENYELENGGARAAN JALAN Penegakan Hukum dan Peraturan Penggunaan Jalan Jaringan Jalan mendukung Pengelolaan Tata
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS
Lebih terperinciterukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.
1. Evaluasi Kinerja Tujuan 1: Optimalisasi peran (koordinasi, sistem informasi, data, SDM, kelembagaan dan administrasi) dan akuntabilitas kinerja aparatur untuk meningkatkan efektivitasdan efisiensi pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11/PRT/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11/PRT/M/2006 TENTANG WEWENANG DAN TUGAS PENYELENGGARAAN JALAN TOL PADA DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, BADAN PENGATUR JALAN TOL DAN BADAN USAHA JALAN TOL DENGAN
Lebih terperinci2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan
No.611, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penggunaan Dana Badan Usaha Terlebih Dahulu. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Bendungan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Lebih terperinciLAPORAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. PADA ACARA PERESMIAN JEMBATAN KAPUAS TAYAN Kabupaten Sanggau, 22 Maret 2016
LAPORAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PADA ACARA PERESMIAN JEMBATAN KAPUAS TAYAN Kabupaten Sanggau, 22 Maret 2016 Yang saya hormati : 1. Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Hj.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan desentralisasi, membuat pemerintah daerah harus mampu menjalankan berbagai kewenangan yang selama ini dijalankan oleh pemerintah pusat, seiring dengan pelayanan
Lebih terperinciAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang 1316 Km, ruas jalan Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan urat nadi perekonomian nasional yang menghubungkan lima provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa
Lebih terperinciOleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF A. Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan
RINGKASAN EKSEKUTIF 2434.001.001.107-A Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan
Lebih terperinciOwner (Pemilik Proyek)
Owner (Pemilik Proyek) Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor (Pelaksana Proyek PIHAK TERKAIT seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang :
Lebih terperinciPCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN
PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN 1) Diagnosis Analysis Infrastruktur jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang dominan
Lebih terperinciBIMBINGAN TEKNIK PERENCANAAN PRESERVASI JEMBATAN
STRATEGI PENCAPAIAN MUTU, MENGHINDARI KEGAGALAN BANGUNAN, RMP & RMK SUBDIT TEKNIK JEMBATAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA BIMBINGAN TEKNIK PERENCANAAN PRESERVASI JEMBATAN 1 PERKEMBANGAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN
Lebih terperinciBAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu
BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pagu anggaran yang dapat direalisasikan dapat mencerminkan berjalannya fungsi-fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Anggaran merupakan bagian dari siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu indikator penting untuk mengetahui kinerja APBN adalah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
Lebih terperinci