AMPLIFIKASI IN VITRO DAN IN VIVO FRAGMEN 0,4 KB D-LOOP mtdna SAMPEL FORENSIK

dokumen-dokumen yang mirip
AMPLIFIKASI IN VITRO DAN IN VIVO FRAGMEN 0,4 KB D-LOOP mtdna SAMPEL FORENSIK

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

ABSTRAK. ISOLASI, OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN phoq PADA Salmonella typhi

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

OPTIMASI KONSENTRASI MgCl2 DAN SUHU ANNEALING PADA PROSES AMPLIFIKASI MULTIFRAGMENS mtdna DENGAN METODA PCR

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil dan Pembahasan

PCR Tanpa Isolasi DNA dari Sel Epitel Rongga Mulut

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

RATNA ANNISA UTAMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Kloning dan Sekuensing Gen Xilanase dengan Produk Gen Berukuran 30 kda dari Bacillus halodurans CM1 pada Escherichia coli DH5α. Abstract.

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB in. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

III. METODE PENELITIAN

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

ANALISIS URUTAN NUKLEOTIDA DAERAH HIPERVARIABEL I (HVI) DNA MITOKONDRIA PADA SUKU SUNDA UNTUK MENENTUKAN MOTIF POPULASINYA

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999).

K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky Syane S. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

VARIAN NON-DELESI 9 PASANG BASA DNA MITOKONDRIA MANUSIA SAMPEL FORENSIK BALI

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Vektor klon pgemt-easy dan peta restriksi yang dimiliki (Promega 1999).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Kloning Gen pcbc dari Penicillium chrysogenum ke dalam Plasmid ppicza untuk Pengembangan Produksi Penisilin G

Studi Keanekaragaman Nukleotida Gen Car A beberapa Species Salmonella dengan Teknologi PCR

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109

Rekombinasi Gen Penyandi -xilosidase asal Geobacillus Thermoleovorans IT-08 dalam Plasmid Phis1525

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Ekspresi Gen a-amilase untuk Mendapatkan Isolat Bakteri Rekombinan Pembawa Gen a-amilase

KLONING GEN FIM-C SALMONELLA TYPHIMURIUM DENGAN VEKTOR pgem-t easy UNTUK PENGEMBANGAN VAKSIN REKOMBINAN PENYAKIT TYPHUS PADA MANUSIA

MUTASI DAERAH D-LOOP mtdna SEL DARAH, EPITEL, DAN RAMBUT DARI INDIVIDU YANG BERBEDA

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

Di dalam bab ini akan dibicarakan pengertian teknologi DNA rekombinan. beserta tahapan-tahapan kloning gen, yang secara garis besar meliputi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

Bab III Metode Penelitian

BIO306. Prinsip Bioteknologi

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

BAB IX. DASAR-DASAR TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI

KONSTRUKSI DNA REKOMBINAN pcambia STILBENA SINTASE PENCEGAH BUSUK AKAR KELAPA SAWIT EMBI LILIS

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

BAB III METODE PENELITIAN

SUBKLONING DAN EKSPRESI Gen fim-c S. typhimurium

o C 1 menit, penempelan 50 o C 1 menit, polimerisasi 72 o C 1 menit (tiga tahap ini

BAB III METODE PENELITIAN

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

BAB III BAHAN DAN METODE

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

3. METODE PENELITIAN

Kloning Gen Penisilin V Asilase dari Bacillus sp BAC4 Melalui Pembuatan Pustaka Genom

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

Bab III Metodologi Penelitian

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lisa Gunawan. Fakultas Teknobiologi, Universitas Surabaya, Surabaya Abstract

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

4 Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

AMPLIFIKASI IN VITRO DAN IN VIVO FRAGMEN 0,4 KB D-LOOP mtdna SAMPEL FORENSIK Mukhammad Asy ari*, A. Saifuddin Noer** * Laboratorium Biokimia jurusan Kimia FMIPA UNDIP Semarang ** Laboratorium Rekayasa Genetika PAU Bioteknologi ITB Bandung ABSTRAK Daerah DNA mitokondria (mtdna) manusia yang mempunyai tingkat polimorfisme tertinggi adalah D-loop. Urutan nukleotida D-loop mtdna dapat dijadikan alat untuk menentukan identitas genetik seseorang. Saat ini aplikasinya banyak digunakan untuk memecahkan kasus-kasus di bidang forensik. Isolasi fragmen 0,4 kilobasa (kb) D-loop mtdna dapat dilakukan dengan mengekstrak mtdna dari dalam sel, kemudian menggandakan (amplifikasi) mtdna secara in vitro dengan metoda Polymerase Chain Reaction (PCR) dan secara in vivo dengan metoda Kloning. Pada penelitian ini telah berhasil diamplifikasi secara in vitro fragmen 0,4 kb mtdna sampel forensik dengan metoda PCR menggunakan primer M1 (5 CACCATTAGCACCCAAAGCT-3 ) dan M2 (5 GATTTCAC GGAGGATGGTG-3 ) dan secara in vivo dengan metoda kloning menggunakan vektor pgem-t dalam sel inang Eschericia coli JM 109. Identifikasi hasil PCR dilakukan dengan metoda elektroforesis gel agarosa 1% menggunakan pewarna fluorisen Etidium Bromida. Sedangkan sel rekombinan hasil kloning diseleksi menggunakan media selektif mengandung antibiotik ampisilin dan zat pewarna kultur rekombinan yaitu X-gal dan IPTG sebagai indusernya. Identifikasi plasmid rekombinan yang mengandung fragmen 0,4 kb D-loop mtdna dilakukan menggunakan enzim restriksi Pst I. Hasil kloning diperoleh jumlah koloni putih (sel rekombinan) : biru (sel non rekombinan) adalah 2 : 1. Hasil analisis restriksi enzim PstI pada plasmid rekombinan diperoleh fragmen berukuran 3,4 kb, hal ini menunjukkan bahwa DNA insert berukuran 0,4 kb sesuai dengan fragmen mtdna hasil PCR. Plasmid rekombinan selanjutnya digunakan pada penelitian berikutnya, yaitu penentuan urutan nukleotida dengan metode sekuensing sehingga dapat diketahui identitas genetika dari sampel forensik yang dianalisis. Kata kunci: D-loop mtdna, PCR, kloning, enzim PstI, sampel forensik IN VITRO AND IN VIVO AMPLIFICATION OF 0,4 KB D-LOOP mtdna FRAGMENT OF FORENSIC SAMPLE ABSTRACT D-loop is the highest polymorphism region on Human mitochondrial DNA (mtdna). Nucleotides sequence of mtdna D-loop usually using as evidence genetic identities. Recently, applied of D-loop region to solved a riddle forensic case. Isolation of 0,4 kilobase (kb) mtdna D-loop fragments were done trough extraction of mtdna from the cells, then amplified of mtdna trough in vitro methods that is Polymerase Chain Reaction (PCR) and in vivo methods that is cloning. In this research have successed in vitro amplified 0,4 kb mtdna D-loop fragment from forensic samples. PCR reaction using primers: M1 (5 CACCATTAGCACCCAAAGCT-3 ) and M2 (5 GATTTCAC GGAGGATGGTG-3 ), whereas cloning using pgem-t vector and Eschericia coli JM 109 as host cell. PCR product identified by agarose 1% electrophoresis using fluoriscent dye that is ethydium bromide. Whereas, to selection recombinat cells using selective media that contains ampicilin and culture dye that is X-gal and IPTG as inducer. To identified recombinat cells contains 0,4 kb mtdna D-loop fragments using restriction enzyme that is PstI. The result of cloning are white (recombinat cells) and blue (non recombinant cells) colony with equal 2 : 1. The result of restriction analysis of PstI enzyme on recombinant plasmid is 3,4 kb fragment contain 0,4 kb insert DNA is appropriate with mtdna fragment of PCR product. Recombinant plasmid using for further research to determine nucleotides sequence by sequencing methods to understand genetic identities of forensic samples. Keyword : mtdna D-loop, PCR, cloning, PstI enzyme, forensic sample J. Kim. Sains & Apl. Vol. IX. No.2 Agustus 2006 25

PENDAHULUAN mengisolasi fragmen 0,4 kb D-loop mtdna D-loop merupakan daerah pada DNA sampel forensik secara efektif dan mengamplifikasinya mitokondria (mtdna) yang mempunyai laju dengan metode PCR dan evolusi lima kali lebih cepat dibandingkan daerah lain pada DNA mitokondria (Aquadro dan Greenberg, 1983; Cann, 1987). Pada tahun 1991 tingkat homologi urutan nukleotida fragmen 0,4 kb D-loop mtdna (posisi nukleotida 16.042-16388) digunakan untuk menentukan hubungan segaris keturunan ibu (maternal) antar individu (Orego dan King, 1990), yang kloning. Penelitian ini merupakan tahap awal, tapi sangat penting dan menentukan dari rangkaian proses identifikasi genetika dalam pembuktian kasus forensik. BAHAN DAN METODE Tahapan kerja dalam penelitian ini meliputi: (1) penyiapan templat mtdna, (2) amplifikasi templat mtdna secara in vitro dengan metode selanjutnya banyak digunakan untuk PCR dan (3) kloning fragmen hasil PCR dengan memecahkan kasus-kasus di bidang forensik. menggunakan kit vektor pgem-t dan sel inang Barang bukti organik (organic evidence E.coli JM 109. material) pada kasus forensik biasanya ter-dapat Penyiapan templat mtdna dalam jumlah sangat sedikit, misalnya sehelai rambut, percikan darah yang kering dan kotor, serpihan sel otot atau setetes keringat, sehingga tidak mungkin dapat diidentifikasi dengan cara konvensional (Moore, dan Isenberg, 1999). Proses pembuktian hubungan maternal pada Sampel yang digunakan adalah tiga sampel forensik (diperoleh dari Laboratorium Forensik Fak. Kedokteran UNPAD Bandung). Penyiapan sampel dilakukan dengan menimbang 1 mg sampel kemudian dicuci dengan bufer TE ph 8 kasus tersebut dilakukan identifikasi secara sampai dihasilkan pelet ber-warna putih genetika melalui beberapa tahap yaitu: ekstraksi mtdna dari sampel forensik, amplifikasi in vitro dengan metode PCR, amplifikasi in vivo dan skrining mtdna dengan metode kloning dan penentuan urutan nukleotida dengan metode sekuensing. Kesulitan yang sering timbul adalah pada tahap ekstraksi dan amplifikasi mtdna. Hal ini disebabkan kondisi sampel yang sudah (Sambrook et al., 1989). Lisis dilakukan dengan mencampurkan pelet sampel dengan 40 µl bufer lisis 10X dan ditambahkan ddh 2O steril hingga volume 400 µl. Campuran reaksi diinkubasi pada suhu 55 o C selama 1 jam (Waterbath-Grant Instrmnt) dan dilanjutkan pada suhu 95 o C selama 5 menit. Kemudian disentrifugasi (Eppendorf 5417C) pada 20.000 g selama 3 rusak dan sangat sedikit jumlahnya. menit, diambil supernatan yang selanjutnya Keberhasilan dalam mengektraksi dan digunakan sebagai templat reaksi PCR (Noer et mengamplifikasi fragmen mtdna sangat al., 1994). mempengaruhi proses selanjutnya yaitu Amplifikasi in vitro fragmen 0,4 kb mtdna sekuensing. Amplifikasi in vitro fragmen 0,4 kb D-loop Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi mtdna menggunakan sepasang primer yaitu permasalahan tersebut di atas yaitu dengan M1 (5 CACCATTAGCACCCAAAGCT-3 ) J. Kim. Sains & Apl. Vol. IX. No. 2 Agustus 2006 26

dan M2 (5 GATTTCACGGAGGATGGTG-3 ). Proses PCR dilakukan sebanyak 30 siklus, dengan tahap denaturasi pada suhu 94 o C selama 1 menit, annealing pada suhu 50 o C selama 1 menit dan tahap extension pada suhu 72 o C selama 1 menit (Perkin Elmer, 1992). Hasil PCR dianalisis melalui elektro-foresis gel agarosa 1 % (b/v). Marker DNA standar yang digunakan adalah puc19/hinf I. Pemurnian hasil PCR dilakukan dengan metode presipitasi etanol (Sambrook et al., 1989). Konsentrasi DNA dihitung berdasarkan hasil perbandingan intensitas fluorisen dari pita sampel dengan pita marker. Selanjutnya DNA hasil pemurnian tersebut siap diligasikan ke dalam vektor pgem-t. Kloning Prosedur kerja kloning dibagi dalam 4 tahap yaitu: (1) ligasi fragmen hasil PCR ke dalam vektor pgem-t, (2) pembuatan sel kompeten, (3) transformasi sel inang dengan vektor plasmid rekombinan (4) seleksi dan isolasi plasmid rekombinan. (1). Ligasi hasil PCR dengan vektor pgem-t Reaksi ligasi pgem-t dan 60 ng fragmen hasil PCR murni dilakukan menggunakan kit pgem-t. Hasil ligasi ini merupakan plasmid pgem rekombinan yang siap digunakan untuk mentransformasi sel inang E.coli JM 109 (Promega, 1998). (2). Pembuatan sel kompeten E.coli JM 109 Metode yang digunakan dalam pembuatan sel kompeten merujuk pada metode Cohn (Sambrook et al., 1989). (3). Tranformasi sel inang E.coli JM109 Sel E.coli JM109 kompeten selanjutnya ditranformasi oleh plasmid pgem rekombinan, dengan metode heat shock (Sambrook et al., 1989). Hasil transformasi ditumbuhkan pada media SOC (Promega, 1998), kemudian ditumbuhkan kembali di atas media padat selektif LB (mengandung ampicillin, X-gal dan IPTG) pada suhu 37 o C selama 14 18 jam (Promega, 1998; Sambrook et al., 1989). (4). Seleksi dan isolasi plasmid rekombinan Seleksi dilakukan berdasarkan perbedaan warna koloni sel yang tumbuh, koloni warna putih (plasmid rekombinan) dan biru (non rekombinan). Isolasi plasmid rekombinan dilakukan dengan metode maniatis termodifikasi (Sambrook et al., 1989). Pemurnian plasmid rekombinan dilakukan dengan metode presipitasi etanol dan analisis hasil menggunakan elektroforesis agarosa 1%, pemotongan plasmid rekombinan menggunakan enzim PstI dan marker DNA /HindIII. PEMBAHASAN Fragmen mtdna hasil PCR Hasil PCR dari tiga sampel (S1, S2, S3) diperoleh fragmen mtdna berukuran sekitar 400 pb (0,4 kb), ditunjukkan oleh satu pita yang terletak di antara pita 517 dan 396 pb pada DNA standar puc/hinfi (M), seperti tercantum pada gambar 1. Hasil ini sesuai prediksi, yaitu fragmen 442 pb daerah D-loop mtdna pada posisi 15.978-16.419 (Anderson et al, 1981; Aquadro dan Greenberg, 1983). J. Kim. Sains & Apl. Vol. IX. No.2 Agustus 2006 27

Gambar 1. Fragmen hasil PCR Amplikon dipastikan bukan kontaminan karena hasil PCR kontrol negatip (K-) tidak menunjukkan adanya pita pada gel elektroforesis dan posisi pita sampel sejajar dengan kontrol positip (K+). Sel Rekombinan Hasil Kloning Proses kloning fragmen 0,4 kb mtdna hasil PCR diawali dengan meligasikan fragmen mtdna pada plasmid pgem-t. Perbandingan molar antara pgem-t dan fragmen DNA sisipan adalah 1:8. Hasil transformasi sel inang E.coli JM 109 oleh plasmid rekombinan diperoleh koloni ber-warna putih dan biru seperti yang tercantum pada tabel 1. 2:1, hal ini menunjukkan proses transformasi berlangsung dengan baik. Koloni putih disebabkan gen lacz pada vektor pgem yang mengode enzim -galaktosidase tidak berfungsi karena mengalami insersi DNA. Sebaliknya pada koloni biru terjadi karena adanya penguraian X-gal menjadi galaktosa dan 5- bromo-4-kloroindigo (berwarna biru). Penguraian X-gal ini diinduksi oleh adanya isopropiltio- -D-galaktosida (IPTG) dan dikatalisis oleh enzim -galaktosidase yang dihasilkan oleh gen lacz yang tidak mengalami insersi DNA (Jones, 1998). Identifikasi DNA Plasmid Rekombinan Untuk mengidentifikasi adanya plasmid rekombinan dalam sel koloni putih dilakukan dengan metode pemotongan DNA plasmid oleh enzim restriksi PstI. Penggunaan enzim PstI karena sisi pemotongannya hanya satu dan terdapat pada bagian polycloning sites plasmid pgem-t (promega, 1998) serta tidak memotong pada DNA insert. Tabel 1. Hasil Transformasi E.coli JM109 Sampel Jumlah Koloni S1 (Sampel 1) 60 putih + 24 biru S2 (Sampel 2) 50 putih + 20 biru S3 (Sampel 3) 65 putih + 26 biru Kontrol positip > 500 koloni Kontrol negatip 0 koloni Dari tabel 1 menunjukkan bahwa proses ligasi dan transformasi sel E.coli JM109 telah berhasil. Perbandingan jumlah koloni putih (sel rekombinan):biru (sel non rekombinan) adalah Gambar 2. Hasil restriksi DNA plasmid rekombinan dengan PstI J. Kim. Sains & Apl. Vol. IX. No. 2 Agustus 2006 28

Hasil elektroforesis DNA hasil isolasi dari tiga koloni putih tanpa pemotongan enzim PstI (RS1, RS2, RS3 uncut) menghasilkan dua fragmen yaitu fragmen > 23 kb dan sekitar 2,1 kb, seperti tercantum pada gambar 2. Fragmen > 23 kb adalah DNA kromosom sedangkan fragmen sekitar 2,1 kb diperkirakan adalah plasmid rekombinan yang masih dalam bentuk sirkuler. Untuk membuktikan bahwa fragmen tersebut adalah plasmid rekombinan maka harus dipotong dengan enzim PstI. Hasil elektroforesis DNA sampel yang sudah terpotong enzim PstI diperoleh satu pita pada posisi sedikit di atas pita kontrol plasmid pgmt berukuran 3000 pb (3 kb), sehingga ukuran plasmid rekombinan diperkirakan sekitar 3400 pb (3,4 kb), jadi ukuran fragmen DNA insertnya adalah 0,4 kb, sesuai dengan ukuran fragmen mtdna hasil PCR. Berdasarkan pola restriksi enzim PstI tersebut dapat disimpulkan bahwa sel koloni putih yang diperoleh merupakan sel rekombinan. Sel rekombinan ini siap untuk digunakan pada penelitian selanjutnya, yaitu penentuan urutan nukleotida fragmen 0,4 kb mtdna dengan metode sekuensing sehingga dapat diketahui identitas genetika dari sampel forensik yang dianalisis. Cann, R.L., Stoneking, M., and Wilson, A.C., 1987, Mitochondrial DNA and human evolution, Nature, 325: 31 36. Jones, P., 1998,Vectors Cloning Applicationsessential Techniques, John Wiley & Sons, BIOS Scient Publishers, NewYork. Moore, J.M. and Isenberg, A.R., 1999, Mitochondrial DNA Analysis of the FBI Laboratory, Forensic Science Communication, Vol. I, Number 2. Noer, A.S., Martasih, F., Mulyani, S., Muktiningsih, dan Wirahadikusumah, M., 1994, Analisis Variasi Urutan Nukleotida D-loop mtdna Manusia dari Berbagai Daerah di Indonesia, Proceeding Seminar Bersama UKM-ITB, I, 201 204. Orrego, C., and King, M.C., 1990, Determination of familial relationships, di dalam PCR protocols a guide to methods and application, Academic Press, Inc. San Diego, California, USA. Perkin Elmer, 1992, DNA Thermal Cycler; Users Manual, The Perkin Elmer Corporation, USA. Promega, 1998, Technical Manual, pgem-t and pgem T Easy Vector Systems, USA. Sambrook, J., Fritsch, E.F. and Maniatis, T., 1989, Molecular Cloning: A Laboratory Manual, Vol. 1,2,3 Cold Spring Harbor Laboratory Press New York DAFTAR PUSTAKA Anderson, S., Bankier, A.T., de Barrell, B.G., de Bruijn, M.H., Coulson, A.R., Drouin, J., Eperon, I.C., Nierlich, D.P., Roe, B.A., Sanger, F., Screier, P.H., Smith, A.J., Staden, R., and Young, I.G., 1981, Sequence and organization of the human mitochondrial genome, Nature, 290 (5806); 457 465. Aquadro, C.F., and Greenberg, B.D., 1983, Human mitochondrial DNA variation and evolution; analysis of nucleotide sequences from seven individuals, Genet, 103; 287 312. J. Kim. Sains & Apl. Vol. IX. No.2 Agustus 2006 29