Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV KONDISI UMUM TAPAK

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB V KESIMPULAN UMUM

lib.archiplan.ugm.ac.id

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR DI KAWASAN KAMPUS UNSRAT

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

Kata Kunci : Iklim Tropis Lembab, Ruang Luar, Pedestrian, Manado.

FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL. Erwin Hermawan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LKS EFEK RUMAH KACA, FAKTA ATAU FIKSI. Lampiran A.3

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, RUMUS INDEKS KETIDAKNYAMANAN SUATU WILAYAH. Sugiasih 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

3. Kinerja Termal Ruang (...lanjutan)

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari Santi (1), Siti Belinda (2), Hapsa Rianty (3) linda.amri@gmail.com (1) Kelompok Ilmu Kota dan Permukiman, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo. (2) Kelompok Ilmu Sains Bangunan dan Lingkungan, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo. (3) Kelompok Ilmu Lingkungan, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo. Abstrak Fenomena urban heat island (UHI) atau suhu panas perkotaan telah mendorong timbulnya peraturan pemerintah untuk penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) di daerah perkotaan. Dalam perencanaan sebuah RTH dibutuhkan penataan elemen-elemen lanskap pembentuk ruang terbuka. Hasil desain RTH mempengaruhi kondisi iklim mikro kawasan, yang pada akhirnya berdampak langsung bagi efektivitas RTH sebagai penurun suhu perkotaan. Studi ini bertujuan mengetahui potensi UHI pada Kota Kendari serta pengaruhnya terhadap iklim mikro sebuah RTH. Studi dilakukan dengan memngumpulkan data-data indikator UHI dan data iklim mikro pada RTH Publik Taman Walikota. Data tersebut lalu kemudian dianalisis sesuai dengan standar kenyamanan thermal yang berlaku. Hasil studi menunjukkan, persentase tutupan vegetasi pada RTH Taman Walikota sebesar 76%, nilai yang cukup besar. Akan tetapi berdasarkan analisis kenyamanan thermal pengguna ruang luar dihasilkan sebanyak 95% responden mengatakan agak panas dan 5% lainnya menyatakan panas. Nilai ini menujukkan bahwa nilai iklim mikro Taman Walikota pada siang hari cerah cukup tinggi dengan nilai temperatur sangat panas, kecepatan angin yang secara rata-rata masih terasa nyaman dan kelembaban relatif terasa kering. Kata-kunci : vegetasi, kenyamanan thermal, RTH, iklim mikro Pendahuluan Aktivitas perkotaan yang tidak terkendali merupakan salah satu factor pemicu terjadinya peningkatan temperature perkotaan dan sekitarnya. Bahan keras yang luas ditingkatkan menutupi tanah dan memanfaatkan logam untuk penutup atap memiliki reflektansi terhadap percepatan mendorong radiasi, dan terciptanya pulau panas perkotaan. Kondisi inilah lebih dikenal dengan istilah Urban Heat Island (UHI). Fenomena UHI hanya terjadi di daerah perkotaan. Menurut Taha (1997) terdapat 3 unsur parameter UHI, yakni: albedo atau nilai refleksi material, evapotranspirasi yang berasal dari vegetasi, dan panas antropogenik yang berasal dari penggunaan kendaraan, elektronik dan sebagainya. Menanggapi pemanasan global dan perubahan iklim yang ditandai dengan fenomena UHI, maka pemerintah Indonesia menerbitkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Permen PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan yakni diantaranya proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 E 141

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari Menurut data Kementerian PU dan Perumahan Rakyat pada tahun 2015, belum ada satupun kota besar yang menerapkan ruang terbuka hijau sebesar 30%, melainkan hanya berkisar 7%-10%, hal ini dikarenakan kondisi kota yang telah padat sehingga untuk pemenuhan ruang terbuka menjadi taman kota menjadi sulit. Berdasarkan fenomena tersebut, maka diperlukan suatu kajian mengenai kondisi iklim mikro pada ruang terbuka publik, khususnya ruang terbuka hijau publik. Faktor iklim mikro ini kemudian dianalisis lebih lanjut. Hal ini untuk menjamin kenyamanan termal sehingga manusia nyaman beraktivitas di ruang tersebut dan fungsi ruang terbuka public sebagai infrastruktur hijau efektif dalam menurunkan suhu di perkotaan. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka identik dengan taman kota atau hutan kota, ruang ini merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Selain itu, taman kota difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Zoer aini Djamal (1997) dalam Sangkertadi (2013) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa suhu udara di bawah naungan hutan kota dapat mencapai 3 o C lebih rendah dibandingkan suhu sekitarnya. Peninjauan ruang terbuka dari kegiatannya dapat dibagi ke dalam (Hakim & Utomo, 2004): 1) Ruang terbuka aktif, yaitu ruang terbuka yang mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya seperti bermain, olahraga, upacara, bersantai, berjalan-jalan, berkomunikasi dan lain-lain. Ruang ini dapat berupa plaza, lapangan olah raga, area bermain, penghijauan di tepi sungai, dll., 2) Ruang terbuka pasif, yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung kegiatan manusia seperti lahan hijau yang digunakan sebagai jarak terhadap rel kereta api, jalur hijau pembatas jalan bebas hambatan, dan lain-lain. Untuk itu, secara umum, fungsi ruang terbuka itu sendiri dapat dibagi ke dalam empat macam, fungsi ekologik (paru-paru kota, pengatur iklim mikro, pengatur E 142 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 dan pengendali system air tanah), fungsi fisik (peneduh, penahan angin), fungsi sosial budaya (tempat rekreasi, olah raga), dan fungsi estetika (memperindah lingkungan). Kenyamanan Thermal Kenyamanan thermal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho, 2011). Olgyay (1963) mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana manusia dapat mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Berdasarkan ASHRAE, kenyamanan termal adalah suatu kondisi dimana ada kepuasan terhadap keadaan termal di sekitarnya. Kenyamanan ini dirasakan tubuh bila terdapat keseimbangan termal dimana panas yang dihasilkan tubuh setara dengan pelepasan dan perolehan panas pada tubuh. Menurut Szokolay (1980), kenyamanan di pengaruhi oleh beberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara, radiasi, faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman, bentuk tubuh, serta usia dan jenis kelamin. Faktor faktor ilkim yang mempengaruhi kenyamanan termal yaitu : a. Suhu udara/temperatur ( o C) Penyebab terjadinya perubahan dan perbedaan suhu udara adalah perbedaan intensitas radiasi panas matahari yang diterima. Makin panas udara maka tubuh makin memperoleh panas, terutama dengan cara konveksi melalui udara, juga konduksi dan radiasi dari material sekitarnya. b. Kecepatan angin (m/s) Udara bergerak karea perbedaan suhu dan perbedaan tekanan. Di daerah tropis lembab, kecepatan udara harus cukup agar yang lebih panas dan lebih lembab dapat segera digantikan oleh udara yang lebih dingin dan lebih kering, sehingga tubuh dapat mencapai keseimbangan termal melalui penguapan keringat.

c. Kelembaban udara (%Rh) Nilai yang menyatakan banyaknya kandungan uap air di udara. Makin lembab udara, maka makin sulit keringat menguap, sehingga pelepasan panas tubuh akan terganggu. d. Radiasi matahari (watt/m 2 ) Radiasi matahari adalah energy panas radiatif yang dihasilkan oleh benda langit perpijar yang dinamakan matahari. Pemilihan material permukaan akan menentukan perolehan radiasi panas matahari yang dapat meningkatkan suhu udara. e. Insulasi Pakaian Jenis dan bahan pakaian yang dikenakan juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal. Salah satu cara manusia untuk dapat beradaptasi dengan keadaan termal di lingkungan sekitarnya adalah dengan cara berpakaian. Misalnya, mengenakan pakaian tipis di musim panas dan pakaian tebal di musim dingin. Pakaian juga dapat mengurangi pelepasan panas tubuh. f. Aktivitas Aktivitas yang dilakukan manusia akan meningkatkan metabolisme tubuhnya. Semakin tinggi intensitas aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar pula peningkatan metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, sehingga makin besar energi dan panas yang dikeluarkan. Microclimate atau iklim mikro adalah kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas sampai batas kurang lebih setinggi dua meter dari permukaan tanah. Iklim mikro merupakan iklim dalam ruang kecil yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti hutan, rawa, danau, dan aktivitas manusia. Pengaruh lingkungan terhadap iklim mikro misalnya terhadap suhu udara, suhu tanah, kecepatan arah angin, intensitas penyinaran yang diterima oleh suatu permukaan, dan kelembaban udara (Holton, 2004). Metode Penelitian Santi Berdasarkan kategori penelitian, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Lebih lanjut, jika melihat metode yang digunakan, maka penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukakan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Kota Kendari dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kota Kendari secara regional merupakan ibukota provinsi dengan tingkat perkembangan dan pembangunan kota lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Pembangunan yang cukup pesat akan membuat perkembangan RTH terbatas. Waktu pelaksanaan penelitian telah dimulai sejak bulan Juli 2017. Lokasi penelitian terletak di salah satu RTH Publik Kota Kendari yakni Taman Walikota. Untuk mendapatkan nilai iklim mikro tertinggi, maka perlu ditentukan waktu pengambilan data di lapangan. Pengukuran iklim mikro di lapangan dilaksanakan selama 5 hari saat kondisi langit cerah pada pada bulan Agustus 2017. Pemilihan waktu pengukuran pada bulan Agustus, karena bulan tersebut merupakan salah satu bulan panas setiap tahunnya. Pengukuran dan pengambilan data kenyamanan thermal pengguna ruang luar juga dilaksanakan selama 4 hari yang dimulai pada pukul 11.00 hingga pukul 13.30. Pemilihan waktu tersebut karena tingkat radiasi matahari tertinggi terjadi pada jam tersebut. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data berupa data pendukung diperoleh dari instansi Badan Pusat Statistik Kota Kendari dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kendari. Sementara itu, data iklim mikro yakni berupa data kecepatan angin, suhu udara, dan kelembaban udara diperloleh dengan menggunakan alat multienvironment meter 9in1. Alat ini berfungsi untuk pengambilan 9 data iklim, beberapa diantaranya yakni kecepatan angin (mewakili fungsi anemometer), suhu udara (mewakili fungsi thermometer), kelembaban udara (mewakili fungsi hygrometer). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 E 143

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari Selanjutnya, data temperatur tubuh diperoleh menggunakan alat thermometer infrared. Data mengenai berat badan dan tinggi badan diperoleh dari kuisioner isian oleh pengunjung Taman Walikota. Sampel penelitian adalah pengunjung Taman Walikota. Penentuan sampel berdasarkan metode random sampling. Jumlah sampel terpilih adalah 100 orang pengunjung Taman Walikota yang terdiri atas 50 orang perempuan dan 50 orang laki-laki. Ta : suhu udara ( o C) Tg : suhu permukaan ( o C) HR : kelembaban udara (%) Adu : luas kulit tubuh (m 2 ) Pada persamaan korelasi tersebut terdapat factor Adu, yakni luas kulit tubuh manusia, yang merupakan salah satu factor penentu persepsi tingkat kenyamanan. Hal ini dikarenakan luas permukaan kulit mempengaruhi besarnya nilai pertukaran kalor antara tubuh dengan lingkungan luar. Logikanya, bahwa semakin luas kulit tubuh manusia, maka semakin luaslah, bidang atau area pertukaran kalor antara tubuh dan lingkungan luarnya. Menurut formulasi Du Bois (Nama Penemu: Dr. Eugene Floyd du Bois, 1882-1959). Formulasi Du Bois ini merupakan korelasi eksponensial dari faktor-faktor: berat dan tinggi badan, yang dinyatakan sebagai berikut (Sangkertadi, 2013): Adu = 0.203 P 0.425 x h 0.725 Dimana: Adu : luas permukaan kulit, dalam m 2 P H : berat badan, dalam kg : tinggi badan, dalam m (a) Gambar 1. alat ukur a) multi environment meter 9in1; b) thermometer infrared Metode Analisis Data Secara teoretik dan empirik, tingkat kenyamanan termal manusia di ruang luar beriklim tropis (dan berpakaian tipe tropis sekitar 0.5 s/d 0.7 clo), merupakan korelasi antara pendapat rasa nyaman, factor fisiologis (ukuran tubuh), aktifitas, pakaian dan faktor iklim (suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin dan kelembaban udara yang dirumuskan menjadi persamaan sebagai berikut (Sangkertadi, 2013) : Yjs = - 3.4 0.36 v + 0.04 Ta + 0.08 Tg 0.01 HR + 0.96 Adu Dimana: Yjs : Persepsi kenyamanan termis (posisi jalan santai) v : kecepatan angin menyentuh tubuh (m/s) E 144 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 (b) Persepsi rasa nyaman dapat dikualifikasikan menurut skala-skala tertentu, seperti terlihat pada tabel. Tabel 1: Persepsi kenyamanan thermal ruang luar Nilai Y Persepsi -1 Agak dingin 0 Nyaman 1 Agak panas 2 Panas 3 Sangat panas 4 Sangat panas dan rasa sakit Hasil dan Pembahasan Berdasarkan studi pendahuluan terhadap kondisi suhu udara di Kota Kendari selama beberapa tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2010, suhu udara rata-rata di Kota Kendari tercatat sebesar 24 o C, dan pada tahun 2016 sebesar 28 o C. Jika dikaitkan dengan kategori suhu, maka Kota kendari tergolong bersuhu panas. Adapun peningkatan suhu udara

Kota Kendari selama beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada grafik pada gambar 1. Selain terjadi tren tersebut, suhu udara Kota Kendari juga lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Tercatat suhu udara rata-rata di Kabupaten Konawe Selatan, pada tahun yang sama lebih rendah, yakni sebesar 27 o C atau terjadi perbedaan suhu udara sebesar 1 o C. Hal ini sejalan dengan pernyataan mengenai fenomena UHI pada daerah perkotaan dimana suhu udara pada area kota akan lebih tinggi dibandingkan daerahdaerah di sekitarnya. Gambar 2. Suhu udara tahun 2010-2016 di Kota Kendari Salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya peningkatan temperatur perkotaan adalah semakin meningkatnya area terbangun dan berkurangnya lahan-lahan hutan dan vegetasi. Hal ini terbukti menurut data BPS Kota Kendari (2017), terjadi pertumbuhan area terbangun dalam kota yang meliputi kawasan permukiman, perkantoran, yang pada tahun 2013 berkisar 13.018 Ha menjadi 13.969 Ha pada tahun 2016. Perbandingan luas lahan di Kota Kendari yang diusahakan atau terolah terlihat pada gambar, lahan untuk permukiman, perkantoran dan jalan mencapai 47% dari total 25.598 Ha dari total luas lahan. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan suhu udara adalah jumlah kendaraan yang beroperasi dan membuang gas emisi CO 2 ke udara. Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kota Kendari, pada tahun 2013 tercatat sebanyak 43.412 unit dan pada tahun 2015 sebanyak 54.012 unit. Santi Gambar 3. Penggunaan lahan di Kota Kendari tahun 2016 Berdasarkan beberapa data yang menunjukkan faktor utama fenomena UHI di Kota Kendari, sudah selayaknya pemerintah memperhatikan masalah penyediaan RTH perkotaan. Sesuai kebijakan pemerintah mengenai ketersediaan ruang terbuka hijau, setiap kota sebaiknya menyediakan RTH minimal 30% dari total lahan, dimana 20% merupakan ruang terbuka publik dan 10% lainnya merupakan milik masyarakat. Berdasarkan data dari RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Kendari tahun 2010-2030, jumlah RTH publik yang tersedia kurang lebih 547 Ha atau 0,15% dari luas kota. Jumlah ini masih tergolong sangat sedikit jika dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk Kota Kendari dan kebutuhan O 2 yang dapat diperoleh dari vegetasi di kawasan RTH publik. Oleh karena itu pemerintah Kota Kendari telah menargetkan luas RTH Publik ke depannya hingga 7.444 Ha atau sekitar 21% dari luas kota. Gambar 4. RTH Publik Taman Walikota Hingga kini warga Kota Kendari hanya memiliki 11 kawasan ruang terbuka publik yang biasa Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 E 145

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari dipergunakan untuk beraktifitas, RTH Publik ini tersebar di beberapa titik di Kota Kendari. Salah satu RTH Publik yang paling banyak dikunjungi oleh warga Kendari adalah Taman Walikota. Letaknya yang sangat strategis, yakni tepat di tengah-tengah kota menjadi salah satu faktor penarik masyarakat untuk beraktifitas di tempat ini. Gambar 7. Titik pengukuran data iklim mikro Gambar 5. Fasilitas di Taman Walikota (Sumber: dokumentasi pribadi) Luas area Taman Walikota adalah 66.363,74 m 2 dengan jumlah tutupan vegetasi pada taman mencapai 50.840,72 m 2 atau sekitar 76%. Taman Walikota mengalami perbaikan fasilitas secara bertahap sejak tahun 2013. Terjadi banyak perubahan sejak tahun tersebut. Selain fasilitas jogging track, juga terdapat fasilitas bermain anak, WC umum, tenda taman, tempat sampah organik anorganik, bangku taman, lampu taman dan lain sebagainya. Ketersediaan fasilitas juga menjadi faktor penarik pengunjung. Waktu-waktu padat pengunjung adalah pada hari Minggu, Sabtu, dan hari libur khususnya saat pagi dan sore hari. Gambar 6. Vegetasi dan jogging track di Taman Walikota (Sumber: dokumentasi pribadi) Berdasarkan hasil pengukuran unsur iklim mikro, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran kecepatan angin berkisar pada nilai 0,59 m/s, nilai ini berarti kecepatan angin pada area Taman Walikota terasa nyaman dengan gerakan udara masih terasa. Adapun nilai suhu udara rata-rata dari 9 titik ukur di lokasi Taman Kota menunjukkan nilai 33,58 o C, nilai ini jika dikonversi ke dalam kreteria kenyamanan berdasarkan suhu udara, maka kondisi suhu udara pada lokasi ini tergolong sangat panas. Faktor kelembaban atau kandungan air di dalam udara baik untuk lokasi Taman Walikota masuk dalam kategori kering dengan tingkat kelembaban udara ratarata senilai 49,77%. Tabel 2. data pengukuran unsur iklim mikro Titik ukur Kec. angin (m/s) Temperatur ( o C) Kelembaban (%Rh) A1 0,34 34,02 51,68 A2 0,90 33,36 50,04 A3 0,82 33,36 51,36 A4 1,06 33,90 48,02 A5 0,40 35,60 48,04 A6 0,46 33,92 48,90 A7 0,60 32,06 48,40 A8 0,40 33,06 50,32 A9 0,34 32,98 51,18 Rata rata 0,59 33,58 49,77 E 146 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Berdasarkan data pada tabel 2, terlihat titik ukur A5 memiliki kecepatan angin yang cukup rendah, yakni 0,4 m/s, dan suhu udara yang cukup tinggi. Hal ini diakibatkan pada area ini, tutupan material adalah material keramik, selain itu, posisinya yang terletak di tengah-tengah dilingkupi oleh pepohonan yang cukup tinggi mengakibatkan sirkulasi udara (angin) pada daerah ini kurang baik karena tertahan oleh kepadatan komponen vegetasi sekitarnya. Dari hasil pengolahan data indeks persepsi kenyamanan thermal ruang luar yang dilakukan dengan pada 100 orang pengunjung yang tengah beraktifitas (berjalan) di seputaran area Taman Walikota, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3. Persepsi kenyamanan thermal ruang luar pengguna RTH Taman Walikota Persepsi Jumlah % agak dingin -1 0 0% nyaman 0 0 0% agak panas 1 95 95% panas 2 5 5% sangat panas 3 0 0% sangat panas & rasa sakit 4 0 0% Pada tabel tersebut terlihat bahwa sekitar 95% atau 95 orang responden memperoleh nilai persepsi agak panas dan 5% atau 5 orang responden memperoleh nilai persepsi panas. Hal ini berarti pada kondisi siang hari dengan kondisi cuaca cerah, kondisi iklim mikro pada RTH Taman Walikota masih terasa agak panas sekalipun tingkat vegetasi di taman tergolong cukup banyak. Kesimpulan Pada analisis data iklim mikro perkotaan di Kota Kendari, terlihat telah terjadi fenomena UHI (Urban Heat Island) hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya temperatur udara ratarata selama beberapa tahun terakhir, selain itu pula terjadi perbedaan suhu udara yang lebih tinggi sekitar 1 o C dibandingkan daerah terdekat lainnya di provinsi Sulawesi Tenggara. Santi Jumlah RTH publik yang masih sangat sedikit masih jauh dari standar kebutuhan yang disyaratkan, yakni 30%. Salah satu RTH Publik yang terletak di tengah-tengah Kota adalah Taman Walikota. RTH Publik yang memiliki luasan sekitar 6Ha memiliki tutupan vegetasi sebesar 76%. Pada pengumpulan data iklim mikro terlihat bahwa dari faktor suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin, masih jauh dari kata nyaman, khususnya nilai suhu udara yag masuk ke dalam kategori panas. Sementara itu, berdarkan analisis tingkat kenyamanan thermal pengguna ruang luar, terlihat bahwa sebagian besar persepsi pengunjung berada di kategori panas sebesar 95% dan panas sebesar 5%. Terlihat bahwa keberadaan vegetasi masih kurang berdampak pada kenyamanan thermal pengguna dan iklim mikro pada RTH publik Taman Walikota. Hal ini diakibatkan oleh tingginya tingkat kerapatan tanaman, sehingga menghalangi alur aliran angin untuk masuk ke dalam kawasan Taman Walikota. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih ditujukan kepada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, atas bantuan dana penelitian Fundamental tahun anggaran 2017, sehingga penelitian dan artikel ilmiah ini dapat disusun. Daftar Pustaka BPS Kabupaten Konawe Selatan. (2017). Kabupaten konawe Selatan Dalam Angka 2017. Kolono: BPS Kabupaten Konawe Selatan. BPS Kota Kendari. (2017). Kota Kendari Dalam Angka 2017. Kendari: BPS Kota Kendari. Hakim, R., & Utomo, H. (2004). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip - Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta: Bumi Aksara. Holton, J. R. (2004). An Introduction to Dynamic Meteorology. Burlington: Elsevier. Manik, T. K., & Syaukat, S. (2015). The impact of urban heat island: Assessing vulnerability in Indonesia. London: IIED. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 E 147

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari Olgyay, V (1963). Design with Climate: Bioclimatic Approach to Architectural Regionalism. Princetown: Princetown University press Szokolay, S. V. (2013). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design. Burlington: Elsevier. Sangkertadi. (2013). Kenyamanan Termis di Ruang Luar Beriklim Tropis Lembab. Bandung : Alfabeta. Taha, H. (1997). Urban climates and heat island: albedo, evapotranspiration, and anthropogenic heat. Energy and Buildings, 99-103. E 148 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017