BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telah mengubah manusia dalam menyelesaikan semua pekerjaan dan segala aspek kehidupan manusia. Dimana teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang semakin pesat selain berdampak pada kegiatan manusia juga berdampak pada perilaku dan peta persaingan bagaimana cara mengelola perusahaan yang akhirnya berpengaruh pada perkembangan bisnis dunia. Salah satu perkembangan bisnis yang saat ini berkembang pesat karena kemajuan teknologi adalah rumah sakit, berkembang demikian pesat yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran serta peralatan penunjang diagnostik sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien dapat lebih efektif dan efisien. Suatu perusahaan terutama rumah sakit hendaknya perlu mengetahui dimana kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga dapat membuat suatu strategi efektif pemanfaatan sumber daya yang dimiliki agar dapat menempatkan diri pada persaingan bisnis rumah sakit. Industri pelayanan kesehatan berjalan di bawah tekanan yang hebat untuk mengurangi biaya dan memberikan pelayanan yang memuaskan [1]. Rumah sakit sebagai produsen layanan kesehatan harus mampu mengantisipasi perubahan, menjadi organisasi yang fleksibel serta lebih mudah menerima tuntutan dari masyarakat. Lalu menawarkan layanan berkualitas tinggi, mengetahui posisinya kemudian mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan menjauhi ancaman-ancaman yang akan datang [2]. Strategi yang biasanya digunakan oleh instansi agar tetap dapat bersaing diantaranya memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan keinginan pelanggan serta selalu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya [3]. Sistem dan teknologi informasi telah dimanfaatkan oleh rumah sakit untuk dapat bersaing dengan rumah sakit lain. Sistem informasi berkontribusi meningkatkan kualitas pelayanan pasien, efisiensi operasional dan kepuasan
pasien. Monitoring, koordinasi dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan efektif akibat penggunaan SI/ TI [4]. Sistem informasi dan bisnis yang tidak selaras dapat dilihat dalam pemanfaatan sistem informasi yang belum optimal dalam mendukung bisnis rumah sakit. Dalam hal ini perencanaan strategi sistem informasi berperan penting untuk memastikan bahwa sistem informasi rumah sakit yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan sehingga dapat memberikan hasil yang nyata bagi rumah sakit [5]. Informasi yang terdapat dalam perencanaan strategis digunakan organisasi untuk memonitor pesaing, perkiraan teknologi serta pengelolaan pengembangan dan penelitian dalam pencapaian tujuan organisasi [6]. Pada tanggal 19 Februari 1983 atas prakarsa sendiri Ny. Sunarni Y. dibuka Klinik Bersalin Wisma Rini. Dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 920/Men/Kes/Per/ XII/86 tentang Upaya Kesehatan Swasta dibidang Medik dan Petunjuk Pelaksanaan Nomor 098/Yan/Med/RSKS/87, maka Klinik Bersalin Wisma Rini meningkatkan status menjadi Rumah Sakit. Pada tahun 2006 memperoleh izin penyelenggaraan tetap (perpanjangan I) dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.02.04.3.5.252 tentang pemberian Izin Penyelenggaraan Perpanjangan (I) Rumah Sakit Wisma Rini kepada Yayasan Budi Setia Bhakti. Pada tahun 2010 memperoleh perpanjangan izin tetap dengan Keputusan Bupati Kabupaten Pringsewu No. 441/785/D.02/SIK/2010 tanggal 28 April 2010. RS Wisma Rini merupakan rumah sakit swasta dengan tipe kelas D yang dikelola oleh Yayasan Budi Setia Bhakti. RS Wisma Rini memiliki cukup banyak unit layanan. Semua unit layanan memiliki proses bisnis, baik proses independen yang tidak terhubung dengan unit lain dan proses yang terintegrasi dengan proses bisnis unit layanan yang lain. Mengingat kompleksnya proses bisnis pada rumah sakit maka RS Wisma Rini telah menjadikan teknologi informasi dan sistem informasi sebagai bagian dari proses bisnis yang mengiringi perjalanan bisnisnya. Pada saat ini RS Wisma Rini telah menggunakan aplikasi rumah sakit yang dibangun dan dikembangkan oleh pihak vendor yakni promed-sys dan sistem presensi fingerprint. Kedua aplikasi
tersebut masih belum dapat mendukung proses bisnis secara maksimal karena masih banyak bagian unit layanan yang tidak terhubung dengan aplikasi bahkan ada yang masih diakukan secara manual. Top manajemen pun masih menerima laporan secara manual dan memakan waktu yang lama untuk memperoleh laporan tersebut. Sistem tata kelola dari aplikasi yang dimiliki belum terarah dan selaras secara berdampingan dengan strategi bisnis perusahaan, sifatnya hanya sesuai permintaan saja. Selain itu rumah sakit ini belum memiliki dasar untuk berinvestasi secara tepat atas kebutuhan sistem informasi dan teknologinya. Halhal tersebut akibat dari RS Wisma Rini yang belum memiliki perencanaan strategis sistem informasi. Merujuk pula pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tahun 2013 tentang Sistem Manajemen Rumah Sakit yang di dalamnya mengatur standar SIMRS. Pengaturan SIMRS ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, profesionalisme, kinerja, serta akses dan pelayanan Rumah Sakit. Maka RS Wisma Rini membutuhkan sebuah perencanaan strategis yang selaras dengan rencana besar perusahaan, berdasar pada kebutuhan untuk meminimalisir resiko yang terjadi dan memperbaiki kelemahan atas sistem yang terjadi selama ini baik disisi sistem informasinya, infrastruktur TInya, maupun lingkungan kerjanya. Dengan perencanaan strategis sistem informasi dan teknologi informasi diharapkan akan dapat memberi arahan bagi pihak rumah sakit untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan dan percepatan bagi tumbuhnya rumah sakit ini secara terus menerus. 1.2 Perumusan masalah Sistem informasi seringkali digunakan tanpa adanya perencanaan yang matang, sehingga muncul keraguan pada sistem informasi yang digunakan tersebut sesuai atau tidak dengan kebutuhan SI/TInya. RS Wisma Rini belum memiliki Perencanaan Strategis Sistem Informasi, akibatnya tidak ada acuan dalam pengembangan SI dan tidak ada pedoman dari setiap unit bisnis yang ada di RS Wisma Rini dalam menjalankan TI.
1.3 Keaslian penelitian Penelitian dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Penelitian ini memperluas literatur tentang keselarasan strategis sesuai dengan visi dan misi organisasi. Penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian. Smith & Gill mengusulkan sebuah panduan untuk virtualisasi pusat data organisasi dengan menggunakan pendekatan TOGAF pada tahun 2013. Panduan ini tampaknya tepat untuk memberikan arahan dan menyelaraskan strategi bisnis dengan implementasi virtualisasi untuk pusat data dari berbagai ukuran dalam setiap industri [7]. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo pada tahun 2013 menghasilkan perancangan model sistem otomatisasi pengajuan angka kredit. Wibowo menggunakan TOGAF Architecture Development Method karena penelitian ini fokus kepada bagaimana merancang model pengintegrasian sistem aplikasi-aplikasi yang sudah ada menjadi suatu sistem terintergrasi yang mengotomatisasi penilaian dan pengajuan angka kredit [8]. Pada tahun yang sama Arifin melakukan penelitian menggunakan metode Togaf Framework dan IT Balanced Score Card. Penelitian ini bertujuan untuk membuat usulan rencana strategis sistem informasi di Pemkab Banyuwangi, dengan menggunakan TOGAF ADM dalam rangka untuk menyelaraskan fungsi dari sistem informasi dan mendukung rencana strategis pemerintahan yang mampu menggambarkan secara detail dari arsitektur sistem informasi [9]. IT Balanced Score Card digunakan untuk menganalisis permasalahan kebutuhan informasi. Masithoh pada tahun 2015 mengembangkan rencana strategis TIK Universitas Gadjah Mada dengan menggunakan The Open Group Architecture Framework (TOGAF) dan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) 5. TOGAF memberikan gambaran metode yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan Enterprise Architecture (EA) [10]. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman pada tahun 2011 dengan menggunakan Zachman Framework menyusun perencanaan strategis sistem
informasi dalam mendukung pengembangan e-government dengan mengkombinasikan alat analisis value chain, SWOT dan CSF. Pendekatan tersebut dipilih agar dapat memberikan arahan pengembangan sistem informasi yang sifatnya teknis maupun non teknis [11]. Pada tahun 2012, Jamaluddin mengembangkan perencanaan strategis menggunakan Zachman Framework pada aspek Planner dan Owner dengan prinsip RAISE sebagai sebagai Key Performance Indicator dan Guideline. Hasil yang didapatkan dari Zachman Framework dapat diimplementasikan berdasarkan setiap aspek dari RAISE [12]. Perencanaan strategis sistem informasi juga dapat mendukung tercapainya visi dan misi dari RSUD Palembang BARI. Rachman menyusun perencanaan strategis sistem informasi pada RSUD Palembang BARI menggunakan metodologi John Ward dan Joe Peppard (Ward and Peppard). Tools metodologi ward dan peppard terdiri dari PEST, SWOT, analisis value chain, metode Critical Success Factors, dan McFarlan s Strategic Grid. Adapun hasil dari perencanaan strategis sistem informasi pada RSUD Palembang BARI adalah berupa dokumen portofolio aplikasi SI/TI yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh RSUD Palembang BARI sebagai landasan untuk mengembangkan bisnisnya ke level-level berikutnya [13]. Fariani di tahun 2014 juga melakukan pembuatan perencanaan strategi SI/TI untuk mencapai keselarasan (alignment) antara strategi SI/TI dan strategi bisnis. Pada penelitian ini akan disusun perencanaan strategis Sistem Informasi di Perguruan Tinggi ABC dengan menggunakan metodologi Ward & Peppard. Penggunaan metodologi ini menjamin keselarasan antara strategi bisnis organisasi dengan strategi SI/TI. Strategi yang dihasilkan berupa portofolio SI yang akan dibangun, gap analisis dan roadmap dari pengembangan SI/TI yang diusulkan [14]. Berdasarkan penelitian-penelitian dengan penggunaan metode perencanaan strategis sistem informasi yang berbeda-beda maka peneliti memodifikasi perbandingan metode yang telah dibuat oleh Sembiring dan Mutyarini [15]. Perbandingan metode Perencanaan Strategis Sistem Informasi terlihat pada Tabel 1.1. Penulis mempertimbangkan beberapa metode yang akan digunakan dalam penelitian dengan melihat perbandingan metode. Penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan metode Ward and Peppard yang dikombinasikan dengan Zachman Framework dimana hanya akan melibatkan dua perspektif dan enam abstraksi. Metode Ward Peppard sebagai panduan dalam merancang rencana strategis dan Zachman Framework sebagai tools untuk menyelesaikan permasalahan sistem informasi secara teratur dan terarah pada organisasi seperti rumah sakit. Kelebihan dari metode Ward and Peppard adalah alur perencanaan yang mudah dan lengkap, tetapi dengan tingkat kerumitan yang rendah. Tahapan metode Ward and Peppard juga sesuai dengan kondisi Rumah Sakit Wisma Rini dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal rumah sakit yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis rumah sakit. Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa beberapa framework termasuk Zachman framework telah diadaptasi oleh organisasi karena dianggap mampu untuk memetakan permasalahan sistem informasi yang kompleks seperti pada rumah sakit. Tabel 1.1 Perbandingan Metode PSSI Metode PSSI Kelebihan Kekurangan Zachman Framework (ZF) 1. Memiliki alur penyelesaian masalah yang jelas mulai dari hal yang bersifat umum hingga masalah yang bersifat detail. 2. Memiliki dua dimensi yang mudah untuk dipahami sehingga cukup sederhana jika dibandingkan dengan framework yang lainnya. 3. Dengan sel-sel yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk mengelompokkan permasalahan dan membantu pemahaman terhadap isu yang lebih luas. 1. Sulit untuk diimplementasikan secara keseluruhan. 2. Tidak ada contoh maupun ceklis yang siap secara utuh. 3. Perluasan coverage sel-sel tidak jelas
TOGAF ADM Ward and Peppard 4. Menggunakan bahasa yang bersifat non teknis sehingga mendorong orang untuk berfikir dan berkomunikasi secara lebih tepat. 1. Fokus pada siklus implementasi (ADM) dan proses. 2. Kaya akan area teknis arsitektur. 3. Resource base menyediakan banyak material referensi. 1. Adanya analisis bisnis eksternal di mana memperhitungkan faktor di luar perusahaan yang mempengaruhi proses bisnis perusahaan. 2. Memiliki tahapan analisis yang akan menjadi input dan menghasilkan ouput berupa strategi 3. Adanya pemisahan antara definisi SI dan TI sehingga memudahkan strategi SI/IT untuk dimengerti. 1. Tiga layer teratas masih perlu diperkuat. 2. Tidak ada kerangka standar untuk seluruh domain (misalnya untuk membuat blok diagram). 3. Tidak ada artefak yang dapat digunakan ulang (ready made) 1. Tidak menentukan arsitektur data. 2. Tidak ada proses untuk tahap implementasi. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menyusun perencanaan strategis sistem informasi yang digunakan sebagai acuan pengembangan SI/TI di Rumah Sakit Wisma Rini.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Sistem informasi dapat mendukung proses bisnis organisasi dan selaras dengan visi, misi dan tujuan RS Wisma Rini. b. Membantu RS Wisma Rini mengidentifikasi strategi yang bisa bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah (value added) organisasi. c. Memberikan panduan yang jelas terhadap perencanaan strategis sistem informasi bagi RS Wisma Rini untuk memperoleh keunggulan bersaing dengan organisasi sejenis.