ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

EVALUASI REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

Disusun oleh: B

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS PEMETAAN KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA PROPINSI JAMBI. Selamet Rahmadi

Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim. (2004). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN.

EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Daftar Referensi. Halim, Abdul Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN.

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

ANALISIS PERTUMBUHAN REALISASI PENERIMAAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA BATU

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA

EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SERANG (TAHUN ANGGARAN )

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

Nama : Rizka Novri Hardiyanti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dyah Mieta Setyawati, SE.,MMSI

Perhitungan Perosentase Pajak Daerah. Tahun Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

ABSTRAK. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum dengan Belanja Modal di Jawa Barat. Oleh : Ikin Solikin, SE., MSi. Ak.

Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun

IMPLEMENTASI PERDA KOTA DUMAI TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SETELAH DIBERLAKUKANYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Simpulan. analisis efektivitas penerimaan pajak reklame dan kontribusinya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

Albertus Adhika Manggala YB. Sigit Hutomo

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO

Oleh: Vita Amaliah Hakim Pembimbing: Iman Pirman Hidayat, SE.,M.Si.,Ak R. Neneng Rina A.,SE.,MM. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET)

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo. Usman

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA PERIODE Ary Anjani Denis 1 Mesak Iek 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memudahkan penulis menganalisis dan menarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

MACHDANIYATUL AZIZAH B

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BREBES PADA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB VI PENUTUP. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan kontribusi sebesar 118,2%,

Oleh: Uyik Retnaning Sayekti Politeknik Kediri. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

Transkripsi:

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN Jaya Kusuma Edy 1), Wahyu Rohayati 2) 1) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi, 2) Dosen FISIPOL Universitas Jambi, ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Kontribusi Retribusi Jasa Umum Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun. Tujun penelitian ini adalah Untuk Mengetahui dan Menganalisis Kontribusi Retribusi Jasa Umum Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun. Metode pengumpulan data padapenilitian ini dilakukan dengan penelusuran data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Sesuai permasalahan dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Sehingga diperoleh suatu gambaran tentang Kontribusi Retribusi Jasa Umum, baik yang berwujud dalam angka maupun yang tidak berwujud dalam angka yang merupakan penjabaran terhadap data yang dikumpulkan dalam bentuk keterangan-keterangan, penjelasan dan pembahasan secara tertulis. Hasil penelitian rata-rata Penerimaan retribusi jasa umum tahun 2011 sampai dengan 2015 sebesar 8,99%, efektivitas penerimaan retribusi jasa umum selama tahun 2011-2015 memiliki rata-rata nilai efektivitas sebesar 79,84% artinya cukup efektif, penerimaan retribusi jasa umum selama tahun anggaran 2011-2017 memberikan kontribusi terhadap PAD dengan rata-rata sebesar 10,01% pertahun yang dapat dikatakan berkriteria sangat kurang berkontribusi terhadap PAD Kabupaten Sarolangun. Kata Kunci : kontribusi, retribusi, jasa umum, pendapatan asli daerah Latar Belakang Sebagai proses yang berkelanjutan, pembangunan dilakukan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pemerintah perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Pembangunan yang dimaksud dapat dilaksanakan dengan lancar apabila ada sumber dana yang mendukung. Dalam melaksanakan pembangunan negara, pemerintah sangat membutuhkan dana yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas untuk kepentingan masyarakat dan kegiatan lain untuk menunjang keberlangsungan suatu pembangunan nasional. Dana-dana yang dibutuhkan tersebut dapat diperoleh melalui sumber penerimaan pajak negara, keuntungan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau melalui pinjaman dari luar negeri. Daerah memerlukan sumber-sumber dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan daerah. Hal ini didukung oleh diberlakukannya kebijakan otonomi daerah yang menghendaki setiap daerah untuk lebih kreatif dalam mencari sumber pendapatan asli daerah. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyebutkan bahwa pemerintah dan masyarakat di daerah diberikan hak, kewajiban, dan wewenang dalam mengurus rumah tangga pemerintahannya sendiri secara bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan, termasuk dalam mengelola kekayaan daerah, memungut pajak dan retribusi daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lainnya yang sah. Dalam konteks otonomi daerah, dalam hal pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola dan mencari sumber pendapatan yang berasal dari daerah sendiri, yang dinamakan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan asli daerah sangat berperan penting dalam melaksanakan otonomi daerah seperti melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah, sehingga diharapkan pendapatan asli daerah ini dapat menjadi sumber utama dalam anggaran rumah tangga daerah. Peningkatan PAD tentunya tidak terlepas dari peranan masing-masing komponen pendapatan asli daerah. Komponen-komponen yang ada seperti penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan penerimaan daerah lainnya merupakan beberapa komponen yang menjadi sumber penerimaan daerah yang akan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Salah satu dari keempat pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah. Seperti pendapatan asli daerah lainnya, retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan yang diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah setiap tahunnya, dan mampu berkontribusi besar terhadap pembangunan daerah. Dengan adanya kontribusi yang besar dari pendapatan retribusi daerah, diharapkan pengembalian retribusi daerah melalui mekanisme belanja daerah dapat berjalan secara maksimal dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan di lembaga daerah. Kabupaten Sarolangun berpotensi baik dalam bidang pelayanan jasa-jasa umum yang diusahakan baik oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun maupun oleh pihak swasta. Hal itu terbukti dengan berkembangnya minimarket, pertokoan, mall dan pasar yang dapat menunjukkan bahwa tingkat daya beli masyarakat Kabupaten Sarolangun juga meningkat. Jumlah jasa-jasa umum yang terdapat di Kabupaten Sarolangun tersebut berpotensi dalam peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah melalui penerimaan retribusi jasa umum yang menjadi penyumbang terbesar kepada penerimaan retribusi daerah selain retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan tertentu. Salah satu komponen retribusi daerah yang potensial adalah retribusi jasa umum. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah, untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan (Marihot P. Siahaan, 2005). Realisasi penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun selama tahun 2006-2010 masih belum terlaksana secara optimal karena realisasi penerimaannya masih dibawah target yang direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, perlu dilakukan penelitian dengan topik Analisis Kontriobusi Retribusi Jasa Umum Terhadap Penerimaan PAD Kabupaten Sarolangun. 45

Perumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun. 2. Berapa besar kontribusi penerimaan retribusi jasa umum terhadap PAD di Kabupaten Sarolangun. METODE PENELITIAN Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002), data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Adapun data sekundernya adalah laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Sarolangun. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sarolangun dan BPS Kabupaten Sarolangun. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penilitian ini dilakukan dengan penelusuran data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan proses perolehan dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang praktek pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah cara yang digunakan dalam menganalisis data. Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002), analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan 3 (dua) metode analisis data yaitu : Analisis Perkembangan Penerimaan Retribusi Jasa Umum Analisis perkembangan menggambarkan perubahan tingkat perkembangan realisasi penerimaan retribusi jasa umum dari tahun ke tahun, untuk mengetahui menurun atau meningkatnya retribusi jasa umum. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Widodo dalam Khairul Amin (2008), maka rumusnya adalah : RJUt RJUt-1 PRJUt = x 100 % RJUt-1 Ket : PRJUt = Perkembangan retribusi jasa umum pada tahun tertentu 46

RJUt = Retribusi jasa umum pada tahun tertentu RJUt-1 = Retribusi jasa umum pada tahun sebelumnya Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi Jasa Umum dan Sub-sub Penerimaan Retribusinya Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Ihyaul Ulum MD., 2009). Menurut Yunita Anggarini dan B. Hendra Puranta (2010), efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Output adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Ihyaul Ulum MD (2009) dan setelah disesuaikan dengan variabel yang diukur dalam penelitian ini, maka rumusnya menjadi : a. Efektivitas Retribusi Jasa Umum Realisasi Retribusi Jasa Umum Efektivitas = X 100 % Target Retribusi Jasa Umum b. Efektivitas Sub-sub Retribusi Jasa Umum Realisasi Sub-sub Retribusi Jasa Umum Efektifivas = X 100 % Target Sub-sub Retribusi Jasa Umum Kriteria efektivitas menurut Kepmendagri No. 690.900-327 yang dikutip Yulia Anggara Sari (2010) adalah sebagai berikut : a. Lebih dari 100% = sangat efektif b. 90% - 100% = efektif c. 80% - 90% = cukup efektif d. 60% - 80% = kurang efektif e. Kurang dari sama dengan 60% = tidak efektif Analisis Kontribusi Penerimaan Retribusi Jasa Umum Terhadap PAD Kontribusi retribusi jasa umum adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan penerimaan retribusi jasa umum terhadap penerimaan pendapatan asli daerah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Ritonga dalam Khairul Amin (2008) dan setelah disesuaikan dengan variabel yang diukur dalam penelitian ini, maka rumusnya menjadi : RJUt KRJUt = x 100 % PADt 47

Ket : KRJUt = Kontribusi retribusi jasa umum pada tahun tertentu RJUt = Penerimaan retribusi jasa umum pada tahun tertentu PADt = Penerimaan pendapatan asli daerah pada tahun tertentu Kriteria kontribusi menurut Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM 1991 yang dikutip Yulia Anggara Sari (2010) adalah sebagai berikut: a. 0,00% - 10% = sangat kurang b. 10,10% - 20% = kurang c. 20,10% - 30% = sedang d. 30,10% - 40% = cukup baik e. 40,10% - 50% = baik f. diatas 50% = sangant baik Indikator Capaian a. Diketahuinya perkembangan penerimaan retribusi jasa umum di Kab. Sarolangun. b. Diketahuinya besarnya kontribusi penerimaan retribusi jasa umum terhadap PAD di Kabupaten Sarolangun.. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Penerimaan Retribusi Jasa Umum Penerimaan retribusi jasa umu di Kabupaten Sarolangun selama Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 mengalalmi fluktuasi sebagaimana tergambar pada tabel berikut ini : Tabel. 5.1. Perkembangan Penerimaan Retribusi Jasa Umum Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2015 Tahun Anggaran Realisasi Retribusi Jasa Umum (Rp) Perkembangan (%) 2011 2.741.235.535,00-2012 2.780.378.741,00 1,43 2013 5.587.008.539,00 100,94 2014 6.658.070.973,00 19,17 2015 1.558.471.985,00-76,59 Rata-rata 8,99 Sumber :DPPKAD Kabupaten Sarolangun (data diolah), 2017 Penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun dari tahun 2011 sampai 2015 memiliki rata-rata perkembangan yang Positif yaitu sebesar 8,99% pertahun atau dari sebesar Rp. 2.741.235.535,00. Pada tahun 2012 Penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun meningkat menjadi sebesar Rp. 2.780.378.741,00 atau sebesar 1,43%. Pada tahun 2013 penerimaan retribusi jasa umum mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan yang paling tinggi yaitu sebesar 100,94% dari sebesar Rp. 2.780.378.741,00 pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 5.587.008.539,00. 48

Pada tahun 2014 Penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun mengalami sedikit peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar 19,17% dari Rp 5.587.008.539,00 menjadi sebesar Rp. 6.658.070.973,00 dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013. Pada tahun 2015 penerimaan retribusi jasa umum mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu sebesar Rp. 1.558.471.985,00 atau menurun sebesar -76,59% dibandingkan pada tahun 2014. Perkembangan dari tahun 2011-2017 hanya ada satu perkembangan yang negatif yaitu pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 perkembangannya positif. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan realisasi penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun rata-rata positif. Jadi secara keseluruhan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 rata-rata Penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun adalah sebesar 8,99%, dengan penerimaan yang tertinggi terjadi pada tahun 2013, sedangkan penerimaan yang paling rendah adalah pada tahun 2015. Efektivitas Penerimaan Retribusi Jasa Umum Penerimaan yang bersumber dari retribusi jasa umum sebagai sumber penerimaan yang berasal dari jasa-jasa umum, penerimaan retribusi jasa umum akan besar jika penerimaan dari sub-sub penerimaannya yang dipungut tersebut juga besar atau sebaliknya penerimaan retribusi jasa umum akan rendah jika penerimaan dari sub-sub penerimaannya yang di pungut tersebut rendah. Peningkatan penerimaan dapat terjadi tergantung dari upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun dalam menggali sumber penerimaan retribusi jasa umum. Salah satu upaya adalah dengan mengetahui besarnya efektivitas dalam pemungutan pada retribusi jasa umum tersebut. Efektivitas dari retribusi jasa umum tersebut dapat ditentukan dengan membagi besarnya realisasi penerimaan retribusi jasa umum dengan target penerimaan retribusi jasa umum. Tabel 5.2. Efektivitas Penerimaan Retribusi Jasa Umum Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2015 Tahun Anggaran Target Retribusi Jasa Umum (Rp) Realisasi Retribusi Jasa Umum (Rp) Efektivitas (%) 2011 2.990.000.000,00 2.741.235.535,00 91,68 2012 4.510.482.000,00 2.780.378.741,00 61,64 2013 9.186.482.000,00 5.587.008.539,00 60,82 2014 5.573.611.473,00 6.658.070.973,00 119,46 2015 2.375.154.500,00 1.558.471.985,00 65,62 Rata-Rata 79,84 Sumber :DPPKAD Kabupaten Sarolangun(data diolah), 2017 Hasil perhitungan dari efektivitas memberi hasil perhitungan penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun selama tahun 2011-2017 memiliki rata-rata nilai efektivitas sebesar 79,84% artinya cukup efektif, tetapi kalau dilihat dari tiap-tiap tahunnya efektivitas realisasi penerimaan retribusi jasa umum masih belum efektif karena hanya pada tahun 2014 yang berkriteria sangat efektif yaitu sebesar 119,46% karena over target dari yang direncanakan yaitu memiliki lebih dari target dengan 49

perbandingan target penerimaan retribusi jasa umum sebesar Rp. 5.573.611.473,00 dengan realisasi penerimaannya sebesar Rp. 6.658.070.973,00, sedangkan pada tahun 2011, 2012, 2013 dan 2017 realisasi penerimaan retribusi jasa umum Kabupaten Sarolangun masih di bawah target yang direncanakan. Pada tahun 2011 nilai efektivitas realisasi penerimaan retribusi jasa umum berkriteria efektif yaitu sebesar 91,68% dan sisanya yang sebesar 8,32% tidak terealisasi, berdasarkan perhitungan dari perbandingan target yang ditetapkan oleh Pemerintahan Kabupaten Sarolangun yaitu sebesar Rp. 2.990.000.000,00 dengan realisasi penerimaan retribusi jasa umum yang sebesar Rp. 2.741.235.535,00. Berarti pada tahun 2011 Pemerintahan Kabupaten Sarolangun masih belum optimal dalam pemungutan retribusi jasa umum. Pada tahun 2012 nilai efektivitas penerimaan retribusi jasa umum Kabupaten Sarolangun berkriteria cukup efektif yaitu sebesar 61,64% dan sisanya tidak berhasil dipungut atau tidak terealisasi, berdasarkan perhitungan dari perbandingan target yang ditetapkan sebesar Rp. 4.510.482.000,00 dengan realisasi penerimaan retribusi jasa umum yang diterima oleh Pemerintahan Kabupaten Sarolangun yaitu sebesar Rp. 2.780.378.741,00. Berarti pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Sarolangun masih belum optimal dalam pemungutan retribusi jasa umum dan realisasinya sangat jauh dibawah target yang direncanakan. Pada tahun 2013 nilai efektivitas realisasi penerimaan retribusi jasa umum berkriteria cukup efektif yaitu sebesar 60,82% dan sisanya tidak berhasil dipungut atau tidak terealisasi sebesar 39,18%, berdasarkan perhitungan dari perbandingan target yang ditetapkan oleh Pemerintahan Kabupaten Sarolangun yaitu sebesar Rp. 9.186.482.000,00 dengan realisasi penerimaan retribusi jasa umum yang sebesar Rp. 5.587.008.539,00. Berarti pada tahun 2013 Pemerintahan Kabupaten Sarolangun masih belum optimal dalam pemungutan retribusi jasa umum dan realisasinya jauh dibawah target yang direncanakan. Pada tahun 2014 nilai efektivitas realisasi penerimaan retribusi jasa umum berkriteria efektif yaitu sebesar 119,46%, berdasarkan perhitungan dari perbandingan target yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangunyaitu sebesar Rp. 5.573.611.473,00 dengan realisasi penerimaan retribusi jasa umum yang sebesar Rp. 6.658.070.973,00. Berarti pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Sarolangun sudah optimal dalam pemungutan retribusi jasa umum karena realisasi penerimaannya sudah diatas target yang direncanakan. Pada tahun 2015 nilai efektivitas realisasi penerimaan retribusi jasa umum berkriteria cukup efektif yaitu sebesar 65,62% dan sisanya tidak berhasil dipungut atau tidak terealisasi sebesar 34,38%, berdasarkan perhitungan dari perbandingan target yang ditetapkan oleh Pemerintahan Kabupaten Sarolangun yaitu sebesar Rp. 2.375.154.500,00 dengan realisasi penerimaan retribusi jasa umum yang sebesar Rp. 1.558.471.985,00. Berarti pada tahun 2015 Pemerintahan Kabupaten Sarolangun masih belum optimal dalam pemungutan retribusi jasa umum dan realisasinya jauh dibawah target yang direncanakan Kontribusi Penerimaan Retribusi Jasa Umum Terhadap PAD Penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun dari tahun 2011 sampai 2015 terus diupayakan mengalami peningkatan, sehingga nantinya akan memberikan kontribusi yang besar pula terhadap pendapatan asli daerah. Berikut ini tabel kontribusi 50

penerimaan retribusi jasa umum terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Sarolangun tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 sebagai berikut : Tabel 5.3. Kontribusi Penerimaan Retribusi Jasa Umum Terhadap PAD Kabupaten SarolangunTahun 2011-2015 Tahun Anggaran Realisasi Retribusi Jasa Umum (Rp) Realisasi PAD (Rp) Kontribusi (%) (%) 2011 2.741.235.535,00 31.605.925.980,21 8,67 2012 2.780.378.741,00 28.009.764.671,40 9,93 2013 5.587.008.539,00 31.307.607.303,24 17,85 2014 6.658.070.973,00 56.546.518.724,70 11,77 2015 1.558.471.985,00 84.090.166.050,44 1,85 Rata-Rata 10,01 Sumber :DPPKAD Kabupaten Sarolangun (data diolah). 2017 Dari tabel 5.3. dapat dijelaskan bahwa rata-rata penerimaan retribusi jasa umum Kabupaten Sarolangun selama tahun anggaran 2011-2015 memberikan kontribusi terhadap PAD dengan rata-rata sebesar 10,01% pertahun yang dapat dikatakan berkriteria kurang berkontribusi. Kontribusi terbesar dari penerimaan retribusi jasa umum Kabupaten Sarolangun terhadap pendapatan asli daerah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 17,85%. Sedangkan kontribusi penerimaan retribusi jasa umum terhadap pendapatan asli daerah yang terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 1,85%. Pada tahun 2011 kontribusi retribusi jasa umum terhadap pendapatan asli daerah sebesar 8,67% artinya kurang berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun. Pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 9,93% artinya kurang berkontribusi, sedamgkan tahun 2013 terjadi peeningkatan yang cukup tinggi yaitu menjadi sebesar 17,85%. Kemudian pada tahun 2014 kontribusi retribusi jasa uumu terhadap pendapatan asli daerah sebesar 11,77%, hal ini disebabkan karena sumbangan penerimaan pendapatan asli daerah bukan hanya bersumber dari retribusi jasa umum tetapi masih banyak lagi sumbangan yang berasal dari sumber-sumber lain, seperti penerimaan retribusi daerah lainnya, pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kurang berkontribusinya retribusi jasa umum terhadap PAD juga disebabkan olah adanya beberapa jenis retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun yang dalam pemungutannya tidak mencapai target yang telah ditetapkan dan adanya penambahan, pengurangan jenis retribusi yang dipungut pemerintah Kabupaten Sarolangun. Kesimpulan 1. Rata-rata Penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah sebesar 8,99%, dengan penerimaan yang tertinggi terjadi pada tahun 2013, sedangkan penerimaan yang paling rendah adalah pada tahun 2015. 51

2. Efektivitas penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten Sarolangun selama tahun 2011-2015 memiliki rata-rata nilai efektivitas sebesar 79,84% artinya cukup efektif. 3. Penerimaan retribusi jasa umum Kabupaten Sarolangun selama tahun anggaran 2011-2017 memberikan kontribusi terhadap PAD dengan rata-rata sebesar 10,01% pertahun yang dapat dikatakan berkriteria sangat kurang berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun. Saran 1. Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui dinas-dinas yang berwenang harus lebih baik lagi dalam usaha pemungutan retrubusi jasa umum supaya perkembangan penerimaan retribusinya kedepan selalu meningkat dan bersifat positif. 2. Pemerintah Kabupaten Sarolangun harus bekerja keras, professional dalam pemungutan retribusi jasa umum supaya realisasi penerimaan retribusinya terlaksana secara optimal dan efektif. 3. Pemerintah Kabupaten Sarolangun harus mencari sumber-sumber retribusi jasa umum baru yang berpotensi didaerahnya supaya sumbangan realisasi penerimaan retribusi jasa umum bertambah besar terhadap realisasi penerimaan PAD. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta. Abdul Halim dan Theresia Damayanti, 2007. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah: Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP-STIM YKPN. Yogyakarta. Agus Endro Suwarno dan Suhartiningsih, 2008. Efektifitas Evaluasi Potensi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 7. No 2. Depdagri, Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. www.depdagri.go.id.online 1 Juli 2012. Depdagri, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. www.depdagri.go.id.online 1 Juli 2012. Depdagri, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. www.depdagri.go.id. online 1 Juli 2012. ESDM, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. www.esdm.go.id. Online 1 juli 2012. ESDM, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. www.djlpe.esdm.go.id. Online 1 juli 2012. HAW. Widjaja, 2009. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ihyaul Ulum MD., 2009. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Bumi Aksara, Jakarta. Josef Riwu Kaho, 2007. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kasit Bambang Prakosa, 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press. Yogyakarta. Khairul Amin, 2008. Analisis Efektifitas Komponen Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2001 2006. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. FE UNJA. 52

Mardiasmo, 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. ANDI. Yogyakarta., 2011. Perpajakan. ANDI. Yogyakarta. Marihot P. Siahaan, 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Pramono Hariadi dkk, 2010. Pengelolaan Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta. Ritonga, H, 2003. Statistika. Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Jakarta. Ronny H. Hertanto dan modesta, 2011.Analisa Peranan Pajak Reklame Dalam Meningkatkan Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Malang (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Kabupaten Malang). Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol 12. No 1. Suseno Widodo dan Triyoto, 1990. Indikator Ekonomi; Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. Sutrisno, 2010.Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Malalui Intensifikasi dan Efektivitas Retribusi Jasa Usaha di Kabupaten Pati. Jurnal LITBANG. Vol VI. No 12. Tulis S. Meliala dan Francisca Widianti Oetomo, 2010. Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Semesta Media. Jakarta. Yulia Anggara Sari, 2010. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah Di Kota Bandung. Jurnal Wacana Kinerja. Vol 13. No 2. Yunita Anggarini dan B. Hendra Puranta, 2010. Anggaran Berbasis Kinerja Penyusunan APBD Secara Konprehensif. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. 53