BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Negara Indonesia. Ledakan penduduk mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat semakin menurun, hal ini bisa dilihat dari hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan AKI tahun 2002 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk itu peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan solusi kedepannya (BPS, 2007). Upaya untuk mengatasi permasalahan ledakan penduduk tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) (Hartanto, 2004). Program KB bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Bersama dengan itu, berkembang pula berbagai metode kontrasepsi. Namun tidak semua alat kontrasepsi tersebut bersifat efektif dan aman untuk digunakan ( Saifuddin, A.B, 2005). Dalam memilih suatu metode wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak, serta lama penggunaan kontrasepsi (Maryani, 2007). Lama penggunaan setiap metode kontrasepsi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Walaupun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan 1
2 maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Sehingga banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali. Menurut Saifuddin tingkat kegagalan KB adalah Metode AKDR (0,6-0,8/100 kehamilan), pil (1kehamilan/100 perempuan/tahun), suntik (0,1-0,4/100 kehamilan), suntik progrestin (0,3/100 kehamilan), implant (0,2-1/100 kehamilan) (Maryani, 2007). Secara garis besar metode KB dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, yang pertama metode sederhana seperti metode kontasepsi tanpa alat (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal, Coitus interruptus), dan metode kontrasepsi dengan alat (kondom dan Spermisid). Sedangkan metode yang kedua adalah metode modern seperti kontrasepsi hormonal (per-oral, suntikan, implant), Intra Uterine Devices (IUD,AKDR), dan kontrasepsi mantap (Hartanto, 2004). Hasil survei BKKBN Jawa Tengah tahun 2005, alat kontrasepsi yang banyak dipakai oleh WUS (wanita usia subur) yaitu kontrasepsi hormonal suntik sebanyak 22.560.039, sedangkan pil sebanyak 862307, dan kondom 55.610. Demikian pula yang terjadi di Kabupaten Blora, jenis alat kontrasepsi yang paling banyak dipakai adalah kontrasepsi hormonal suntik yaitu sebanyak 122.279 WUS sedangkan yang memakai pil sebanyak 16.376 WUS. Kontrasepsi hormonal jenis suntikan ini banyak dipakai karena pemakaiannya praktis, kerjanya yang efektif, harganya relatif murah, aman, dan angka kegagalan dari penggunaan kontrasepsi suntik kurang dari 1 %. Menurut SDKI tahun 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (BKKBN Jawa Tengah, 2010).
3 Kontrasepsi hormonal dibagi dalam dua jenis suntikan yaitu Depomedroksiprogesteron Asetat (DMPA), yang mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 (tiga) bulan dengan cara disuntik intramuscular dan DepoNoretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 1 (satu) bulan dengan cara disuntik intramuscular. Masing masing kontrasepsi hormonal memiliki keuntungan dan kerugian yang harus disesuaikan dengan penggunanya (Saifuddin, 2006). Keuntungan dari pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntikan ini adalah sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, dan aman. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik antara lain gangguan haid, permasalahan berat badan, sakit kepala, hipertensi dan stroke (Saifuddin, 2006). Permasalahan yang paling sering dihadapi akseptor DMPA adalah gangguan haid seperti spoting, menorhagia dan amenorhea. Spoting penyebab pasti belum jelas namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal. Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian oleh Agustina Catur Setyaningrum dengan judul Hubungan Lama Pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat Dengan Gangguan Menstruasi Di Perumahan Petragriya Indah Purwodadi. Jenis penelitian survai analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah studi cross sectional. Populasi semua akseptor KB suntik 3 bulan dengan jumlah sampel 54 sampel untuk kelompok kasus dan kontrol. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi Spearman dan didapatkan hasil : ada hubungan antara lama pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat dengan siklus menstruasi (r = 0,341, Pvalue = 0,012), ada hubungan antara lama pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat dengan lama menstruasi (r = - 0,346, Pvalue = 0,010), ada hubungan antara lama pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat dengan spoting. ( r = - 0,382, P value = 0,004 ). Sedangkan penyebab peningkatan
4 berat badan menurut hipotesis para ahli DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan nafsu makan akseptor lebih meningkat dari pada biasanya. Pada akseptor KB hormonal suntik mengalami ketidakseimbangan hormon estrogen karena produksi hormon estrogen di otak dihambat oleh hormon hormon kontrasepsi yang diberikan lewat suntikan. Apabila kondisi ketidakseimbangan kadar hormon estrogen ini berlangsung lama, maka akan dapat meningkatkan kekentalan darah walaupun dalam tingkatan yang sedikit sehingga akan mempengaruhi tingkat tekanan darah (Hartanto, 2003). Desa Betek merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Jati Kabupaten Blora yang mempunyai aseptor KB hormonal suntik sebanyak 66 WUS. Dari survey awal yang dilakukan peneliti, dari 10 akseptor kontrasepsi suntik depoprovera didapatkan 4 orang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi, serta 5 orang mengatakan berat badannya naik setelah menjadi akseptor KB hormonal suntik. Dari uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui hubungan kejadian hepertensi, peningkatan berat badan, dan perubahan pola menstruasi dengan lama penggunaan suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana hubungan kejadian hepertensi, peningkatan berat badan, dan perubahan pola menstruasi dengan lama penggunaan suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora?
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum mengetahui hubungan kejadian hepertensi, peningkatan berat badan, dan perubahan pola menstruasi dengan lama penggunaan suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan karakteristik (usia, pendidikan, pekerjaan ) wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. b. Mendiskripsikan lama penggunaan kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. c. Mendiskripsikan kejadian hipertensi pada wanita usia subur yang memakai kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. d. Mendiskripsikan kejadian peningkatan berat badan pada wanita usia subur yang memakai kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. e. Mendiskripsikan kejadian perubahan pola menstruasi pada wanita usia subur yang memakai kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. f. Menganalisa hubungan kejadian hipertensi dengan lama penggunan kontrasepsi suntik depo medroksi progesterone asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora.
6 g. Menganalisa hubungan kejadian peningkatan berat badan dengan lama penggunan kontrasepsi suntik depo medroksi progesterone asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. h. Menganalisa hubungan kejadian perubahan pola menstruasi dengan lama penggunan kontrasepsi suntik depo medroksi progesterone asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini : 1. Bagi masyarakat agar dapat menjadi sumber informasi mengenai pengaruh dari lama penggunaan kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur. 2. Bagi peneliti sendiri merupakan media belajar dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. 3. Bagi pengelola dan pelaksana program keluarga berencana diharapkan penelitian ini dapat membantu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk menekan efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaian kontrasepsi hormonal (suntik). E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan bidang ilmu keperawatan khususnya Keperawatan Maternitas.