Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu Oleh : Kelompok : 2 ( dua ) Kelas : 4 KF Nama Instruktur : Dr. Hj. Martha Aznury, M.Si Nama Kelompok : Kurnia Aini ( 061330401059 ) M. Yuda Pratama ( 061330401060 ) Malati Fitri ( 061330401061 ) Melinda Damayanti ( 061330401062 ) Rameyza Arohman ( 061330401065 ) Rizky Herliana Niswita ( 061330401069 ) Politeknik Negeri Sriwijaya Tahun 2014/2015
Penetapan Kadar Abu Tujuan Percobaan - Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar abu dalam suatu bahan pangan. - Mahasiswa dapat mengetahui kadar mineral dalam bahan pangan. Dasar Teori Kandungan mineral erat hubungannya dengan abu suatu bahan. Abu adalah suatu zat anorganik yang didapat sebagai hasil pembakaran suatu bahan organik. Mineral dalam bahan terdapat dalam bentuk garam-garam organik dan anorganik. Untuk menentukan kandungan dari suatu bahan sesuai aslinya seperti yang terdapat dalam bahan akan sangat sulit, karenanya dilakukan jalan lain yaitu dengan sisa-sisa pembakaran atas garam-garam mineral tersebut. Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengna menimbang sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 550ºC. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air,sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahanbahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut kadar abu. Penentuan kadar total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan baik atau tidaknya suatu pengolahan,mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan atau keaslian bahan yang digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar tidak larut asam yang cukup tinggi menununjukkan adanya kontaminan atau bahan pengotor pada makanan tersebut. Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung (cara kering) dan pengabuan (cara tidak langsung). A. Penentuan Kadar Abu Secara langsung Prinsip pengabuan secara langsung yaitu semua zat organik dioksida pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600ºC, kemudian zat yang tertinggal setelah proses pembakaran ditimbang. Mekanisme pengabuan cara langsung yaitu cawan porselin dioven terlebih dahulu selama 1 jamkemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit didesikator. Cawan kosong ditimbang sebagai berat a gram. Setelah itu, bahan uji dimasukkan sebanyak 5 gram ke dalam cawan, ditimbang, dan dicatat sebagai berat b gram. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pemanasan pada suhu 300ºC agar kandungan bahan volatil dan lemak terlindungi hingga asam hilang. Pemanasan dilakukan hingga asam habis. Selanjutnya, pemanasan pada suhu tertahap hingga 600ºC agar perubahan suhu secara tiba-tiba tidak menyebabkan cairan menjadi pecah. B. Penentuan Kadar Abu Secara Tidak Langsung Prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan ditambahkan reagen kimia tertentu sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alkohol
atau pasir anorganik yang selanjutnya dipanaskan dalam suhu tinggi. Pemanasan menyebabkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan memperbesar oksidasi. Pemanasan pada pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksidasi semakin luas dan memperbesar porositas sehingga proses pengabuan makin cepat. Manfaat menganalis kadar abu: - Menentukan baik tidaknya suatu pengolahan - Mengetahui jenis bahan ynag digunakan - Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan - Untuk mengetahui kandungan mineral yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Peralatan dan Bahan - Cawan pengabuan terbuat dari platina,nikel atau silika lengkap dengna tutupnya - Tanur pengabuan - Penjepit cawan - Tepung terigu dan biskuit Prosedur Percobaan - Menyiapkan cawan pengabuan, kemudian dibakar dalam tanur ± 1 jam, lalu mendinginkannya dalam desikator dan menimbangnya sampai bobot tetap. - Menimbang sebanyak 3-5 gram sampel dalam cawan tersebut, menempatkan cawan berisi contoh diatas hot plate (bunsen listrik) kemudian bakar contoh sampai asap menghilang. - Melanjutkan pengabuan dalam furnace dengan suhu 550-600ºC sampai diperoleh abu berwarna putih keabuan. - Mendinginkan cawan sampai suhu 100-110 dalam furnace yang telah didinginkan. Mengangkat dan mendinginkan dalam desikator selama 1 jam kemudian ditimbang sampai ketelitian 0,1 mg.
Data pengamatan No Pengamatan Keterangan 1 Proses penimbangan sampel yang telah dihancurkan sebanyak 5 gram dan dimasukkan kedalam crusible 2 Proses pembakaran sampel menjadi abu di dalam furnace dengan temperatur 500 c
3 Sampel setelah di furnace selama 2,5 jam Data Pengamatan Nama Sampel Berat Biskuit Roma (Gram) Tepung terigu (gram) Biskuit Go Potato (gram) Berat krusibel kosong + tutup Berat krusibel+tutup+sampel sebelum di furnace Berat sampel sebelum di furnace Berat krusibel+tutup+sampel setelah di furnace Berat sampel setelah di furnace 36,2836 41,0356 51,5902 41,2879 46,0516 56,599 5,0043 5,0159 5,0088 36,7156 41,6216 52,3228 0,432 0,586 0,7326 % Kadar Abu 8,63% 11,68% 14,63% Diagram Alir D A B C Furnace E
Keterangan : A : Biskuit Roma B : Tepung Terigu C : Biskuit Go Potato D : Senyawa Organik E : Kadar Abu A+ B + C = D + E A = D + E 5,0043 gram = D + 0,432 gram D = 4,5723 gram B = D + E 5,0159 gram = D + 0,586 gram D = 4,4299 gram C = D + E 5,0088 gram = D + 0,7366 gram D = 4,2762 gram Jadi, total D = 4,5723 gr + 4,4299 gr + 4, 2762 gr = 13, 2784 gram Neraca Massa Komponen Masuk (Gram) Keluar (Gram) Biskuit roma 5,0043 - Tepung Terigu 5,0159 -
Biskuit Go Potato 5,0088 - Senyawa Organik - 13,2784 Kadar Abu - 1,7506 Total 15,029 15,029 Analisa Percobaan Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahna pangan. Sampel yang digunakan yaitu Biskuit Roma, Tepung Terigu dan Biskuit Go Potato. Prinsip penentuan kadar abu yang digunakan ialah penentuan kadar abu secara langsung yang dilakukan pada suhu 500-600ºc sampai sampel berwarna putih abu-abu. Sisa dari pembakaran tersebut ialah kadar abu yang terdapat di dalam sampel atau komponen anorganik yang tersisa, sedangkan komponen organik telah habis terbakar. Komponen organik dapat terbakar karena di dalam senyawa organik itu terdapat senyawa Carbon, Nitrogen, Hidrogen dan Oksigen. Sedangkan senyawa anorganik yang tidak memiliki senyawa-senyawa tersebut. Kadar abu total yang terdapat di dalam sampel menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan bahan pangan dan untuk mengetahui bahan apa saja yang digunakan. Dalam proses pembakaran ( furnace ),% kadar abu total yang didapat dari masingmasing sampel cukup besar. Ini karena di dalam proses pengabuan dibutuhkan waktu yang lama dan temperatur yang tinggi sekitar 700-800ºC. Sedangkan saat praktikum suhu yang digunakan hanya sampai 550ºC. Jadi hanya menjadi arang, bukan dalam bentuk abu. Kesimpulan - Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. - % kadar total abu yang besar menunjukkan kualitas dari bahan pangan. - Proses pengabuan yang kurang bak akan mempengaruhi hasil % kadar abu yang di dapatkan dari suatu bahan pangan. Daftar Pustaka
Jobsheet.2015.Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan.Politeknik Negeri Sriwijaya:Palembang. Gambar Alat Desikator Spatula Furnace Neraca Analitik
Oven Krussibel + tutup