ABSTRAK : Laporan Praktiku Fisiologi Tubuhan ke- kelopok PENGUKURAN POTENSIAL OSMOSIS DAN POTENSIAL JARINGAN SERTA POTENSIAL OSMOSIS DAN PLASMOLISIS Rissa Rohiah Rizal Maulana Hasby Isa Noviana 3 Jurusan Biologi Fakultas Saintek Universitas Isla Negeri Sunan Gunung Djati Jalan A.H. Nasution No Bandung. rrohiah@gail.o rizal.aulana@fst.uinsgd.a.id isa.noviana@gail.o 3 Potensial air adalah potensial kiia air dala suatu syste atau bagian syste. Plasolisis yaitu pergerakan air terjadi dari potensial air lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi dan dari larutan yang lebih ener ke larutan yang lebih kental. Pada perobaan potensial air kai enggunakan ubi kentang yang diasukkan ke dala larutan sukrosa M; M; M; 6M; 8M dan M dan keudian didiakan ja. Hasilnya panjang ubi kentang tersebut ada yang bertabah panjang dan berkurang. Selanjutnya perobaan plasolysis perobaan ini kai enggunakan sayatan daun ada hawa yang diasukkan ke dala larutan sukrosa M; 6M; 8M; M; M; M; 6M. Sehingga hasilnya terdapat sel yang berwrna keungu-unguan (terplasolisis) dan terdapat sel yang berwarna hijau (tidak terplasolisis). Kata Kuni : Plasolisis Ubi Kentang. Potensial ososis Ada Hawa I. DASAR TEORI II. Potensial air adalah potensial kiia air dala suatu syste atau bagian syste. Dinyatakan dala satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kiia air urni (juga dala satuan tekanan) pada tekanan atosfer dan pada suhu serta ketinggian yang saa potensial urni ditentukan saa dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktivitas suhu tekanan efek larutan terhadap potensial kiia pelarut atriks (Salisbury99). III. Hubungan antara potensial air adalah dengan elibatkan peristiwa ososis karena ososis erupakan peristiwa difusi diana antara tepat tersedianya difusi dipisahkan oleh ebrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel atau ebrane protoplasa adalah
erupakan ebrane pebatas antara zat yang berdifusi karena pada uunya sel tubuhtubuhan tinggi epunyai dinding sel aka sebagian besar proses fitokiia dala tubuh-tubuhan adalah erupakan proses ososis (Warisno ). IV. Besar julah potensial air pada tubuhan dipengaruhi olah aa koponen potensial yaitu gravitasi atriks osoti dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air didala daerah gravitasi. potensial atriks bergantung pada kekuatan engikat air saat penyerapan. Potensial osoti bergantung pada hidrostatik atau tekanan angin dala air (Lakitan ). V. VI. Plasolisis yaitu pergerakan air terjadi dari potensial air lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi dan dari larutan yang lebih ener ke larutan yang lebih kental. Tanda-tanda yang terlihat pada sel yang engalai plasolisis ini adalah enghilangnya warna yang ada di dala sel dan engerutnya piggiran ebrane sel ke arah dala. Prinsip yang digunakan dala peristiwa ini adalah karena terjadinya peristiwa ososis sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dala ediu air di banding zat terlarut yang ada di dala protoplasa sel atau dapat diartikan sebagai dapak perbedaan potensial air antara dua tepat air yang dibatasi oleh ebrane sel tersebut. Kondisi sel yang terplasolisis tersebut dapat dikebalikan ke kondisi seula. Proses pengebalian dari kondisi terplasolisis ke kondisi seula ini dikenal dengan istilah deplasolisis (Suyitno ). VII. Prinsip kerja dari deplasolisis ini hapir saa dengan plasolisis. Tapi konsentrasi larutan ediu dibuat
hipotonis sehingga yang terjadi adalah airan yang eenuhi ruang antara dinding sel dengan ebrane sel bergerak ke luar sedangkan air yang berada di luar bergerak asuk ke dala dan dapat enebus ebrane sel karena ebrane sel engijinkan olekul-olekul air untuk asuk ke dala. Masuknya olekulolekul air tersebut engakibatkan ruang sitoplasa terisi kebali dengan airan sehingga ebrane sel kebali terdesak kearah luar sebagai akibat tibulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang asuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kebali ke keadaan seula. Bertahan hidupnya sel tergantung pada keseibangan penyerapan air dan pelepasan air (Ferdinand ). VIII. Pergerakan air elintasi ebran sel dan keseibangan air antara sel dan lingkungannya sangat penting bagi organise. Plasolisis hanya terdapat pada kondisi ekstre dan jarang terjadi di ala. Biasanya terjadi seara sengaja di laboratoriu dengan eletakkan sel pada larutan bersalinitas atau larutan tinggi atau larutan gula untuk enyebabkan ekososis seringkali enggunakan tanaan Elodea atau sel epideral bawang yang eiliki pigen warna sehingga proses dapat diaati dengan jelas (Lakitan ). IX. Jika defisit tekanan difusi di dala suatu sel lebih rendah daripada defisit tekanan difusi larutan yang ada di sekitar sel aka air akan eninggalkan sel sapai defisit tekanan difusi di dala dan di luar sel saa besar. Protoplas yang kehilangan air itu enyusut voluenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini kita sebut plasolisis. Sel yang engalai plasolisis biasanya dapat disehatkan lagi dengan easukkan di dala air urni. Sel di dala keadaan plasolisis epunyai defisit tekanan difusi dan tekanan osotik yang tinggi sebaliknya tekanan turgor enjadi negative (Dwidjoseputro 99). X. Adapun tujuan dari praktiku kali ini adalah engetahui nilai PA ubi kentang eneukan fakta tentang gejala plasolisis enunjukkan faktor penyebab
plasolisis endeskripsikan peristiwa plasolisis dan enunjukkan hubungan antara plasolisis dengan status potensial ososis antara airan selnya dengan larutan di lingkungannya. XI. METODE XII. Metode pengaatan dilakukan di Lapangan pertaina pada tanggal 6 Februari 6.. Alat dan bahan XIII. Alat yang digunakan yaitu silet atau utter pengebor gabus awan petri ikroskop over glass objet glass istar dengan skala illieter kertas label dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan yaitu ubi kentang (Solanu tuberosu) daun Rhoeo disolor seri larutan sukrosa dengan konsentrasi M; M; M; 6M; 8M; M M; 6M; 8M; M; M; M; 6M.. Prosedur kerja a. Potensial Ososis dan Potensial Jaringan XIV. Pertaa yang dilakukan adalah ubi kentang dibuat silinder dan potongan silinder ubi diibuat dengan ukuran sebanyak buah. potongan silinder kentang diasukkan ke dala seri larutan sukrosa 3 l : M; M; M; 6M; 8M dan M. Keudian botol ditutup dan dibiarkan selaa ja. Setelah ja diukur panjang potongan-potongan kentang tadi. b. Potensial Ososis dan Plasolisis XV. Pertaa awan petri disiapkan dan diisikan larutan sukrosa M; 6M; 8M; M; M; M; 6M asing-asing sebanyak l lalu dibuat beberapa sayatan epideris perukaan bawah daun Rhoe disolor. Keudian sayatan diasukkan dala awan petri dan didiakan selaa 3 enit diletakkan sayatan pada gelas banda dan enetesi sedikit air dan enutup dengan kaa
penutupnya setelah itu diaati di bawah ikroskop dengan perbesaran yang diinginkan dihitung julah sel yang penuh dengan warna ungu (anthoian) yang terdapat dala bidang pengaatan dan dihitung sel yang engalai peudaran warna anthosian ungu bahkan enjadi transparan (terplasolisis) hasil yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan plasolisis yang terjadi. XVI. XVII. HASIL DAN PEMBAHASAN XVIII. 3. Pengaatan panjang silinder ubi kentang setelah XIX. No direnda selaa ja XXII. XX. Panjang Potongan Silinder Kentang XXIII. XXIV. XXV. XXVI. 6 8 XXVII. M XXIX. M XXX. M XXXI. 3 M XXXII.3 M XXXIII. M XXXIV. 36 33 XXVIII.. XXXVI. XXXVII. XXXVIII. XXXIX. XL. 3 XLI. 3 3 3 39 XXXV.. XLII. XLIII. XLIV. XLV. 3 XLVI. 3 XLVII. XLVIII. 3. 3 9
L. LI. XLIX.. LVI. LVII. LVIII. Rata- 3 LXIII. LXIV. Pada pengaatan pertaa yaitu pengaatan pengukuran potensal ososis dan potensial jaringan atau pengukuran potensial air pada ubi kentang dengan enggunakan larutan seri sukrosa M; M; M; 6M; 8M dan M. Setelah ubi kentang tersebut diasukkan ke dala larutan sukrosa tersebut keudian didiakan selaa ja. Setelah itu ubi kentang enabah panjang LII. 3 LIII. 3 LIV. 3 LV. 3 3 3 LIX. 3 LX. 3 LXI. 3 LXII. 3 pada larutan seri sukrosa M M. Sedangkan pada larutan seri sukrosa 6 M M 8 M dan M ubi kentang tersebut engalai pengurangan panjang. LXV. Adapun fungsi larutan sukrosa pada perobaan kali ini adalah sebagai bahan penguji untuk engetahui besarnya potensial air dan dapat dilihat dari perbedaan panjang silinder. Menurut Warisno () larutan yang sering digunakan dala engestiinasi potensial air adalah larutan sukrosa (CHO) sapel yang diasukkan ke dala seri larutan
akan kehilangan atau enyerap air seara ososis. Jika densitas larutan tidak berubah berarti potensial air sapel yang diuji saa dengan larutan sukrosa tersebut LXVI. Hal ini disebabkan karena larutan sukrosa banyak engandung gula sehingga ara peyerapannya terhabat dan tekanan potensialnya sangat rendah berbeda dengan larutan air yang epunyai daya potensial yang tinggi sehingga kentang akan udah eanjang karena adanya tekanan air yang asuk elalui sel tersebut. Sedangkan pada larutan sukrosa dengan konsentrasi tinggi dala artian banyak engandung gula sehingga rendah daya potensialnya untuk enyerap elalui sel pada ubi kentang tersebut. LXVII. Menurut Lakitan () air erupakan suatu olekul yang sederhana terdiri dari satu ato O dan dua ato H sehingga berat olekulnya hanya 8 g/ol. Salah satu karakteristik dari olekul air adalah eiliki viskositas yang rendah sehingga air dapat engalir dengan udah ke dan dala jaringan tubuhan. Adapun grafik pada panjang silinder ubi kentang setelah direnda selaa ja : LXVIII. LXIX. 3. Tabel pengaatan sel yang terplasolisis dan tidak plasolysis
I. K o n s e n t r a s i VIII. XIV. II. P e n g u l a n g a n IX. 6 XV. XX. 8 XXI. XXVI. XXVII. XXXII. XXXIII. XXXVIII. XXXIX. XLIV. 6 XLV. III. T er pl as ol is is X. XVI. XXII. XXVIII. 3 XXXIV. XL. 6 XLVI. IV. Ti d a k T er pl as ol is is V. % Ter plas ol isis XI. 6 XII. XVII. 6 XVIII. 3 XXIII. 3 XXIV. 9 XXIX. XXX. XXXV. XXXVI. 6 XLI. XLII. 6 XLVII. XLVIII. 6 VI. % Tid ak VII. Ter pla s oli sis XIII. XIX. 6 3 XXV. XXXI. XXXVII. 3 XLIII. 3 8 XLIX. 3 LXX. LXXI. LXXII. LXXIII. LXXIV. LXXV. LXXVI. LXXVII.
LXXVIII. LXXIX. LXXX. LXXXI. Grafik LXXXIII. LXXXII. Selanjutnya yaitu perobaa kedua adalah potensial ososis dan plasolisis. Seperti yang kita ketahui bahwa plasolisis adalah peristiwa lepasnya ebran sel dari dinding sel sebagai dapak hipertonisnya larutan di luar sel sehingga airan yang berada di dala sel keluar dari sel. LXXXIV. Dapat dilihat pada hasil pengaatan bahwa pada tabel pengaatan sel tersebut. Pada konsentrasi M sel yang terplasolisis % dan yang tidak terplasolisis % pada konsentrasi 6 M sel yang terplasolisis 3% dan yang tidak terplasolisis 63% pada konsentrasi 8 M sel yang terplasolisis 9% dan yang tidak terplasolisis % pada konsentrasi M sel yang terplasolisis % dan yang tidak terplasolisis % pada konsentrasi M sel yang terplasolisis 6% dan yang tidak terplasolisis 3% pada konsentrasi M sel yang terplasolisis 6% dan yang tidak terplasolisis 38% dan pada konsentrasi 6 M sel yang terplasolisis 6% dan yang tidak terplasolisis 3%. Dapat disipulkan bahwa seakin tingginya konsentrasi larutan aka sel terplasolisisnya seakin banyak. LXXXV. Hal ini sesuai dengan Tjitrosoo (983) bahwa seakin tinggi konsentrasi larutan aka seakin banyak sel yang engalai plasolisis. Sel Rhoeo disolor yang engalai plasolisis warna ungunya eudar dan pinggiran ebran selnya kearah dala. LXXXVI. Menurut Ferdinand () prinsip yang
digunakan dala peristiwa plasolisis yaitu karena terjadinya peristiwa ososis sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dala ediu air di banding zat terlarut yang ada di dala protoplasa sel atau dapat diartikan sebagai dapak perbedaan potensial air antara dua tepat air yang dibatasi oleh ebrane sel tersebut. Kondisi sel yang terplasolisis tersebut dapat dikebalikan ke kondisi seula. Proses pengebalian dari kondisi terplasolisis ke kondisi seula ini dikenal dengan istilah deplasolisis. Prinsip kerja dari deplasolisis ini hapir saa dengan plasolisis. Tapi konsentrasi larutan ediu dibuat hipotonis sehingga yang terjadi adalah airan yang eenuhi ruang antara dinding sel dengan ebrane sel bergerak ke luar sedangkan air yang berada di luar bergerak asuk ke dala dan dapat enebus ebrane sel karena ebrane sel engijinkan olekul-olekul air untuk asuk ke dala. Masuknya olekulolekul air tersebut engakibatkan ruang sitoplasa terisi kebali dengan airan sehingga ebrane sel kebali terdesak kearah luar sebagai akibat tibulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang asuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kebali ke keadaan seula. LXXXVII. LXXXVIII. KESIMPULAN LXXXIX. Dapat disipulkan bahwa pada pengukuran potensial ososis dan jaringan pada ubi kentang dala larutan sukrosa dengan konsentrasi M dan M engalai penabahan panjang sedangkan pada konsentrasi M M. Sedangkan pada larutan seri sukrosa 6 M M 8 M dan M ubi kentang tersebut engalai pengurangan panjang. XC. Gejala plasolisis dapat diteukan pada sel sayatan epideris perukaan bawah daun Rhoe disolor yang enunjukkan hilangnya sebagian atau seluruh warna ungu yang ada di dala sel. Peristiwa plasolisis dapat disebabkan karena adanya ososis karena sel berada di lingkungan yang hipertonik. Hubungan ososis dengan status potensial osoti
antara airan sel dengan larutan di lingkungannya adalah bahwa sel yang berada dala larutan hipertonik akan enyebabkan airan yang berada di dala sel berososis keluar dari sel sehingga potensial ososis seakin besar dan engakibatkan sel yang terplasolisis seakin banyak. XCI. DAFTAR PUSTAKA XCII. Dwidjoseputro.99. Fisiologi Tubuhan. Jakarta: Erlangga XCIII. Ferdinand F.. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: PT. Grafindo Media Prataa. XCIV. Lakitan B.. Dasar- Dasar Fisiologi Tubuhan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. XCV. Salisbury F. B. 99. Fisiologi Tubuhan Jilid. Bandung : ITB. XCVI. Suyitno..Petunjuk Praktiku Fisiologi Tubuhan. Yogyakarta : FMIPA XCVII. Tjitrosoo S. 983. Botani Uu II. Bandung: Angkasa. XCVIII. Warisno.. Budidaya dan Pasa Panen Kentang. Yogyakarta: Kanisius.
XCIX. C. CI.