BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, yang beralamat di Jl. Wonodri Sendang Raya No.2A Semarang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 Mei 2010. C. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah ikan asin yang dibuat dari ikan layang (anyaran) dengan proses penggaraman wet salting yang direndam selama 24 jam dalam formalin 10 persen kemudian direndam selama semalam (12 jam) dalam larutan garam dengan konsentrasi 40 persen. Setelah proses penggaraman ikan ditiriskan dan disusun diatas para-para untuk proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan 2-3 hari dibawah sinar matahari yang cukup. Kemudian ditetapkan kadar formalin awal pada ikan asin. Selanjutnya ikan asin direndam dalam air leri selama waktu optimum terhadap organoleptik ikan asin dengan variasi konsentrasi dan ditetapkan kadar formalin sisa (yang tidak terdegradasi). D. Analisa data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik. Untuk melihat adanya degradasi terhadap formalin pada ikan asin yang direndam dalam air leri dengan konsentrasi yang bervariasi, dilakukan analisis statistik dengan 20
21 regresi linear sederhana untuk perhitungan kadar sampel berdasarkan persamaan garis baku formalin. E. Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember, para-para atau penjemur, kertas, gelas plastik, pisau, beker glass 200 ml, 500 ml, 1000 ml, gelas ukur 10 ml, 100 ml,dan 250 ml timbangan teknis, timbangan analitis, buret 25 ml, labu ukur 50 ml dan 100 ml, pipet tetes, seperangkat alat destilasi, pipet volume 1 ml, 5 ml, dan 10 ml, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung dan karet filler. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras, aquadest, ikan segar, larutan garam 40 %, formalin 10 %, larutan H 3 PO 4 10 %, larutan Schiff (fuchsin, NaSO 3, HCl p), H 2 SO 4 p (1:1). F. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan ikan asin yang mengandung formalin Ditimbang ikan kurang lebih 1000 g kemudian dicuci dan ditiriskan, kemudian direndam selama 24 jam dalam formalin 10 persen kemudian direndam selama semalam (12 jam) dalam larutan garam dengan konsentrasi 40 % (setiap 100 mililiter larutan berisi 40 g garam). Setelah proses penggaraman ikan ditiriskan dan disusun diatas para-para untuk proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan 2-3 hari dibawah sinar matahari yang cukup. 2. Uji Pendahuluan a. Uji kualitatif formalin Ditimbang 10 gram sampel ikan asin yang mengandung formalin kemudian dipotong kecil-kecil, dan dimasukkan ke dalam labu destilasi, ditambah
22 aquadest 50 ml dan 1 ml H 3 PO 4 10% kedalam labu destilasi, didestilasi dan destilat ditampung dengan menggunakan labu ukur 50 ml. Kemudian dicek pada alonga dengan menampung 1 ml hasil destilat sampel, ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 p (1:1), dan ditambahkan 1ml larutan schiff. Jika terjadi perubahan warna ungu maka positif formalin. b. Optimasi panjang gelombang pada spektrofotometer Dibuat blanko dengan cara diambil 45 ml aquadest dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, kemudian ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 p (1:1), dan 1,0 ml larutan schiff. Kemudian ditepatkan dengan aquadest sampai tanda batas. Baku seri dibuat dengan konsentrasi 0,01 % (100 ppm), 0,02% (200 ppm), 0,05% (500 ppm) melalui pengenceran larutan baku 10 % (100000 ppm) menjadi 1% (10000 ppm), dari 1 % (10000 ppm) menjadi 0,1 % (1000 ppm) Misalnya baku seri 0,01 % (100 ppm) dari baku 0,1 % (1000 ppm): dipipet 5,0 ml larutan baku 0,1% (1000 ppm) dimasukkan dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan 35 ml aquadest, kemudian ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 p (1:1) dan 1,0 ml larutan schiff kemudian ditepatkan dengan aquadest sampai tanda batas. Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer dengan variasi panjang gelombang (λ) (540 nm, 550 nm, 560 nm, 570 nm, 580 nm, 590 nm), sehingga didapatkan panjang gelombang yang optimum untuk pembacaan absorbansi pada spektrofotometer. Diulangi prosedur untuk baku seri 0,02% (200 ppm) dan 0,05% (500 ppm).
23 c. Optimasi waktu kestabilan pada spektrofotometer Dibuat blanko dan baku seri seperti prosedur b dibaca dengan panjang gelombang optimum dan dengan lama waktu yang bervariasi (2 menit, 4 menit, 5menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 30 menit), sehingga didapatkan waktu kestabilan optimum. d. Pembuatan kurva baku formalin Dibuat blanko seperti prosedur b dan baku seri dibuat dengan konsentrasi 0.001% (10 ppm) 0,01% (100 ppm). Misalnya baku seri 0,001% (10 ppm) dari baku 0,01 % (100 ppm): dipipet 5,0 ml larutan baku 0,01% (100 ppm) dimasukkan dalam labu ukur 50 ml ditambahkan 35 ml aquadest, kemudian ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 1:1 (H 2 SO 4 pekat) dan 1,0 ml larutan schiff kemudian ditepatkan dengan aquadest sampai tanda batas. Baca absorbansi blanko dan baku seri dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang dan waktu kestabilan optimum. Sehingga didapatkan kurva baku standar formalin. 3. Penetapan kadar formalin awal dalam sampel Ditimbang 10 gram sampel ikan asin yang mengandung formalin kemudian dipotong kecil-kecil, dan dimasukkan ke dalam labu destilasi, ditambah aquadest 50 ml dan 1 ml H 3 PO 4 10% kedalam labu destilasi, didestilasi dan destilat ditampung dengan menggunakan labu ukur 50 ml, destilasi dihentikan bila uji kualitatif formalin negatif, kemudian ditepatkan dengan aquadest sampai tanda batas. Dipipet 5,0 ml hasil destilat dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml, ditambahkan 35 ml aquadest, kemudian ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 p (1:1) dan 1,0
24 ml larutan schiff kemudian ditepatkan dengan aquadest sampai tanda batas. Baca absorbansi sampel dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang dan waktu kestabilan optimum. a. Perhitungan kadar formalin awal pada ikan asin berdasarkan persamaan garis lurus dari kurva baku, Y = bx + a, maka: X = x fp Keterangan: Y : Absorbansi a : Konstanta X : Kadar formalin sampel (mg/l) b : Koefisien fp: Faktor Pengenceran b. mg formalin dalam destilat : x X c. Konsentrasi formalin dalam sampel (mg/kg) : x mg formalin dalam destilat : mg/kg 4. Pembuatan air leri berbagai konsentrasi Dibuat air leri dengan konsentrasi 10 % b/v dengan cara, ditimbang 20 gram beras dimasukkan kedalam beker glass 500 ml, kemudian ditambahkan air 200 ml. Diremas-remas beras 2 menit untuk mendapatkan air leri. Air leri dipisahkan dari berasnya dengan menggunakan saringan dan dimasukkan ke dalam beker glass yang lain. Diulang prosedur untuk variasi konsentrasi air leri dengan perbandingan beras dan air 20 % b/v, 40 % b/v, 60 % b/v, 80 % b/v, 100 % b/v. Masing-masing konsentrasi air leri diulang empat kali.
25 5. Optimasi waktu perendaman terhadap organoleptik ikan asin Ditimbang 10 gram sampel ikan asin, dimasukkan dalam beker glass 1000 ml. Kemudian dituangi air leri konsentrasi 40 % b/v. Direndam ikan asin tersebut selama 15 menit, kemudian ikan asin ditiriskan. Diulang prosedur untuk variasi waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit. Masing-masing dilihat sifat organoleptik ikan meliputi warna, bentuk dan bau. Sehingga didapatkan waktu perendaman optimum terhadap organoleptik yang masih baik dari ikan asin. 6. Perendaman ikan asin dalam air leri dengan variasi konsentrasi Ditimbang 10 gram sampel ikan asin, kemudian dilakukan perendaman sampel ikan asin dalam konsentrasi air leri 10 % b/v. Direndam selama waktu perendaman optimum terhadap organoleptik ikan yang masih baik, kemudian ditiriskan, dan ditetapkan kadar formalin yang tidak terdegradasi dalam ikan asin. Diulang prosedur untuk konsentrasi air leri 20 % b/v, 40 % b/v, 60 % b/v, 80 % b/v, 100 % b/v. Masing masing konsentrasi air leri dilakukan pengulangan prosedur sebanyak empat kali, sehingga diperoleh konsentrasi air leri optimum yang dapat menurunkan kadar formalin maksimum. 7. Penetapan kadar formalin setelah perendaman Ditimbang seksama 10 gram sampel ikan asin yang mengandung formalin setelah direndam kemudian dipotong kecil-kecil, dan dimasukkan ke dalam labu destilasi, ditambah aquadest 50 ml dan 1 ml H 3 PO 4 10% kedalam labu destilasi, didestilasi, dan destilat ditampung dengan menggunakan labu ukur 50 ml destilasi dihentikan bila uji kualitatif formalin negatif, kemudian ditepatkan dengan aquadest sampai tanda batas.
26 Dipipet 5,0 ml hasil destilat dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml, ditambahkan aquadest kira kira 5 ml sebelum tanda batas, kemudian ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 p (1:1) dan 1,0 ml larutan schiff dan ditepatkan dengan aquadest sampai tanda batas, dibuat juga blanko dan baku seri. Kemudian blanko, baku seri dan sampel dibaca absorbansinya dengan panjang gelombang maksimum dan waktu kestabilan maksimum untuk pengukuran absorbansi. a. Perhitungan kadar formalin pada ikan asin dengan variasi konsentrasi air leri berdasarkan persamaan garis lurus dari kurva baku, Y = bx + a, maka: X = x fp Keterangan: Y : Absorbansi a : Konstanta X : Kadar formalin sampel (mg/l) b : Koefisien fp: Faktor Pengenceran b. mg formalin dalam destilat: x X c. Konsentrasi formalin dalam sampel (mg/kg) : x mg formalin dalam destilat : mg/kg 8. Menghitung degradasi formalin dalam sampel ikan asin Konsentrasi Menetapkan degradasi kadar formalin sampel ikan asin: formalin awal- Konsentrasi formalin akhir Konsentrasi formalin awal x 100%...%
27 G. Rancangan percobaan Rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan ikan asin yang mengandung formalin 2. Uji pendahuluan a. Uji Kualitatif formalin b. Optimasi panjang gelombang pada spektrofotometer c. Optimasi waktu kestabilan pada spektrofotometer d. Pembuatan kurva standar formalin 3. Penetapan kadar formalin awal dalam sampel 4. Pembuatan air leri berbagai konsentrasi 5. Optimasi waktu perendaman terhadap organoleptik ikan asin Table 1. Rancangan Optimasi waktu perendaman Konsentrasi air leri 40 % b/v Waktu (menit) 15 Warna Bentuk Bau Keterangan (baik /tidak baik) 30 45 60 6. Perendaman ikan asin dalam air leri dengan variasi konsentrasi
28 7. Penetapan kadar formalin pada ikan asin dengan variasi konsentrasi dan waktu perendaman optimum Tabel 2. Rancangan kadar formalin sampel (ppm) Kadar formalin pada ikan asin dengan variasi konsentrasi Konsentrasi air leri (% b/v) 10 20 40 60 80 100 Ulangan 1 A E I M Q U 2 B F J N R V 3 C G K O S W 4 D H L P T X 8. Prosentase degradasi formalin dalam sampel ikan asin Tabel 3. Rancangan prosentase degradasi kadar formalin ikan asin dengan variasi konsentrasi % Degradasi kadar formalin ikan asin dengan variasi konsentrasi Konsentrasi air leri (% b/v) 10 20 40 60 80 100 Ulangan 1 A E I M Q U 2 B F J N R V 3 C G K O S W 4 D H L P T X
29 H. Definisi Operasional Ikan asin adalah ikan segar atau ikan setengah basah yang direndam dalam larutan garam dengan konsentrasi 30-50 persen, kemudian dilakukan pengeringan. Dalam proses pengeringannya sangat bergantung pada cahaya matahari, dimana prosesnya membutuhkan waktu sekitar 8 jam perhari selama 2-3 hari berturutturut. Air leri merupakan air bekas pencucian beras jenis C4 dengan harga Rp 5.500,- sampai Rp 6000,- / kilogram, yang didapatkan dari beras yang ditambahkan dengan air kemudian diremas-remas 2 menit, hingga air pencucian beras berwarna putih susu. Formalin merupakan larutan yang tidak berwarna, baunya sangat menusuk, mempunyai rumus molekul HCOH, berat molekul 30,03, berat jenis 1,08, mudah menguap dengan titik didih 96 C, serta mengandung 37 persen formaldehid dalam air. Bila formalin ditambahkan methanol hingga 15 persen dapat berfungsi sebagai pengawet. Formalin bersifat karsinogen, menyebabkan depresi susunan saraf, kegagalan peredaran darah, kejang, hematuria, tidak bisa kencing, muntah darah bahkan dapat menyebabkan kematian. Kadar formalin ini ditetapkan secara spektrofotometri dengan larutan schiff.