1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELABUHAN PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP) ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

I. PENDAHULUAN. Selatan dilatarbelakangi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun Povinsi Kalimantan Selatan) dan Peraturan Gubernur Kalimantan

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya, selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian nasional. Guna mewujudkan tujuan dimaksud, pemerintah berupaya menerapkan pola manajemen perikanan secara terpadu dan terarah agar pemanfaatan sumberdaya ikan dilakukan secara berkelanjutan, karena sumberdaya ikan dapat mengalami degradasi bahkan kepunahan apabila dieksploitasi secara tidak terkendali, meskipun dikatakan bahwa sumberdaya ikan dapat diperbaharui (renewable resoursces). Kecenderungan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah pemanfaataan sumberdaya kelautan dan perikanan semakin besar, sementara di sisi lain, tuntutan untuk melestarikan sumberdaya kelautan dan perikanan juga semakin besar sejalan dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pelestarian sumberdaya alam, akan tetapi hal ini tidak didukung oleh informasi yang tepat dan akurat. Keberadaan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) sebagai suatu lingkungan kerja diharapkan akan mampu menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan berbasis perikanan tangkap yang pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Di samping itu, PPS juga mengemban tugas sebagai pusat pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan (PPSC 2004). Dengan diberlakukannya UU No. 31 Tahun 2004, tentang Perikanan, kedudukan dan peran Pelabuhan Perikanan semakin strategis. Sebagaimana penjelasan pasal 41 ayat 1 ditegaskan bahwa dalam rangka pengembangan perikanan, pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan. Pembangunan Pelabuhan Perikanan diperlukan dalam rangka menunjang usaha serta pengembangan ekonomi perikanan secara menyeluruh terutama dalam menunjang perkembangan industri perikanan baik hulu maupun hilir, sehingga diharapkan akan tercapai pemanfaatan sumberdaya perikanan yang seimbang, merata dan proporsional. Jadi pada dasarnya pembangunan

2 Pelabuhan Perikanan bertujuan memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengguna jasa dan atau nelayan pada khususnya untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui keefektifan dan efisiensi usaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. Informasi memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen termasuk kegiatan usaha perikanan, pengelolaan sumberdaya ikan dan pemanfaatannya di abad ini. Tanpa memiliki informasi yang baik, suatu bidang usaha akan mengalami kemunduran, kebangkrutan dan akhirnya mati. Informasi saat ini sangat diperlukan, baik untuk membuat keputusan suatu kebijakan, ataupun memberi manfaat bagi masyarakat luas dan untuk keperluan penelitian. Kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak dapat di tolak oleh pihak manapun. Dalam rangka untuk memulai suatu usaha maupun mengembangkannya kebutuhan Informasi yang relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu adalah mutlak dan mendesak. Sebagaimana disebutkan oleh Suroso dan Seminar (2003) bahwa sistem informasi telah menjadi salah satu komponen penting dalam menunjang kesuksesan jalannya roda usaha dan perusahaan. Sesuai dengan pasal 46 UU 31 Tahun 2004 tentang Perikanan bahwa: (1) pemerintah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data statistik perikanan serta menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data potensi, sarana dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya ikan dan pengembangan sistem bisnis perikanan. (2) pemerintah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk menyelenggarakan sistem informasi dan data statistik perikanan. Selanjutnya pada Pasal 47 disebutkan bahwa: (1) pemerintah membangun jaringan informasi perikanan dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri, (2) sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi perikanan (Dirjen PSDKP 2005). Pada penjelasan dari pasal 46 UU 31 Tahun 2004 disebutkan bahwa dalam rangka penyusunan rencana pengembangan sistem informasi dan data statistik perikanan serta penilaian kemajuannya, diperlukan data teknik, produksi, pengolahan, pemasaran ikan, serta sosial ekonomi yang dapat memberikan

3 gambaran yang benar tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang tersedia. Data dan informasi tersebut, antara lain: (1) jenis, jumlah, dan ukuran kapal perikanan; (2) jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan; (3) daerah dan musim penangkapan; (4) jumlah tangkapan atau jumlah hasil pembudidayaan ikan; (5) luas lahan dan daerah pembudidayaan ikan; (6) jumlah nelayan dan pembudidaya ikan; (7) ukuran ikan tangkapan dan musim pemijahan ikan; (8) data ekspor dan impor komoditas perikanan; dan (9) informasi tentang persyaratan tertentu yang berkaitan dengan standar ekspor. Pelabuhan perikanan adalah salah satu sarana yang strategis untuk menunjang pembangunan di bidang perikanan. Peran tersebut antara lain meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam agribisnis perikanan dan meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai. Selain itu, pelabuhan perikanan juga menunjang tumbuhnya usaha perikanan baik skala besar maupun skala kecil dan menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam suatu skala ekonomi yang efisien. Pelabuhan Perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi perikanan mempunyai potensi informasi tentang sumberdaya ikan, dan segala aspek kegiatan industri perikanan. Oleh karenanya diharapkan dapat menjadi pusat informasi pengembangan perikanan dan manajemen data base berbasis pengelolaan sumberdaya ikan. Dalam rangka mewujudkan keinginan tersebut, Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan telah membangun sebuah sistem informasi yang berbasis internet yang diharapkan dapat menjadi sistem informasi tentang ketersediaan sumberdaya ikan, prasarana pelabuhan perikanan, kegiatan operasional dan peluang usaha dari masing-masing pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia secara lengkap berkelanjutan, akurat dan tepat waktu, agar pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang ada dapat dilakukan secara optimal. Sistem Informasi ini dinamakan Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP). Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) merupakan salah satu basis perikanan tangkapdi pantai selatan di Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia menjadikan PPSC

4 berpeluang untuk dikembangkan lebih jauh. Sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di PPSC banyak terkonsentrasi di perairan Cilacap sehingga tekanan terhadap penangkapan suatu jenis ikan semakin tinggi. Prakiraan potensi perikanan tangkap terdiri atas: perairan pantai Cilacap dan lepas pantai Kabupaten Cilacap sebesar 60.560 ton dengan rincian potensi ikan pelagis sebesar 22.000 ton, demersal 22.360 ton, udang 12.500 ton dan cumi-cumi sebesar 3.700 ton (DPK Cilacap 2002). Berbagai kegiatan berlangsung di pelabuhan perikanan, dengan demikian perlu koordinasi dan pengawasan (controlling) melalui sistem manajemen dan teknologi informasi yang efektif. Berbagai instansi yang terkait di pelabuhan, seperti kantor pelabuhan, kantor syahbandar, tempat pelelangan ikan, unit usaha dan nelayan memerlukan informasi dalam menunjang kelancaran kerja, pengambilan keputusan serta kebijakan yang akan dilakukan. Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) merupakan salah satu sentra produksi perikanan sehingga merupakan wilayah yang potensial bagi pengembangan industri perikanan. Dalam pengelolaan segala aspek di pelabuhan ini sangat diperlukan adanya sistem informasi. Beberapa sistem informasi telah berjalan di wilayah pelabuhan ini selama bertahun-tahun, akan tetapi dalam perkembangannya, sistem informasi ini belum mempunyai nilai tepat guna. Belum mempunyai nilai tepat guna disini berarti bahwa sistem informasi yang berjalan tidak dapat menjangkau semua sasaran sistem informasi tersebut. Sebagai contoh terdapat dua hal kontradiktif yang berlaku saat ini yang belum dapat atau kurang menjadi perhatian para stakeholder saat ini yaitu nelayan Kabupaten Cilacap yang tidak atau kurang merasakan kehadiran sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini dan di lain pihak dikatakan bahwa sistem informasi dibuat agar dapat digunakan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Artinya semua sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini di PPSC belum dapat digunakan langsung oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan merupakan ujung tombak dari peningkatan produksi di PPSC. Beberapa permasalahan utama yang sangat mengkhawatirkan di PPSC saat ini adalah; (1) pendidikan formal yang dimiliki nelayan yang rendah sehingga kurang cepat menerima transfer teknologi dan (2) permasalahan yang ada menyangkut aspek produksi dan nilai produksi tidak lepas dari karakter nelayan itu sendiri serta (3) lemah dan terbatasnya informasi yang dimiliki nelayan tentang daerah penangkapan ikan, operasionalisasi di PPSC seperti kegiatan

5 pelelangan meliputi harga ikan, fasilitas di PP. Nelayan Kabupaten Cilacap 80% berasal dari nelayan lokal sedangkan sisanya berasal dari luar daerah. Sebagai nelayan musiman atau andon dan buruh, pada umumnya nelayan masih mempercayai budaya turun temurun (misalnya pada Jum at kliwon tidak melaut, sedekah laut). Karena beberapa kondisi tersebut (sistem informasi yang tidak mengenai sasaran dan sifat atau karakteristik nelayan Cilacap) maka diperlukan sistem informasi khusus bagi nelayan Kabupaten Cilacap atau sistem informasi berorientasi nelayan. Sistem informasi khusus nelayan atau sistem informasi bebasis nelayan merupakan suatu sistem informasi yang didesain berdasarkan kebutuhan nelayan dalam operasi penangkapan ikan dan dapat digunakan oleh pihak pelabuhan dalam peningkatan produksi atau nilai produksi serta pengelolaan pelabuhan. Sistem informasi yang didesain ini diharapkan menjadi jembatan penghubung antara PPSC dan nelayan. Sistem informasi bebasis komputer sasarannya adalah memanfaatkan teknologi komputer untuk menghasilkan informasi yang lebih singkat dan kemampuan proses yang cepat untuk menghasilkan informasi yang akurat. Namun dalam kenyataan saat ini sistem tersebut tidak kompetitif karena hanya mampu mengolah, menyimpan dan mencetak saja, sedangkan dalam pendistribusiannya relatif memerlukan waktu sehingga unsur tepat waktu sebagai faktor kualitas informasi belum dapat dipenuhi. Dewasa ini kemampuan kinerja komputer tersebut dapat ditingkatkan dengan terciptanya teknologi jaringan, sehingga pihak eksekutif ketika membutuhkan informasi dapat melakukan secara online (tidak menunggu operator mencetak laporan atau kurir mendistribusikan informasi). Dengan sistem yang terkomputerisasi diharapkan terjadi peningkatan dari segi keakuratan, kecepatan, relevansi, dan ketepatan penyampaian informasi, maupun dari segi manajemen pengelolaan data historis dari pelabuhan perikanan. Selain itu, dengan dibangunnya aplikasi komputer yang bersifat user friendly, menjadikan aplikasi tersebut dapat dengan mudah dioperasikan tanpa memerlukan operator khusus dalam proses pemasukan data operasi dan historis.

6 1.2 Perumusan Masalah Status kelembagaan PPSC adalah UPT Pusat namun terletak di wilayah administratif Jawa Tengah, maka arah pengembangannya senantiasa memperhatikan aspirasi dan kebutuhan riil masyarakat, serta berupaya untuk menjembatani kepentingan pemerintah pusat dan daerah sehingga terjadi sinergi program yang bermuara pada kemajuan dan kemandirian masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan. Untuk mewujudkannya maka salah satu kebijakan operasional yang ditempuh adalah pengembangan sistem informasi perikanan yang dapat diakses secara luas dan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan meliputi kegiatan peningkatan sarana dan jaringan informasi perikanan, penyempurnaan sistem informasi perikanan tangkap dan pengembangan statistik perikanan (PPSC 2004). Secara kuantitatif data dan informasi tentang pelabuhan perikanan (PP) yang ada saat ini sudah cukup banyak, namun secara kualitatif masih belum dapat diandalkan untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pelabuhan perikanan secara optimal. Hal ini disebabkan karena pengumpulan dan pengelolaan data serta informasi tersebut masih dilakukan secara sektoral oleh berbagai instansi yang merasa berkepentingan dalam bidang PP. Pengumpulan dan pencatatan data-data masih dilakukan secara tradisional dalam arsip-arsip yang belum tertata dan tersimpan dengan rapi dan belum terkomputerisasi dengan baik. Sehingga proses pengambilan dan penyebaran data masih diperoleh secara manual dan sering kali sulit dilakukan bila data dibutuhkan dalam waktu dekat, membutuhkan ruang tersendiri sebagai tempat penyimpanan dan kemungkinan data-data tersebut hilang bisa saja terjadi. Dari data-data tentang pelabuhan perikanan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai usaha perikanan yang ada di Cilacap, baik dari segi armada penangkapan, hasil tangkapan, upaya tangkapan, dan daerah penangkapan. Kepentingan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data dan informasi tentang PP sebagai acuan pertimbangan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di suatu daerah, membutuhkan sistem informasi (Moekijat 1991). Sistem informasi yang baik dibutuhkan untuk menghasilkan kebijakan dan keputusan yang tepat dalam pengembangan dan pengelolaan pelabuhan perikanan di Cilacap, yang berada di selatan Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

7 Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian tentang perancangan sistem informasi pelabuhan perikanan untuk mendukung pengembangan usaha perikanan tangkap. Sistem tersebut dapat menyimpan dan mengolah data serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan secara teratur, lebih cepat, akurat, efektif dan efisien. Selain itu, sistem informasi tersebut juga tidak memerlukan pengelola data yang cukup banyak. Rancangan sistem informasi ini perlu dipersiapkan agar dapat menjadi sistem informasi yang terpadu dengan memanfaatkan komputer sebagai sistem pendukung. Penggunaan komputer dapat meningkatkan kemampuan pengolahan, ketelitian, ketepatan, kecepatan, serta kapasitas penyimpanan dan pengumpulan data. Dengan sistem ini hasil yang diperoleh dapat diandalkan untuk mendukung pengembangan usaha perikanan tangkap. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sistem informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh para pelaku usaha perikanan dan pengelola PP, sehingga kebutuhan data dan informasi yang mendukung bagi para pelaku usaha perikanan dapat diperoleh dengan cepat dan tepat. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu sistem informasi pelabuhan perikanan berbasis nelayan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perikanan tangkap serta pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap khususnya. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1) Kontribusi pada pengembangan ilmu sistem bagi peningkatan mutu dan keefektifan manajemen pelabuhan sehingga terwujud pemanfaatan pelabuhan yang optimal oleh para pelaku perikanan. 2) Sumber informasi tentang perikanan tangkap yang dapat digunakan oleh nelayan, perusahaan perikanan, investor, lembaga pendidikan, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal perencanaan, pengendalian operasi dan pengambilan keputusan.

8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup pembuatan rancang bangun sistem informasi yang dimulai dengan analisis kebutuhan dan diakhiri dengan pembuatan sistem informasi tersebut. Penelitian ini juga melakukan pengkajian karakteristik perikanan tangkap di Cilacap. Karakteristik ini diungkapkan dalam bentuk deskripsi spesifikasi unit penangkapan ikan, produksi ikan per trip dan kompilasinya, nilai jual ikan, ukuran ikan, operasionalisasi serta fasilitas yang tersedia di PPSC. 1.6 Kerangka Pemikiran Era globalisasi yang ditandai dengan makin majunya telekomunikasi, transportasi, dan komputerisasi telah menjadikan informasi sebagai bagian penting dan berharga bagi dunia usaha dan dunia kerja dengan dukunga yang besar pada kegiatan operasional, pengendalian manajerial, dan perencanaan strategis organisasi. Informasi merupakan salah satu sumberdaya penting dalam manajemen modern sehingga banyak keputusan strategis yang tergantung pada informasi. Peranan informasi dewasa ini sangat berperan penting, dukungannya dapat membuat suatu lembaga, perusahaan, usaha perorangan termasuk dunia perikanan dan kelautan. Informasi merupakan suatu sumberdaya yang berharga, tidak ubahnya dengan sumberdaya yang lainnya seperti teknologi, sarana prasarana, keuangan, manusia, alam. Informasi dapat menambah efektivitas serta nilai mutu suatu manajemen, dimana akusisi dan pengolahan data menjadi pondasi penting. Dalam rangka menunjang pengembangan perikanan tangkap, ketersediaan data yang akurat dan tidak kadarluasa menjadi salah satu faktor penting. Statistik perikanan yang ada saat ini dirasakan masih belum menyajikan data perikanan yang cukup akurat, lengkap, dan detail. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan data perikanan perlu dibangun suatu sistem informasi perikanan yang berbasis di pelabuhan perikanan. PPSC yang merupakan sentral perikanan khususnya di wilayah selatan Jawa Tengah. Sebagai sentral perikanan, PPSC memerlukan pengelolaan yang komprehensif. Baik dan buruknya pengelolaan akan sangat menentukan pengguna khususnya nelayan. Salah satu sarana yang sangat mendukung dalam terwujudnya kinerja baik di lingkungan PPSC ini adalah sistem informasi

9 (SI). Informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan para pengguna pelabuhan dalam menunjang kelancaran operasi penangkapan ikan. Saat ini terdapat beberapa sistem informasi yang telah ditawarkan dan telah diterapkan di PPSC, namun sejumlah sistem tersebut dirasakan belum dapat memberi manfaat yang dirasakan oleh nelayan sebagai ujung tombak dalam proses produksi ikan di lingkungan PPSC ini. Oleh karena, SI seyogianya sesuai dengan harapan pengguna, maka dalam tahap ini perlu dilakukan evaluasi terhadap SI tersebut dengan melibatkan nelayan sebagai pengguna utama. Sebagai bagian dari sistem informasi, perancangan suatu sistem memerlukan pendekatan sistem. Perancangan sistem memerlukan sistem itu sendiri, dengan demikian pembuatan SI akan lebih mudah diterapkan, sehingga dapat dihasilkan sistem yang efisien. Dalam perancangan sistem informasi ini membutuhkan beberapa masukan langsung baik dari pengelola pelabuhan sebagai penentu kebijakan dan masyarakat, umumnya nelayan, yang beroperasi di lingkungan PPSC. Sistem informasi pelabuhan perikanan yang akan dirancang merupakan bagian dari sistem pemanfaatan sumberdaya perikanan. Sebagaimana disebutkan Haluan et.al (1989) menyatakan bahwa permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan memiliki permasalahan yang kompleks, dinamis, probalistik. Sehingga mempelajarinya dan mengatasinya melalui pendekatan sistem.