BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

Ciri-ciri umum cestoda usus

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

HASIL DAN PEMBAHASAN

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Selama

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Pencernaan Pada Hewan

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887)

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

TINJAUAN PUSTAKA. Eimeria spp. Klasifikasi dan Etiologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT...

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

Taenia saginata dan Taenia solium

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS

2. Strongyloides stercoralis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

PENDAHULUAN. Latar Belakang. merpati umumnya masih tradisional. Burung merpati dipelihara secara ekstensif,

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan

Pembahasan Video : :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Dalam rangka. zat-zat makanan yang telah ditetapkan (Ahmad et al., 2008).

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bangsa. Umumnya tipe ringan berasal dari bangsa White Leghorn, tipe medium dan

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

Ayam Kampung. Atasi Penyakit. Ayam

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM

Mery Ch. Simanjuntak Dosen Peternakan Universitas Satya Wiyata Mandala - Nabire

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit pada Unggas Akibat Protozoa Pencernaan 2.1.1 Koksidiosis Penyakit terkenal pada unggas yang disebabkan oleh protozoa adalah koksidiosis atau berak darah. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari famili Eimeriidae. Pada ayam dikenal sembilan spesies Eimeria yang berparasit pada berbagai bagian usus, yaitu Eimeris acervulina, Eimeria brunetti, Eimeria maxima, Eimeria mitis, Eimeria mivati, Eimeria necatrix, Eimeria praecox, Eimeria tenella, dan Eimeria hagani (Barta,2006). Koksidiosis adalah suatu penyakit asal protozoa pada unggas yang tersifat oleh diare berdarah dan enteritis. Ayam dapat terinfeksi koksidiosis karena memakan oosista yang ada di lingkungan sekitarnya. Ayam terinfeksi oosista selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Protozoa memperbanyak diri dalam saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan pada jaringan dan selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan pada proses digesti dan absorbsi nutrisi, dehidrasi, kehilangan darah dan meningkatnya kepekaan terhadap penyakit lain (Barta,2006). Gejala klinis koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan depresi, bulu suram tidak beraturan dan diare berdarah, napsu makan hilang, muntah darah, paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi E. tenella memperlihatkan gejala kepucatan pada jengger dan pial disertai sekum yang bercampur darah. Pada penyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis, maka ditandai oleh penurunan berat badan (Fanatico,2006). Spesies Eimeria dapat diindentifikasi berdasarkan sifat-sifat yang spesifik, yaitu lokasi lesi pada usus, gambaran makroskopik, ukuran, bentuk, dan warna ookista, lokasi parasit di dalam jaringan (jenis sel sasaran). Lesi-lesi yang ditimbulkan oleh koksidia memiliki kekhasan tergantung dari spesies yang menyerang. E. tenella menyerang usus buntu dan menyebabkan sekum membesar berisi darah atau perkejuan yang bercampur darah, E. necatrix menyerang usus 17

halus dan anus. Perubahan patologi anatomik umumnya menunjukkan terjadi pendarahan dan nekrosis pada saluran pencernaan (Jahja dkk, 2006). Berikut ini adalah lesi-lesi yang ditimbulkan oleh berbagai jenis Eimeria yaitu: a. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria acervulina Lesi yang ditimbulkan dapat ditemukan pada sepertiga usus bagian depan. Lesi dapat dilihat dari bagian serosa usus halus bagian depan. Pada awalnya mukosa menipis dan tertutup oleh lesi berwarna putih yang cenderung tersusun secara melintang sehingga terlihat menyerupai tangga. Usus terlihat pucat dan mengandung cairan encer. Pada infeksi ringan, lesi akan terbatas pada duodenum yang hanya menunjukkan beberapa lesi pada setiap sentimeter. Pada infeksi berat, lesi dapat meluas ke bagian usus halus lainnya (jejunum) dan beberapa lesi dapat bersatu. Pada infeksi berat, lesi biasanya berukuran kecil karena letaknya saling berdekatan (Duke, 2001). b. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria brunetti Eimeria brunetti ditemukan pada sepertiga usus bagian belakang setelah sisa divertikulum yolk sac sampai percabangan sekum dan usus besar. Pada kasus berat, lesi dapat meluas ke arah depan di daerah ventrikulus sampai ke belakang di daerah sekum dan kloaka. Pada infeksi awal dapat ditemukan adanya petekie (bintik perdarahan), penebalan dan kepucatan mukosa usus bagian bawah. Pada infeksi berat dapat ditemukan adanya massa fibrinus atau fibrinonekrotik pada permukaan mukosa usus atau adanya massa kaseus di dalam sekum atau usus besar. Bekuan darah dan jaringan nekrosis dapat ditemukan bersama feses (Fernandez, 2010). c. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria hagani Spesies ini dilaporkan dapat menyebabkan bintik perdarahan dan keradangan kataralis pada mukosa usus serta perubahan isi usus menjadi lebih cair. Spesies ini dapat ditemukan pada sepertiga usus halus bagian atas di daerah duodenum (Merck,2008). 18

d. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria maxima Eimeria maxima dapat ditemukan pada sepertiga usus bagian tengah di bawah perputaran duodenum sampai melewati sisa divertikulum yolk sac. Pada ayam dapat ditemukan adanya enteritis ringan sampai berat. Mukosa usus mengalami kongesti, edematus, dam menebal. Lumen mengalami dilatasi dan berisi mukus bercampur darah yang berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Keadaan tersebut menyebabkan usus terasa empuk dan biasanya dikenal sebagai ballooning (Soetiyono, 2008). e. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria mitis Spesies ini berparasit pada sepertiga usus halus bagian belakang, mulai dari sisa divertikulum yolk sac sampai bagian leher sekum sebelum daerah percabangan. Usus halus bagian bawah terlihat pucat dan palpasi terasa empuk. Secara makroskopik yang bersifat ringan tidak dapat teramati (Tabbu,2002). f. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria mivati Lesi awal biasanya ditemukan di daerah duodenum, kemudian meluas ke usus halus bagian tengah dan belakang. Pada infeksi ringan dapat ditemukan adanya lesi berwarna putih yang mirip dengan lesi Eimeria acervulina (Rahayu, 2010). g. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria necatrix Spesies ini berparasit pada sepertiga usus halus bagian tengah, pada lokasinya mirip dengan Eimeria maxima. Usus mengalami dilatasi sampai dua kali normal dan lumen dapat terisi dengan darah. Dilatasi lumen usus ini dikenal dengan nama balloning (Merck, 2010). h. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria praecox Eimeria praecox menimbulkan lesi yang bersifat ringan sehingga parasit ini sering diabaikan. Spesies ini berparasit pada sepertiga usus halus bagian atas di daerah duodenum. Perubahan makroskopik yang ditemukan, meliputi cairan yang berlebihan di dalam usus, yang kadang-kadang bercampur dengan mukus dan lempengan mukoid. Pada hari ke-4 sampai ke-5 pasca infeksi dapat ditemukan adanya perdarahan ukuran kecil pada mukosa usus. 19

Spesies ini menyebabkan kehilangan cairan yang drastis melalui usus, yang dapat mengakibatkan dehidrasi (Tabbu, 2002). i. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria tenella Penyakit yang ditimbulkan oleh spesies ini menyebar secara luas di berbagai peternakan ayam, terutama ayam pedaging. Eimeria tenella berparasit di daerah sekum dan usus di sekitarnya. Perubahan makroskopik ditemukan pada hari ke-4 pasca infeksi terjadi perdarahan pada mukosa sekum. Sekum akan sangat membesar dan lumen penuh berisi bekuan darah dan hancuran mukosa. Pada hari ke-6 sampai ke-7 pasca infeksi, isi sekum menjadi kering dan keras menyerupai keju dan kadang-kadang dikeluarkan bersama feses. Pada infeksi berat bagian serosa sekum akan terlihat petekie berwarna gelap. Dinding sekum sangat tebal akibat edema dan reaksi radang pada jaringan tersebut (Merck,2010). 2.2. Penyakit pada Unggas Akibat Parasit Cacing Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, dan penurunan kondisi tubuh. Secara alami ditemukan pada berbagai jenis unggas liar dan unggas peliharaan. Beberapa spesies cacing sering ditemukan secara kebetulan pada saat melakukan bedah bangkai pada ayam helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas nematoda, trematoda dan cestoda. Penyakit helminthiasis akibat nematoda (Oxyspirura sp, Syngamus trachea, Capillaria sp, Ascaridia sp, Heterakis gallinarum) disebut nematodosis, yang disebabkan trematoda (Echonostoma revolutum) disebut trematodosis dan yang disebabkan oleh cestoda disebut cestodosis (Raillietina spp) (Rahayu,2010). Terdapat kurang lebih 60 jenis cacing yang dapat menyerang ayam. Dari sekian banyak jenis cacing yang dapat menyerang ayam, A. galli dan Raillietina sp. paling serius menimbulkan masalah. Gejala ayam yang menderita kecacingan parah akan tampak pertumbuhan terhambat, kurus, pucat, kadang-kadang diare bercampur darah. Pada kondisi kecacingan parah, jika usus ayam dipotong maka 20

akan ditemukan cacing pada usus dengan perubahan usus menebal, meradang, berdarah dan kadang terjadi perobekan dinding usus (Jahja et al, 2006). Penyakit kecacingan pada ayam paling sering ditemukan adalah cacing pita seperti Raillietina tetragona dan R. Echinohothrida. Penyakit ini dapat ditularkan lewat lalat kandang dan semut sebagai inang perantara. Gejala klinik adalah kehilangan nafsu makan, anemia, depresi dan diare. Pemeriksaan post mortem memperlihatkan adanya nodul-nodul dalam usus halus yang terdiri dari jaringan nekrotik dan leukosit (Soetiyono, 2001). Semua unggas secara alami dapat terinfeksi cacing. Pada umumnya cacing menginfeksi saluran pencernaan, tapi ada pula yang menginfeksi organ lain seperti otak, trakea, dan mata. Tidak semua penyakit kecacingan pada ayam tampak nyata. Nematoda merupakan kelompok parasit cacing yang terpenting pada unggas, hal ini terkait dengan jumlah spesiesnya dan kerusakan yang disebabkan cacing tersebut (Schwartz, 1994). Cacing Heterakis gallinarum bertanggung jawab terhadap kejadian blackhead pada ayam, karena ovum cacing bisa mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang menyebabkan blackhead. Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan bisa dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga menyebabkan radang sekum dan nodul-nodul kecil di dinding sekum (Jahja et al, 2006) 2.2.1. Nematodosis Nematoda yang menyerang saluran pencernaan adalah Capilaria sp, Gongylonema sp, Dyspharyn spx, Tetrameres sp, Ascaridia sp, Heterakis sp, Strongyloides sp dan Trichostrongylubs sp. Banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas. Cacing ini menyebabkan enteritis terutama pada unggas muda (Jahja, 2006). Berikut ini adalah jenis-jenis cacing Nematoda yang menyerang pencernaan pada ayam. a. Infeksi Ascaridia. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli, Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia compare, dan Ascaridia 21

bonasae. Banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas. Salah satu contoh spesies yang sering menyerang ayam adalah Ascaridia galli (Sauvani,2009). Cacing ini menyebabkan peradangan di bagian usus. Larva cacing ini berukuran sekitar 7mm dan dapat di temukan diselaput lendir usus. Ascaridia galli merupakan suatu parasit cacing yang paling sering ditemukan pada unggas peliharaan dan menimbulkan kerugian ekonomik yang cukup tinggi. Cacing tersebut biasanya menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi di dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan (enteritis hemoragi). Jika lesi tersebut bersifat parah, maka kinerja ayam akan menurun. Ayam yang terinfeksi akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrisi sehingga dapat menghambat pertumbuhan (Suska, 2007) Gejala klinis yang terjadi pada infeksi cacing A. galli tergantung pada tingkat infeksi. Pada infeksi berat akan terjadi diare berlendir, selaput lendir pucat, pertumbuhan terhambat, kekurusan, kelemahan umum dan penurunan produksi telur. Cacing dewasa hidup di saluran pencernaan, dan juga ditemukan dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan sumbatan dalam usus. Iritasi 10 ekor cacing pada ayam dewasa dianggap tidak berbahaya namun lebih dari 75 ekor akan menimbulkan masalah tertentu. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Apabila cacing genus Ascaris yang ditemukan dalam usus halus terlalu banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal ini terjadi karena cacing yang memenuhi usus akan menghambat jalannya makanan, bahkan cacing mengeluarkan zat antienzim yang menyulitkan pencernaan makanan (Machdum, 2008). b. Infeksi Capillaria. Infeksi Capillaria pada ayam disebabkan oleh Capillaria annulata dsn Capillaria contorta. Capillaria annulata merupakan Nematoda yang menginfeksi tembolok dan esofagus sehingga menyebabkan keradangan. Capillaria contorta ditemukan pada mukosa mulut, mukosa esofhagus, dan tembolok. Pada infeksi berat, bagian dalam tembolok akan menebal, kasar, dan tertutup oleh suatu massa 22

yang mengandung cacing dan jaringan mengalami deskuamasi. Beberapa cacing memiliki panjang lebih dari 6 cm.. Gejala yang ditimbulkan berupa anemia dan kelemahan (Tabbu,2002). c. Infeksi Heterakis gallinarum Heterakis gallinarum bertanggung jawab terhadap kasus blackhead pada ayam, karena ovum cacing bisa mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang menyebabkan blackhead. Cacing tersebut ditemukan dalam lumen sekum. Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga menyebabkan radang sekum dan nodul-nodul kecil di dinding sekum (Michael,2008). e. Infeksi Dyspharynx. Infeksi Dyspharynx disebabkan oleh Dispharynx nasuta, dapat ditemukan pada dinding proventrikulus. Infeksi yang ditimbulkan berupa ulser pada proventrikulus. Pada infeksi berat, dinding proventrikulus menebal dan cacing tersebut dapat ditemukan di bagian jaringan yang berproliferasi (Rahayu,2010). f. Infeksi Strongyloides Infeksi disebabkan oleh Strongyloides avium dan ditemukan pada ayam. Cacing dapat ditemukan dalam sekum dan kadang-kadang di dalam usus halus. Infeksi ringan pada ayam dewasa, dan gejala klinik tidak terlihat. Selama stadium awal atau fase akut dari infeksi, maka dinding sekum sangat menebal dan mengandung darah (Small,1996). g. Infeksi Trichostrongylus Infeksi disebabkan oleh Trichostrongylus tenuis yang ditemukan pada ayam. Cacing tersebut ditemukan di dalam sekum dan kadang-kadang di dalam usus halus. Pada kondisi tertentu, seperti pada peralihan musim, Trichostrongylus tenuis dapat bersifat fatal pada unggas muda. Sekum dapat mengalami dilatasi, kongesti pembuluh darah, penebalan mukosa dan menunjukkan gejala peradangan (Tabbu,2002). 23

2.2.2. Cestodosis Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua umur. Cestoda (cacing pipih) merupakan suatu cacing pipih yang menyerupai pita, berwarna putih atau kekuning-kuningan dan bersegmen. Ayam yang dipelihara secara intensif pada kandang yang terisolasi jarang mengalami infeksi cacing Cestoda. Beberapa cacing pita yang berukuran besar dapat menyumbat usus ayam yang terinfeksi sehingga dapat mengganggu kinerja ayam. Spesies cacing pita yang berbeda dapat menimbulkan perubahan patologik yang bervariasi sehingga dibutuhkan identifikasi spesies cacing pada suatu kasus tertentu (Machdum,2008). Penyebarannya melalui kotoran ayam yang terinfeksi atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi (Schwartz, 1994). Beberapa cacing pita pada ayam yaitu Railletina sp, Davainea proglottina, Amoebotania cuneata, Choanotaenia infundibulum, dan Hymenolepis. Raillietina sp pada ayam dapat disebabkan oleh Raillietina cesticillus, Raillietina tetragona, dan Raillietina echinobothrida. Raillietina cesticillus merupakan cacing pita yang mempunyai panjang sekitar 15 cm dengan skoleks yang melekat pada mukosa duodenum atau jejunum. Raillietina tetragona merupakan cacing ukuran sedang, yang mempunyai panjang 25 cm dan lebar 3 mm dan skoleks melekat pada mukosa usus di daerah separuh bagian belakang. Raillietina echinobothrida merupakan salah satu cacing pita yang paling patogenik karena cacing tersebut sering dihubungkan dengan penyakit nodular pada ayam. Beberapa peneliti melaporkan adanya granuloma dengan diameter 1-6 mm pada tempat perlekatan cacing pita tersebut dalam waktu enam bulan pasca infeksi (Small,1996). Raillietina echinobothrida menyebabkan diare berlendir tahap dini. Raillietina echinobothrida dan Raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul pada dinding saluran pencernaan. Di antara kedua jenis Cestoda tersebut, yang paling banyak menimbulkan kerusakan adalah Raillietina echinobothrida. Raiillietina tetragona dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi telur pada ras-ras ayam tertentu. Secara umum patologi 24

anatomik dapat terlihat bungkul-bungkul pada mukosa usus dan perdarahan serta pengelupasan selaput lendir usus (Rahayu,2010). Infeksi Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan Trematoda. Cacing yang hidup dalam saluran pencernaan akan mengambil makanan dengan cara menyerap sari makanan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yang nyata (Schwartz, 1994) Gejala klinis akibat Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya nafsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inang sehingga sering menyebabkan hipoglikemia dan hipoproteinemia. R. cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat menyebabkan kekerdilan. Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan berupa enteritis hemoragika. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan peradangan pada vili-villi selaput lendir usus (Soetiyono,2001). Cacing pita yang juga menimbulkan kerugian pada unggas muda adalah Davainea proglottina. Cacing dewasa mempunyai ukuran panjang sekitar 4 mm, dan dapat ditemukan pada mukosa duodenum. Cacing ini menimbulkan lesi pada lapisan mukosa akan terlihat menebal, hemoragik, dan menghasilkan mukus yang berbau busuk. Cacing pita lain seperti Amoebotania cuneata, Choanotaenia infundibulum, Hymenolepis umumnya tidak patogenik dan tidak menimbulkan lesi tertentu pada ayam (Tabbu,2002). 25

2.2.3.Trematodosis Di antara Trematoda yang menginfestasi kandang ayam adalah Echinostoma revolutum, Prothogonimus pellucidum dan Philopthalmus galli. Penyakit akibat Trematoda pada unggas yang sering muncul adalah Echinostoma revolutum. Cacing ini hidup di kloaka dan sekum ayam. Gejala klinis infeksi yang berat dari E. revolutum menyebabkan kekurusan, kelemahan dan diare pada unggas. Perubahan pasca mati pada anak ayam menyebabkan perdarahan bercakbercak pada tempat perlekatan asetabulum dengan permukaan mukosa usus (Tabbu,2002). Infestasi trematoda biasa terjadi pada ayam yang dipelihara dalam sangkar individu bertingkat terbuat dari bambu dalam kandang terbuka. Tumpukan feses akan terinfestasi oleh berbagai jenis serangga. Dampak ekonomis Trematoda relatif kecil tetapi apabila tidak ditangani dengan baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi telur. Ayam terinfeksi E. revolutum lewat air minum yang sudah terkontaminasi oleh siput mengandung sekaria (tahapan muda trematoda). P. pellucidus menginfestasi dari nimfe lalat yang terkontaminasi sekaria, yang bermigrasi ke bursa fabricus atau saluran telur (Schwartz, 1994). E. revolutum dapat ditemukan pada sekum dan kloaka ayam. Pada anak ayam menyebabkan perdarahan pada tempat perlekatan acetabulum dengan permukaan mukosa usus. Gejala klinis dari ayam yang terinfestasi P. pellucidus adalah depresi, produksi telur turun, kerabang telur tipis dan lunak. Kloaka mensekresikan cairan seperti susu. Sekeliling bulu terlihat melekat pada kulit (Small,1996). 26