ORNAMEN BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

Identitas Visual Bangunan Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

RUMAH TRADISIONAL BANYUWANGI

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

Butulan sebagai Ruang Harmoni dan Keselarasan pada Arsitektur di Laweyan Surakarta

ARSITEKTUR FASADE BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAWASAN NYAI AGENG AREM-AREM GRESIK

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

Architecture. Home Diary #008 / 2015

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

BAB III ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI RAGAM HIAS JAWA TRADISONAL PADA RUMAH TINGGAL BARU

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

PERANCANGAN RUANG DALAM

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Komposisi Warna Etnik Dayak Sebagai Pembentuk Image Budaya pada Olahan Desain Interior

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

Metode Penelitian Survey

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

Desain Interior I-Club dan Jiero Wedangan Berkonsep Industrial dengan Nuansa Etnik Jawa

ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

IDENTIFIKASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA BANGUNAN KUNING AGUNG, SENGHIE, PONTIANAK

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

ELEMEN ARSITEKTURAL RUMAH BANGSAL DI DESA LARANGAN LUAR PAMEKASAN MADURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH

BAB III TINJAUAN KHUSUS

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK

Transkripsi:

ORNAMEN BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA Bernadetta Oktaviani Rahayuningtyas, Antariksa, Ema Yunita Titisari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145. Tlp. 0341-567486 Email: bernadetta.oktaviani@hotmail.com ABSTRAK Kampung Laweyan merupakan salah satu kawasan sentra batik yang menjadi salah satu ikon budaya Kota Surakarta dan merupakan kampung batik tertua di Indonesia. Keberadaan Kampung Laweyan merupakan cerminan kemakmuran yang berhasil dicapai oleh saudagar batik terutama pada arsitektural bangunan rumah tinggalnya. Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik ornamen bangunan di Kampung Laweyan Surakarta, mengidentifikasi adakah makna yang terkandung dalam karakter ornamen bangunan. Metode yang digunakan pada pada studi ini merupakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan historis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi pustaka. Hasil studi menunjukkan bahwa karakteristik bentuk dari motif, pola, warna dan letak ornamen pada bangunan rumah tinggal Kampung Laweyan dipengaruhi oleh budaya dari ornamen itu sendiri. Makna khusus ditemukan pada ragam hias ornamen tradisional Jawa. Pada ornamen dengan pengaruh Eropa dan Arab tidak memiliki makna khusus. Kata kunci: ornament dekoratif, makna budaya, Kampung Laweyan. ABSTRACT Kampung Laweyan is one of the batik s centre regions which currently become one of cultural icon in Surakarta and is the oldest batik s centre in Indonesia. Kampung Laweyan s existence is a reflection of prosperity that achieved by batik s merchant, especially on their home architecture. The purposes of this study are to identify and analyze the characteristic of the building s ornament in Kampung Laweyan Surakarta and also to identify the meaning of the building s ornament character. The method used in this study is descriptive method with qualitative historical approach. Data collection s method carried out by observation, interview and literature study. The result of this study shown that the characteristic shape s of motif, pattern, color and the place of the ornaments of houses in kampong Laweyan are influenced by cultural ornament itself. A special meaning is found at the Javanese traditional decorative ornaments. The ornaments with European and Arabic influences have no special meaning. Keywords: decorative ornaments, cultural meaning, Kampung Laweyan Pendahuluan Sejarah dari manusia dapat ditelusuri dari artefak yang telah ditinggalkannya. Artefak secara arsitektural dapat terlihat pada penggunaan ragam hias atau ornamen pada suatu bangunan. Masyarakat tradisional cenderung melihat arsitektur sebagai jasad hidup (organisme) yang selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyakaratnya (Budihardjo 1987:3). Pada ornamen sering ditemukan pula makna simbolik atau maksud-maksud tertentu yang berkaitan dengan pandangan hidup suatu kumpulan masyarakat yang disertai dengan harapan-harapan yang ada. Di balik ungkapan simbol terdapat banyak pesan yang yang mendapatkan pengaruh dari kehidupan budayanya. Oleh karena itu, untuk memahami keberadaan nilai-nilai arsitektur dapat dilakukan dengan memahami pesan budayanya, atau sebaliknya (Ronald 2005:20) Pemakaian ornamen pada arsitektural suatu bangunan merupakan salah satu kearifan lokal suatu daerah yang tidak tertutup kemungkinan mendapatkan pengaruh dari budaya bangsa lain. Budaya awal masyarakat setempat akan berubah dan mengalami 14 arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010

modifikasi budaya secara bersamaan yang disebut dengan tranformasi budaya (Noor 2005). Semakin banyak budaya yang mempengaruhi suatu ornamen maka akan semakin unik karakter yang dimilikinya sehingga memperkaya ragam ornamen secara arsitektural. Transformasi budaya dapat diamati pada pemakaian elemen ornamen arsitektural yang digunakan pada suatu kawasan. Kawasan Kota Surakarta merupakan kawasan kota budaya yang merupakan salah satu pusat kerajaan Jawa pada masa lampau. Kampung Laweyan di Surakarta merupakan salah satu kawasan sentra batik yang menjadi salah satu ikon budaya Kota Surakarta dan saat ini serta merupakan kampung batik tertua di Indonesia. Keberadaan Kampung Laweyan merupakan cerminan kemakmuran yang berhasil dicapai oleh saudagar batik wanita dengan ukuran kemakmuran sebagai ethos kerja yang dilakukan secara kompetitif dalam persaingan industri dan perdagangan Batik Jawa. Menurut Soedarmono (2006) kalangan bangsawan (priyayi) Jawa memandang rendah dan negatif terhadap gaya hidup dan orientasi ekonomi saudagar wanita Laweyan. Walaupun status ekonomi serta sosial yang dimilikinya tergolong rendah, akan tetapi setiap anggota masyarakat seakan-akan mempunyai hak untuk menunjukkan kebanggaannya secara sosial antara lain melalui karya arsitektur. Elemen ornamen memilik makna yang lebih luas daripada sebuah hiasan karena dianggap mampu mewujudkan secara arsitektural suatu status sosial maupun ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Studi karakter ornamen bangunan di Kampung Laweyan Surakarta menjadi hal yang menarik untuk dilakukan karena keberadaan karakter ornamen bangunan terutama di kawasan cagar budaya akan sangat berpotensi untuk mencitrakan karakter kawasan, langgam hingga menjadi penanda identitas, status sosial maupun religi suatu kelompok masyarakat khususnya kelompok saudagar batik Laweyan. Ornamen mengandung nilai sejarah yang cukup tinggi dalam masa perkembangan suatu bangunan serta makna yang dikandungnya bagi kepercayaan masyarakat suatu kawasan. Menurut Soekiman (2000), ornamen timbul diilhami oleh faktor emosi dan faktor teknik. Faktor emosi merupakan hasil cipta yang didapat dari kepercayaan, agama dan magis. Faktor teknik dalam ornamen berhubungan dengan dari material apa benda itu dibuat dan bagaimana membuatnya. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik ornamen bangunan di Kampung Laweyan Surakarta serta mengidentifikasi dan menganalisis makna yang terkandung dalam karakter ornamen bangunan. Diharapkan dari studi ini dapat memberikan wawasan mengenai teori dari berbagai jenis ornamen serta karakteristiknya pada bangunan-bangunan yang mempunyai keterkaitan dengan kelompok saudagar batik Laweyan. Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi panduan bagi penelitian serupa di masa yang akan datang. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan historis. Metode tersebut meliputi metode pengumpulan data, pengambilan sampel, analisis data, dan tahapan akhir. Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan karakteristik ornamen bangunan di Kampung Laweyan Surakarta. Pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer dengan teknik pengumpulan data lebih banyak pada participant observation, wawancara serta dokumentasi. Pemilihan sampel bangunan dengan usia bangunan melebihi 50 tahun dan memiliki ornamen-ornamen bangunan pada interior atau eksterior yang telah ada sebelum tahun 1980-an dengan menggunakan acuan bangunan yang memiliki ciri esensial dari populasi kawasan. Ciri esensial ini berupa rumah Laweyan dengan benteng (pagar) tinggi yang arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010 15

merupakan rumah saudagar batik sehingga secara representative dapat mewakili keseluruhan populasi bangunan kuno yang terdapat pada kawasan studi. Ornamen bangunan yang distudi merupakan ornamen yang dibangun pada periode masa kejayaan saudagar batik Laweyan (sebelum tahun 1980-an). Hal ini bertujuan untuk meneliti karakter ornamen yang muncul pada periode kejayaan saudagar Batik Laweyan terdapat suatu kecenderungan saudagar batik di Kawasan Laweyan untuk berlombalomba menunjukkan status ekonominya dengan memunculkan ornamen-ornamen pada hunian miliknya. Sampel bangunan sebanyak 10 bangunan dianalisis ornamen yang terdapat pada eksterior dan interior (Gambar 1). Gambar 1. Bangunan rumah tinggal Laweyan di Surakarta. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di kawasan Kampung Laweyan. Sampel bangunan didapat dengan rincian 1 bangunan di Jl. Sayangan Kulon, 2 bangunan di Jl. Tiga Negeri, 3 bangunan di Jl. Setono, 1 bangunan di Jl. Gondosuli, dan 2 bangunan di Jl. Sidoluhur. Sampel bangunan merupakan bangunan yang dihuni atau pernah dihuni oleh pemilik bangunan yang merupakan saudagar batik. Bangunan tersebut merupakan bangunan kuno dengan usia bangunan minimal 50 tahun dan memiliki ornamen bangunan baik pada eksterior maupun pada interior dengan kondisi keunikan dan keaslian ornamen masih dapat diteliti. Pemilihan sampel bangunan juga terkait dengan izin yang diberikan oleh sang pemilik bangunan atau penghuni yang berada di dalam bangunan tersebut. 16 arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010

Hasil dan Pembahasan Bangunan rumah tinggal di Kawasan Laweyan merupakan bangunan yang kaya akan penggunaan ornamen. Ornamen bangunan yang terdapat pada bangunan terdiri dari ornamen Jawa, Eropa, Arab dan Cina yang pada penerapannya digunakan secara langsung atau dimodifikasi sesuai dengan keinginan sang pemilik rumah. Karakteristik masyarakat Laweyan yang suka memamerkan kemakmuran serta status sosial terlihat pada keragaman penggunaan ragam ornamen yang digunakan (Gambar 2 dan Gambar 3). Terlihat bahwa pada periode masa kejayaan saudagar batik Laweyan. Terdapat suatu kecenderungan untuk menggunakan ornamen yang menjadi trend pada masa tersebut karena ditemukan ornamen dengan bentuk atau pola yang serupa. Pada beberapa bangunan rumah tinggal dengan lokasi yang berjauhan, penggunaan ornamen pada kolom ruang ndalem juga ditemukan pada rumah tinggal di Laweyan. Penggunaan bentuk konsol tritisan yang serupa, serta adanya dinding gebyog dengan motif ukir-ukiran lung-lungan yang terletak pada ruang ndalem bangunan. Demikian juga penggunaan nama pemilik bangunan pada plafond bangunan (Gambar 4). Ornamen pada bukaan pintu berupa kaca grafir yang terdapat pada ruang ndalem bangunan. Ornamen pada dinding ruang ndalem berupa keramik dengan gaya ornamen Arab. Ornamen yang terdapat pada kolom eksterior bangunan dengan bentukan doric sederhana dan motif geometris. 4 3 6 Ornamen makhuta pada bukaan jendela yang berfungsi sebagai pengganti gebyog pada ruang ndalem. Ornamen berpola perulangan pada plafond bangunan yang terbuat dari papan tripleks. Ornamen pada bukaan jendela eksterior bangunan dengan motif geometris. Ornamen ini tidak memiliki makna khusus. 3, 1 Ornamen linier dengan pola garis tepi pada plafond area ndalem. ornamen memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa. Ornamen pada frame bukaan jendela ndalem berupa makhuta dan burung ornamen burung, ornamen ini memiliki makna khusus. Ornamen makhuta pada bukaan jendela yang berfungsi sebagai pengganti geboyg pada ruang ndalem. Gambar 2. Perletakan ornamen pada keyplan bangunan rumah Bpk. Suharjo Jl. Tiga Negeri no.9 Laweyan. arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010 17

Ornamen ice glass pada bukaan pintu ruang ndalem Ornamen bermotif geometris pada bukaan pintu area gandok. Ornamen bermotif lung-lungan Surakarta pada bukaan pintu di ruang sentong Ornamen bermotif stilisasi flora pada kolom eksterior bangunan dengan warna coklat dan prada. Ornamen bermotif lunglungan Surakarta pada gebyog yang terdapat di ruang sentong. Motif dan pola finishing lantau pada area gandok bangunan. 1,5 4,5 2,5 5,5 7 Motif swastika dan pola perulangan yang terdapat pada ornamen dinding di ruang ndalem. 3 9 Motif patran pada lisplank bangunan. Motif dan pola finishing lantau pada r.pendopo dan ndalem bangunan. Motif banyu tetes pada lisplank bangunan. Gambar 3. Perletakan ornamen pada key plan bangunan rumah Bpk. Achmad Faris Jl. Setono RT 03 RW 02 Laweyan. 18 arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010

Ornamen yang memiliki pola dan bentuk yang serupa pada kolom interior ruang ndalem bangunan rumah tinggal Laweyan. Penggunaan ornamen lung-lungan Surakarta pada dinding gebyog yang terletak di ruang senthong bangunan. Bentuk penggayangan lengkung yang serupa pada konsol tritisan yang terletak pada eksterior bangunan. Ornamen nama pemilik bangunan pada plafond interior bangunan P W Gambar 4. Bentuk ornamen serupa pada rumah-rumah tinggal Laweyan. Bentuk ornamen yang muncul pada bangunan merupakan bentuk persegi, persegi panjang, penggayaan flora, penggayaan lengkung, bunga serta garis linier menjadi bentuk yang paling dominan pada masing-masing sampel bangunan rumah tinggal. Terdapat pula bentuk wajik, silinder, garis lengkung, dan kombinasi polygon. Bentuk lain yang cukup unik antara lain bentuk makhuta, burung, elips dan lingkaran. (Gambar 5). arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010 19

Gambar 5. Bentuk makhuta, burung, elips dan lingkaran pada ornamen. Motif yang terdapat pada ornamen bangunan merupakan motif dengan berbagai jenis dari masing-masing budaya yang mempengaruhi ornamen. Motif Jawa yang muncul pada ornamen antara lain lung-lungan Surakarta dan Yogyakarta, wajikan, kebenan, patran, padma, panahan, makhuta, kepetan, dan banyu tetes. Motif lung-lungan terutama lung-lungan Surakarta ditemukan hampir di setiap bangunan terutama pada bagian ornamen dinding interior gebyog dan pada bouvenlicht pintu atau jendela (Gambar 6). Gambar 6. Motif lung-lungan pada bouvenlicht pintu dan jendela serta pada gebyog interior bangunan. Dalam kawasan juga ditemukan motif khas Laweyan dengan stilisasi bunga, daun dan buah yang selalu ditemukan pada hampir keseluruhan kolom yang berada di ruang ndalem dan ada beberapa yang di dalam pendopo. Motif ini merupakan motif campuran Jawa dan Arab yang menjadi ciri khas Laweyan. Penggabungan antara budaya Jawa dan Eropa pada bangunan Laweyan terletak pada ornamen pada kolom ndalem bangunan. Kolom ini memiliki bentuk dasar ragam hias Jawa dengan pola Corinthian dengan ornamen pada badan kolom merupakan ornamen unik hasil modifikasi masyarakat Laweyan yang tidak ditemukan pada kawasan lain, seperti terlihat pada Gambar 4. Pola ornamen bangunan di Kampung Laweyan pada umumnya merupakan pola perulangan simetris. Pola ini ditemukan pada setiap variabel ornamen penelitian. Pola lain yang juga muncul pada karakter ornamen adalah pola asimetris, pilin, bolak-balik, memusat, isian dan garis tepi. Pola isian dan garis tepi merupakan pola yang umum digunakan pada ornamen lantai baik interior maupun eksterior. Keragaman pola paling banyak ditemukan pada ornamen lantai (Gambar 7). Karakteristik ornamen yang terdapat pada Kampung Laweyan terdiri dari berbagai warna. Warna yang dominan digunakan adalah kuning, krem, hijau tua, hijau terang dan cokelat. Warna-warna tersebut merupakan warna yang banyak digunakan oleh masyarakat Jawa. Penggunaan warna pada ornamen juga terkait dengan gaya ornamen. Ornamen Jawa menggunakan warna cokelat, kuning pucat, krem dan prada (emas). Ornamen Eropa menggunakan warna yang beraneka ragam warna cerah seperti kuning, 20 arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010

orange, merah, hijau, biru, putih dan krem. Ornamen Arab menggunakan warna merah, kuning, hijau, biru, abu-abu dan hitam. Gambar 7 Macam pola pada ornamen lantai. Ornamen dapat ditemukan pada interior dan eksterior bangunan dari kepala, badan dan kaki bangunan. Keanekaragaman ornamen paling banyak mucul pada ruang ndalem setiap bangunan. Pada ruang ini, masing-masing bangunan memiliki ornamen dengan nilai estetika paling tinggi dilihat dari keindahannya, motif, pola serta warnanya. Ornamenornamen ini diletakkan pada plafond, dinding, jendela, pintu, dan lantai. Dalam setiap bangunan rumah tinggal ditemukan ornamen dinding yang terdapat pada gebyog dan ornamen pada kolom yang terletak di ruang ndalem. Ornamen tersebut menjadi ornamen unik masyarakat Laweyan dengan gaya Jawa berupa ukir-ukiran, gaya Eropa dengan kaca patri, atau gabungan keduanyan pada ornamen gebyog serta motif khas Laweyan pada ornamen kolom. Pada umumnya, ornamen Jawa ditemukan pada badan bangunan. Ornamen Eropa ditemukan pada kepala dan badan bangunan sedangkan ornamen Arab lebih banyak ditemukan pada kaki bangunan (lantai). Tidak semua ornamen pada sampel bangunan memiliki makna. Makna ornamen yang dapat dilacak terdapat pada ornamen bermotif Jawa dengan makna sesuai dengan jenis motifnya dan tidak terpengaruh pada pola, bentuk, warna, dimensi dan letak. Ornamen Eropa dan Arab tidak memberikan makna khusus bagi pemilik bangunan karena digunakan hanya untuk memberikan nilai pada segi estetika bangunan saja. Motif ornamen tradisional Jawa yang memiliki makna sebagai berikut: a. Lung-lungan, yang memiliki makna memberi ketentraman di dalam hunian. Ditemukan pada ornamen gebyog dan tebeng pintu serta jendela. b. Wajikan, yang memiliki makna keindahan. Ditemukan pada gebyog dan tebeng pintu serta jendela. c. Kepetan, yang memiliki makna supaya penghuni rumah diberikan penerangan. Ditemukan pada gebyog bangunan. d. Panahan, yang memiliki makna sebagai pelindung ruangan. Ditemukan pada tebeng pintu dan jendela. e. Makhuta, yang memiliki makna perwujudan mahkota atau topong wayang tokoh raja. Ditemukan pada pintu sentong. f. Banyu tetes, yang memiliki makna penghormatan terhadap air sebagai sumber kehidupan. Ditemukan pada lisplank. Ornamen Eropa dengan motif geometris banyak ditemukan pada sampel bangunan. arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010 21

Ornamen ini muncul pada fasade hingga interior bangunan. Penggunaan bouvenlicht, rooster dan kaca patri menjadi ciri khas ornamen Eropa yang paling menonjol (Gambar 8). Semakin beragam motif dan warna ornamen tersebut, maka semakin tinggi status sosial pemilik bangunan. Gambar 8 Penggunaan bouvenlicht (atas) dan rooster (bawah) pada eksterior bangunan. Hasil ditemukan bahwa bangunan rumah tinggal di Kampung Laweyan memiliki klasifikasi tingkatan ruang. Ruang pendopo dan ndalem yang pada umumnya terletak pada massa utama bangunan memiliki tingkatan ruang yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruang lain. Hal tersebut terlihat pada karakteristik ornamen yang digunakan pada masing-masing ornamen pada umumnya terdiri dari dua atau lebih karakter yang berbeda. Karakter ini meliputi pada segi motif, pola, warna, atau dimensi yang berbeda dengan fungsi yang sama. Kesimpulan Ornamen yang terdapat pada Kampung Laweyan merupakan ornamen yang mendapatkan pengaruh dari Jawa, Eropa, Arab dan Cina. Ornamen Jawa paling banyak ditemukan pada ukiran Jawa yang terletak pada tebeng pintu dan gebyog pada sampel bangunan. Motif Jawa yang paling banyak digunakan adalah motif stilisasi flora dan lunglungan terutama yang memiliki gaya Surakarta. Karakteristik ornamen pada bangunan rumah tinggal Kampung Laweyan dipengaruhi oleh pengaruh budaya ornamen itu sendiri. Karakter yang dipengaruhi adalah bentuk, motif, pola, warna dan letak. Pada umumnya ornamen yang terdapat pada sampel bangunan Laweyan tidak memiliki makna yang mendalam. Makna yang ditemukan terdapat pada ukir-ukiran Jawa yang ditemukan pada tebeng atau gebyog bangunan. Makna ini berkaitan dengan ragam hias ornamen tradisional Jawa. Pada ornamen dengan pengaruh Eropa dan Arab tidak ada ornamen yang memiliki makna khusus. Saran Nilai dan makna yang dimiliki oleh masing-masing ornamen menjadi hilang nilainya karena ketidakingintahuan pemilik dan masyarakat Laweyan terhadap asal-usul ornamen tersebut. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan inventarisasi kekayaan ornamen yang dimiliki masyarakat Laweyan baik oleh pemerintah maupun masyarakat Laweyan sendiri, serta perlu adanya penyuluhan kepada masing-masing pemilik untuk menjaga dan mengetahui sejarah ornamen bangunan yang dimilikinya. 22 arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010

Daftar Pustaka Budihardjo, E. & Sidharta. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta. 1989. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Noor, O.M. 2005. Penerapan Ragam Hias Tradisional Bali Pada Rumah Tinggal Sebagian Masyarakat Melayu Selangor Malaysia. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Bandung: Institut Teknologi Bandung Ronald, A. 2005. Nilai-Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Yogyakarta: Soedarmono. 2006. Mbok Mase Laweyan. Jakarta: Yayasan Warna Warni Soekiman, D. 2000. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII-Medio Abad XX). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Copyright 2010 by Antariksa arsitektur e-journal, Volume 3 Nomor 1, Maret 2010 23