I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Produksi Kelapa Sawit (Elaesis guineensis Jacq) hal yang memiliki potensi tertentu untuk di manfaatkan secara maksimal.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit. Deskripsi Tumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. melanococca. Kemudian digolongkan berdasarkan tebal tipisnya cangkang

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

TINJAUAN PUSTAKA. dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang (Hartono,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi Kelapa Sawit (Elaesis guineensis Jacq) Potensi Produksi adalah kemungkinan yang dapat dihasilkan atau sesuatu hal yang memiliki potensi tertentu untuk di manfaatkan secara maksimal. Dalam hal ini, potensi produksi kelapa sawit memiliki pengertian ialah sesuatu hal atau potensi tertentu yang dapat dimanfaatkan yaitu berupa produksi Tandan Buah Segar (TBS). Dalam kegiatan pembudidayaan tanaman kelapa sawit dengan skala besar pada kegiatan pemanfaatan produksinya akan membutuhkan tenaga dalam jumlah besar dalam memonitor semua aset yang dalam jumlah besar tersebut. Adapun salah satu metode yang akan membawa dampak positif jika hal tersebut di lakukan dilapangan adalah metode peramalan Potensi Produksi. Peramalan Potensi Produksi adalah kiat untuk memperhitungkan atau meramal berdasarkan data pendukung. Jika di dunia perkebunan kelapa sawit, misal, melalui metode AKP, atau Taksasi Produksi. Maka akan ada korelasi yang baik dengan hasil produksinya yang akan diperoleh. Jika pun tidak sama, tapi data yang dihasilkan pasti akan mendekati senyatanya dengan catatan kegiatan dalam usaha untuk memperoleh data pendukungnya berlangsung secara baik dan tepat. Sehingga jauh sebelum kegiatan produksinya berlangsung, maka telah di ketahui atau telah terbaca kira kira berapa keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan budidaya yang telah dilakukan oleh perusahaan terkait (Nasihin, 2012). 4

Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting dalam sektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tananam yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit (Sinuraya, 2012). B. Kelapa Sawit Nama latin dari kelapa sawit adalah E. guineensis Jacq. Elaeis berasal dari kata Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani dan Guineensis berasal dari kata Guinea yaitu Pantai Barat Afrika. Jacq berasal dari nama ahli botani (botanist) Amerika bernama Jacquin. Berdasarkan Taksonomi, kelapa sawit (E. guineensis Jacq) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 5

Gambar 1. Tanaman Kelapa Sawit (E.guineensis Jacq) (sumber foto: cybex.pertanian.go.id) Divisi Sub Divisi Klas Sub klas Ordo Famili Sub family Genus Species : Tracheophyta : Pteropsida : Angiospermae : Monocotyledoneae : Cocoideae : Palmae : Cocoideae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq. Sumber (Nasihin, 2012) Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut terdapat varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan dibandigkan dengan varietas lainya, diantaranya tahan terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Berikut 6

ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yaitu : a. Berdasarkan Warna Buah Nigrescens : Buahnya berwarna violet sampai hitam waktu masih muda dan menjadi merah kekuningan saat matang Gambar 2. Buah kelapa sawit tipe Nigrescens (sumber foto :Hartley,1977) Virescens : Buahnya berwarna hijau waktu masih muda dan menjadi merah kuning (orange) saat matang. Gambar 3. Buah kelapa sawit tipe Virescens (sumber foto :Hartley,1977) Albescens : Buah muda berwarna kuning pucat (keputih-putihan), dan menjadi kekuning-kuningan saat matang dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. 7

Gambar 4. Buah kelapa sawit tipe Ablescens (sumber foto : Hartley,1977) b. Berdasarkan Ketebalan Cangkang Dura memiliki cangkang tebal (3-5mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%. Psifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnya hamper selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit. Karakteristik Kelapa Sawit yaitu sebagai berikut : 1. Akar Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang kearah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertical ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang 8

menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Sunarko, 2008). Adapun kelapa sawit memiliki beberapa jenis akar yang meliputi: - Akar Radikula: akar yang pertama muncul Priode kecambah, panjang adalah 10 sampai 15 mm. - Akar Primer : akar yang terdekat dengan bonggol dan berdiameter terbesar yakni 8 sampai 10 mm dengan panjang sampai 18 m. - Akar Sekunder : tumbuh dari akar primer dengan diameter 2 4mm. - Akar Tersier : tumbuh dari akar sekunder dengan diameter 0,7 sampai 1,5 mm dengan panjang mencapai 15 cm. - Akar Kwarter : tumbuh dari akar tersier dengan diameter 0,1 0,5 mm dengan panjang 1 4 mm (Nasihin, 2012). 2. Batang Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam didalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis, dan enak dimakan. Di batangnya terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, 9

pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas (Sunarko, 2008). 3. Daun Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun (Sunarko, 2008). Setiap ketiak daun terdapat Bunga Jantan atau Bunga Betina. Kelapa Sawit memproduksi dua pelepah dalam waktu satu bulan. Setelah tanaman besar, ada pelepah yang tidak memiliki tandan bunga. Hal ini disebabkan oleh Gugur Bunga (aborsi). Susunan pelepah Kelapa Sawit mengenal Phylotaxis 3/8, artinya: ada 8 buah pelepah yang berurutan terdapat didalam 3 lingkaran (Nasihin, 2012). 4. Bunga dan buah Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Kelapa Sawit berbunga Uni Sexual atau Berumah Satu dan lebih umum lagi disebut Berkelamin Tunggal. Setiap Tandan Bunga Kelapa Sawit ditutup oleh seludang. Tangkai Bunga Jantan Kelapa Sawit panjang,dan tangkai Bunga Betina 10

pendek. Aborsi Bunga Jantan dan Bunga Betina terjadi sebelum bunga membuka. Aborsi bunga kebanyakan di musim dingin. Perbandingan tertinggi dari Bunga Betina pada tahun Produksi permulaan dengan meningkatnya umur Sex Ratio cenderung menurun. Tanaman Kelapa Sawit mulai berbunga pada umur 14 18 Bulan dilapangan. Mulanya keluar Bunga Jantan dan bertahap di ikuti oleh Bunga Betina dan kadang ditemui juga Bunga Banci. Bunga Jantan 100 250 Spikelet yang mekar dan akan wangi 2-4 hari. Bunga Betina 100 200 Spikelet, tiap Spikelet 15 20 bunga. Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga Betina atau bunga Jantan (Nasihin, 2012). Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah. - Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebutdengan plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun. - Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya akan menjadi akar. Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil dan seterusnya membentuk akar- akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit 11

kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudia menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles) (Sunarko, 2008). Tahapan tahapan Pematangan Buah Kelapa sawit, adalah sebagai berikut: 8 minggu setelah penyerbukan, buah kecil-kecil berisi cairan / liquid, 10 minggu setelah itu jadi seperti agar-agar/ gelatineous dan jumlah lemak sangat sedikit yaitu sebagai minyak protoplasma. Penimbunan minyak yang lambat sampai 12-13 minggu dan tidak akan mengeras hingga 15 minggu. Penimbunan terbesar terjadi di minggu 14 16. Sebelum pematangan berat kering berkurang hinga 3 5 kali dan kadar lemak 70 75 % (Nasihin, 2012). 5. Biji Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat 12

keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Sunarko, 2008). Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 20 meter. Tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Setyamidjaja, 2006). Akar tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m (Sastrosayono, 2003). C. Botani dan Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 20 meter. Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Setyamidjaja, 2006). Akar tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m (Sastrosayono, 2008) Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun 13

majemuk yang di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Buah kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan (Sunarko, 2008). D. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit a. Kesesuaian iklim Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 0 C dengan suhu maksimum 33 0 C dan suhu minimum 22 0 C sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250-3.000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3), curah hujan optimal berkisar 1.750-2.500 mm. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh karena kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang di bandingkan tanaman lainnya (Sulistyo, 2010). Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. 14

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (ph) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 0 (Kiswanto, 2008) b. Kesesuaian lahan Faktor kesesuaian lahan dan iklim/cuaca erat kaitannya dengan penyebaran lokasi, khususnya pada daerah-daerah dengan daya saing kelapa sawit cukup rendah dibandingkan komoditi alternatif lainnya, sehingga diperlukan adanya pemetaan lahan potensial untuk tanaman kelapa sawit. Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 LU-15 LS, ketinggian yang ideal berkisar antara 0-400 m dpl, curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun, suhu optimum adalah 29-30 C, intensitas sinar matahari sekitar 5-7 jam/hari dengan rata-rata penyinaran 6 jam /hari, kelembaban optimum sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol dengan nilai ph optimum adalah 5,0 5,5, tanah gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 25 o. Solum tanah > 80 cm tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung atau liat dengan komposisi pasir 20 60 %, debu 10 40 %, liat 20 50. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan 15

unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 di mana C 1 % dan N 0,1 %. Daya tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu Mg 0,4 10 me/100 gram, sedangkan K 0,15 1,20 me/100 gram. Kesesuaian kelas 1 mensyaratkan curah hujan 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata. Tapi masih ditoleransi sampai dengan 1500 mm/ tahun. Curah hujan lebih dari 2500 mm akan menstimulasi terjadinya erosi yang akan menurunkan kesuburan tanah, sedangkan bulan kering yang signifikan akan mengakibatkan terjadinya defisit air dan dapat menekan produksi. Temperatur kelas 1 untuk sawit adalah 22 33 0 C. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pertumbuhan bunga dan buah (Sasongko, 2010). E. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense) Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh G. boninense merupakan penyakit yang penting dalam industri kelapa sawit (Flood et al., 2010). Umumnya, gejala dari BPB akan terlihat setelah 6 sampai 12 bulan setelah infeksi. Pangkal batang kelapa sawit yang terinfeksi akan membusuk sehingga akan tumbang sebelum masa produktif berakhir. Pada daerah endemik, penyakit ini dapat menyerang tanaman dengan umur dua tahun. Penyebab penyakit BPB kelapa sawit di beberapa negara dilaporkan berbeda-beda, yaitu beberapa spesies Ganoderma saprofitik dari kelompok Basidiomycota. Di Afrika Barat, penyebab BPB diidentifikasi sebagai G. lucidum, di Nigeria diidentifikasi sebagai G. zonatum, G. encidum, G. colossus, dan G. Applanatum (Breton et al. 2006). Infeksi atau penularan penyakit ini terjadi melalui 16

kontak akar tanaman sehat dengan sumber infeksi didalam tanah seperti potongan akar padat dan batang yang mengandung koloni pathogen (Semangun, 2008). Klasifikasi Ganoderma boninense berdasarkan Susanto (2011) yaitu : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Agarimycetes : Polyporales : Ganodermataceae : Ganoderma : Ganoderma boninense Pat. Gambar 5. Bentuk morfologi G. boninense yang terdapat pada akar tanaman kelapa sawit di Kebun Tanjung Beringin Afdeling I (Sumber foto : langsung oleh Peneliti) Menurut Venkatarayan dalam Semangun (2008), jenis Ganoderma.sp penyebab busuk pangkal batang kelapa sawit dapat menyerang 44 jenis tanaman, yang termasuk kedalam 34 genus, antara lain: Kelapa, Pinang, dan Kelapa sawit. Meskipun demikian yang memegang peranan penting sebagai sumber infeksi bagi tanaman kelapa sawit adalah tunggul tunggul kelapa dan kelapa sawit itu sendiri. 17

Gambar 6. Tanaman Kelapa sawit (E. guineensis Jacq) yang terserang penyakit busuk pangkal batang. (Sumber foto : langsung oleh Peneliti) Ganoderma boninense berkembang paling baik pada suhu 27 30 0 C dan ph 3,5 5,0. Jamur ini mudah diisolasi dari akar atau batang yang sakit dengan memakai media selektif. Selain secara morfologis, dewasa ini telah diusahakan beberapa cara untuk membedakan bermacam macam jenis dari isolat Ganoderma.sp dengan memakai teknik serologi dengan antibodi poliklonalnya dan dengan penandaan DNAnya. Meskipun Ganoderma.sp membentuk banyak tubuh buah, sampai sekarang peran sporanya belum diketahui dengan jelas. Namun pada umumnya dianggap bahwa spora (Basidiospora) tidak dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit, sehingga diduga bahwa dengan spora ini jamur dapat berkembang pada tunggul tunggul atau kayu kayu yang seterusnya bahan bahan ini dapat menjadi sumber infeksi 18

bagi kelapa sawit sehat. Jadi spora lebih berfungsi untuk menyebarkan sumber infeksi (Semangun, 2008). F. Mekanisme Infeksi Penyakit Busuk Pangkal Batang (G. boninense) Infeksi jamur Ganoderma di lapangan berawal dari adanya persentuhan akar tanaman yang sehat dengan jaringan akar tanaman yang telah terserang di dalam tanah atau batang kelapa sawit yang telah terinfeksi jamur Ganoderma yang dibiarkan membusuk di kebun (sebagai sumber inokulum Ganoderma) di mana jamur Ganoderma masih hidup sebagai saprofit. Di bagian akar, miselium jamur Ganoderma berada dalam sel empulur, korteks, endodermis perisikel dan parenkima. Jamur ini akan menginfeksi dan bergerak dalam akar menuju ke pangkal batang tanaman kelapa sawit. Pada bagian batang yang terinfeksi, terdapat suatu garis hitam (blackline) yang memisahkan antara jaringan yang terinfeksi dengan yang sehat. Munculnya garis hitam pada bagian batang ini terjadi karena enzim-enzim yang dikeluarkan oleh jamur Ganoderma. Beberapa spesies Ganoderma memproduksi enzim amylase, ekstraseluler, oksidase, invertase, koagulase, protease, renetase, pektinase, dan selulose. G. boninense memproduksi manganese peroksidase (MnP) dan lakase. Kolonisasi dan infeksi jamur Ganoderma dalam jaringan akar dan batang pohon kelapa sawit yang telah terinfeksi menyebabkan timbulnya gejala penyakit pada daun. Kajian histopatologi yang telah dijalankan menunjukkan jamur Ganoderma merupakan penyakit vaskular, di mana invasi jamur ini melalui 19

pergerakan miselium dalam floem dan xilem. Kehadiran miselium dalam jaringan vaskular inilah yang mengganggu proses pengambilan air dan makanan. Oleh karena itu, timbulnya gejala penyakit di bagian pucuk dan pelepah (Semangun, 2008). 20