EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT"

Transkripsi

1 EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT Rindy Citra Dewi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat efektivitas pemungutan pajak daerah provinsi di Sumatera Barat dan kontribusi yang diberikan oleh pajak daerah provinsi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif, dengan objek penelitian Pajak Daerah Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak Air Permukaan (PAP) dan Pajak Air Bawah Tanah (PABT) pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan pajak daerah provinsi di Sumatera Barat adalah sangat efektif dan kontribusi yang diberikan oleh pajak daerah provinsi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Barat cukup baik. Kata kunci: Pajak daerah provinsi, Pendapatan asli daerah 1. PENDAHULUAN Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut lembaga atau instansi pemungutannya, pajak terdiri dari pajak pusat atau negara dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak daerah terbagi dalam dua kelompok yaitu pajak daerah tingkat provinsi dan pajak daerah tingkat kabupaten atau kota. Terkait dengan pengelolan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Indonesia telah beberapa kali mengalami proses perubahan yang semula diberlakukan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mulai berlaku 1 Januari 2010 maka Undang- Undang Pajak Daerah sebelumnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004, maka jenis pajak daerah provinsi beserta pembagian pajak menjadi sebagai berikut : 1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak Kendaraan di Atas air 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah dan Air Permukaan 145

2 Walaupun demikian, daerah provinsi dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan, apabila potensi pajak di daerah tersebut terpandang kurang memadai dan disesuaikan dengan kebijakan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 29 Tahun 2008 maka pajak daerah provinsi menjadi : 1. Pajak Kendaraan Bermotor 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4. Pajak Air Permukaan 5. Pajak Rokok Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan pengertian Pajak Daerah yang selanjutnya, Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu daerah, khususnya dalam pembangunan, karena pajak merupakan sumber pendapatan daerah terlebih dengan makin kuatnya kedudukan daerah yang bersifat autonoom sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 18 UUD 1945 dan amandemennya. Untuk melihat kemampuan Pemerintah Daerah dalam menghimpun penerimaan daerah baik penerimaan yang berasal dari sumbangan dan bantuan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri, dapat dilihat dari pendapatan daerah. Pendapatan daerah antara lain Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang biayanya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tentunya tidak terlepas dari peranan masing-masing komponen Pendapatan Asli Daerah. Komponen yang ada seperti penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah. Salah satu usaha pemerintah daerah yang tidak kalah penting adalah memperhatikan pemungutan dan pengelolaan pendapatan daerah secara efektif dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak dan target penerimaan pajak. Menurut Dasril Munir (2004:49) menjelaskan bahwa jika realisasi penerimaan pajak berbanding target penerimaan pajak diatas 100% tingkat efektifitasnya adalah sangat efektif, 90,01-100% adalah efektif, 80,01-90% adalah cukup efektif, 60,01-80% adalah kurang efektif, dan kurang dari 60% adalah tidak efektif. Serta, melihat berapa kontribusi dapat disumbangkan dari penerimaan pajak terhadap pendapatan daerah. Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti bagaimana efektivitas dan kontribusi pemungutan pajak daerah provinsi Sumatera Barat dengan judul Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah Provinsi dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat. 2. TINJAUAN LITERATUR Pajak Daerah Provinsi adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah provinsi yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ada lima jenis pajak provinsi yaitu: 1. Pajak Kendaraan Bermotor Menurut Marihot Pahala Siahaan (2010:175) Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang 146

3 berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Menurut Marihot Pahala Siahaan (2010:209) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Menurut Marihot Pahala Siahaan (2010:239) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. 4. Pajak Air Permukaan Meurut Marihot Pahala Siahaan (2010:263) Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. 5. Pajak Rokok Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Rokok meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun. Menurut Abdul Halim (2007:96) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu : 1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Menurut Mardiasmo (2009:134) Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Sedangkan menurut Abdul Halim (2007:234) Efektivitas menggambarkan kemampuan pemda dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dbandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Menurut Dasril Munir (2004:22) Kontribusi merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dapat disumbangkan dari penerimaan terhadap anggaran. Penggunaan analisis dapat diketahui peran pajak daerah dan retribusi daerah dalam kontribusi terhadap PAD. 3. METODOLOGI Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian penulis adalah Pajak Daerah Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak Air Permukaan (PAP) dan Pajak Rokok di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi Sumatera Barat yang beralamat di Jalan Asahan Nomor 2 Kelurahan Padang Baru. Metode analisa data dalam penelitian menggunakan analisa kuantitatif 147

4 a. Untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut: Dengan ketentuan sebagai berikut : Persentase Diatas 100% Sangat efektif 90,01-100% Efektif 80,01-90% Cukup efektif 60,01-80% Kurang efektif Kurang dari 60% Tidak efektif Sumber : Dasril Munir (2004:49) b. Mengukur besar kontribusi pajak daerah provinsi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) digunakan rumus : Dengan ketentuan sebagai berikut : Persentase 0,00%-10% Sangat Rendah 10,10%-20% Rendah 20,10%-30% Sedang 30,10%-40% Cukup baik 40,10%-50% Baik Sumber : Tim Litbang Depdagri 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah Provinsi Sumatera Barat Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tabel 1 : Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tahun Tahun Target Realisasi % Tingkat Efektivitas 2007 Rp Rp ,11% Sangat efektif 2008 Rp Rp ,09% Sangat efektif 2009 Rp Rp ,72% Sangat efektif 2010 Rp Rp ,74% Sangat efektif 2011 Rp Rp ,06% Sangat efektif Rata-rata 108,54 % Sangat efektif Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) berfluktuasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun Pada tahun 2007 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah sebesar 112,11% dengan kriteria sangat efektif. Kemudian pada tahun 2008 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami peningkatan sebesar 0,98 % sehingga menjadi 113,09% 148

5 dengan kriteria sangat efektif. Namun pada tahun 2009 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami penurunan yang sangat rendah sebesar 10,37% sehingga menjadi 102,72% walaupun dengan kriteria sangat efektif. Pada tahun 2010 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) kembali mengalami peningkatan dari tahun 2009 yaitu sebesar 6,02% sehingga menjadi 108,74% dengan kriteria sangat efektif. Dan tetapi, pada tahun 2011 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami penurunan yang cukup rendah sebesar 2,68% sehingga menjadi 106,06% tetap dengan kriteria sangat efektif. Berdasarkan dari hasil perhitungan yang penulis hitung diatas bahwasanya selama lima tahun terkahir tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah sangat efektif, dengan rata-rata tingkat efektivitas pemungutan pertahunnya sebesar 108,54%. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tabel 2 : Tingkat Efektivitas Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tahun Tahun Target Realisasi % Tingkat Efektivitas 2007 Rp Rp ,21% Sangat efektif 2008 Rp Rp ,94% Sangat efektif 2009 Rp Rp ,38% Sangat efektif 2010 Rp Rp ,49% Sangat efektif 2011 Rp Rp ,04% Sangat efektif Rata-rata 119,81 % Sangat efektif Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) berfluktuasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun Pada tahun 2007 tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah sebesar 132,21% dengan kriteria sangat efektif. Selanjutnya pada tahun 2008 tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 9,73 % sehingga menjadi 141,94% dengan kriteria sangat efektif. Namun pada tahun 2009 tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) mengalami penurunan yang sangat rendah sebesar 34,56% sehingga menjadi 107,38% walaupun dengan kriteria sangat efektif. Pada tahun 2010 tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) kembali mengalami peningkatan dari tahun 2009 yaitu sebesar 5,11% sehingga menjadi 112,49% dengan kriteria sangat efektif. Dan tetapi, pada tahun 2011 tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) mengalami penurunan yang cukup rendah sebesar 7,45% sehingga menjadi 105,04% tetap dengan kriteria sangat efektif. Berdasarkan dari hasil perhitungan yang penulis hitung diatas bahwasanya selama lima tahun terkahir tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah sangat efektif, dengan rata-rata tingkat efektivitas pemungutan pertahunnya sebesar 119,81%. Dibandingkan dari pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ternyata tingkat efektivitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) lebih tinggi sehingga sangat efektif sekali, hal ini dapat dilihat dari rata-rata tingkat efektivitas pemungutan pajak pertahunya. 149

6 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Tabel 3 : Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tahun Tahun Target Realisasi % Tingkat Efektivitas 2007 Rp Rp ,24% Sangat efektif 2008 Rp Rp ,36% Sangat efektif 2009 Rp Rp ,85% Efektif 2010 Rp Rp ,70% Sangat efektif 2011 Rp Rp ,65% Sangat efektif Rata-rata 108,96% Sangat efektif Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) berfluktuasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun Pada tahun 2007 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) adalah sebesar % dengan kriteria sangat efektif. Selanjutnya pada tahun 2008 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 28,12 % sehingga menjadi 135,36% dengan kriteria sangat efektif. Namun pada tahun 2009 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) mengalami penurunan yang sangat rendah sebesar 42,51% sehingga menjadi 92,85% dengan kriteria efektif. Pada tahun 2010 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) mengalami peningkatan dari tahun 2009 yaitu sebesar 9,85% sehingga menjadi 102,70% dengan kriteria sangat efektif. Dan pada tahun 2011 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) kembali mengalami peningkatan dari athun 2010 sebesar 3,95% sehingga menjadi 106,65% dengan kriteria sangat efektif. Berdasarkan dari hasil perhitungan yang penulis hitung dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) ternyata tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) adalah sangat efektif dapat dilihat pada rata-rat tingkat efektivitas pemungutan pertahunya sebesar 108,96%. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan air Permukaan Provinsi Sumatera Barat Tabel 4 : Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan air Permukaan Provinsi Sumatera Barat Tahun Tahun Target Realisasi % Tingkat Efektivitas 2007 Rp Rp ,00% Sangat efektif 2008 Rp Rp ,21% Sangat efektif 2009 Rp Rp ,83% Kurang efektif 2010 Rp Rp ,33% Sangat efektif 2011 Rp Rp ,45% Kurang efektif Rata-rata 90,36% Efektif Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) 150

7 berfluktuasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun Pada tahun 2007 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) adalah sebesar 106,00% dengan kriteria sangat efektif. Selanjutnya pada tahun 2008 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) sedikit mengalami penurunan sebesar 0,79% % sehingga menjadi 105,21 % dengan kriteria sangat efektif. Namun pada tahun 2009 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) kembali mengalami penurunan yang sangat rendah yaitu sebesar 34,83% sehingga menjadi 70,38% dengan kriteria kurang efektif. Pada tahun 2010 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) kembali mengalami peningkatan dari tahun 2009 yaitu sebesar 30,95% sehingga menjadi 101,33% dengan kriteria sangat efektif. Dan tetapi, pada tahun 2011 tingkat efektivitas pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) mengalami penurunan yang sangat rendah lagi dari tahun 2010 bahkan dari tahun 2009 yaitu sebesar 32,88% sehingga menjadi 68,45% dengan kriteria kurang efektif. Berdasarkan dari hasil perhitungan yang penulis hitung Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) merupakan sumber penerimaan pendapatan daerah yang sangat rendah dari empat jenis pajak daerah provinsi hal tersebut dapat kita lihat pada rata-rata tingkat efektivitas pertahunnya sebesar 90,36% dengan kriteria efektif. 2. Kontribusi Pajak Daerah Provinsi Sumatera Barat Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tabel 5 : Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat Tahun Tahun Realisasi PKB Realisasi PAD % Kontribusi 2007 Rp Rp ,22% Cukup baik 2008 Rp Rp ,06% Sedang 2009 Rp Rp ,36% Cukup baik 2010 Rp Rp ,38% Sedang 2011 Rp Rp ,98% Sedang Rata-rata 28,4 Sedang Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kontribusi yang diberikan oleh Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 memiliki tingkat kontribusi yang sedang. Dimana tingkat kontribusinya hanya mencakup persentase antara 25% sampai dengan 32% dengan rata-rata selama lima tahun tersebut adalah sebesar 28,4%. Hal ini disebabkan karena kurang kesadaran wajib pajak kendaraan bermotor terhadap tanggung jawabnya dalam membayar pajak kendaraan bermotonya tersebut dan tindak lanjut yang dilakukan oleh pihak instansi belum terlaksanakan dengan baik. Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tabel 6 : Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat Tahun Tahun Realisasi BBNKB Realisasi PAD % Kontribusi 2007 Rp Rp ,58% Sedang 2008 Rp Rp ,05% Cukup baik 2009 Rp Rp ,10% Sedang 2010 Rp Rp ,72% Sedang 151

8 2011 Rp Rp ,35% Cukup baik Rata-rata 30,96% Cukup baik Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kontribusi yang diberikan oleh Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 memiliki tingkat kontribusi yang cukup baik. Dimana tingkat kontribusinya mencakup persentase antara 28% sampai dengan 36% dengan rata-rata selama lima tahun tersebut adalah sebesar 30,96%. Hal ini cukup baik karena selama lima tahun terakhir ini banyak jenis-jenis kendaraan bermotor yang masuk ke Provinsi Sumatera Barat sehingga banyaknya penduduk Provinsi Sumatera Barat yang berbondong-bondong untuk membeli kendaraan baru, menambah kendaraan mereka bahkan mengganti kendaraan lama mereka dengan kendaraan baru. Hal ini juga disebabkan karna uang muka yang sangat rendah sehingga berbagai jenis kalangan penduduk Provinsi Sumatera Barat sekarang bisa membeli dengan kredit. Namun, pihak instansi harus bertindak lebih lanjut terhadap penduduk Sumatera Barat yang memakai plat nomor kendaraan bermotor di luar provinsi Sumatera Barat. Agar pendapatan daerah dari sector Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) memberikan kontribusi yang lebih besar lagi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Barat Tabel 7 : Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat Tahun % Tahun Realisasi PBBKB Realisasi PAD Kontribusi 2007 Rp Rp ,40% Sedang 2008 Rp Rp ,21% Sedang 2009 Rp Rp ,27% Sedang 2010 Rp Rp ,25% Rendah 2011 Rp Rp ,45% Rendah Rata-rata 21,12% Sedang Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kontribusi yang diberikan oleh Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 memiliki tingkat kontribusi yang sedang. Dimana tingkat kontribusinya mencakup persentase antara 17% sampai dengan 24% saja dengan rata-rata selama lima tahun tersebut adalah sebesar 21%. Hal ini disebabkan karena kenaikan dan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) selama beberapa tahun terkahir, sehingga masyarakat sedikit mengurangi untuk menggunakan (Bahan Bakar Minyak) BBM. Terutama sekali yang berpengaruh pada usaha industri-industri, pertambangan, perkebunan, kehutan dan lain-lain. Mereka beralih ke alternatif lain seperti menggunakan bahan bakar listrik, bahan bakar kayu, gas alam dan lain-lain. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Provinsi Sumatera Barat Tabel 8 : Kontribusi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat Tahun Tahun Realisasi % Realisasi PAD PPPABT&AP Kontribusi 2007 Rp Rp ,52% Sangat rendah 2008 Rp Rp ,09% Sangat rendah 2009 Rp Rp ,91% Sangat rendah 2010 Rp Rp ,92% Sangat rendah 152

9 2011 Rp Rp ,56% Sangat rendah Rata-rata 1% Sangat rendah Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kontribusi yang diberikan oleh Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) terhadap Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 memiliki tingkat kontribusi yang sangat rendah sekali. Dan terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 kontribusi yang diberikannya sebesar 1,52%, kemudian pada tahun 2008 turun sebesar 0,43% sehingga menjadi 1,09%, pada tahun 2009 mengalami penurunan lagi yaitu sebesar 0,18%, selanjutnya pada tahun 2010 mengalami sebesar 0,01% sehingga menjadi 0,92%, dan terakhir pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan sebesar 0,36% sehingga menjadi 0,56%. Hal ini disebabkan karena banyak kendala-kendala yang dihapai dalam Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya yang belum terselesaikan dengan baik. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi Sumatera Barat maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Efektivitas pemungutan pajak daerah provinsi di Sumatera Barat adalah sangat efektif sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan masing-masing jenis pajak daerah provinsi yang telah dibahas pada bab sebelumnya dengan rata-rata persentase selama lima tahun terakhir diatas 100%. 2. Kontribusi yang diberikan oleh pajak daerah provinsi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat adalah cukup baik. Dari masing-masing jenis pajak daerah provinsi yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat berdasarkan hasil penelitian penulis adalah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dengan rata-rata kontribusi pertahunnya sebesar 30,96% dengan kriteria cukup baik. Dan yang memberikan kontribusi terendah terhapad Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat adalah Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT&AP) dengan rata-rata kontribusi pertahunnya sebesar 1%. DAFTAR PUSTAKA [1] Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta. [2] Adelia Shabrina Prameka (2011) Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang. [3] Amri Siregar (2009) Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Sebagai Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumatera Utara. [4] Anggota IKAPI Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Fokusmedia: Bandung. [5] Dasril Munir, dkk Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI). Diaz Priantara Perpajakan Indonesia Edisi 2. Mitra Wacana Media. [6] Erly Suandy Hukum Pajak. Salemba Empat: Jakarta [7] Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi Sumatera Barat [8] Ida Zuraida.S.H. LL.M Teknik Penyusunan Peraturan Pajak Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sinar Grafika: Jakarta. 153

10 [9] Mardiasmo Perpajakan. Edisi Revisi. Penerbit Andi: Yogyakarta. Mardiasmo Perpajakan. Edisi Revisi. Penerbit Andi: Yogyakarta. [11] Marihot Pahala Siahaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Raja Grafindo Persada: Jakarta [12] Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (PSEKP- UGM) Studi Potensi Pajak Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. [13] Siti Resmi Perpajakn Teori dan Kasus, Edisi 3. Salemba Empat: Jakarta. [14] Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah [15] Waluyo Perpajakn Indonesia, Edisi 10. Salemba Empat:Jakarta. 154

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai Daerah Otonom Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 61 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2014 26 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH KEPADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 64 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR ATAS PENYERAHAN KEDUA DAN SELANJUTNYA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan pemerintahan

Lebih terperinci

PAJAK DAERAH PROVINSI

PAJAK DAERAH PROVINSI PAJAK DAERAH PROVINSI Terdiri dari : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) Pajak Air Permukaan (AP) Pajak Rokok Dasar Pungutan

Lebih terperinci

: a. bahwa untuk melaksanakan pemungutan Pajak Daerah

: a. bahwa untuk melaksanakan pemungutan Pajak Daerah 0 GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR M TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2011

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah adalah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK DAERAH KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

Vol II (2), 2010 ISSN :

Vol II (2), 2010 ISSN : Analisis Perbandingan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebelum dan Setelah Pemekaran Provinsi Riau : Sebuah Topik Tugas Akhir Program Studi Akuntansi di Politeknik Batam Muslim Ansori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. porsi jumlah terbesar dibandingkan dengan penerimaan dari pos minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. porsi jumlah terbesar dibandingkan dengan penerimaan dari pos minyak bumi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya dalam pembangunan di Indonesia, karena penerimaan negara dari pos pajak menduduki porsi jumlah

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 69, 2014 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang : Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Perhitungan Perosentase Pajak Daerah. Tahun Anggaran

Perhitungan Perosentase Pajak Daerah. Tahun Anggaran 99 Lampiran 1a Perhitungan Perosentase Pajak Daerah Tahun Anggaran 2009 2013 ((Realisasi:Target) x 100%). Sebagai berikut: 100 Lampiran 1b Perhitungan Prosentase Pertumbuhan Pajak Daerah Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap daerahdaerah tersebut

Lebih terperinci

Daftar Referensi. Halim, Abdul Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN.

Daftar Referensi. Halim, Abdul Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN. Daftar Referensi Fitry, Kurniawaty. 2014. Dampak Pengalihan Pengelolaan PBB-P2 Terhadap Penerimaan PBB Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota Pekanbaru. Jurnal. Pekan Baru : Fakultas Ekonomi, Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMBEBASAN PAJAK DAERAH UNTUK PROGRAM COMPACT PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2006:1) definisi pajak dalam buku perpajakan edisi revisi, pajak adalah : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penyerahan kewenangan ini bermaksud untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penyerahan kewenangan ini bermaksud untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksaan Otonomi Daerah yang terdapat di Indonesia dimulai dengan penyerahan sejumlah wewenang dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Proses penyerahan kewenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat, untuk itu pembangunan harus dipandang

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPlTNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: 10 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

GUBERNUR LAMPlTNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: 10 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, GUBERNUR LAMPlTNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: 10 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN TARGET TRIWULANAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki tujuan pembangunan nasional yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan daerah termasuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian dalam suatu rumah tangga membutuhkan sumbersumber penerimaan untuk membiayai segala keperluan rumah tangga. Sama hal nya dengan pajak yang merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 61 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan sebuah negara yang dibayarkan oleh wajib pajak, pada zaman dahulu pajak dipungut oleh kerajaan untuk memenuhi kebutuhan istana tanpa

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU 1 Darmuki, 2 Sri Yunawati 1,2 Akuntansi,Universitas PasirPengaraian Jl. Tuanku Tambusai, Kumu, Rambah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH GUBERNUR JAWA BARAT,

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH GUBERNUR JAWA BARAT, G u b e r n u r J a w a B a r a t PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH GUBERNUR JAWA BARAT,

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Apabila kita berbicara mengenai Otonomi Daerah, maka kita akan teringat dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURABAYA

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURABAYA ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : CICIELIA PUSPA ANGGRAENI NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah menerapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK DAERAH PROVINSI JAMBI UNTUK KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE 2012-2016 Arum Kusumaningdyah Adiati, Diessela Paravitasari, Trisninik Ratih Wulandari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Surakarta Email : adiati_rk@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2010

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2010 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH (ABT) SERTA AIR PERMUKAAN (APER) PADA UPPD PROVINSI WILAYAH XXII BANDUNG TIMUR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena itu penulis

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI)

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI) ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI) Natalia Ester Rompis, Ventje Ilat, Anneke Wangkar Fakultas Ekonmi

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN Jaya Kusuma Edy 1), Wahyu Rohayati 2) 1) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi, 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 diperlukan ketersediaan dana yang besar. Pemerintah sebagai pengatur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Pajak Daerah. Penetapan. Dibayar Sendiri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Definisi pajak oleh beberapa ahli: Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S.H. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses perubahan sistem

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN REALISASI PENERIMAAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA BATU

ANALISIS PERTUMBUHAN REALISASI PENERIMAAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA BATU ANALISIS PERTUMBUHAN REALISASI PENERIMAAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA BATU ARTIKEL DAN RINGKASAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Karona Cahya Susena Nurzam Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu ABSTRAK

Karona Cahya Susena Nurzam Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu ABSTRAK ANALISIS TREND PERAMALAN EFEKTIVITAS PENDAPATAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBN-KB) DI DISPENDA PROVINSI BENGKULU TAHUN 2010-2014 Karona Cahya Susena Nurzam Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka Pemerintah harus tetap meningkatkan penerimaan Negara. Selain

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) Ayu Wulansari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univ. Islam Kadiri ABSTRAK Pemerintah daerah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2010 TENTANG JENIS PAJAK DAERAH YANG DIPUNGUT BERDASARKAN PENETAPAN KEPALA DAERAH ATAU DIBAYAR SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG Avian Nur Andianto Universitas Brawijaya Malang aviannurandrian1996@gmail.com Amelia Ika Pratiwi Universitas Brawijaya Malang m3lly_16@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian 8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Evaluasi Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2007). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

GUBERJAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016 T E N T A N G

GUBERJAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016 T E N T A N G GUBERJAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016 T E N T A N G TATA CARA PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PAJAK PEMERINTAH PROVINSI UNTUK KABUPATEN/KOTA DALAM PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan di Daerah

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA 1 KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA Jonetta Triyanti. D, H.Eddy Soegiarto K, Imam Nazarudin Latif Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999. Sistem pemerintahan yang semula sentralisasi berubah menjadi desentralisasi, artinya wewenang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi, pemberian otonomi luas kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian pajak menurut pemungutnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian pajak menurut pemungutnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan kontribusi yang paling penting dalam pembangunan suatu negara. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar. Pembagian pajak menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6). BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Pada Umumnya II.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 T E N T A N G

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 T E N T A N G - 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 T E N T A N G RENCANA BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK PEMERINTAH PROVINSI UNTUK KABUPATEN/KOTA DALAM PROVINSI JAMBI ANGGARAN MURNI 2015 DENGAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO. 28 TAHUN 2009 SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010-2014) PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

CENDEKIA AKUNTANSI Vol. 1 No. 2 Mei 2013 ISSN

CENDEKIA AKUNTANSI Vol. 1 No. 2 Mei 2013 ISSN ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI Imelda Kurniawan Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 27, 2015 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN Abdul Hadi (Universitas Lambung Mangkurat)

KONTRIBUSI PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN Abdul Hadi (Universitas Lambung Mangkurat) KONTRIBUSI PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2012 2016 Abdul Hadi (Universitas Lambung Mangkurat) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis pajak, tata cara pemungutan pajak dan seterusnya yang berkaitan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS EKONOMI PENGARUH PAJAK KENDARAAN BERMOTOR, BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR, DAN PAJAK AIR PERMUKAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Devy Octaviana S Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK SILVY CHRISTINA STIE Trisakti silvy@stietrisakti.ac.id Abstract: This research was conducted at Kantor Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan sebuah negara memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua potensi

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun

Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun 2012-2015 Syafruddin 1, Suprianto 2, Heri Adekantari 3 Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 216 ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE 211-215 Oleh Dina Anggraini, SE, M.Si, Fitrah Mulyani, SST,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 76 ayat (2) Peraturan

Lebih terperinci