BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang layak.pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang terjadi pada negara berkembang sangatkompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. bawah, bahkan lebih cenderung memojokkan masyarakat bawah.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

STRATEGI URBANIS DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP DI KELURAHAN CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

BAB I PENDAHULUAN. data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya menjamin dan melindungi hak-hak anak, baik sipil, sosial, politik,

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Bangsa Indonesia, masyarakat, keluarga miskin dan terlebih lagi anak-anak, situasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi magnet bagi penduduk perdesaan untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan urbanisasi (Harahap, 2013: 34). Pembicaraan tentang urbanisasi adalah sesuatu yang mendasar sebelum kita memahami hal-hal perkotaan. Urbanisasi berasal dari kata urban yang artinya sifat kekotaan. Pemahaman arti urbanisasi akan langsung berhubungan dengan arti kota itu sendiri (Soetomo, 2013: 19). Urbanisasi dipicu adanyafasilitas-fasilitas dari pembangunan, khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan. Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan. Urbanisasi sejatinya merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk. Perkembangan urbanisasi di Indonesia sendiri perlu diamati secara serius. Banyak studi memperlihatkan bahwa tingkat konsentrasi penduduk di kota-kota besar di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Studi yang dilakukan oleh Warner Ruts (1987) menunjukkan bahwa jumlah kota-kota kecil (<100 ribu penduduk) sangat besar dibandingkan dengan kota menengah (500 ribu sampai 1 juta penduduk). Kondisi ini mengakibatkan perpindahan penduduk menuju kota besar cenderung tidak terkendali sehingga menimbulkan masalah seperti meningkatnya kriminalitas akibat kemiskinan, pengangguran besar- 1

besaran, bertambahnya pemukiman kumuh dan lain sebagainya (Harahap, 2013: 35-36). Sebagian besar pelaku urbanisasimemiliki tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan yang kurang memadai sehingga sulit bersaing untuk mendapatkan pekerjaan di kota, akibatnya muncullah jumlah pengangguran serta kemiskinan. Kondisi miskin para urbanis memaksa mereka memilih wilayah pinggiran kota yang secara ekonomis memiliki nilai rendah dan terjangkau mereka. Daerah tersebut berada di pinggiran kota Medan, daerah kabupaten yang berbatasan dengan kota. Dengan demikian terdapat dua kondisi yang menguntungkan para urbanis.di satu sisi, mereka mampu membeli atau menyewa rumah sebagai tempat tinggal. Di sisi lain, mereka mudah menjangkau wilayah perkotaan sebagai sumber barang-barang bekas yang akan dikumpulkan. Proses urbanisasi sebagai usaha untuk peningkatan pembangunan banyak dikritik, bahwa urbanisasi di negara berkembang menciptakan kemiskinan, seperti halnya kemiskinan di pedesaan. Kemiskinan merupakan bentuk kesenjangan sosial di kota, di mana kota makin besar maka kesenjangan makin besar. Masalah kemiskinan di kota merupakan produk berlebih (over) migrasi desa ke kota (Soetomo, 2013: 40). Kemiskinan sudah sejak lama menjadi masalah bangsa Indonesia dan hingga sekarang masih belum menunjukkan tanda-tanda menghilang. Angka statistik terus saja memberikan informasi masih banyaknya jumlah penduduk miskin yaitu menurut data BPS Maret 2016, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86%) berkurang sebesar 0,50 juta orang 2

dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13%). Di Sumatera Utara jumlah penduduk miskin pada September 2015 sebanyak 1.508.140 orang (10,79%), angka ini bertambah sebanyak 44.470 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin Maret 2015 yang berjumlah 1.463.670 orang (10,53%). Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp.379.878,- dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp.352.637,- per kapita per bulan.pada periode Maret - September 2015. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. P1 naik dari 1,649 pada Maret 2015 menjadi 1,893 pada September 2015, dan P2 naik dari 0,421 pada Maret 2015 menjadi 0,521 pada September 2015.Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar.(sumut.bps.go.id/frontend/brs/view/id/218,diakses pada tanggal 17 Februari 2017 pada pukul 07.00 wib). Angka-angka kemiskinan yang telah diuraikan itu bersifat fisik, artinya berkaitan langsung dengan kondisi tubuh biologis anggota keluarga-keluarga di Indonesia. Jika kita percaya bahwa kualitas bangsa dan negara ditentukan oleh kualitas individu dalam keluarga, maka kondisi kemiskinan yang langsung menyangkut individu dalam keluarga merupakan gambaran konkrit tentang daya tahan bangsa kita saat ini (Suwignyo,2008: 11). Anggota keluarga harus dapat menjalankan peran kehidupannya untuk saling mengisi dan membantu dalam menghadapi tantangan hidup sehingga tercapai kesejahteraan bersama. 3

Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia, PBB sendiri memiliki agenda khusus sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Demikian halnya dengan negara, baik di tingkat pusat maupun daerah, melalui berbagai kementrian, dinas maupun badan memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan (Siagian, 2012: 1-2). Keluarga akan berfungsi memenuhi kebutuhan ekonomi maupun kehidupan hidup keluarga serta hak-hak anak dalam keluarga. Tetapi tidak semua keluarga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga baik itu kebutuhan sandang, pangan, papan maupun pendidikan anak dikarenakan ayah yang berfungsi sebagai kepala keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga karena penghasilan rendah. Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga sering mengakibatkan fenomena keterlibatan anak untuk mencari uang setiap harinya untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Keterlibatan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga adalah salah satu cara yang ditempuh oleh keluarga untuk mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi yang disebut dengan coping strategies (strategi bertahan hidup). Coping strategies (strategi bertahan hidup) di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu: strategi aktif ialah melibatkan anggota-anggota keluarga, termasuk anak dalam aktifitas ekonomi keluarga dan strategi pasif yaitu meminimalisir pengeluaran keluarga. Menurut Snel Staring (Putri, dalam Eriani, 2015: 5) berpendapat bahwa strategi bertahan hidup merupakan rangkaian kegiatan yang dipilih secara standar 4

oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara ekonomi. Melalui strategi ini seseorang akan lebih bisa berusaha menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain. Berbicara tentang hak anak seperti layaknya berbicara tentang masa depan. Anak sering kali disebut dengan ungkapan yang mengekspresikan sesuatu untuk masa yang akan datang, misalnya anak adalah harapan, anak adalah investasi, anak adalah generasi penentu masa depan bangsa.dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, keluarga harus melakukan pengorbanan yang besar secara ekonomi yang sekaligus berupa pemenuhan hak-hak anak. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas penduduk suatu negara adalah melalui pendidikan. Namun kenyataanya tidak semua anak mendapatkan hak memperoleh pendidikan yang baik. Masih banyak keluarga yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan anak, baik kebutuhan rohani, jasmani, sosial maupun ekonomi. Akibatnya, sebagian anak dalam usia sekolah terlibat dalam kegiatan ekonomi yang disebut dengan pekerja anak. Tujuan keterlibatan anak dalam ekonomi keluarga adalah untuk mendapatkan upah sehingga dapat membantu orang tua menambah penghasilan keluarga. Anak yang hidup dalam keluarga miskin tidak memiliki kesempatan yang sama dengan anak yang berasal dari keluarga kaya akan pendidikan. Mereka tidak mampu atau bahkan tidak dimungkinkan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan. Pada kondisi Juli 2012 setidaknya terdapat 12.109.967 pekerja anak berusia 5 hingga 15 tahun yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi 30 persen terendah di Indonesia (Basis data terpadu TNP2K). Tingginya angka 5

pekerja anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah menjadi perhatian sendiri bagi pemerintah. Pemberiaan bantuan pendidikan berupa BOS dan beasiswa miskin telah dilakukan untuk menekan jumlah tenaga kerja anak. Namun nyatanya pemberian insentif pendidikan berupa penekanan biaya pendidikan belum efektif dalam menekan jumlah tenaga kerja anak. Pasalnya biaya pendidikan bukanlah satu-satunya alasan merebaknya pekerja anak. Masih tingginya nilai ekonomi anak, yakni biaya peluang (opportunity cost) dari waktu yang dihabiskan anak di sekolah dari pada mencari nafkah, bagi keluarga menyebabkan pengurangan jumlah tenaga kerja anak menjadi perkara yang tidak mudah. Dalam ikhtisar kebijakan singkat Pekerja Anak dan Pendidikan di Masyarakat Papua (ILO, 2011) dipaparkan bahwa tingginya nilai ekonomi anak dalam keluarga miskin menjadikannya sebagai hambatan bagi anak-anak di Papua untuk mengenyam pendidikan. Dan hal tersebut mendorong orang tua untuk mempekerjakan anak mereka dari pada menyekolahkan anak (Fitriani, 2011: 1-2). Pekerja anak dimanapun mereka berada, dilihat secara umum kondisi dan situasinya diyakini akan mengancam kehidupan dan juga masa depannya, termasuk masa depan masyarakat. Dunia anak seharusnya dunia yang penuh kegembiraan, bermain, sekolah, perhatian dan kasih sayang orang tua. Suasana tersebut sebagai proses pendukung tumbuh dan berkembang seorang anak, yang dapat memberikan landasan untuk kehidupan masa depannya. Pemenuhan hak anak biasanya dilakukan pertama kali dalam lingkungan keluarga, terutama keluarga inti. Keluarga disebut-sebut sebagai tempat penyadaran hubungan peran yang dilakukan melalui proses sosialisasi yang 6

berlangsung sejak masa kanak-kanak. Dalam proses sosialisasi berbagai nilai positif dalam keluarga menjadi fungsi keluarga yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, keluarga menjadi penting dalam sosiologi yang merupakan studi tentang masyarakat. Dalam masyarakat, terdapat berbagai tingkatan golongan keluarga. Biasanya berbagai masalah menjadi lebih banyak terjadi pada golongan keluarga miskin. Diasumsikan karena keluarga miskin mempunyai keterbatasan akses pada berbagai fasilitas infrastruktur yang berpengaruh akhirnya pada aspek suprastrukturnya pula maka banyak dugaan keluarga miskin mengalami masalah dalam proses sosialisasi nilai-nilai yang seharusnya mereka laksanakan, tak terkecuali yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak.akibatnya, seringkali muncul banyak masalah-masalah pada anak dalam keluarga miskin karena tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam pemenuhan hak-hak anak. Kenyataannya adalah seringkali anak-anak dilibatkan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga karena kondisi kemiskinan yang dialami oleh keluarganya. Kondisi tersebut tentu memaksa anak kehilangan haknya sebagai anak baik itu dalam pendidikan, tumbuh kembang anak dan lain sebagainya. Desa Tanjung Gusta adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang. Desa Tanjung Gusta tergolong wilayah pinggiran kota berbatasan langsung dengan wilayah kota Medan seperti kelurahan Helvetia dan kelurahan Tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia. Banyak penduduk desa Tanjung Gusta yang menjadikan sektor informal sebagai sumber pendapatan keluarga. Salah satu jenis pekerjaan yang paling menonjol adalah mengumpulkan barang bekas. Menurut pengamatan penulis, sebagian keluarga yang menjadikan 7

mengumpul barang bekas sebagai sumber utama pendapatan, cenderung mengikutsertakan anak dalam kegiatan ekonomi tersebut. Sering terlihat anak sedang mencari barang bekas, sebagian diantaranya menggunakan becak mesin dan becak dayung (becak barang), sebagian lagi menggunakan karung dengan berjalan kaki. Fenomena kegiatan anak dalam kegiatan ekonomi keluarga seperti telah di uraikan menjadikan penulis tertarik untuk lebih mendalaminya, terutama yang berkaitan dengan alokasi waktu. Apakah keterlibatan tersebut tidak menganggu waktu anak bermain, bersekolah, mengikuti kursus, istirahat dan kegiatan lainnya? Berbagai hal tersebut tentu memerlukan kajian yang lebih khusus dan fokus. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disajikan penulis tertarik untuk mengetahui nilai ekonomi dan pemenuhan hak-hak anak dalam keluarga miskin. Untuk itulah penulis melakukan penelitian dengan judul: Nilai Ekonomi dan Pemenuhan Hak-hak Anak Dalam Keluarga Miskin di Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana nilai ekonomi dan pemenuhan hak-hak anak dalam keluarga miskin di Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang? 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang nilai ekonomi dan pemenuhan hak-hak anak dalam keluarga miskin di Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka : 1. Mengembangkan model pemberdayaan keluarga miskin sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga tanpa melibatkan anak dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. 2. Mengembangkan konsep dan teori yang berkaitan dengan kemiskinan dan pemenuhan hak-hak anak. 1.4. Sistematika Penulisan Adapun rencana dan hasil penelitian ini dituliskan sebagai laporan penelitian menurut sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi, dan sampel penelitian. Teknik penarikan sampel yang digunakan seta teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang ditetapkan. BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan deskripsi lokasi penelitian atau sejarah singkat dan gambaran umum dari lokasi penelitian. BAB IV : ANALISIS DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB V : PENUTUP Bab ini tentang kesimpulan penelitian dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penellitian yang dilakukan. 10