HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung dan dianalisa sehingga hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Jumlah rata-rata sel tumor limfoid pada setiap perlakuan Parameter Perlakuan Jumlah sel tumor limfoid R0 R1 R2 R3 R4 155,25 63,21 ab 193,75 39,78 ab 212,75 31,44 b 302,25 14,73 c Keterangan: Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) R0 = Pakan basal (kontrol) R1 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % R2 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + ZnO 120 ppm R3 = Pakan basal + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm R4 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm 134,50 24,79 a Rata-Rata sel tumor limfoid R0 R1 R2 R3 R4 Kelompok Perlakuan Gambar 5 Jumlah rataan sel tumor limfoid pada setiap perlakuan. Hasil perhitungan rataan jumlah sel tumor limfoid menunjukkan adanya perbedaan yang nyata ( P < 0,05) pada kelompok perlakuan. Di antara perlakuan tersebut, rataan jumlah sel tumor limfoid nyata lebih tinggi dijumpai pada

2 kelompok R2 dan R3, sedangkan jumlah yang paling rendah dijumpai pada kelompok R4. Menurut Tabbu (2000), rute infeksi penyakit Marek secara alami yang terpenting adalah melalui saluran pernafasan (inhalasi). Sel-sel epitel pada saluran pernafasan akan mengalami infeksi produktif dan infeksi akan menyebar ke berbagai organ salah satunya adalah usus. Virus akan hidup dalam limfosit T selama waktu yang tidak terbatas sehingga menyebabkan terbentuknya sel tumor limfoid. Menurut Jani et al. (1993), tanda yang dapat dilihat secara mikroskopis jika terinfeksi Marek adalah adanya proliferasi dari sel limfoid (tumor) baik yang berukuran kecil, sedang, dan besar. Gambar 6 Histopatologi lamina propria vili usus halus yang berisi sel limfoid ( ). Pewarnaan HE, kelompok R3, Bar = 40 µm. Infeksi akibat Marek s disease virus dapat terjadi dalam 3 bentuk yaitu infeksi produktif (sitolitik) yang terjadi di dalam epitel bulu dan menghasilkan virion yang mempunyai envelope dan bersifat infeksius. Infeksi laten yang bersifat nonproduktif hanya ditemukan di dalam limfosit, terutama limfosit T. Pada saat terjadi infeksi laten, genome dari virus telah terbentuk tetapi tidak

3 diekspresikan. Infeksi transforming dapat ditemukan pada sebagian besar sel yang mengalami transformasi pada tumor limfoid yang disebabkan oleh Marek (Tabbu 2000). Tingginya jumlah sel tumor limfoid pada kelompok R2 dan R3 diduga akibat kelanjutan dari infeksi Marek produktif menuju infeksi transforming yang menimbulkan limfoma yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel tumor limfoid. Jumlah rataan sel tumor limfoid pada kelompok R1 dan R4 tidak berbeda nyata dengan kelompok R0. Kelompok R4 menunjukkan jumlah rataan sel tumor limfoid yang paling rendah dari semua kelompok perlakuan. Rendahnya jumlah rataan sel tumor limfoid pada kelompok R4 dapat diduga akibat adanya efek dari bawang putih dan kunyit sebagai antitumor serta zink yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penambahan bawang putih ke dalam pakan dapat menurunkan resiko terjadinya tumor. Bawang putih mengandung alil sulfida yang mampu mencegah pembentukkan radikal bebas yang dapat memacu terjadinya tumor. Alil sulfida akan bereaksi dengan zat radikal bebas untuk menekan pembentukan radikal bebas. Dosis yang telah diuji pada manusia untuk menekan jumlah tumor pada organ pencernaan adalah 0,3 mg/kg (Currah 2002). Penambahan kunyit ke dalam pakan mampu menekan peningkatan sel tumor. Curcumin mampu menekan pertumbuhan tumor dengan mencegah produksi inos dan COX-2 penyebab tumor dan meningkatkan produksi aktivitas NF kb. Curcumin juga dapat meningkatkan produksi NO (Nitrik Oksida) pada sel NK (Natural Killer) untuk mencegah pertumbuhan sel tumor (Chattopadhyay 2004). Penambahan zink ke dalam pakan mampu meningkatkan sistem kekebalan dengan memacu peningkatan IgG pada unggas yang mampu menstimulasi sistem fagositosis. Zink juga mampu meningkatkan aktifitas Natural Killer Cells, fungsi dari makrofag (fagositosis dan intracellular killing), dan meningkatkan fungsi neutrofil sehingga tubuh mampu melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Zink yang masuk ke dalam tubuh akan diserap di saluran pencernaan yaitu pada usus halus sekitar 5-40%. Zink akan masuk ke dalam membran brush border usus halus melalui periselular dan media perantara sehingga zink dapat

4 disebarkan ke seluruh tubuh. Penambahan zink dengan dosis minimal sekitar 44 mg/kg dari jumlah total pakan telah diuji dan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam (Goswami et al 2005). Proliferasi sel goblet pada permukaan vili usus Proliferasi sel goblet merupakan suatu respon usus terhadap adanya zat toksik serta benda asing yang dapat mengiritasi dan menginfeksi sehingga menghasilkan mukus yang akan mengencerkan bahan toksik serta benda asing tersebut. Mukus yang disekresikan adalah glikoprotein kompleks yang mengandung 4 sub-unit glikoprotein dengan berat molekul tinggi dan tidak larut dalam air. Mucin akan mengalami dehidrasi membentuk gel dan menjadi selimut mukus yang melindungi epitel usus halus dan usus besar (Ganong 2002). Imamura (2003), menambahkan bahwa sel goblet menghasilkan enteropeptidase yang dapat membantu mengubah tripsinogen menjadi tripsin yang berperan penting untuk proses pencernaan. Hasil pengamatan terhadap proliferasi sel goblet pada permukaan vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung dan dianalisa sehingga hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Persentase vili usus yang mengalami proliferasi sel goblet pada setiap Parameter Proliferasi sel goblet (%) perlakuan Kelompok RO R1 R2 R3 R4 47,50 32,02 a 45,00 17,32 a 60,00 25,82 a 60,00 38,29 a Keterangan: Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) R0 = Pakan basal (kontrol) R1 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % R2 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + ZnO 120 ppm R3 = Pakan basal + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm R4 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm 40,00 11,55 a Seluruh kelompok pelakuan menunjukkan peningkatan persentase jumlah vili usus yang mengalami proliferasi sel goblet walaupun secara statistik tidak

5 menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Kelompok R0 menunjukkan persentase vili usus yang mengalami proliferasi sel goblet yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok R2 dan R3. Hal ini diduga akibat kecenderungan pemberian herbal dan zink ke dalam pakan pada kelompok R2 dan R3 yang dapat meningkatkan proliferasi sel goblet untuk melindungi duodenum. Perbedaan dari setiap hasil perlakuan pada kelima kelompok dapat dilihat juga pada Gambar 7 sebagai berikut: Presentase Rata-Rata R0 R1 R2 R3 R4 Perlakuan Ransum Gambar 7 Rataan proliferasi sel goblet pada setiap perlakuan. Permukaan saluran pencernaan dilapisi oleh mucin yang dihasilkan oleh sel goblet dan berfungsi untuk lubrikasi, transport antara lumen, dan melindungi usus. Sel goblet mensekresikan mukus yang berfungsi untuk melindungi dinding usus sebagai respon terhadap rangsangan yang bersifat mengiritasi (Guyton dan Hall 1997). Jumlah sel goblet bervariasi pada setiap bagian usus dan akan bertambah apabila ada rangsangan yang tepat seperti terpapar oleh senyawa kimia, adanya benda asing atau pakan yang bersifat mengiritasi. Akibat stimulan tersebut, enterosit bermetaplasia menjadi sel goblet sehingga terjadi proliferasi sel goblet (Smith et al. 1974). Sel goblet akan berproliferasi apabila ada benda asing atau zat yang dapat mengiritasi. Peningkatan sekresi mucin terjadi akibat adanya tumor pada pankreas, paru-paru, saluran pencernaan dan lain-lain (Anonymous 2008c). Infeksi akibat penyakit Marek saat pemeliharaan ayam diduga menyebabkan peningkatan

6 proliferasi sel goblet karena dianggap untuk merespon adanya benda asing ataupun yang dapat mengganggu usus halus. Menurut Smirnov et al. (2004), peningkatan sekresi mucin dari sel goblet ke permukaan usus halus untuk membantu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi karena mucin dibutuhkan untuk transport makanan antar lumen dan sebagai transport nutrisi yang masuk ke brush border. Peningkatan sekresi mucin oleh sel goblet juga dipengaruhi oleh pemberian ransum pakan yang berbeda. Gambar 8 Histopatologi vili usus halus mengalami proliferasi sel goblet ( ). Pewarnaan HE, kelompok R2, Bar = 100 µm. Tingginya jumlah vili usus yang mengalami proliferasi sel goblet pada kelompok R2 dab R3 diduga akibat pemberian herbal dan zink, sedangkan kelompok R0 tidak diberi tambahan herbal dan zink. Menurut Chattopadhyay 2004, pemberian Curcumin ke dalam pakan dapat meningkatkan sekresi mucin yang diujikan pada kelinci dengan dosis 50 mg/kg. Peningkatan sekresi mucin tersebut merupakan suatu respon untuk melindungi saluran pencernaan dari paparan yang bersifat mengiritasi.

7 Demielinasi saraf pada duodenum Pengamatan histopatologi pada saraf di duodenum, ditemukan adanya demielinasi saraf pada semua kelompok percobaan dengan tingkat keparahan yang sama. Ditemukan juga sel limfoid disekitar saraf dalam jumlah minimal. Demielinasi saraf duodenum dan adanya infiltrasi sel limfoid disekitar saraf yang mengalami demielinasi merupakan ciri yang dapat dilihat akibat ayam terinfeksi penyakit Marek. Demielinasi dicirikan dengan adanya vakuolisasi mielin dan adanya sel limfoid di sekitar saraf. Menurut Dijk et al. (2007), demielinasi merupakan lisisnya selubung mielin sehingga terbentuk vakuolisasi. Vakuolisasi mielin menyebabkan menurunnya fungsi mielin yaitu mempercepat hantaran gelombang. Hal ini berpengaruh pada fungsi pleksus secara umum terhadap sistem pencernaan. Berkurangnya fungsi pleksus tersebut menimbulkan gangguan peristaltik gastrointestinal, sekresi kelenjar saluran pencernaan serta gangguan aliran darah. Menurut Payne (1985), infeksi pada sel Schwann akibat Marek diduga sebagai penyebab terjadinya demielinasi dan demielinasi akan menyebabkan infiltrasi serta proliferasi sel. Demielinasi pada umumnya terjadi saat ayam berumur 4-5 minggu dan ditandai dengan adanya infiltrasi sel limfoid dan makrofag pada daerah lamina sel Schwann dan terjadinya kerusakan pada mielin. Jordan (1990) membagi tingkat keparahan akibat infeksi Marek ke dalam 3 tipe yaitu tipe A, B dan C. Menurut Tabbu (2000), lesi tipe A mempunyai karakter neoplastik, yang terdiri dari sel limfoid yang berproliferasi meliputi limfosit ukuran kecil, sedang dan besar serta terdapat beberapa limfoblast. Pada kasus tertentu dapat ditemukan adanya demielinasi saraf dan proliferasi sel-sel schwan. Lesi tipe B ditandai dengan adanya edema di antara serabut saraf, infiltrasi sel limfosit dan sel plasma yang bersifat ringan sampai parah. Edema pada saraf akibat penyakit Marek disertai oleh demielinasi dan proliferasi sel schwan. Lesi tipe C terdiri dari kumpulan sejumlah kecil limfosit dan sel plasma yang tersebar diantara serabut saraf. Dari hasil pengamatan, dapat dikatakan bahwa tingkat kerusakan akibat infeksi penyakit Marek pada masing-masing kelompok perlakuan termasuk ke dalam lesi tipe A dan B.

8 Gambar 9 Histopatologi saraf usus halus yang mengalami mengalami demielinasi (A) dan infiltrasi sel limfoid (B). Pewarnaan HE,, kelompok R4, bar = 100 µm. µm Pada Gambar 9 dapat dilihat terjadi vakuolisasi dan sel saraf tampak rusak serta adanya infiltrasi sel limfoid disekitar saraf walaupun dalam jumlah yang sedikit. Folikel limfoid sekunder pada sekal tonsil Sekal tonsil merupakan merupakan jaringan limfoid yang akan merespon agen asing yang masuk ke dalam tubuh. Organ sekal tonsil merupakan organ pertahanan yang strukturnya dicirikan dengan jaringan limfoid. Respon yang ditunjukkan berupa pembentukan folikel limfoid sekunder (Gambar 10). 10) Menurut Bacha (2000), sekal tonsil adalah jaringan limfoid di sekitar perbatasan sekum yang menyebar ataupun membentuk nodular di lamina propria ataupun submukosa. Menurut Pink (1976) dalam Roitt dan Delves (1992), struktur sekal tonsil mirip dengan usus buntu yang merupakan cabang usus dan berisi limfosit. Struktur organ ini ialah kripta, nodul limfatik (folikel limfoid), Musculus muscularis externa,, ekstrafolikuler, epitel dan vili.

9 Hasil pengamatan folikel limfoid sekunder pada sekal tonsil yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung dan dianalisa sehingga hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Jumlah rataan folikel limfoid sekunder pada setiap perlakuan Parameter Folikel limfoid sekunder Kelompok R0 R1 R2 R3 R4 9,50 6,40 a 11,25 6,021 a 7,75 9,60 a 7,75 2,50 a Keterangan: Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05) R0 = Pakan basal (kontrol) R1 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % R2 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + ZnO 120 ppm R3 = Pakan basal + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm R4 = Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm 9,00 7,12 a Jumlah Rataan Folikel Limfoid R0 R1 R2 R3 R4 Kelompok Perlakuan Gambar 10 Rataan folikel limfoid sekunder pada sekal tonsil. Kelompok R2, R3 dan R4 menunjukkan jumlah folikel limfoid sekunder yang lebih rendah dan kelompok R1 menunjukkan jumlah folikel limfoid sekunder yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kontrol walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Menurut Jordan (1990), adanya infeksi Marek akan menyebabkan proliferasi sel limfoid. Rute infeksi penyakit Marek secara alami yang terpenting adalah melalui saluran pernafasan (inhalasi). Sel-sel epitel pada saluran

10 pernafasan akan mengalami mengalami infeksi produktif dan infeksi akan menyebar ke berbagai organ. Infeksi Marek diawali dengan infeksi akut produktif (sitolitik) yang terjadi di dalam epitel bulu dan menghasilkan virion yang mempunyai envelope dan bersifat infeksius. infeksius Infeksi laten yang ang bersifat nonproduktif hanya ditemukan di dalam limfosit, terutama limfosit T, T, kemudian dilanjutkan infeksi transforming berupa limfomatosis pada organ limfoid maupun organ di luar limfoid. Tingginya jumlah folikel limfoid sekunder pada kelompok R1 diduga akibat kelanjutan dari infeksi Marek produktif menuju infeksi transforming yang menimbulkan limfoma yang ditandai ditandai dengan peningkatan jumlah folikel limfoid sekunder yang berisi sel tumor limfoid. limfoid Gambar 11 Histopatologi sekal tonsil dan terdapat terdapa folikel limfoid imfoid sekunder (A). Pewarnaan HE, HE kelompok R13, bar = 100 µm. Jumlah folikel limfoid sekunder pada kelompok R2, R3 dan R4 lebih rendah apabila dibandingkan dengan kelompol kontrol (R0) dan R1. Penurunan jumlah folikel limfoid sekunder pada kelompok kelompok R2, R3 dan R4 diduga oleh adanya efek dari kombinasi antara bawang putih dan kunyit sebagai antitumor serta zink yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

11 Penambahan bawang putih ke dalam pakan dapat menurunkan resiko terjadinya tumor karena bawang putih mengandung alil sulfida yang mampu mencegah pembentukkan radikal bebas yang dapat memacu terjadinya tumor. Alil sulfida akan bereaksi dengan zat radikal bebas untuk menekan pembentukan radikal bebas. Dosis yang telah diuji pada manusia untuk mengurangi jumlah tumor pada organ pencernaan adalah 0,3 mg/kg (Currah 2002). Penambahan kunyit ke dalam pakan mampu menekan peningkatan sel tumor. Curcumin mampu menekan pertumbuhan tumor dengan mencegah produksi inos dan COX-2 penyebab tumor dan meningkatkan produksi aktivitas NF kb. Curcumin juga dapat meningkatkan produksi NO (Nitrik Oksida) pada sel NK (Natural Killer) untuk mencegah pertumbuhan sel tumor (Chattopadhyay 2004). Penambahan zink ke dalam pakan mampu meningkatkan sistem kekebalan dengan memacu peningkatan IgG pada unggas. Zink juga mampu meningkatkan aktifitas Natural Killer Cells, fungsi dari makrofag (pagositosis dan intracellular killing), dan meningkatkan fungsi neutrofil sehingga tubuh mampu melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Zink yang masuk ke dalam tubuh akan diserap di saluran pencernaan yaitu pada usus halus sekitar 5-40%. Zink akan masuk ke dalam membran brush border usus halus melalui periselular dan media perantara sehingga zink dapat disebarkan ke seluruh tubuh. Penambahan zink dengan dosis minimal sekitar 44 mg/kg dari jumlah total pakan telah diuji dan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam (Goswami et al 2005).

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

pernafasan menjadi abnormal. Pada hewan lainnya dapat terjadi alopesia, dermatitis dan parakeratosis, hiperkeratosis, dan abnormal pada rambut dan

pernafasan menjadi abnormal. Pada hewan lainnya dapat terjadi alopesia, dermatitis dan parakeratosis, hiperkeratosis, dan abnormal pada rambut dan TINJAUAN PUSTAKA Zink Zink (Zn) merupakan mikromineral yang mutlak harus ada dalam pakan walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Menurut Underwood (1966), zink ditemukan dalam tubuh hewan pada tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT SRI ULINA BR TUMANGGOR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Dosis Infeksi MDV Pengamatan histopatologi dilakukan terhadap lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol (A), 1 x 10 3 EID 50 (B), 0.5 x 10 3 EID 50 (C), 0.25 x 10 3 EID 50 (D)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus Kerusakan vili pada usus halus dapat dilihat dari gambaran histologi jaringan usus halus tersebut. Keberadaan vili berpengaruh terhadap penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alergi makanan merupakan gejala yang mengenai banyak organ atau sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang sebagian besar diperantarai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang sebagian besar waktunya dihabiskan di air. Kemampuan termoregulasi itik menjadi rendah karena tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum jelas. Secara garis besar IBD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki posisi sangat penting dan strategis dari sisi kekayaan dan keanekaragaman jenis tumbuhan beserta ekosistemnya (Walujo, 2011). Kekayaan dan keanekaragamannya

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium 49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian Penimbangan berat badan menunjukkan bahwa pada awal penelitian berat badan tikus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Organ limfoid primer unggas terdiri dari timus dan bursa Fabricius sedangkan pada mamalia terdiri dari sumsum tulang. Limpa, limfonodus dan MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)

Lebih terperinci

LAMPIRAN A GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYAKIT CROHN

LAMPIRAN A GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYAKIT CROHN RIWAYAT HIDUP Nama : Ati Setyowati NRP : 0210120 Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 2 Juni 1976 Alamat : Jl. Setra Indah 29 Bandung Riwayat Pendidikan : 1988 lulus SD Yuwati Bhakti Sukabumi, 1991 lulus

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan homeostatis pada suhu lingkungan yang tidak sesuai dengan suhu tubuhnya. Pemeliharaan itik kurang diminati

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran hutan telah menjadi masalah bukan hanya di Indonesia tetapi juga berdampak regional di Asia Tenggara yang berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan marigold (Tabel 7) dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk melaksanakan setiap aktivitas kehidupannya. Energi ini berasal dari metabolisme yang bahan dasarnya berasal dari makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing, secara otomatis tubuh akan memberi tanggapan berupa respon imun. Respon imun dibagi menjadi imunitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Kelainan Paru akibat Paparan Uap/Gas BBM Secara fisiologis sebelum masuk ke paru udara inspirasi sudah dibersihkan dari partikel debu dan asap yang memiliki diameter

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan 27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, khususnya tanaman obat. Tanaman obat atau obat herbal memiliki banyak khasiat dan kegunaan, karena itu

Lebih terperinci

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium dan tipe berat yang didasarkan pada bobot maksimum yang dapat dicapai (Wahju,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba 6 dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menjadi lebih sederhana, yaitu dengan sistem pemeliharaan minim air. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki Thermo Neutral Zone

PENDAHULUAN. menjadi lebih sederhana, yaitu dengan sistem pemeliharaan minim air. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki Thermo Neutral Zone I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik secara fisiologis terbiasa dengan air, keadaan ini membuat sistem pemeliharaan itik Cihateup tergolong rumit dan menjadi kurang diminati. Beberapa penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan

Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan Terbentang dari sfinkter pilorus sampai katup ileosekal. Ada tiga bagian: duodenum, jejunum dan ileum. Saluran empedu umum bersatu dengan saluran pankreas membentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Analisis sampel yang pertama diperoleh data berat basah yang menunjukkan berat sel dan air dari usus besar tersebut. Tabel 7. Pengaruh

Lebih terperinci

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah 1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah A. Selaput mielin B. Sel schwann C. Nodus ranvier D. Inti sel Schwann E. Tidak ada jawaban yang benar Jawaban : A Selaput

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis dengan uji one way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test membuktikan bahwa adanya perbedaan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, sebagai negara kepulauan dan memiliki dua per tiga wilayah yang merupakan perairan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK UPIK KUROTA AINI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus SISTEM LIMFOID Sistem limfoid mengumpulkan kelebihan cairan interstisial ke dalam kapiler limfe, mengangkut lemak yang diserap dari usus halus, dan berespons secara imunologis terhadap benda asing yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam peliharaan merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan yang ditangkap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak ditemukannya antibiotik oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, antibiotik telah memberikan kontribusi yang efektif dan positif terhadap kontrol infeksi bakteri pada manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas Rataan bobot hidup dan karkas ayam broiler umur lima minggu hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Istilah asma berasal dari bahasa Yunani yang artinya terengahengah dan berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok utama manusia yang harus dipehuni dalam kehidupan sehari-hari. Penambahan zat pewarna dalam makanan atau minuman dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. Hasil dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai minimal 3 kali ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. 3.6. Analisis Data Data-data yang diperoleh adalah

Lebih terperinci