PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MATERI PERBANDINGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL MEGA ISHANA NPM. 10050128 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MATERI PERBANDINGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Mega Ishana*), Zulfaneti, M.Si ** ), Dewi Yuliana Fitri, S.Si, M.Pd ** ) * ) Mahasiswa Program Studi Pendididkan Matematika STKIP PGRI SUMBAR ** ) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR ABSTRACT The student s difficulty in understanding the division material is one of the reasons to develop the module. The other factor is there is no an effective teaching material that is able to facilitate the students to study. The research aims to develop a teaching material in the form of a valid and practical module of division material for students of seventh grade. The development model used is the procedure of Instructional Development Institute (IDI) that consists of three stages, i.e. defining, developing, and evaluating. The validation is conducted by one of the lecturers of math department, one of the lecturers of the Indonesian department and one of the math teachers. The validity test result of constructivism-based module shows that the constructivism-based module of very valid criteria is 4.56 for the average. Meanwhile, the student practical test result shows that a constructivism-based module of very practical category is 96% and the teacher try-out test result of very practical criteria is 88%. It can be concluded that a constructivism-based module of division material is valid and practical. Keywords: constructivism-based, module, development, division PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peran penting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas dengan konsep sehingga memungkinkan siswa untuk berfikir secara rasional. Mengingat matematika berperan penting maka salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam penyempurnaan pendidikan adalah perubahan kurikulum. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 28-29 November 2013 dismpn 3 Sutera, ditemukan bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi. Hal ini 1
disebabkan karena sumber belajar yang digunakan hanya berupa buku teks. Minimnya persediaan buku teks yang ada disekolah membuat siswa kesulitan untuk mendapatkan sumber belajar sehingga siswa hanya menerima penjelasan dari guru saja. Guru menyatakan bahwa materi perbandingan merupakan salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa. hal ini disebabkan karena siswa kesulitan dalam mengoperasikan aljabar yang bersifat abstrak, dan apabila diberikan soal pemecahan masalah siswa kesulitan dalam dalam menyalesaikan karena tidak mampu menerjemahkan kedalam bentuk kalimat metematika. Mengatasi permasalahan dalam pembelajaran matematika tersebut dibutuhkan suatu bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik siswa serta mampu memfasilitasi siswa untuk belajar secara mandiri. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan adalah modul berbasis konstruktivisme. Modul berbasis konstruktivisme yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan minat siswa. pelaksanaan dari konstruktivisme yaitu guru bernegosiasi dengan siswa tetapi bukan memberikan jawaban akhir yang telah jadi. Menurut Nasution (1988: 205) Modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiataan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki unsur-unsur antara lain judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja dan evaluasi. Menurut Nurhadi, dkk (2004: 33) Konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong (tibatiba). 2
Modul dengan pendekatan konstruktivisme adalah modul yang dilengkapi dengan uraian materi, contoh soal dan latihan yang harus dikerjakan siswa. Materi dan kegiatan pembelajaran yang membantu siswa mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan menemukan sendiri konsepkonsep yang ada. Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah mengembangkan modul berbasis konstruktivisme yang valid dan praktis di SMPN 3 Sutera, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul berbasis konstruktivisme yang valid dan praktis pada materi perbandingan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development). Menurut Borg dalam Sugiyono (1998:9) Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Pada penelitian ini dikembangkan modul berbasis konstruktivisme dalam pembelajaran matematika untuk materi Perbandingan. Model pengembangan yang digunakan adalah IDI (Instructional Development Institute) dari Mudhoffir (1990: 46) terdiri dari tiga tahap yaitu tahap penentuan (define) berisi fungsi identifikasi masalah, analisi keadaan, dan mengatur pengelolaan, tahap pengembangan (develop) yang berisi fungsi identifikasi tujuan, pengkhususan metode dan penyusunan prototipe, dan tahap penilaian (evaluate) yang berisi fungsi pengujian prototipe, analisis hasil, dan implementasi/pengulangan. Tahap define (penentuan). Hasil tahap penentuan diperoleh dari wawancara dengan siswa dan guru kelas VII, analisis silabus, analisis buku teks, mempelajari karakteristik siswa dan menelaah literatur. Develop (tahap prototipe), pada tahap ini yaitu merancang modul berbasis konstruktivisme. Evaluate (tahap 3
penilaian), pada tahap ini dilakukan validasi dan praktikalitas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi, angket dan pedoman wawancara. Untuk menentukan tingkat kevalidan modul digunakan rumus: = (Walpole, 1993 :24) Dengan kriteria sebagai berikut: a. Bila rerata >4,20 maka modul dikategorikan sangat valid. b. Bila 3,40< rereta 4,20 maka dikategorikan valid. c. Bila 2,60< rerata 3,40 maka dikategorikan cukup valid. d. Bila 1,80<rerata 2,60 maka dikategorikan kurang valid. e. Bila rerata 1,80 maka dikategorikan tidak valid. Untuk menentukan tingkat ke praktisan dilihat dari hasil tabulasi tiap item dicari persentasenya, dengan rumus : = 100% Setelah presentase diperoleh, dilakukan pengelompokan sesuai kriteria yang dimodifikasi dari Riduwan (2013:89) a. Bila rerata > 80% maka modul dikategorikan sangat praktis. b. Bila 61% < rereta 80% maka dikategorikan praktis. c. Bila 41%< rerata 60% maka dikategorikan cukup praktis. d. Bila 21% < rerata 40% maka dikategorikan kurang praktis. e. Bila rerata 20% maka dikategorikan tidak praktis. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penilaian dari validator maka diperoleh modul berbasis konstruktivisme yang valid dan praktis untuk materi perbandingan melalui tiga tahapan yaitu define, design, dan develop. Hasil tahap define (penentuan) dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Hasil wawancara dengan guru dan siswa yaitu materi perbandingan termasuk materi yang sulit bagi siswa, siswa mengalami kesulitan dalam memahami buku teks sehingga siswa hanya menerima penjelasan dari guru. 2) Hasil analisis 4
silabus yaitu materi yang diajarkan belum sesuai dengan kompetensi dasar. 3) Hasil analisis buku teks diperoleh bahwa penyajian materi belum memberi kesempatan kepada siswa dalam membentuk pemahaman siswa. 4) Hasil analisis karakteristik siswa yaitu soal-soal yang ada pada buku teks tergolong sulit dan bahasa yang digunakan juga sulit untuk dipahami. 5) Hasil analisis literatur yaitu menganalisis buku-buku yang berhubungan dengan modul perbandingan berbasis konstruktivisme. Hasil analisis tahap pengembangan (develop) dirancang modul perbandingan yang terdiri dari 3 modul yaitu modul 1 mengenai pengertian perbandingan dan gambar & model berskala, modul 2 masalah proporsi dan jenis-jenis perbandingan, modul 3 menyelesaikan masalah sehari-hari yang melibatkan perbandingan. Hasil tahap evaluate (penilaian) diperoleh dari hasil validasi dan praktikalitas modul berbasis konstruktivisme. Modul divalidasi oleh Siskha Handayani, M.Si (dosen matematika STKIP PGRI Sumbar), Adrias, M.Pd (dosen bahasa indonesia STKIP PGRI Sumbar) dan Aprina Citra Sari, S.Pd (guru matematika SMPN 3 Sutera). Validator menilai tiga aspek yaitu aspek materi, aspek penyajian, dan aspek bahasa dan keterbacaan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Validasi Modul Secara Keseluruhan Jumlah skor dari No Aspek yang validator Jumlah dinilai 1 2 3 1 Aspek materi 18 20 19 57 2 Aspek 56 62 61 179 penyajian 3 Aspek bahasa dan keterbacaan 21 21 23 65 Total skor 301 Rerata keseluruhan 4,56. Berdasarkan Tabel 1, diperoleh hasil validasi dengan rata-rata keseluruhan 4,56. Hal ini berarti bahwa modul perbandingan berbasis konstruktivisme sudah sangat valid. Hasil praktikalitas modul oleh guru yaitu 88% dan praktikalitas modul oleh siswa 96%. Hal ini menunjukkan bahwa modul berbasis konstruktivisme sangat valid ( Walpole 1993: 24) dan 5
sangat praktis berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (Riduwan 2012: 89). KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan, dapat disimpulkan modul berbasis konstruktivisme sangat valid dan sangat praktis. Artinya modul berbasis konstruktivisme untuk materi perbandingan telah layak digunakan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut: 1. Modul yang diuji cobakan sebaiknya diuji cobakan di sekolah lain, 2. Modul berbasis konstruktivisme sebaiknya dilanjutkan sampai tahap efektivitas, sehingga dapat mengetahui pengaruh penggunaan modul berbasis konstruktivisme, 3. Modul berbasis konstruktivisme yang valid dan praktis dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran pada materi perbaningan di kelas VII MTs, 4. Modul berbasis konstruktivisme dapat dijadikan contoh bagi peneliti lainnya dalam mengembangkan modul lainnya. Perbaikan terus dilakukan asal tetap memperhatikan prinsip pembelajaran berbasis konstruktivisme. DAFTAR PUSTAKA Mudhoffir. (1990). Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nasution.(1988). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara. Sugiyono.(1998). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta Walpole, Ronald E. (1993). Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 6