BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Proyek

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

PENERAPAN TIME COST TRADE OFF

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF

PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction)


BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

MEMPERCEPAT WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR)

BAB II STUDI PUSTAKA

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terlambat. Penyebab keterlambatan yang sering terjadi adalah akibat

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

BAB IV ANALISA TIME COST TRADE OFF

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU DAN OPTIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pradareozy Rauufan Rahima ( ) Halaman 1

Cara membuat network planning manual

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

Tugas Akhir HENDRAWAN MARTHA PRADIKTA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

Ketut Wisnu Sanjoyo ( ) Halaman 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

ANALISA PERHITUNGAN PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA (TCTO) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UNIVERSITAS NEGERI MALANG

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Tahap II Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5, Malang)

Critical path methode (CPM)/Program Evaluation and Review Tecnique (PERT)

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

PENERAPAN METODE CRASHING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV METODELOGI PENELITIAN. Samsat Kulon Progo, Kabupaten Kulon Progo. pengawas, dan lain-lain. Variabel-variabel yang sangat mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB III LANDASAN TEORI

PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK GEDUNG PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik

BAB II Tinjauan Pustaka

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Disusun Oleh : RIZKY TRI PRASETYOKO NPM :

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PERSEKOLAHAN EBEN HAEZAR MANADO)

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JALUR KRITIS (Critical Path)

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU PROYEK DENGAN TAMBAHAN BIAYA YANG OPTIMUM

OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF PADA PROYEK REVITALISASI GEDUNG BPS KOTA GORONTALO

BAB III LANDASAN TEORI. baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek memerlukan suatu

: SANDIKA HENDI SURYO ANGGORO

TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK LANJUTAN TAHAP III PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI(FTIF) ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Gede Dedy Aryawan (2011) melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) dan Penambahan Tenaga Kerja Terhadap Biaya Pelaksanaan Proyek. Penelitian ini memilih proyek Pembangunan Gedung Kuliah Universitas Mahasaraswati Denpasar yang mengalami keterlambatan 2,94 % yaitu 9 hari dalam pelaksanaannya. Peneliti menggunakan alternatif kompresi yang digunakan yaitu penambahan jam lembur selama 3 jam sehari, sedangkan untuk penambahan tenaga kerja dilakukan secara manual. Data yang diperlukan berupa data sekunder (RAB, daftar analisis harga satuan, daftar upah dan time schedule). Sebelum melakukan perhitungan crashing pada kedua alternatif tersebut dilakukan pencarian lintasan kritis kegiatan proyek menggunakan Microsoft Office Project 2007. Cost slope didapatkan melalui perhitungan crashing kemudian dianalisis menggunakan metode TCTO. Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan waktu 9 hari (2,94 %) untuk mengejar keterlambatan proyek dan diperoleh perbandingan biaya percepatan dengan penambahan jam lembur sebesar Rp 3.229.984,27 sedangkan untuk penambahan tenaga kerja sebesar Rp 3.229.966.684,64 dari biaya normal proyek sebesar Rp 3.229.249.428,56. Penelitian Nurhadinata Buluatie (2013) bertujuan untuk melakukan optimasi biaya dan waktu pelaksanaan dengan penambahan jam kerja lembur dan penambahan pekerja. Analisis pengaruh percepatan proyek terhadap biaya yang harus dikeluarkan dalam penilitian proyek Revitalisasi Gedung BPS Kota Gorontalo adalah dengan menggunakan metode TCTO. Proyek tersebut dipilih karena telah mengalami keterlambatan sehingga alternatif percepatan yang digunakan adalah asumsi produktivitas kerja lembur diperhitungkan sebesar 75% dari produktivitas normal. Penambahan pekerja sendiri dilakukan dari kegiatan-kegiatan kritis yang akan dipercepat dan dihitung berdasarkan commit data to user biaya langsung pekerjaan sehingga 6

digilib.uns.ac.id 7 diperoleh pertambahan biaya (cost slope) pekerjaan. Selanjutnya dilakukan optimalisasi waktu dan biaya sehingga diperoleh adanya pertambahan biaya langsung yang diakibatkan oleh jam lembur maupun penambahan jumlah pekerja. Durasi normal dari perencanaan proyek 180 hari kerja dengan biaya total sebesar Rp 1.385.945.709. Berdasarkan penelitian penambahan jam kerja lembur dan penambahan pekerja memiliki efisiensi waktu optimum proyek selama 170 hari kerja atau 6,67%. Dilihat dari segi efisiensi biaya jam kerja lembur optimum didapatkan sebesar Rp 4.230.875 atau 0,305%. Sedangkan untuk penambahan jumlah pekerja memiliki efisiensi biaya optimum sebesar Rp 8.112.500 atau 0,586%. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa penambahan pekerja lebih efisien dibandingkan penambahan jam kerja lembur dengan keuntungan biaya yang lebih besar. Hal yang sama terjadi pada penelitian Ivana Astria Rani (2014) berjudul Analisis Perbandingan Percepatan Pelaksanaan Pekerjaan ditinjau dari Penambahan Tenaga Kerja dengan Penambahan Jam Kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Itera Tahap I. Perhitunngan crashing dilakukan dengan rencana percepatan durasi selama 5 hari, kemudian dianalisis menggunakan metode TCTO. Alternatif percepatan yang digunakan yaitu dengan penambahan tenaga kerja dan penambahan jam kerja. Hasil akhir percepatan dengan penambahan tenaga kerja diperoleh penambahan biaya sebesar Rp.527.760.000,00, mengalami peningkatan sebesar 15,67 % dari biaya normal, dengan cost slope sebesar Rp.105.552.000,00. Sedangkan untuk metode penambahan jam kerja diperoleh penambahan biaya sebesar Rp.635.671.875,00 dengan peningkatan sebesar 18,87 % dari biaya normal, dengan cost slope sebesar Rp.127.134.375,00. 2.2. Dasar Teori Dasar teori ini berisikan tentang paparan dasar-dasar teori dan referensi yang digunakan dalam penulisan Skripsi Penerapan Time Cost Trade Off dalam Optimalisasi Biaya dan Waktu terhadap Perbandingan Penambahan Tenaga Kerja dan Shift Kerja.

digilib.uns.ac.id 8 2.2.1. Proyek Proyek adalah sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, yang bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek memiliki sisi unik yang berbeda-beda, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek merupakan kegiatan dalam mencapai tujuan, tertentu dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, diselesaikan dalam waktu tertentu pula sesuai dengan kesepakatan, tanpa mengabaikan sasaran dari proyek itu sendiri. (Dipohusodo,1995). Tujuan tertentu dari proyek kontruksi harus dicapai dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Ketiga batasan tersebut tiga kendala yang merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Faktor faktor yang diperlukan dalam proyek konstruksi yaitu man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time (waktu). Elemen dasar dalam suatu perencanaan tidak lain adalah mutu konstruksi yang harus dijaga agar sesuai dengan target awal. Namun demikian, pada kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu pelaksanaan (Tjaturono, 2004). Seringkali efisiensi dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. Jika ingin meningkatkan kinerja proyek yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya pengendalian proyek memperhatikan faktor mutu atau jadwal. Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara lain pemilik, perencana (konsultan), pelaksana kontraktor, pengawas (konsultan), penyandang dana, pemerintah (regulasi), pemakai bangunan dan masyarakat. Jasa konstruksi merupakan jasa pelayanan commit perencanaan, to user pelaksanaan, dan pengawasan

digilib.uns.ac.id 9 konstruksi (Januar, 2011). Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan, untuk lebih jelasnya berikut tahapan proyek konstruksi: a. Perencanaan (Planning) Tahap ini dimulai dengan membuat gagasan dan ide yang sesuai dengan kebutuhan maupun permintaan owner. Setelah gagasan muncul kemudian dilakukan studi kelayakan yang meninjau aspek teknis, ekonomi lingkungan, dan lain-lain. Pihak yang terlibat dalam tahap perencanan ini adalah pemilik proyek dan konsultan studi kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi. b. Perekayasaan dan Perancangan Pihak yang terlibat dalam tahap ini adalah konsultan perencana, konsultan MK, konsultan rekayasa nilai dan atau konsultan quantity surveyor. Tahap ini dibagi menjadi tiga, yaitu: Tahap pra rancangan mencakup kriteria desain, skematik desain, dan estimasi biaya konseptual. Tahap pengembangan rancangan merupakan pengembangan dari tahap pra rancangan, sehingga estimasi biaya lebih terperinci. Tahap desain akhir dengan hasil gambar detail. Tahap ini meliputi spesifikasi perancangan, daftar volume, RAB, syarat-syarat administrasi dan peraturan-peraturan umum. c. Pengadaan/Pelelangan (Procurement) Pengadaan pada tahap ini meliputi pengadaan jasa konstruksi dan pengadaan material dan peralatan. Pihak yang terlibat adalah pemilik proyek, pelaksana jasa konstruksi (kontraktor), dan konsultan MK. d. Pelaksanaan (Construction) Tahapan ini merupakan pelaksanaan hasil perancangan dengan SPK (Surat Perintah Kerja) dan kontrak kerja yang telah disepakati. Selama pembangunan proyek berlangsung diperlukan manajemen proyek yang bagus. Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan MK, kontraktor utama, sub kontraktor, supplier, dan instansi lain yang terkait.

digilib.uns.ac.id 10 e. Tes Operasional (Commissioning) Tahap dimana dilakukan pengujian dari fungsi masing-masing bagian bangunan. Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas, pemilik proyek, konsultan MK, kontraktor maupun sub kontraktor. f. Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operasional and Maintenance) Tahap operasional dilakukan setelah terjadi pembayaran total sebesar 95 % dari nilai kontrak. Pemeliharaan pada umumnya dilakukan selama 3 bulan (dengan uang jaminan pemeliharaan yang ditahan oleh pemilik proyek). Pihak yang terlibat adalah konsultan MK, pemakai bangunan dan pemilik proyek. 2.2.2. Penjadwalan Penjadwalan merupakan tahapan menerjemahkan suatu kegiatan perancangan ke dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga tercipta hubungan antar kegiatan atau pekerjaan dalam suatu proyek. Mengatur jadwal proyek merupakan berpikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas, yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat. (Luthan, 2006). Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek. Adapun tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut : a. Mempermudah perumusan masalah proyek. b. Menentukan metode atau cara yang sesuai. c. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir. d. Mendapatkan hasil yang optimum.

digilib.uns.ac.id 11 2.2.3. Kurva S Pembuatan kurva S dikerjakan setelah menghitung rencana anggaran biaya dan melakukan analisis harga satuan pekerjaan. Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S merupakan salah satu metode perencanaan pengendalian biaya yang efektif dan seringkali digunakan pada proyek. Penggambaran kurva S merupakan visualisasi dari kemajuan pekerjaan kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horisontal yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kemajuan pekerjaan dalam kurva S didefinisikan sebagai prosentase bobot kegiatan. Nilai bobot pekerjaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.1. o ot ( ) ia a peker aan otal ia a pro ek (2.1.) Perbandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan. (Luthan, 2006). Penyimpangan dapat diketahui melalui visualisasi Kurva S. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal proyek. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek, survei kuantitas dari pekerjaan di proyek, dan jumlah tenaga kerja yang dipakai.

digilib.uns.ac.id 12 Gambar 2.1. Kurva S Sumber: http://zulkadri.blogspot.com/2013/09/membuat-kurva-s-terintegrasi-den-progres.html Adapun fungsi kurva S menurut Pamungkas (2011) adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu penyelesaian proyek. b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek. c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek. d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai. Penggambaran Kurva S dapat diasumsikan biaya setiap item terdistribusi secara merata selama durasinya. Kondisi ini tidak selamanya benar, karena dimungkinkan suatu item pekerjaan dengan biaya pembelian material yang besar (menyerap lebih dari 50 % dari total harga pekerjaan tersebut) akan diserap di awal pekerjaan tersebut dan sisa durasi dilakukan untuk biaya pemasangannya. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat dijadikan dasar untuk pembuatan tagihan kontraktor dikarenakan progres fisik pengerjaannya belum terlaksana. 2.2.4. Rencana Anggaran Biaya Dalam proses membangun proyek konstruksi salah satu perencanaan yang terlebih dahulu diperkirakan secara cermat adalah biaya yang akan dikeluarkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB). Rencana Anggaran Biaya adalah perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar commit to bangunan user dan spesifikasi pekerjaan

digilib.uns.ac.id 13 konstruksi yang akan di bangun. Rencana Anggaran Biaya disusun berdasarkan dimensi dari bangunan yang telah direncanakan, kemudian disusun secara rinci untuk mengetahui biaya pembangunan konstruksi tersebut. Adanya RAB dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan yang memuat real cost dari proyek yang dikerjakan. Dari real cost ini kemudian ditentukan harga borongan untuk lelang. Penyusunan RAB dibutuhkan volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. RAB merupakan jumlah dari RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan) dan keuntungan. RAP terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Gambar 2.2. Rencana Anggaran Biaya Sumber:http://al-musyariin.blogspot.com/2013/11/panitia-pembangunan-masjid-al-musyariin.html Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. (Frederika, 2010). Biaya tidak langsung secara umum menunjukkan biaya-biaya overhead seperti pengawasan, administrasi, konsultan, bunga, dan biaya lain-lain/biaya tak terduga. Biaya tidak langsung tidak dapat dihubungkan dengan paket kegiatan dalam proyek. Sedangkan biaya langsung secara umum menunjukkan biaya tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kadang-kadang juga biaya sub kontraktor. Biaya langsung akan bersifat sebagai biaya normal apabila

digilib.uns.ac.id 14 dilakukan dengan metode yang efisien, dan dalam waktu normal proyek. Biaya langsung diasumsikan dikembangkan dari metode dan waktu yang normal sehingga pengurangan waktu akan menambah biaya dari kegiatan proyek. Maka dari itu untuk durasi waktu yang dibebankan (imposed duration date) biayanya akan lebih besar daripada biaya untuk durasi waktu yang normal. Setelah proyek berjalan, setiap pengeluaran yang terjadi dicatat dalam Realisasi Biaya Pekerjaan (RBP). Jumlah penggunaan dana proyek dalam RBP ini seharusnya lebih kecil atau paling tidak sama dengan yang tercantum dalam RAB, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan. Namun dalam usaha memperoleh keuntungan ini mestinya tidak mengurangi kualitas dan kuantitas hasil kerja. Kegiatan pengendalian biaya sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Penyusunan RAB dibutuhkan volume pekerjaan dan juga harga satuan pekerjaan. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga kerja. 2.2.5. Network Planning Di dalam proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan dari perencanaan. Proses tersebut didapatkan melalui informasi yang tepat dan dengan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Pengambilan keputusan beserta proses aplikasinya merupakan sistem operasi pada perencanaan proyek. Perencanaan yang bagus harus melihat beberapa faktor yang mendukung, salah satunya adalah pemilihan network planning. Network dipergunakan untuk perencanaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit. Menurut Sofwan Badri (1997) network planning adalah gambaran atau visualisasi dalam bentuk diagram network mengenai hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel). Analisis network planning membantu merencanakan proyek dalam skala besar maupun kecil

digilib.uns.ac.id 15 dengan manajemen sumber daya yang baik. Selain itu dengan adanya network planning juga membantu reschedulling untuk mempercepat umur proyek.. Penyusunan jaringan kerja harus memperhatikan beberapa simbol yang digunakan dalam visualisasi CPM, diantaranya seperti di bawah ini: a. Anak panah (arrow)/kegiatan (activity) Anak panah menunjukkan hubungan antara kegiatan, dan juga dicantumkan durasi. Sebuah anak panah mewakili satu kegiatan. Awal busur panah dinyatakan sebagai permulaan kegiatan dan mata panah sebagai akhir kegiatan. Terdapat tiga jenis anak panah : Anak panah biasa menunjukkan kegiatan biasa Anak panah merah menunjukkan kegiatan kritis Anak panah putus-putus menunjukkan kegiatan dummy. Berfungsi sebagai penghubung, tidak membutuhkan sumber daya maupun waktu penyelesaian. Dummy terjadi akibat dua kegiatan yang dimulai dari simpul yang sama dan berakhir pada simpul lain yang sama juga. b. Lingkaran kecil (node)/peristiwa (event) Menyatakan suatu kejadian yang diartikan sebagai No. EET LET pertemuan dari permulaan atau akhir atau beberapa kegiatan. Umumnya kejadian/peristiwa ditandai dengan kode angka yang disebut nomor kejadian. Terdapat beberapa nama yang digunakan untuk pengertian network planning, antara lain: a. NMT: Network Management Technique b. PERT: Program Evalution and Riview Technique c. CMD: Chart Method Diagram d. CPA: Critical Path Analysis e. PEP: Program Evalution Procedure f. CPM: Critical Path Method

digilib.uns.ac.id 16 2.2.5.1. Critical Path Method CPM atau Metode Jalur Kritis adalah suatu rangkaian item pekerjaan dalam suatu proyek yang menjadi bagian kritis atas terselesainya proyek secara keseluruhan. Ketidaktepatan waktu suatu pekerjaan yang masuk dalam pekerjaan kritis akan menyebabkan proyek mengalami keterlambatan karena waktu finish proyek akan menjadi mundur atau delay, sehingga memerlukan perhatian khusus (kritis). Hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan jalur kritis yaitu slack pekerjaan jalur kritis sama dengan 0 (nol), sehingga memungkinkan relokasi sumber daya dari pekerjaan non kritis ke pekerjaan kritis. CPM dibangun atas suatu network yang dihitung dengan cara tertentu dan dapat pula dengan software. Metode ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pelaksanaan pengawasan pembangunan suatu proyek. Penggunaan CPM secara sederhana bermaksud untuk membuat jadwal yang berukuran besar pada proyek besar menjadi jadwal yang lebih kecil sehingga jadwal tersebut dapat lebih mudah untuk dikelola. Metode ini merupakan model kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan. Pengerjaannya menggunakan asumsi, bahwa kegiatan dapat dimulai setelah kegiatan sebelumnya (predecessor) sudah selesai. Untuk mengetahui data kegiatan predecessor, dilakukan pada saat inventarisasi kegiatan yang mengacu pada kurva S proyek yang sudah ada. Seperti yang tertulis pada sub bab network planning, jaringan CPM disusun dengan menggambarkan anak panah sebagai hubungan antar kegiatan dan lingkaran sebagai kegiatan. Jalur kritis ditentukan dengan melihat hasil dari perhitungan maju dan mundur. Jika hasil dari kedua perhitungan tersebut mempunyai angka yang sama maka jalur dengan keadaan seperti itu disebut dengan jalur kritis. Perhitungan maju digunakan untuk menghitung EET, dimana EET adalah kegiatan paling awal atau waktu yang cepat dari kejadian. (Soeharto, 1995)

digilib.uns.ac.id 17 (2.2.) Dengan : EET i = waktu mulai paling cepat dari event i EET j = waktu mulai paling cepat dari event j D ij = durasi untuk melaksanakan kegiatan antara event i dan event j Berikut tahap-tahap untuk menghitung EET mengacu pada gambar 2.3.: a. Tentukan nomor kegiatan dari kiri ke kanan, mulai dari kegiatan nomor 1 berturut-turut sampai nomor maksimal. b. Tentukan nilai EET i untuk kegiatan nomor 1 (paling kiri) dengan angka awal yaitu nol. c. Menghitung nilai EET j kegiatan berikutnya dengan rumus 2.2.. Apabila terdapat beberapa kegiatan (termasuk dummy) menuju atau dibatasi oleh kegiatan yang sama, maka diambil nilai EET j yang maksimum. Gambar 2.3. Critical Path Method Hasil dari perhitungan maju dimasukkan pada kolom atas di dalam lingkaran, seperti yang terlihat dalam gambar 2.3. Sedangkan kolom bawahnya diisi dari hasil perhitungan mundur. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan (hari terakhir penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja. Perhitungan mundur ini digunakan untuk menghitung LET, dimana LET adalah kegiatan paling akhir atau waktu paling lambat dari event. (Soeharto, commit to 1995). user

digilib.uns.ac.id 18 Dengan : LET i = waktu mulai paling lambat dari event i LET j = waktu mulai paling lambat dari event j D ij = durasi untuk melaksanakan kegiatan antara event i dan event j (2.3.) Prosedur perhitungan LET : a. Tentukan nilai LET kegiatan terakhir (paling kanan) sesuai dengan nilai EET kegiatan terakhir. b. Menghitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus di atas. c. Bila terdapat lebih dari satu kegiatan (termasuk dummy) maka dipilih LET yang minimum. Pada CPM terdapat istilah tenggang waktu kegiatan (activity float) yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan proyek. Terdapat tiga macam tenggang waktu kegiatan, antara lain total float (TF), free float FF) dan independent float (IF). a. Total Float adalah jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1995). Nilai Total Float dirumuskan dengan: TF = LET(j) EET(i) D (2.4.) b. Free float adalah sama dengan sejumlah waktu dimana penyelesaian kegiatan tersebut dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dari kegiatan berikutnya ataupun semua peristiwa yang lain pada jaringan kerja (Soeharto, 1995). Nilai Free Float adalah : FF = EET(j) EET(i) D (2.5.) c. Independent float adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan dan sedikitpun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1995). IF = EETj D LETi (2.6.)

digilib.uns.ac.id 19 Gambar 2.4. Tenggang Waktu Kegiatan pada Critical Path Method Sumber: https://eriskusnadi.wordpress.com/2012/03/18/activity-network-diagram-part-2/ 2.2.6. Crashing Kegiatan Proyek Crashing adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersingkat umur proyek. Sebelum melakukan crashing, harus diketahui dahulu lintasan kritis proyek dengan menggunakan network planning. Dengan adanya lintasan kritis dapat membantu dalam penentuan kegiatan kritis yang akan dilakukan crashing/dipercepat durasinya. Ada dua hal yang menjadi faktor dilakukan crashing, yang pertama yaitu karena suatu proyek mengalami keterlambatan sehingga perlu adanya pengerjaan sistem tercepat yang dapat mencapai target awal penyelesaian proyek. Faktor kedua adalah adanya perjanjian kontrak di awal bahwa proyek diharapkan segera selesai dengan waktu yang singkat. 2.2.6.1. Alternatif Penambahan Tenaga Kerja Dalam merencanakan penambahan jumlah tenaga kerja yang realistis perlu memperhatikan berbagai faktor, yaitu produktivitas tenaga kerja, keterbatasan sumber daya, jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan (Iqbal, 2012). Crashing dengan menambahkan faktor sumber daya (tenaga kerja) akan mempengaruhi efisiensi proyek. Produktivitas untuk alternatif ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.7. (Dwi Susanto, 2011)

digilib.uns.ac.id 20 Produktivitas crashing = Prod. harian normal x Jumlah pekerja percepatan (2.7.) Jumlah pekerja normal 2.2.6.2. Alternatif Shift Kerja Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara penambahan pekerja dan alternatif shift kerja. Pada saat pemakaian shift kerja harapannya bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada proyek, sebab pekerja pada masingmasing shift orangnya tidak sama. Pembagian pekerja berdasarkan data tenaga kerja pada proyek yang dilakukan penelitian. Jumlah shift disesuaikan dengan kebutuhan proyek atau disesuaikan dengan perjanjian antara pemilik dengan pelaksana proyek. Produktivitas pada shift kerja dihitung dengan rumus 2.8. (Sani dan Septiropa, 2014) Produktivitas crashing = Prod. harian normal x jumlah shift (2.8.) 2.2.8. Cost Slope Pemilihan kegiatan kritis tergantung pada pengidentifikasian kegiatan-kegiatan dengan waktu normal dan waktu pacu (crash time) dan biaya yang berhubungan dengannya. Waktu normal untuk kegiatan menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau kegiatan dengan sumber daya normal yang ada tanpa adanya biaya tambahan lain dalam sebuah proyek. Percepatan waktu suatu kegiatan disebut crashing. Waktu penyelesaian kegiatan tercepat yang mungkin untuk dicapai disebut dengan crash time dan biayanya disebut dengan crash cost. Pada Gambar 2.5. dapat dilihat bahwa titik pacu (crash point) menunjukkan waktu maksimum sebuah kegiatan dapat dipercepat, sedangkan garis miring (slope) menunjukkan asumsi biaya pengurangan waktu kegiatan yang konstan tiap satuan waktu.

digilib.uns.ac.id 21 Gambar 2.5. Grafik Cost Slope Berdasarkan kemiringan (slope) dari masing-masing segment garis yang dapat memberikan identifikasi mengenai pengaruh biaya terhadap pengurangan waktu penyelesaian suatu proyek, maka manajer akan dapat lebih mudah membandingkan kegiatan kritis mana yang akan dipercepat. Slope dapat dihitung dengan rumus 2.9. (2.9) 2.2.8. Time Cost Trade Off Terdapat beberapa alasan yang dapat menjadi dasar untuk melakukan percepatan durasi waktu dari sebuah proyek. Seperti adanya tekanan persaingan global, pemberian insentif kepada pelaksana proyek jika proyek selesai lebih cepat, dan kemungkinan terjadinya sebab-sebab yang tidak terduga seperti gangguan cuaca, kesalahan perancangan awal, serta kerusakan mesin dan peralatan dapat menjadi sebab mengapa durasi penyelesaian proyek harus dikurangi. Namun dalam upaya pengurangan durasi proyek ini terkadang biaya yang muncul mengalami kenaikan dari biaya rencana sebelumnya.

digilib.uns.ac.id 22 Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan penekanan waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan biaya yang ditimbulkan seminimal mungkin. Disamping itu harus diperhatikan pula bahwa penekanannya hanya dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang ada pada lintasan kritis. Apabila penekanan dilakukan pada kegiatan yang tidak berada di lintasan kritis, maka waktu penyelesaian keseluruhan tidak akan berkurang. Penekanan dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada lintasan kritis. Penjelasan yang lebih rinci mengenai prosedur mempersingkat waktu diuraikan sebagai berikut: a. Menghitung waktu penyelesaian proyek dan menentukan biaya normal pada masing-masing kegiatan. b. Menghitung crash cost di masing-masing kegiatan. c. Menentukan cost slope masing-masing komponen kegiatan. d. Mempersingkat durasi kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang mempunyai cost slope terendah. e. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru, maka mempersingkat lagi durasi pada kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope biaya terendah. f. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai lintasan kritis sudah jenuh. g. Gambarkan dalam grafik hubungan biaya dan waktu dengan sumbu horisontal adalah durasi proyek dan sumbu vertikal adalah biaya proyek. h. Hitung biaya langsung dan tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik di atas. i. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari biaya total sebelum kurun waktu yang diinginkan. j. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum yaitu kurun waktu penyelesaian proyek dengan biaya terendah (Soeharto, 1997).

digilib.uns.ac.id 23 Total Costs Optimum cost-time point Costs Low-cost plan duration point Direct costs Indirect costs Project duration Gambar 2.6. Grafik Hubungan Waktu dan Biaya Sumber: http://manajemenproyekindonesia.com/wp-content/uploads/2012/04/duration-vs-cost.png