III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

3. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

III. METODE PENELITIAN

SEBARAN SPASIAL DAN POTENSI REPRODUKSI POPULASI SIPUT GONGGONG (Strombus turturela) DI TELUK KLABAT BANGKA BELITUNG JUDISTIRA SIDDIK C

3. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

3. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Metode Kerja Bahan dan peralatan pada pengamatan morfometri

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan selama lima bulan mulai bulan Maret hingga Juli

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Modul Pelatihan Teknik Analisis Kuantitatif Data *

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

3. METODOLOGI PENELITIAN

Maspari Journal 01 (2010) 16-21

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

3.3 Pengumpulan Data Primer

BAB 2 BAHAN DAN METODE

III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB III METODA PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Mei sampai Juli. Dua bulan dilakukan pengambilan sampel di lapangan dan satu bulan untuk analisa laboratorium. Lokasi penelitian terletak di Perairan Teluk Klabat Bangka Belitung (Gambar 7). Analisa kualitas air dan sedimen dilakukan di laboratorium P2O-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta Teluk Klabat termasuk dalam Kabupaten Bangka Induk, Pulau Bangka. Perairan sekitar Teluk Klabat memiliki ekosistem muara sungai (estuaria), ekosistem mangrove dan ekosistem karang. Bentuk Teluk Klabat cukup unik, seolah-olah terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar melebar di tengah menyempit dimana terletak pelabuhan Blinyu dan bagian dalamnya melebar lagi. Dalam penelitian ini lokasi pengambilan sampel hanya dilakukan pada lokasi bagian luar, sedangkan teluk bagian tengah dan dalam tidak dilakukan pengamatan. Aktifitas utama di Teluk Klabat bagian luar adalah kegiatan pelayaran dan aktivitas penangkapan ikan, selain itu khusus di sisi barat teluk bagian luar juga dijumpai aktifitas penambangan timah. 14

Teluk Klabat Kabupaten Provinsi B k B li Sumber: Bakosurtanal, 2006 BAKOSURTANA 2006 Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian di Teluk Klabat Provinsi Bangka-Belitung (Bakosurtanal, 1997). 15

3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian serta parameter yang diukur disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Parameter, Alat dan Bahan Penelitian Parameter Metode analisis/alat FISIKA-KIMIA AIR: 1. Suhu ( 0 C) 2. ph 3. DO (mg/l) 4. Organik Total/TOM (mg/l) 5. Salinitas (%o) 6. Turbiditas (NTU) Horiba Type U-10 Horiba Type U-10 Horiba Type U-10 Horiba Type U-10 Turbidimeter FISIKA-KIMIA SEDIMEN : 1. Fraksi sediment (%) 2. ph 3. Redoks potensial (mv) 4. TOM (mg/l) Saringan bertingkat ph-meter Redoks potensiometer Timbangan O Hauss BIOLOGI DAN REPRODUKSI SIPUT GONGGONG: 1. Morfometri 2. Bobot tubuh Kaliper Timbangan O Hauss 16

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penentuan Stasiun Pengamatan Stasiun pengamatan berada pada Teluk Klabat bagian luar dengan dua lokasi utama, yakni: a. Lokasi 1 : Teluk bagian luar sisi timur dengan aktivitas utama merupakan alur pelayaran, dan aktivitas penangkapan ikan. Sedangkan aktivitas penambangan timah tidak dijumpai di areal ini. Penentuan titik sampel di mulai pada sisi timur teluk yang berdekatan dengan Tanjung Penyusuk menyusuri perairan pantai desa Romodong hingga ke Tanjung Gudang. Di lokasi sisi timur ini terdapat enam stasiun penelitian, yakni stasiun 1,2,3,4,5 dan 6. b. Lokasi 2 : Teluk bagian luar sisi barat dengan aktivitas utama aktivitas penangkapan ikan dan penambangan timah. Penentuan titik sampling dengan menyusuri pantai sebelah barat Teluk Klabat. Areal ini diperkirakan merupakan habitat siput gonggong yang potensial, dengan kondisi substrat terdiri dari pasir dan pasir berlumpur. Nelayan pencari siput gonggong memfokuskan aktivitasnya di daerah ini. Vegetasi yang tumbuh di daerah pantai umumnya cemara. Selain itu dijumpai pula beberapa pulau kecil yang bervegetasi serta beberapa pulau berupa tonjolan batu dan gosong pasir yang muncul ke permukaan saat air surut. Di areal ini juga beroperasi puluhan tambang timah rakyat (TI) yang mengeruk substrat untuk mendapatkan pasir timah. Kegiatan mengaduk-aduk ini yang menyebabkan rusaknya habitat siput gonggong di areal tersebut. Di lokasi sisi barat ini terdapat delapan stasiun penelitian, yakni stasiun 7,8,9,10, 11, 12, 13 dan 14 ) Posisi stasiun pengamatan di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 8. 17

13 14 12 11 10 9 8 7 1 2 3 4 5 6 U Gambar 8. Posisi Stasiun Pengamatan di Teluk Klabat, Provinsi Bangka-Belitung (Bakosurtanal, 1997) 3.3.2. Pengambilan Sampel a. Pengambilan Sampel Siput Gonggong Pengambilan sampel siput pada tiap stasiun di lakukan pada saat surut terendah (kedalaman air mencapai 0,5 m 1 m) dengan cara meletakan transek kwadrat berukuran 1 x 1 meter yang terbuat dari besi dan pada salah satu sudutnya diikatkan pelampung berupa gabus sterofoam. Siput gonggong yang berada di dalam transek kwadrat di ambil dengan tangan secara snorkeling. Dari setiap kwadran sampel dimasukan kedalam kantong waring dan diberi label menandai stasiun pengambilan. Setiap stasiun terdiri dari 4 transek garis berjarak 50 meter setiap garis dan tiap transek garis terdiri dari 10 transek kuadrat. Transek garis 18

ditentukan dari arah darat ke laut. Penempatan transek kwadrat di lapangan disajikan pada Gambar 9. Transek garis U Darat Laut Transek kuadrat Gambar 9. Contoh penempatan transek kwadrat di lokasi penelitian b. Kualitas air Pengukuran kualitas air dilakukan dengan dua cara yaitu secara insitu dan pengukuran di laboratorium. Pengukuran secara insitu dilakukan dengan cara mengambil contoh air pada masing-masing stasiun pengamatan. Parameter kualitas air yang diukur di lapangan meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), ph, salinitas, dan turbiditas, sedangkan kandungan bahan organik total diukur di laboratorium dengan mengambil contoh air yang selanjutnya dianalisis di P2O-LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Jakarta. c. Kualitas sedimen dan fraksi sedimen Contoh sedimen diambil pada stasiun yang sama dengan pengambilan contoh air. Sedimen diambil kurang lebih 500 gram dengan menggunakan Ekman Grab dan dimasukkan ke dalam plastik serta disimpan dalam cool box. Sampel sedimen selanjutnya dianalisis di P2O-LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Jakarta. 19

d. Pengukuran Morfometri Cangkang dan Bobot Tubuh Pengukuran morfometrik siput dilakukan memakai caliper dengan ketelitian 1,00 mm, mengikuti metode Bailey dan Green (1988), terhadap karakter-karakter: (1) panjang cangkang (Pc), Panjang cangkang diukur dari ujung anterior ke ujung posterior cangkang Sedangkan pengukuran terhadap bobot tubuh dilakukan dengan menggunakan timbangan OHAUS Precision Plus, dengan ketelitian 0,001 gr. Penimbangan dilakukan meliputi berat total siput, cangkang dan daging baik basah maupun kering. Selanjutnya bobot cangkang tanpa daging ditimbang begitu juga dengan bobot daging tanpa cangkang (bobot tegumen) ditimbang. e. Potensi Reproduksi Nisbah Kelamin Tingkat Kematangan Gonad Indeks Kematangan Gonad Fekunditas Untuk mengamati jumlah koloni telur yang dihasilkan di alam dilakukan pengamatan secara berkala setiap bulannya dengan menggunakan pengembangan metode manta tow yang diadopsi dari English et al (1994), dengan bantuan long boat bermesin tempel 15 PK. Garis transek sebanyak dua buah dipasang sejajar dengan garis pantai pada kedalaman 1,5 m dan 2 m. Pada salah satu sisi perahu diletakan sebilah kayu dengan posisi melintang sebagai tempat berpegangan bagi pengamat. Pencacahan koloni telur yang menggunakan hand counter dilakukan saat perahu bermotor mulai bergerak dengan kecepatan konstan (3-5 km/jam) menyusuri sepanjang garis transek. Luas areal daerah sapuan + 1.000 m 2. Pencacahan koloni telur dilakukan dengan cara menyelusuri garis transek yang sejajar dengan garis pantai. Untuk mengetahui rata-rata jumlah telur yang 20

dihasilkan oleh seekor induk betina dalam satu koloni, maka dilakukan koleksi beberapa koloni telur untuk dihitung jumlahnya menggunakan metode gravimetri (Effendie, 1979). 3.4. Analisa Data 3.4.1. Karakteristik Habitat Siput Gonggong Untuk melihat karakteristik habitat siput gonggong digunakan pendekatan analisis statistik multi variable dengan Analisis Komponen Utama (AKU = Principal Component Analysis, PCA) (Bengen, 2000). Analisis ini memungkinkan adanya suatu reduksi terhadap dimensi dari ruang-ruang agar dapat lebih mudah dibaca dengan kehilangan informasi sesedikit mungkin. Metode ini bertujuan mendeterminasi sumbu-sumbu optimum tempat diproyeksikannya individu-individu dan / atau variabelvariabel. Data variabel fisika-kimia perairan yang diperoleh tidak memiliki pengukuran yang sama, maka sebelum dilakukan Analisis Komponen Utama, data tersebut perlu dinormalisasikan terlebih dahulu melalui pemusatan dan pereduksian Nilai sesudah pemusatan diperoleh dari selisih antara nilai variabel dengan nilai rata-rata, yakni: C = N i _ x dengan: C = Nilai pemusatan N i = Nilai asli variabel _ x = Nilai rata-rata variabel Sementara pereduksian merupakan hasil bagi antara variabel yang telah dipusatkan dengan nilai simpangan baku variabel, yang dirumuskan sebagai berikut: C R = S dengan: R = Nilai pereduksian C = Nilai pemusatan S = Nilai simpangan baku variabel 21

Untuk menentukan hubungan antara dua variabel digunakan pendekatan matriks korelasi yang dihitung dari indeks sintetik (Ludwig dan Reynolds, 1988), yaitu: dengan: R s x s = A s x n A t R s x s = Matriks korelasi rij As x n = Matriks indeks sintetis rij A = Matriks transpose (pertukaran baris dan kolom) dari matriks A t n x s Korelasi linear antara dua variabel yang dihitung dari indeks sintetiknya merupakan peragam dari dua variabel yang telah dinormalkan. Tahapan ini sebenarnya merupakan suatu usaha untuk mentransformasikan p variabel kuantitatif awal (inisial), yang kurang lebih saling berkorelasi, ke dalam p variabel kuantitatif baru yang disebut komponen utama. Dengan demikian hasil dari analisis ini tidak berasal dari variable-variabel awal (inisial) tetapi dari indeks sintetik yang diperoleh dari kombinasi linier variabel-variabel asal. Diantara semua indeks sintetik yang mungkin, analisis ini mencari terlebih dahulu indeks yang menunjukkan ragam individu yang maksimum. Indeks ini disebut komponen utama pertama atau sumbu ke-1 (F1), yaitu suatu proporsi tertentu dari ragam total stasiun yang dijelaskan oleh komponen utama ini. Selanjutnya dicari komponen utama kedua (F2) yang memiliki korelasi nihil dengan F1 dan memiliki ragam individu terbesar. Komponen utama kedua memberikan informasi terbesar sebagai pelengkap komponen utama pertama. Proses ini berlanjut terus sehingga diperoleh komponen utama ke-p, di mana bagian informasi yang dapat dijelaskan semakin kecil. Prinsip Analisis Komponen Utama menggunakan pengukuran jarak Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan antara individu untuk variabel yang berkoresponden) pada data. Jarak Euclidean dirumuskan sebagai berikut: d 2 2 ( i, i ) = p j = 1 n x s ( X ij X i ' j ) dengan: i,i = dua baris j = indeks kolom (bervariasi dari 1 hingga p) 2 22

Semakin kecil jarak Euclidean antara dua stasiun, maka semakin mirip karakteristik fisika kimia air dan substrat antar kedua stasiun tersebut dan sebaliknya semakin besar jarak Eclidean antara dua stasiun, maka semakin berbeda karakteristik karaktersitik fisika kimia air dan substrat kedua stasiun tersebut. 3.4.2. Kepadatan dan Pola Distribusi Populasi a. Kepadatan Populasi Kepadatan populasi menunjukkan rataan individu suatu jenis siput perpetak dari seluruh contoh yang diamati, yaitu menggunakan rumus: D = Xi / n dengan: Xi = jumlah total individu siput n = luas seluruh petak contoh b. Pola Sebaran Pola penyebaran siput gonggong dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Indeks Morisita (Id). Indeks ini tidak dipengaruhi oleh luas petak pengamatan dan sangat baik untuk membandingkan pola pemencaran populasi (Brower et al, 1990). Rumus yang dipergunakan adalah: Id = 2 n( x N) N ( N 1) dengan: Id N n x 2 = indeks distribusi Morisita = jumlah total seluruh individu = jumlah seluruh petak pengamatan = jumlah individu jenis i per petak. Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut: Id < 1, distribusi individu cenderung acak Id = 1, distribusi individu bersifat merata Id > 1, distribusi individu cenderung berkelompok. 3.4.3. Pengelompokan Stasiun Penelitian Berdasarkan Karakteristik Habitat. 23

Sebaran jenis, ukuran siput gonggong berdasarkan karakteristik biofisik dianalisa menggunakan metode Corespondence Analysis (CA) (Legendre & Legendre, 1983; Foucart, 1985; Bengen, 1998). Analisis ini didasarkan pada matriks data yang terdiri atas I baris (stasiun pengamatan) dan J kolom (jenis siput gonggong dengan kelas ukuran tertentu) dimana pada perpotongan baris I dan kolom J ditemukan kelimpahan siput gonggong. Matriks ini merupakan tabel kontingensi stasiun pengamatan dan modalitas jenis siput gonggong berdasarkan kelas ukuran. Pada tabel kontingensi, I dan J mempunyai peranan yang simetris, membandingkan unsur-unsur I (untuk tiap J) sama dengan membandingkan hukum probabilitas bersyarat yang diestimasi dari nij/ni. Untuk masing-masing nij/nj, dengan ni = nij (jumlah subjek I yang memiliki semua karakter j) dan nj = nij (jumlah jawaban karakter j). Pengukuran kemiripan antar dua unsur I 1 dan I 2 dari I dilakukan melalui pengukuran jarak khikuadrat dengan rumus: d 2 ( i,i ) = ( Xij/Xi Xi j/ Xi ) 2 Xj dengan: Xi = Jumlah baris I untuk semua kolom J Xj = Jumlah kolom J untuk semua baris I 3.4.4. Morfometrik Analisis hubungan morfometrik antara panjang cangkang dengan lebar dan tinggi cangkang siput gonggong adalah: P = a + bl b P = a + T b L = a + T 3.4.5. Hubungan panjang Berat Pola pertumbuhan siput dapat diketahui melalui hubungan panjang cangkang dengan bobot tubuh siput (berat basah) yang dianalisis melalui hubungan persamaan regresi kuasa (power regresion) sebagai berikut (Ricker, 1975): W = al b atau Log W = log a + b log L 24

dimana : W = berat basah (gr) L = panjang cangkang (mm) a dan b = konstanta Untuk menguji apakah konstanta b sama dengan 3 atau tidak (isometrik atau allometrik) dilakukan uji t. Persamaan diatas juga dilakukan terhadap jenis kelamin. 3.4.6. Potensi Reproduksi 3.4.6.1. Nisbah Kelamin Nisbah kelamin dianalisa dengan cara membandingkan jenis siput betina dan jantan secara keseluruhan dikalikan dengan 100 %. jumlah siput betina / jantan Nisbah kelamin = x 100 % Jumlah seluruh sampel Untuk membandingkan apakah siput jantan dan betina seimbang atau tidak maka dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sugiono, 2001). X k 2 ( 0 h) = i 1 f f f h Dimana : X 2 F F o h = Chi-Kuadrat = Frekuensi yang diobservasi = Frekuensi harapan 3.4.6.2. Fekunditas Fekunditas didapat dengan metode gabungan (Effendie, 2002) sebagai berikut : G xv x X F = Q Dimana : 25

F = Jumlah total telur (butir) G = Berat gonad total (gram) V = Volume pengenceran (cc) X = Jumlah telur sebagian (butir) Q = Berat gonad sebagian (gr) Pengamatan fekunditas bertujuan untuk mengetahui potensi reproduksi siput gonggong yang dilakukan hanya pada individu betina dan waktu yang diamati hanya bulan Mei, Juni dan bulan Juli. Pengamatan dilapangan dilakukan dengan cara menyelusuri garis transek yang sejajar dengan garis pantai dan pengambilan sampel telur dilakukan hanya tiga (3) transek disetiap stasiunnya. Untuk mengetahui rata-rata jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina dalam satu koloni, maka dilakukan koleksi beberapa koloni telur untuk dihitung jumlahnya menggunakan metode gravimetri (Effendie, 1979). 3.4.6.3. Tingkat Kematangan Gonad Penentuan TKG secara morfologi dari ikan sampel dilakukan berdasarkan petunjuk Cassie dalam Effendie (1979). Untuk menentukan pertama kali matang gonad pada ikan dapat diduga dengan menggunakan metode Spearman Karber (Udupa, 1986) dalam Omar, 2004) sebagai berikut : X M = X k + ( X pi) 2 Jika ά = 0,05 maka batas-batas kepercayaan 95 % dari m adalah : Antilog m ± 1,96 X 2 [ pi qi] ni 1 Dimana : M = Logaritma panjang ikan pada saat pertama kali matang gonad X k = Logaritma nilai tengah kelas panjang pada saat semua ikan (100 %) sudah matang gonad X = Selisih logaritma nilai tengah 26

Pi = Proporsi ikan matang gonad pada kelas ke i (pi = ri/ni) Ri = Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i Ni = Jumlah ikan pada kelas ke i qi = 1 pi, panjang ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah M = antilog m. Untuk mengetahui rata-rata jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina dalam satu koloni, maka dilakukan koleksi beberapa koloni telur untuk dihitung jumlahnya menggunakan metode gravimetri (Effendie, 1979). 3.4.6.4. Indeks Kematangan Gonad Indeks kematangan gonad sering disebut juga koefisien kematangan atau index of maturity. Namun yang banyak dipakai adalah Gonado Somatics Indeks (GSI) yang gunakan untuk mengukur aktivitas gonad (Effendie, 2002) dengan rumus sebagai berikut: Dimana : GSI = wg w x100% GSI = Gonado somatics indeks/indeks kematangan gonad (%) Wg = berat gonad (gram) W = Berat tubuh ikan (gram) 27