BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak hanya dalam satu sektor saja, namun berbagai sektor. Seperti dari sektor pertanian yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 13,52 persen pada tahun 2015 atau merupakan urutan kedua setelah industri pengolahan (BPS, 2015). Pada tahun 2003 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sekitar 46 persen, dan paling tinggi di antara sektor-sektor yang lainnya (Yudhoyono, 2004). Salah satu produk pertanian itu adalah Kelapa Sawit (CPO), kelapa sawit ini memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia, dimana selain sebagai sumber makanan yaitu sebagai bahan baku utama pembuatan minyak kelapa sawit, juga sebagai salah satu sumber pendapatan devisa Negara. Semenjak tahun 2007 Indonesia menjadi Negara pengekspor CPO terbesar di dunia. Sebelumnya Indonesia selalu menempati posisi kedua setelah malaysia, namun di tahun 2007 Malaysia berada pada posisi kedua sebagai negara pengekspor terbesar CPO ke dunia. Pada tahun 2011 pangsa pasar 1
2 Indonesia ke dunia sebesar 59,3% di tahun 2012 sebesar 53,1% menurun 6,2% dari tahun sebelumnya (Tradmap, 2013). Menurut Pusdatin (2015), Komoditas perkebunan yang mampu menyumbangkan PDB Indonesia terbesar adalah kelapa sawit yaitu sebesar 56 persen terhadap PDB pada sub sektor perkebunan di tahun 2012. Kontribusi minyak kelapa sawit sendiri terhadap PDB pertanian sebesar 16.69 persen di tahun 2014. Berdasarkan data Oil World 2006-2010, demand pasar menunjukkan trend peningkatan secara pesat terhadap komoditi minyak sawit mentah. Hal ini membuat negara-negara produsen ketiban untung termasuk Indonesia yang saat ini berada diurutan pertama penghasil minyak sawit dunia memperluas kebun sawitnya. Patut dicatat bahwa produksi minyak sawit mentah Indonesia dan Malaysia mencapai 85% dari total produksi dunia sejumlah 40 juta ton. Perkembangan ekspor CPO di dunia mengalami trend yang fluktuatif dimana dari segi nilai ekspor minyak kelapa sawit tertinggi berada pada tahun 2011 dengan nilai ekspor US$ 8.777 miliar, dengan jumlah yang di ekspor sebesar 8.424 kg, ekspor itu sendiri tergantung dari keadaan suatu pasar. Pada tahun 2014, nilai ekspor CPO Indonesia ke dunia sebesar US$ 4.206 miliar dengan jumlah ekspor sebesar 5.726 kg, mengalami penurunan nilai ekspor di tahun 2015 sebesar US$ 3.436 miliar dengan jumlah ekspor yang meningkat sebesar 5.855 kg di tahun sebelumnya (Un Comtrade 2015). Menurut Casson (1999), menjelaskan bahwa peningkatan produksi kelapa sawit bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain efesiensi dan
3 ketersediaan lahan panen, biaya produksi yang rendah, pasar domestik dan internasional yang menjanjikan, serta kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan industri kelapa sawit. Di sisi internasional, terdapat pergeseran minyak hewani ke minyak nabati. Pangsa produksi minyak hewani menurun dari 41,30% (1961) menjadi 21,77% (1995), sedangkan pangsa minyak nabati naik dari 45,77% (1961) menjadi 76,99% (1995) dengan laju 8,35% per tahun. Pada sekitar awal 1960- an sumber minyak nabati dunia didominasi oleh minyak kedelai dengan pangsa sebesar 12,29% dari total minyak dan lemak dunia, sedangkan untuk minyak sawit sendiri adalah 3,18%. Pada tahun 1995, pangsa minyak sawit telah mencapai 16,49% dengan laju pertumbuhan 38,56% per tahun dengan lebih unggul dari minyak kedelai dengan laju pertumbuhan 10,72% per tahun (BPS,1998). Menurut data oil world (1995), perkembangan kondisi produksi di atas juga seiring dengan perkembangan konsumsi minyak sawit dunia yang mengalami peningkatan lebih jauh dari sepuluh kali lipat dari 1,08 juta ton di tahun 1961 menjadi 13,71 juta ton di tahun 1995, dengan laju pertumbuhannya sebesar 9% per tahun.
4 Tabel 1.1 Konsumsi Nabati Dunia (000 ton) Jenis 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan (%) 42,96 45,04 47,74 50,62 53,61 5,39 kelapa sawit 36,32 38,22 40,71 41,72 43,01 4,13 Kedelai 20,33 22,61 23,49 23,78 23,55 3,52 biji kapas 10,88 11,79 11,77 13,10 13,65 5,43 bunga matahari Sumber: oil world (2013) Konsumsi (Tabel 1.1) minyak sawit mempunyai persentase yang tinggi dibandingkan dengan konsumsi minyak nabati lainnya. Hal tersebut disebabkan karena keunggulan komparatif yang di miliki minyak kelapa sawit, dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai harga bahan baku yang murah, serta berpeluang untuk menjadi ekspor unggulan, karena setiap Negara membutuhkan minyak kelapa sawit baik itu untuk konsumsi atau pengolahan bahan baku lainnya. Harga CPO internasional juga mempengaruhi jumlah yang di ekspor dari negara produsen, karena negara produsen akan lebih meningkatkan ekspornya dibandingkan dengan menjualnya di dalam negeri apabila harga CPO di pasar internasional meningkat. Harga CPO setiap tahunnya berfluktuasi, dimana pada bulan November 2006 harga CPO cenderung meningkat dimulai dari diberlakukannya International Maritime Organization (IMO), kesepakatan
5 yang memberlakukan pengangkutan CPO harus menggunakan angkutan kapal khusus untuk edibel oil. Ketentuan hal tersebut mengakibatkan kenaikan harga minyak nabati termasuk CPO dan permintaan dunia akan minyak nabati juga meningkat untuk pengembangan industri biofuel di Eropa dan peningkatan permintaan dari China dan India untuk keperluan konsumsi. Seperti variabel makroekonomi lain yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia adalah nilai tukar rill rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Fluktuasi dari nilai tukar dipengaruhi oleh perdagangan internasional suatu negara melalui permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut ( Lipsey, Steiner dan Purvis). Pada saat nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, maka harga barang ekspor akan lebih murah atau kompetitif dibandingkan dengan produk luar negeri, sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan ekspor. Sebaliknya jika pada saat nilai rupiah mengalami apresiasi, harga barang ekspor luar negeri akan lebih mahal, sehingga permintaan ekspor akan menurun (Darwanto, 2007). Ermawati dan Saptia (2013), bahwa kinerja ekspor CPO dan PKO Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan produsen CPO dan PKO lainnya dengan dilihat dari efek komposisi penduduk, efek distribusi pasar maupun efek daya saing masih banyak yang bernilai negatif. Abdul Talib dan Darawi (2002), bahwa pentingnya kegiatan perekonomian Malaysia, nilai tukar dan jumlah penduduk dunia mempengaruhi industri kelapa sawit. Hagi dkk (2012), daya saing ekspor minyak sawit indonesia mengalami peningkatan di pasar internasional, terutama di Asia dan Eropa. Kelapa sawit
6 Indonesia lebih kompetitif dibandingkan dengan Malaysia di wilayah Asia, tetapi di Eropa minyak sawit Malaysia lebih kompetitif dibandingkan dengan Indonesia ini ditunjukkan oleh nilai negatif dari efek distribusi pasar dan efek residual. Nila Rifai, dkk (2014), kebijakan pengembangan industri produk turunan minyak sawit mentah yang memiliki nilai tambah yang rendah. Munadi (2007), permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit dunia, indeks barang produksi, dan permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India tahun lalu. Berdasarkan latar belakang di atas serta ditinjau dari aspek gap penelitian terdahulu maka diambil judul Kinerja Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 1985-2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan ditinjau dari aspek gap penelitian terdahulu maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Kinerja ekspor CPO di Indonesia? 2. Apakah nilai tukar, harga internasional dan konsumsi CPO di China mempengaruhi jumlah ekspor CPO? C. Batasan Masalah Untuk memusatkan penelitian pada pokok permasalahan serta lebih terarah, maka penulis membatasi penilitian ini pada produk minyak kelapa sawit (CPO) tidak dengan produk turunan CPO.
7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis Kinerja ekspor CPO di Indonesia. 2. Menganalisis Jumlah ekspor CPO di Indonesia. 2. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berharga dalam perkembangan literature ekspor dan impor. 2. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan memberikan informasi serta menjadi bahan masukan bagi pemerintah terkait dalam merumuskan kebijakan serta meningkatkan perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia. 3. Bagi para pelaku pasar, penelitian ini diharapkan menjadi masukan agar kedepannya dapat lebih meningkatkan pasar ekspor minyak kelapa sawit.