BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

Andi Purwanto. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

05FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB I. Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

1.1 Mob Papua dalam Penelitian Sastra Lisan

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir manusia dalam rangka menghadapi masalah kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB II LANDASAN TEORI. juga didefinisikan sebagai kesusastraan dari rakyat, yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

Keywords: structure, social function, expression of prohibition

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folktale). Namun demikian, dalam kenyataannya suatu cerita prosa rakyat ini memiliki ciri-ciri melebihi satu golongan, sehingga sulit untuk menentukan suatu cerita prosa rakyat ini ke dalam salah satu golongan. Salah satu suku bangsa yang juga memiliki cerita prosa rakyat adalah Minangkabau. Hampir seluruh wilayah Sumatera Barat yang sebagian besar didiami oleh suku bangsa Minangkabau memiliki cerita prosa rakyat, di antaranya masyarakat di Nagari Talang Anau. Di antara cerita prosa rakyat yang terdapat di nagari tersebut adalah cerita asal-usul Nagari Talang Anau, Batu Talempong, Tuanku nan Hilang, Orang Bunian, Penjaga Gerbang Nagari Talang Anau, dan lain-lain. Cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau pada masa dulu terjaga eksistensinya dengan selalu diceritakan oleh kaum ibu kepada anak-anak yang disebut sebagai dongeng pengantar tidur. Akan tetapi, dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, cara penyajian cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau ini pun sudah berbeda pula. Anak-anak sekarang tidak lagi mendapat cerita prosa rakyat sebagai pengantar tidur; sekarang sudah digantikan dengan hiburan dari alat

elektronik. Walaupun demikian, keberadaan cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau ini masih bisa diingat oleh beberapa orang yang tua-tua. Kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak di rumah merupakan salah satu faktor hilangnya cerita prosa rakyat, sehingga anak-anak mencari hiburan melalui televisi. Tanpa disadari hiburan di televisi mengandung lebih banyak contoh negatif daripada positifnya bagi anak-anak, karena berisi banyak siaran dengan unsur kekerasan, pergaulan bebas, kenakalan remaja, kejahatan dan sejenisnya. Akibat pengaruh negatif ini, maka akan berdampak pada kepribadian anakanak, seperti hilangnya nilai-nilai budi pekerti. Oleh karena itu, diperlukan peran orang tua dan pendidik agar membatasi hiburan yang didapatkan anak-anak dari media elektronik seperti televisi. Diharapkan para orang tua dan pendidik dapat menanamkan nilai-nilai yang mendidik terhadap anak-anak; salah satunya melalui cerita prosa rakyat. Menurut Suyitno (dalam Ernawati, 2010: 25) nilai edukasi (pendidikan) terbagi menjadi lima golongan, yaitu nilai pendidikan moral, nilai pendidikan adat atau tradisi, nilai pendidikan agama, nilai pendidikan sejarah dan nilai pendidikan kepahlawanan. Alasan peneliti memfokuskan penelitian terhadap cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau ini, pertama, cerita prosa rakyat dianggap sebagai warisan karena terdapat perjalanan kehidupan seseorang yang dianggap memiliki pengaruh atau peranan penting terhadap Nagari Talang Anau. Kedua, dalam cerita prosa rakyat terdapat nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, terutama nilai edukasi (pendidikan). Ketiga, peneliti ingin menjaga dalam bentuk dokumentasi

agar cerita prosa rakyat ini dapat bertahan dari perkembangan zaman dan teknologi sebagai salah satu kebudayaan Minangkabau. Keempat, selain cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau menonjol dan memiliki tempat-tempat serta artefak dari suatu cerita, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap mitos dari suatu cerita tersebut tinggi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti membatasi penelitian menjadi rumusan masalah berikut ini. 1. Cerita prosa rakyat apa saja yang terdapat di Nagari Talang Anau, Kabupaten Lima Puluh Kota? 2. Nilai edukasi apa saja yang terkandung dalam cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau, Kabupaten Lima Puluh Kota? 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini. 1. Mendokumentasikan dan mengklasifikasikan cerita prosa rakyat yang ada di Nagari Talang Anau, Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Menjelaskan nilai edukasi yang terkandung dalam cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau, Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.4 Kerangka Teori Dalam penelitian ini ada beberapa pendekatan dan konsep teori yang dipakai, yakni pendekatan folklor, konsep cerita prosa rakyat, dan teori nilai edukasi terhadap cerita prosa rakyat. 1. Folklor Folklor adalah pengindonesiaan dari kata Inggris folklor. Folklor berasal dari kata folk dan lore. Folk sama artinya dengan kolektif, folk berarti rakyat dan lore artinya tradisi. Jadi folklor adalah salah satu bentuk tradisi rakyat. Menurut Alan Dundes (dalam Danandjaja, 2002: 1-2) secara etimologi folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Sementara itu, lore adalah tradisi dari folk, yaitu sebagian dari kebudayaannya yang diwariskan secara turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Jadi, folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja. Brunvand (dalam Danandjaja, 2002: 21) mengatakan bahwa folklor dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu adalah sebagai berikut. a) Folklor lisan Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor yangtermasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, titel kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional, seperti

peribahasa, pepatah, dan pameo; (c) pertanyaan tradisional, seperti tekateki; (d) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam dan syair; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; (f) nyanyian rakyat. b) Folklor sebagian lisan Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat, misalnya, yang oleh orang modern seringkali disebut takhyul itu, terdiri dari pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib, seperti tanda salib bagi orang Kristen Katolik yang dianggap dapat melindungi seseorang dari gangguan hantu, atau ditambah dengan benda material yang dianggap berkhasiat untuk melindungi diri atau dapat membawa rezeki, seperti batu-batu permata tertentu. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok besar ini selain kepercayaan rakyat, adalah permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. c) Folklor bukan lisan Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong yang material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan

tubuh adat, makanan dan minumanrakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di Afrika), dan musik rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 19) fungsi folklor terutama folklor lisan dan folklor sebagian lisan masih menarik dan penting untuk dilakukan oleh ahli-ahli ilmu masyarakat dan psikologi dalam rangka melaksanakan pembangunan bangsa. Fungsi-fungsi yang dimaksud yaitu (1) sebagai sistem proyeksi (projective system) yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif; (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan; (3) sebagai alat pendidikan anak (pedadogical device); dan (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Jenis folklor yang ingin di teliti oleh peneliti adalah yang berbentuk cerita prosa rakyat. 2. Cerita Prosa Rakyat Cerita prosa rakyat menurut Tadkiroatun Musfiroh (dalam Ernawati, 2010: 7) adalah salah satu sastra lisan yang berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun alam. Cerita tersebut kadang mempengaruhi tingkah laku, sehingga menjadi cermin kebudayaan dan cita-cita mereka.

Cerita prosa rakyat merupakan bagian dari sastra daerah, sebab cerita prosa rakyat ini disampaikan dengan bahasa daerah setempat dan disampaikan dari mulut ke mulut sebagai warisan budaya dari daerah cerita prosa rakyat itu berasal. Karena diwariskan secara lisan seringkali ada penambahan dan pengurangan yang dilakukan oleh pencerita ke dalam cerita prosa rakyat ini sesuai dengan keinginan pencerita agar cerita lebih menarik di dengar oleh pendengar. Walaupun dilakukan penambahan dan pengurangan cerita oleh pencerita, namun tetap tidak menghilangkan isi yang ada di dalam cerita yang disampaikan tersebut. William R. Bascom (dalam Dananjaja, 2002: 50) membagi cerita prosa rakyat menjadi tiga golongan, yaitu (1) mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar terjadi dan dianggap suci oleh yang memiliki cerita tersebut. Mite ditokohi oleh dewa ataupun makhluk setengah dewa dan tempat terjadinya cerita di dunia lain bukan di dunia yang di tempati oleh manusia (bumi); (2) legenda (legend) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan terjadinya pada masa lampau serta bertempat di dunia yang di tinggali oleh manusia (bumi); dan (3) dongeng (folktale) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi. Cerita prosa rakyat tidak hanya berfungsi sebagai hiburan bagi anak-anak, namun juga dapat berfungsi sebagai media pendidikan yang dapat mengajarkan nilainilai budi pekerti luhur seperti nilai pendidikan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Selain memiliki fungsi hibuan dan sebagai media pendidikan, cerita prosa rakyat juga memiliki fungsi lainnya seperti yang di jelaskan oleh Bascom sebelumnya.

3. Nilai Edukasi dalam Cerita Prosa Rakyat Menurut Wisadirana (dalam Suparmi, 2009: 34), nilai adalah gagasan yang berpegang pada suatu kelompok individu dan menandakan pilihan di dalam suatu situasi. Nilai selalu dikaitkan dengan kebaikan, kemaslahatan dan keluhuran. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, dijunjung tinggi oleh manusia untuk memperoleh kabahagiaan hidup. Dengan nilai manusia dapat merasakan kepuasan lahir maupun batin. Sedangkan edukasi (pendidikan) merupakan suatu proses memanusiakan manusia, artinya pendidikan yang dilakukan melalui proses pembelajaran dalam bentuk aktualitas potensi diri diubah menjadi kemampuan/kompetensi, sehingga kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat, sebagai warga negara, untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial (Suparmi, 2009: 36). Jadi nilai edukasi dapat membangun karakter dan dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat melalui cerita prosa rakyat. Dengan mendengarkan dan memperhatikan nilai edukasi yang terkandung di dalam cerita prosa rakyat maka dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat menjadi lebih baik, hal ini disebabkan cerita yang ada di dalam cerita prosa rakyat merupakan gambaran dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Menurut Suyitno (dalam Ernawati, 2010: 29) nilai edukasi (pendidikan) terbagi menjadi empat golongan, yaitu (1) nilai pendidikan moral berkaitan dengan tingkah laku sehari-hari seseorang, (2) nilai pendidikan budaya berkaitan dengan adat

istiadat atau suatu kebiasaan yang dipercaya oleh sekelompok masyarakat, (3) nilai pendidikan religius berkaitan dengan kepercayaan terhadap Tuhan, dan (4) nilai pendidikan sosial, merupakan nilai yang berkaitan dengan hubungan antar masyarakat. 1.5 Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan penulis belum ditemukan pembahasan tentang cerita prosa rakyat di Nagari Talang Anau Kabupaten Lima Puluh Kota. berdasarkan studi kepustakaan yang telah dilakukan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, ada beberapa skripsi mengenai folklor khususnya di wilayah Minangkabau sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. Marleni (2008) melakukan penelitian yang berjudul Pendokumentasian dan Pengklasifikasian Cerita Rakyat di Kenagarian Sungai Naniang, Kec. Bukit Barisan, Kab. Lima Puluh Kota. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat 17 cerita rakyat di Nagari Sungai Naniang. Setelah didokumentasikan, maka dari 17 cerita tersebut, 12 diantaranya merupakan legenda. Selebihnya, yaitu 5 cerita, diklasifikasikan ke dalam dongeng. Selanjutnya, dari 12 cerita berjenis legenda setempat (local legend), 1 legenda perorangan (personal legend), dan 4 legenda alam gaib (supranatural legend). Sementara itu, 5 cerita dongeng dikelompokkan lagi menjadi 1 dongeng binatang (animal tales), dan 4 dongeng biasa (ordinary folktales). Lebih lanjut, disimpulkan juga bahwa dari ke 17 cerita rakyat tersebut, 5 cerita

berfungsi sebagai proyeksi keinginan dan harapan dari masyarakat Nagari Sungai Naniang, 1 cerita berfungsi sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan sistem kebudayaan, 9 cerita berfungsi sebagai alat pendidikan dan 2 cerita berfungsi sebagai pengawas dan pemaksa agar norma-norma dipatuhi. Terakhir, dari 17 cerita tersebut, 6 cerita diantaranya terkondisi menuju kepunahan. Sefriyeni (2008) melakukan penelitian yang berjudul Dokumentasi dan Klasifikasi Cerita Rakyat di Nagari Parambahan Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 14 cerita rakyat, 11 diantaranya diklasifikasikan ke dalam legenda dan 3 cerita diklasifikasikan ke dalam dongeng. Dari 11 cerita yang berjenis legenda maka 5 cerita diantaranya merupakan legenda setenpat (local legend), 5 cerita merupakan legenda alam ghaib (supranatural legend), 1 cerita merupakan legenda perorangan (personal legend), sedangkan 3 cerita rakyat diklasifikasikan ke dalam dongeng binatang (animal tales). Ada 3 fungsi yang ditemui di dalam cerita prosa rakyat di Nagari Parambahan yaitu sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai alat pencermin anagn-angan suatu kolektif, fungsi sebagai alat pendidikan anak dan fungsi sebagai alat pengawas dan pemaksa agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Dari ke 14 cerita prosa rakyat yang didokumentasikan, fungsi yang paling banyak ditemukan adalah fungsi sebagai alat pendidikan bagi anak, baik pendidikan agama, moral, kesehatan, dan pendidikan tentang sejarah masyarakat dan sejarah kebudayaan yang ada di Nagari Parambahan. Mananda (2011) melakukan penelitian yang berjudul Dokumentasi dan Analisis Fungsi Cerita Rakyat di Nagari Rambatan Kecamatan Rambatan Kabupaten

Tanah Datar. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 12 cerita rakyat yang diklasifikasikan ke dalam 7 diantaranya dikelompokkan menjadi legenda setempat (local legend), 1 legenda alam ghaib (supranatural legend), 3 legenda perseorangan (personal legend), dan 1 dongeng biasa (animal tales). Dari 12 cerita yang ditemukan, fungsi yang paling banyak yaitu sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kelompok masyarakat. Mayang Sari (2012) melakukan penelitian yang berjudul Cerita Rakyat di Kerajaan Jambu Lipo: Kajian Struktur dan Nilai Budaya. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 11 cerita rakyat yang semuanya tergolong ke dalam legenda. Sebelas cerita rakyat tersebut tidak memiliki ke 31 buah fungsi yang dikemukakan Propp. Fungsi yang terpenuhi berjumlah 21 buah fungsi, sedangkan fungsi yang tidak terpenuhi atau tidak terdapat dalam 11 cerita rakyat tersebut berjumlah 10 buah fungsi. Kemudian cerita rakyat di Kerajaan Jambu Lipo terlihat memenuhi semua lingkungan aksi. Namun, ada kalanya ada satu cerita dengan cerita lainnya menduduki lingkungan aksi yang sama. Selanjutnya berpijak pada 7 lingkungan aksi yang ditempati ke 11 cerita rakyat di Kerajaan Jambu Lipo, cara pengenalan pelakunya adalah dengan menggambarkannya secara langsung dalam cerita tersebut. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap ke 11 cerita rakyat di Kerajaan Jambu Lipo, fungsi-fungsi pelaku yang dikemukakan oleh Propp, memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam cerita rakyat tersebut, keterkaitan antar fungsi terlihat dari bagaimana satu fungsi akan memunculkan fungsi berikutnya. 5 nilai budaya yang dikemukakan oleh Kluckhohn dan Srtodtbeckterdapat

di ke 11 cerita rakyat di Kerajaan Jambu Lipo. Dalam 1 buah cerita, ada yang tidak memiliki ke 5 nilai budaya tersebut, tapi hanya memiliki 3 atau 4 diantara yang 5 itu. Anita (2012) melakukan penelitian yang berjudul Dokumentasi dan Analisis Fungsi Cerita Rakyat dalam Masyarakat Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 9 cerita rakyat yang digolongkan ke dalam legenda. Cerita rakyat tersebut memiliki fungsi sebagai alat pendidikan, sebagai alat pemaksa dan pengatur norma, sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan dan lembaga kebudayaan. Sapta Putra (2013) melakukan penelitian yang berjudul Asal Usul Nama Tempat (Daerah) di Kecamatan Pauh Kota Padang (Dokumentasi dan Klasifikasi). Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 41 buah cerita. Dari ke 41 buah cerita tersebut dapat diklasifikasikan 15 motif cerita yaitu berdasarkan usia daerah, nama binatang, nama benda, gabungan geografis dan legenda, tindakan masyarakat, gabungan nama tumbuhan dan topografi, gabungan geografis dan topografi, gabungan nama tumbuhan dan geografis, gabungan nama tumbuhan dan legenda, gabungan gegrafis dan tindakan masyarakat, gabungan geografis dan benda. Rizki Amalil (2016) melakukan penelitian yang berjudul Pendokumentasian dan Analisis Fungsi Cerita Prosa Rakyat di Nagari Koto Salak Kabupaten Dharmasraya. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada 14 cerita dan semua cerita itu termasuk kedalam jenis legenda. Melalui analisis fungsi diketahui bahwa cerita tersebut mempunyai fungsi sebagai Pendidikan Anak Muda, Solidaritas Suatu Kelompok, Sanksi Sosial, Mengubah Pekerjaan yang Membosankan Menjadi

Permainan, dan Pelarian yang Menyenangkan dari Dunia Nyata, yang Penuh Kesukaran, Sehingga Dapat Mengubah Pekerjaan yang Membosankan Menjadi Permainan yang Menyenangkan. Penelitian ini dinilai penting dilakukan karena belum adanya pengumpulan data yang akurat dan dibukukan dalam bentuk pengarsipan. Oleh karena itu, kehadirannya dinilai penting dan relevan untuk penelitian ini, terutama dalam upaya memahami keberadaan objek, terkait teori, sekaligus terkait metodologi yang digunakan. Namun, hendaknya dengan dilakukan penelitian ini dapat melahirkan sebuah cara pandang baru dan dokumentasi cerita prosa rakyat Minangkabau. 1.6 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Sebagaimana diungkapkan Danandjaja (dalam Endraswara, 2003: 62), penggunaan metode kualitatif dalam penelitian folklor disebabkan oleh kenyataan bahwa folklor mengandung unsur-unsur budaya yang diamanatkan pendukung budaya tersebut. Dalam pengumpulan data, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan serangkaian teknik pengumpulan data. Adapun teknik-teknik atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Teknik observasi Observasi adalah penelitian secara sistematis terhadap objek yang diteliti. Observasi atau pengamatan dilakukan untuk melihat langsung lokasi tempat mana dirasa perlu untuk mendapatkan bahan yang dibutuhkan, serta mengumpulkan data mengenai objek, lokasi penelitian, dan pemilihan informan. Data dikumpulkan melalui penelitian lapangan, observasi menyangkut tempat penelitian dan objek yang ingin diteliti, dan menentukan informan yang akan diwawancarai. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan, pencatatan, pengumpulan, dan perekaman data yang akan digunakan dalam penelitian ini secara lebih dekat, fungsinya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara dengan narasumber. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi dari objek yang diteliti dalam bentuk tanya jawab antara penulis dengan informan untuk mendapatkan keterangan tentang pandangan secara lisan dari informan. Bentuk wawancara yang akan digunakan yaitu wawancara yang terarah (directed) dan yang tidak terarah (non directed). Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan kepada narasumber yang dianggap mengetahui dan dapat memberikan informasi yang penulis

harapkan. Narasumbernya meliputi pemuka masyarakat dan masyarakat setempat yang dapat memberikan keterangan yang diperlukan. c. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan bertujuan untuk memperoleh informasi, data-data dan pendapat-pendapat para sarjana, penulis dan peneliti-peneliti terdahulu yang telah mereka tuangkan dalam tulisan-tulisan terkait dalam masalah penelitian cerita rakyat yang ada di Nagari Talang Anau ini. Data yang dikumpulkan, selain berupa data lisan yang didapat di lapangan, perpustakaan sangat bermanfaat untuk mendapatkan referensi maupun informasi mengenai perkembangan wilayah penelitian. Dengan studi kepustakaan ini penulis dapat mencari berbagai bahan tertulis yang berkaitan dengan penelitian cerita rakyat di Nagari Talang Anau. Setelah data terkumpul, maka penulis akan melakukan pengolahan terhadap data yang telah diperoleh. Data yang terkumpul akan dianalisis mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari observasi, wawancara, dan studi kepustakaan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Teknik pengolahan data akan disajikan secara formal dan informal. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut ini. a. Seleksi data Data yang telah terkumpul, kemudian penulis akan mengambil data yang berhubungan dengan budaya dan mitos ataupun cerita seputaran objek

cerita rakyat di Nagari Talang Anau, serta penulis akan membuang data yang tidak mendukung objek atau tidak berhubungan dengan objek. b. Transkripsi Setelah melakukan seleksi data, maka langkah penulis selanjutnya yaitu transkripsi. Transkripsi adalah langkah untuk mengubah data lisan ke tulis. Data lisan itu belum dapat diolah sebelum ditranskrip ke bentuk tulis. c. Penerjemahan Langkah selanjutnya adalah penerjemahan data ke dalam Bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan terjemahan kata demi kata. d. Analisis Analisis data, penulis lakukan dengan mendeskripsikan tentang cerita prosa rakyat yang ada di Nagari Talang Anau, kemudian menjelaskan tentang nilai edukasi yang terdapat dalam cerita prosa rakyat tersebut. e. Pengarsipan Untuk cara pembuata naskah folklor bagi pengarsipan maka peneliti harus membubuhi beberapa keterangan sebagai berikut: 1. Pada sudut kiri bagian atas kertas harus dibubuhi tiga keterangan yaitu: genre, daerah asal genre, suku bangsa yang memilikinya. 2. Pada sudut kanan bagian atas harus dibubuhi keterangan mengenai informan.

3. Pada sudut kanan sebelah bawah harus dibubuhi keterangan mengenai peneliti.