MEKANISME KLAIM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK FKTP DAN FKRTL DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Bayu Teja Muliawan Direktur Bina Pelayanan Kefarmasin. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun

SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Ged. RSCM Kirana 23 Juli 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PELAYANAN CANCER DI ERA JKN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Administrasi Klaim Faskes BPJS Kesehatan

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN Jaminan Kesehatan Nasional. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

Sistem Pembayaran Provider

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

panduan praktis Pelayanan Ambulan

KEBIJAKAN PELAYANAN OBAT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

Program Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Akses Pelayanan Kesehatan di Era BPJS. Dr. E. Garianto, M.Kes

POLA KERJASAMA BPJS KESEHATAN RUMAH SAKIT

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

dr. Mohammad Edison, MM., AAK

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

JKN dan BPJS Kesehatan. Dr. Greisthy E.L. Borotoding Kepala BPJS Kesehatan Cabang Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KENDALI MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DALAM PERATURAN BPJS KESEHATAN

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

ADDENDUM PKS DPHO EDISI XXXII TAHUN 2013 Sampai dengan 31 Maret 2014

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pelayanan Kesehatan. panduan praktis. Kantor Pusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

KENDALI MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DALAM PERATURAN BPJS KESEHATAN

panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

Transkripsi:

MEKANISME KLAIM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK FKTP DAN FKRTL DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DRG. FAJRIADINUR, MM. Direktur Pelayanan Disampaikan Sosialisasi Perturan Perundang-Undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Bandung, 28 November 2014 www.bpjs-kesehatan.go.id 1

AGENDA 1 PENDAHULUAN 2 SISTEM PEMBAYARAN FASKES 3 MEKANISME PEMBAYARAN OBAT 4 MEKANISME KLAIM OBAT 5 TANTANGAN PELAYANAN OBAT

1. PENDAHULUAN 3

UU SJSN dan UU BPJS 1 JANUARI 2014, PT ASKES (PERSERO) MENJADI BPJS KESEHATAN 4 www.bpjs-kesehatan.go.id

Sistem Jaminan Sosial Nasional 3 Azas Kemanusiaan Manfaat Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 5 Program Jaminan Kesehatan Jaminan Kecelakaan Kerja Jaminan Hari Tua Jaminan Pensiun Jaminan Kematian 9 Prinsip Kegotong-royongan Nirlaba Keterbukaan Kehati-hatian Akuntabilitas Portabilitas Kepesertaan wajib Dana amanat Hasil pengelolaan dana digunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta 5

Per.Pres. RI Nomor : 111 Tahun 2013 pasal 6 : (1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat WAJIB dan mencakup SELURUH penduduk Indonesia 2013 2014-2019 CAKUPAN SEMESTA 2019 Badan Hukum PRIVATE Di bawah Menteri BUMN Semula Hanya Untuk Jaminan Kesehatan PNS dan Pensiunan TNI/POLRI + Prts Kem + Vet Badan Hukum PUBLIK Langsung Bertanggung Jawab Kepada PRESIDEN Untuk Mengelola Jaminan Kesehatan SELURUH RAKYAT INDONESIA 6 www.bpjs-kesehatan.go.id

STAKE HOLDERS PROGRAM JAMINAN KESEHATAN Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS BPJS KESEHATAN PEMERINTAH PESERTA FASKES 7

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Menetapkan paket manfaat Jaminan Kesehatan Menetapkan besaran iuran premi Menentukan dan mendaftarkan peserta PBI Menentukan Sistem Pembayaran Faskes Mengembangkan clinical guidelines Pemerintah BPJS Faskes Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta X Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta; X X X X X STAKEHOLDERS X X X Melakukan seleksi, credentialing, kontrak dengan Faskes (baik Pemerintah dan Swasta) Melakukan proses tagihan klaim dan pembayaran kepada Faskes Utilization/claim reviews Memberikan informasi mengenai Program Jaminan Kesehatan kepada Peserta Menyediakan Layanan Kesehatan Mengelola Sistem Rujukan X X X X X X Quoted from: Hidayat B et al,health Financing 8

MANFAAT JAMINAN KESEHATAN Perpres 12/2013 Pasal 20 Bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan Medis Non Medis FKTP FKRTL Akomodasi Ambulan terikat dengan besaran iuran 9

PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN Meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup: Pelayanan Tingkat Pertama 1. Administrasi pelayanan; 2. Pelayanan promotif dan preventif; 3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis; 4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; 6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis; 7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi Perpres 12/2013 pasal 22 Permenkes 28/2014 Meliputi pelayanan kesehatan spesialistik dan subspesialistik yang mencakup Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan Meliputi: 1. Administrasi pelayanan; 2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis; 3. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun nonbedah sesuai dengan indikasi medis; 4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; 5. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis; 6. Rehabilitasi medis; 7. Pelayanan darah; 8. Pelayanan kedokteran forensik klinik; 9. Pelayanan jenazah (pemulasaran jenazah) pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan (tidak termasuk peti jenazah); 10. Perawatan inap non-intensif; 11. Perawatan inap di ruang intensif; dan 12. Akupunktur medis 10

Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Millions PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA JKN S.D. 31 OKTOBER 2014 135 130 125 120 Jumlah Peserta 115 110 11

Jumlah Faskes Per Jenis FKTP Per Oktober 2014 NO JENIS FASKES TOTAL TOTAL 1 DOKTER PRAKTIK PERORANGAN 3,786 2 KLINIK POLRI 570 3 KLINIK PRATAMA 2,034 4 KLINIK TNI 753 55% 5% 0% 21% 3% 12% 4% DR KLINIK POLRI KLINIK PRATAMA KLINIK TNI PUSKESMAS 5 PUSKESMAS 9,778 RS D PRATAMA 6 RS D PRATAMA 8 GIGI Sub Total 16,929 GIGI 887

JUMLAH FASKES RUJUKAN PROVIDER BPJS KESEHATAN No Uraian Jumlah 1 RS Pemerintah - Kelas A 18 - Kelas B 138 - Kelas C 300 - Kelas D 164 2 RS Khusus Non Jiwa 138 3 RS Khusus Jiwa 34 4 RS TNI 103 5 RS Polri 40 6 RS Swasta 610 7 Klinik Utama 67 Total 1.612 RS Swasta 38% RS POLRI 3% Klinik Utama 4% RS TNI 6% RS Khusus Jiwa 2% RS Khusus 9% RS Pemerintah 38%

Alur Pelayanan Kesehatan Peserta FKTP Rujuk / Rujuk Balik Emergency FKRTL Kapitasi Klaim BPJS Branch Office

2. SISTEM PEMBAYARAN FASKES 15

REGULASI Beberapa regulasi yang menjadi dasar pelaksanaan program JKN: 1. UU No. 40 Tahun 2004 2. UU No. 24 Tahun 2011 3. Perpres No. 12 Tahun 2013 4. Perpres No. 111 Tahun 2013 5. Permenkes No. 71 Tahun 2013 6. Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 8. Kepmenkes No 328 Tahun 2013 9. Kepmenkes No 159 Tahun 2014 10. Kepmenkes No. 455 Tahun 2013 11. Permenkes No. 27 Tahun 2014 12. Permenkes No. 28 Tahun 2014 13. Permenkes No 59 Tahun 2014 16

DASAR HUKUM UU No 40 Tahun 2004 Tentang SJSN Pasal 24 (3) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan, kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas Penjelasan Pasal 24 (3) Dalam pengembangan pelayanan kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menerapkan sistem kendali mutu dan kendali biaya termasuk menerapkan iuran biaya untuk mencegah penyalahgunaan pelayanan kesehatan. 17

Sistem Pembayaran 18

Dasar hukum Pelayanan Obat UU No 40/2004 pasal 25 Daftar dan harga tertinggi obat-obatan, serta bahan medis habis pakai yang dijamin oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PerPres 111/2013 pasal 32 (1) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan berpedoman pada daftar dan harga obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri. (4) Daftar obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Formularium Nasional dan Kompendium Alat Kesehatan Daftar Obat Plafon Harga Obat Formularium Nasional (KMK 328/MENKES/SK/IX/2013) (KMK 159/MENKES/SK/V/2014) E-Catalogue Obat 2014 19

UPDATE REGULASI 1. Permenkes No. 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem INA CBG s - Diundangkan pada tanggal 16 Juni 2014 - Berlaku tanggal 1 Januari 2014 2. Permenkes No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN - Diundangkan pada tanggal 25 Juni 2014 - Berlaku sejak tanggal diundangkan 3. Permenkes 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaaraan Jaminan Kesehatan - Diundangkan pada tanggal 15 September 2014 - Berlaku sejak tanggal 1 September 2014 20

SISTEM PEMBAYARAN FKTP Permenkes No. 59/2014 SISTEM PEMBAYARAN KAPITASI RJTP (Konsultasi, Obat, BMHP Tindakan, Promotif Preventif FFS (DI LUAR KAPITASI) AKOMODASI RITP DMP & PROGRAM RUJUK BALIK (Obat & LAB) TRANSFUSI DARAH KELUARGA BERENCANA GAWAT DARURAT NON FASKES KERJA SAMA KEBIDANAN DAN NEONATAL SCREENING KESEHATAN (DM, HT, Ca Cervix) AMBULANCE 21

SISTEM PEMBAYARAN SISTEM PEMBAYARAN DI FKRTL Permenkes no. 59/2014 INA CBG S KONSULTASI AKOMODASI, ALKES, OBAT, BMHP, DLL TINDAKAN MEDIS (OPERASI DAN NON OPERASI) OBAT KEMOTERAPI 7 ALAT BANTU KESEHATAN DI LUAR PAKET INACBG S OBAT KRONIS NON STABIL PET SCAN KETENTUAN KHUSUS: PASIEN THALASSEMIA PASIEN HAEMOPHILIA CAPD AMBULANS 22

MEKANISME PEMBAYARAN OBAT DI LUAR PAKET KAPITASI DAN PAKET INA CBG S 23

MEKANISME PEMBAYARAN OBAT DILUAR KAPITASI DAN INA CBG S NO. URAIAN SEBELUM PMK 59/2014 SETELAH PMK 59/2014 1. Acuan Harga Dasar Obat PRB 2. Acuan Harga Dasar Obat Kronis Belum Stabil di FKRTL 1. E-Katalog 2. Jika obat E-Katalog tidak ada mengacu DPHO 3. Jika tidak ada di E-Katalog mengacu DPHO. Harga DPHO berlaku 6 bln setelah E- Katalog ditetapkan 4. Jika tidak ada di E-Katalog dan DPHO Harga Faktur Pembelian 5. Harga obat + Faktor Pelayanan Kefarmasian + Embalage sesuai SE Menkes No. 31/2014 1. Mekanisme 7:23 2. E-Katalog 3. Jika obat E-Katalog tidak ada mengacu DPHO 4. Jika tidak ada di E-Katalog mengacu DPHO. Harga DPHO berlaku 6 bln setelah E- Katalog ditetapkan 5. Jika tidak ada di E-Katalog dan DPHO Harga Faktur Pembelian 6. Harga obat + Faktor Pelayanan Kefarmasian + Embalage sesuai SE Menkes No. 31/2014 1. Harga dasar obat sesuai E- Katalog + biaya pelayanan kefarmasian. 2. Biaya Pelayanan kefarmasian = Faktor Pelayanan x Harga Dasar obat E-Katalog 3. Ada peningkatan besaran Faktor Pelayanan. Tanpa biaya embalage 1. Mekanisme 7: 23 2. Harga dasar obat sesuai E- Katalog + biaya pelayanan kefarmasian. 3. Biaya Pelayanan kefarmasian = Faktor Pelayanan x Harga Dasar obat E-Katalog 4. Ada peningkatan besaran Faktor Pelayanan. Tanpa biaya embalage 24

...lanjutan NO. URAIAN SEBELUM PMK 59/2014 SETELAH PMK 59/2014 3. Acuan Harga Dasar Obat Kemoterapi 1. E-Katalog 2. Jika obat E-Katalog tidak ada mengacu DPHO 3. Jika tidak ada di E-Katalog mengacu DPHO. Harga DPHO berlaku 6 bln setelah E-Katalog ditetapkan 4. Jika tidak ada di E-Katalog dan DPHO Harga Faktur Pembelian 5. Harga obat + Faktor Pelayanan Kefarmasian + Embalage sesuai SE Menkes No. 31/2014 Pengajuan klaim pada pemberian obat kemoterapi berlaku sesuai dengan tarif dasar INA-CBG s ditambah dengan tarif obat kemoterapi yang jenisnya sesuai dengan Formularium Nasional dan besarannya sesuai dengan E-Katalog. TIDAK ADA BIAYA PELAYANAN KEFARMASIAN BPJS KESEHATAN AKAN TETAP MEMBAYAR OBAT KEMOTERAPI SESUAI E-KATALOG TANPA BIAYA PELAYANAN KEFARMASIAN SAMPAI DILAKUKANNYA REVISI PERMENKES 59/2014 25

Pengajuan Klaim obat Thallasemia PMK No. 27/2014 Rawat Jalan tanpa obat kelasi Besi ditagihkan paket INA CBGs rawat Jalan tanpa Top Up obat Rawat Jalan + obat kelasi besi ditagihkan paket INA CBGs rawat Inap + Top Up obat Rawat Inap tanpa obat kelasi besi ditagihkan paket INA CBG S rawat inap tanpa Top Up obat Rawat Inap + obat kelasi ditagihkan paket INA CBG S rawat inap + Top Up obat Pasien dirawat inap + transfusi darah tanpa obat klaim rawat inap + prosedur tranfusi tanpa Top Up obat Top Up obat tidak ditagihkan Fee For Service tetapi merupakan tambahan dari Paket INA CBG s (special CMG s) KLAIM THALASEMIA RAWAT JALAN YANG DIAJUKAN SEBAGAI KASUS RAWAT INAP HANYA BISA DILAKUKAN 1 KALI SEBULAN Pasien selain Thalasemia Mayor tidak mendapatkan top-up special drug. 26

Pengajuan Klaim Hemofilia A dan Hemofilia B PMK No. 27/2014 KASUS PELAYANAN RAWAT JALAN/INAP + FAKTOR PEMBEKUAN DARAH PELAYANAN RAWAT JALAN TANPA FAKTOR PEMBEKUAN DARAH PELAYANAN RAWAT INAP TANPA FAKTOR PEMBEKUAN DARAH PENAGIHAN KLAIM TARIF INA CBG S RAWAT INAP + TAMBAHAN TARIF HEMOFILIA TARIF INA CBG S RAWAT JALAN TARIF INA CBG S RAWAT INAP TAMBAHAN TARIF HEMOFILIA SAMA UNTUK SEMUA TINGKAT KEPARAHAN KASUS DAN SEMUA KELAS PERAWATAN KELAS RUMAH SAKIT REGIONAL RSUPN RSKRN A B C D (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) REG 1 12.178.400 10.898.800 9.908.000 7.914.200 6.298.800 5.272.750 REG 2 9.997.250 7.985.450 6.355.500 5.320.200 REG 3 10.026.950 8.009.200 6.374.400 5.336.000 REG 4 10.175.600 8.127.700 6.468.900 5.415.100 REG 5 10.264.750 8.199.150 6.525.550 5.462.550 27

PMK No. 28 Th 2014 Larangan menarik iur biaya untuk obat Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta. 28

PMK No. 28 Th 2014 Fasilitas kesehatan tidak diperbolehkan meminta iur biaya kepada peserta selama mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan sesuai dengan haknya. 29

MEKANISME KLAIM OBAT DI LUAR PAKET KAPITASI DAN PAKET INA CBG S 30

DASAR HUKUM UU NO 40 TAHUN 2004 PASAL 24 (2) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak permintaan pembayaran diterima PERPRES 111/2013 PASAL 38 (1) BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat: a. Tanggal 15 (lima belas) setiap bulan berjalan bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang menggunakan cara pembayaran pra upara berdasarkan kapitasi; dan b. 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap bagi Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan PERMENKES 71/2013 PASAL 12 AYAT (5) Kewajiban BPJS Kesehatan paling sedikit terdiri atas: b. melakukan pembayaran klaim kepada Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap. 31

Finalisasi Panduan Praktis Verifikasi Klaim Penyesuaian proses verifikasi sesuai dengan kaidah INA CBGs pada Juknis Sistem INA CBGs Penyesuaian berkas pengajuan klaim sebagai dasar verifikasi Panduan Praktis berubah menjadi PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI KLAIM PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI KLAIM dapat diakses melalui : www.bpjs-kesehatan.go.id 32

Proses Pengajuan Klaim Obat Petugas Apotek/IF RS Petugas BPJS Kes. Entri Data Klaim Penyerahan Berkas Klaim Verifikasi Klaim Umpan Balik Klaim & Pembentukan FPK (Format Pengajuan Klaim) Apotek/ IFRS 15 Hari Tarik Data Klaim di Kantor Cabang Approval & Pembayaran Klaim BPJS Kantor Cabang 33

VERIFIKASI PELAYANAN OBAT Verifikasi Pelayanan : 1. Membandingkan data identitas peserta pada bukti pelayanan 2. Memastikan setting aplikasi pengihan obat 3. Memastikan referensi obat 4. Keabsahan dan kelengkapan resep 5. Keseuaian jenis penyakit dan restriksi persepan 6. Keseusaian dokumen 7. Kesesuaian harga, jenis & jumlah obat 8. Tanda terima obat oleh Pasien/Keluarganya Verifikasi Administrasi : 1. Kuitansi Asli 2. Formulir Pengajuan Klaim 3. Rekap tagihan obat 4. Lembar resep 5. Hasil entrian Data tagihan pelayanan 6. Bukti pendukung (pemeriksaan lab, protokol terapi) 7. Surat Elijibilitas Peserta lembar ke-3 34

PMK No. 28 Th 2014 Kadaluarsa Klaim a. Klaim Kolektif Batas waktu maksimal pengajuan klaim bagi Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah maupun Swasta, baik Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan. b. Klaim Perorangan Batas waktu maksimal pengajuan klaim perorangan adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan, kecuali diatur secara khusus. Klaim perorangan hanya untuk: 1. Klaim perorangan pada masa transisi (diatur secara khusus) 2. Klaim perorangan sebagai kompensasi daerah tidak ada Faskes memenuhi syarat 35

TANTANGAN PELAYANAN OBAT BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN 36

KENDALA LAPANGAN Plafon Harga Obat E-Catalogue Obat 2014 Permasalahan: 1) E-catalog obat tahun 2014 dipublish pertama kali pada tanggal 17 Maret 2014 untuk 270-an item dari 913 item sediaan 2) Sampai saat ini (tanggal 15 November 2014) masih ada item obat Formularium Nasional yang belum memiliki plafon harga di e- catalog 3) Belum semua Apotek PRB dan RS Swasta dapat memesan obat E- katalog (Surat Pemesanan obat manual sering ditolak PBF) Dampak: a. Bagaimana Acuan nilai ganti harga obat di luar paket kapitasi dan INA- CBG s yang harganya belum tercantum di dalam E-catalog? Surat Direksi BPJS Kesehatan No. 9482/III.2/2014, BPJS Kesehatan menunda penagihan obat-obatan di luar kapitasi dan INA CBG s yang harga obatnya belum ditetapkan di dalam E- Katalog dengan tetap mempertimbangkan kadaluarsa klaim. b. Kendala ketersediaan obat untuk peserta 37

Kondisi Saat ini

Kondisi Saat ini Keluhan Klinik Griya Husada Karang Anyar Notulen pertemuan evaluasi Sistem Rujukan yang dilaksanakan di Mercure Bandung tanggal 25 Oktober, yang dihadiri FKTP, FKTRL,Dinkes Kab/ Kota se- Bandung Raya dengan Narasumber BUKD,Dinkes Provinsi : 1. Obat susah dipesan 2. Faskes swasta yang belum memiliki login password e- catalog tidak bisa memesan obat melalui e-catalog 3. Jika memesan obat secara langsung, harga yang digunakan harga umum

Kondisi Saat ini Notulen pertemuan benchmarking FKTP Klinik Pratama dan Klinik TNI Terbaik se Indonesia, tanggal 26 November 2014 di Solo Klinik Andri Medistra Serang kesulitan mendapatkan obat PRB karena tidak dapat mengakses e- catalog (tidak punya login dan password), pembelian obat PRB menggunakan harga umum, sedangkan klaim ke BPJS Kesehatan menggunakan harga e-catalog. Keluhan Dr. Nikmawati Makasar Rujuk ke Rumah Sakit

41

KELUHAN RSUD 42

KELUHAN RS SWASTA 43

KELUHAN RSUD 44

KELUHAN APOTEK 45

Harapan 1. Semua obat yang tercantum dalam Fornas, harganya sudah diakomodir dalam E-Katalog 2014 2. Adanya sosialisasi mengenai pemesanan obat E-katalog 2014 secara SP Manual, khususnya kepada Industri farmasi dan distributor farmasi 3. Perlunya kepastian mengenai kuota yang telah terpenuhi dalam PKS antara LKPP dan Industri Farmasi 4. Adanya ketegasan kepada industri Farmasi dan distributor farmasi dalam komitmen melayani obat JKN kepada seluruh stakeholder 5. Adanya komunikasi aktif dan tanggapan segera atas permasalahan ketersediaan obat yang disampaikan melalui email maupun lewat telp 46

TERIMA KASIH Kami yakin dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa kami dapat mencapai Cakupan Semesta sebagai warisan untuk Indonesia yang lebih baik.