BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA MENGGUNAKAN KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS NY

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

NINING FATRIA NINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

Staf Pengajar Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DEPO MEDROKSIPROGESTERON ASETAT DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI DI PERUMAHAN PETRAGRIYA INDAH PURWODADI TAHUN 2008

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Negara Indonesia. Ledakan penduduk mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat semakin menurun, hal ini bisa dilihat dari hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan AKI tahun 2002 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk itu peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan solusi kedepannya (BPS, 2007). Upaya untuk mengatasi permasalahan ledakan penduduk tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) (Hartanto, 2004). Program KB bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Bersama dengan itu, berkembang pula berbagai metode kontrasepsi. Namun tidak semua alat kontrasepsi tersebut bersifat efektif dan aman untuk digunakan ( Saifuddin, A.B, 2005). Dalam memilih suatu metode wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak, serta lama penggunaan kontrasepsi (Maryani, 2007). Lama penggunaan setiap metode kontrasepsi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Walaupun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan 1

2 maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Sehingga banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali. Menurut Saifuddin tingkat kegagalan KB adalah Metode AKDR (0,6-0,8/100 kehamilan), pil (1kehamilan/100 perempuan/tahun), suntik (0,1-0,4/100 kehamilan), suntik progrestin (0,3/100 kehamilan), implant (0,2-1/100 kehamilan) (Maryani, 2007). Secara garis besar metode KB dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, yang pertama metode sederhana seperti metode kontasepsi tanpa alat (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal, Coitus interruptus), dan metode kontrasepsi dengan alat (kondom dan Spermisid). Sedangkan metode yang kedua adalah metode modern seperti kontrasepsi hormonal (per-oral, suntikan, implant), Intra Uterine Devices (IUD,AKDR), dan kontrasepsi mantap (Hartanto, 2004). Hasil survei BKKBN Jawa Tengah tahun 2005, alat kontrasepsi yang banyak dipakai oleh WUS (wanita usia subur) yaitu kontrasepsi hormonal suntik sebanyak 22.560.039, sedangkan pil sebanyak 862307, dan kondom 55.610. Demikian pula yang terjadi di Kabupaten Blora, jenis alat kontrasepsi yang paling banyak dipakai adalah kontrasepsi hormonal suntik yaitu sebanyak 122.279 WUS sedangkan yang memakai pil sebanyak 16.376 WUS. Kontrasepsi hormonal jenis suntikan ini banyak dipakai karena pemakaiannya praktis, kerjanya yang efektif, harganya relatif murah, aman, dan angka kegagalan dari penggunaan kontrasepsi suntik kurang dari 1 %. Menurut SDKI tahun 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (BKKBN Jawa Tengah, 2010).

3 Kontrasepsi hormonal dibagi dalam dua jenis suntikan yaitu Depomedroksiprogesteron Asetat (DMPA), yang mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 (tiga) bulan dengan cara disuntik intramuscular dan DepoNoretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 1 (satu) bulan dengan cara disuntik intramuscular. Masing masing kontrasepsi hormonal memiliki keuntungan dan kerugian yang harus disesuaikan dengan penggunanya (Saifuddin, 2006). Keuntungan dari pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntikan ini adalah sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, dan aman. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik antara lain gangguan haid, permasalahan berat badan, sakit kepala, hipertensi dan stroke (Saifuddin, 2006). Permasalahan yang paling sering dihadapi akseptor DMPA adalah gangguan haid seperti spoting, menorhagia dan amenorhea. Spoting penyebab pasti belum jelas namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal. Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian oleh Agustina Catur Setyaningrum dengan judul Hubungan Lama Pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat Dengan Gangguan Menstruasi Di Perumahan Petragriya Indah Purwodadi. Jenis penelitian survai analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah studi cross sectional. Populasi semua akseptor KB suntik 3 bulan dengan jumlah sampel 54 sampel untuk kelompok kasus dan kontrol. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi Spearman dan didapatkan hasil : ada hubungan antara lama pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat dengan siklus menstruasi (r = 0,341, Pvalue = 0,012), ada hubungan antara lama pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat dengan lama menstruasi (r = - 0,346, Pvalue = 0,010), ada hubungan antara lama pemakaian Depo Medroksiprogesteron Asetat dengan spoting. ( r = - 0,382, P value = 0,004 ). Sedangkan penyebab peningkatan

4 berat badan menurut hipotesis para ahli DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan nafsu makan akseptor lebih meningkat dari pada biasanya. Pada akseptor KB hormonal suntik mengalami ketidakseimbangan hormon estrogen karena produksi hormon estrogen di otak dihambat oleh hormon hormon kontrasepsi yang diberikan lewat suntikan. Apabila kondisi ketidakseimbangan kadar hormon estrogen ini berlangsung lama, maka akan dapat meningkatkan kekentalan darah walaupun dalam tingkatan yang sedikit sehingga akan mempengaruhi tingkat tekanan darah (Hartanto, 2003). Desa Betek merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Jati Kabupaten Blora yang mempunyai aseptor KB hormonal suntik sebanyak 66 WUS. Dari survey awal yang dilakukan peneliti, dari 10 akseptor kontrasepsi suntik depoprovera didapatkan 4 orang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi, serta 5 orang mengatakan berat badannya naik setelah menjadi akseptor KB hormonal suntik. Dari uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui hubungan kejadian hepertensi, peningkatan berat badan, dan perubahan pola menstruasi dengan lama penggunaan suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana hubungan kejadian hepertensi, peningkatan berat badan, dan perubahan pola menstruasi dengan lama penggunaan suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum mengetahui hubungan kejadian hepertensi, peningkatan berat badan, dan perubahan pola menstruasi dengan lama penggunaan suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan karakteristik (usia, pendidikan, pekerjaan ) wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. b. Mendiskripsikan lama penggunaan kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. c. Mendiskripsikan kejadian hipertensi pada wanita usia subur yang memakai kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. d. Mendiskripsikan kejadian peningkatan berat badan pada wanita usia subur yang memakai kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. e. Mendiskripsikan kejadian perubahan pola menstruasi pada wanita usia subur yang memakai kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. f. Menganalisa hubungan kejadian hipertensi dengan lama penggunan kontrasepsi suntik depo medroksi progesterone asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora.

6 g. Menganalisa hubungan kejadian peningkatan berat badan dengan lama penggunan kontrasepsi suntik depo medroksi progesterone asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. h. Menganalisa hubungan kejadian perubahan pola menstruasi dengan lama penggunan kontrasepsi suntik depo medroksi progesterone asetat (DMPA) pada wanita usia subur di Desa Betek Kecamatan Jati Kabupaten Blora. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini : 1. Bagi masyarakat agar dapat menjadi sumber informasi mengenai pengaruh dari lama penggunaan kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pada wanita usia subur. 2. Bagi peneliti sendiri merupakan media belajar dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. 3. Bagi pengelola dan pelaksana program keluarga berencana diharapkan penelitian ini dapat membantu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk menekan efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaian kontrasepsi hormonal (suntik). E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan bidang ilmu keperawatan khususnya Keperawatan Maternitas.