BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan informasi komprehensif terkait pelaksanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah perpakiran tidak pernah luput dari kehidupan kita sehari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik

Bab 1. Pendahuluan. pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

Wali Kota Ajak Masyarakat Bangun Kota dengan Kebersamaan

1.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan merancang dan menata penggal Jalan Garuda Mas dengan menerapkan konsep city walk.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP Traffic-coaster

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merasakan imbalan yang dikutip tersebut secara langsung. Pemungutan pajak memang bukan suatu hal yang mudah, dalam proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB VII PENUTUP. menjadi kurang optimal dilakukan dan bahkan gagal dalam mencapai tujuan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Inspektorat Kabupaten Bantul. PELAYANAN UMUM. PRASARANA. Hari. Kawasan. Bebas Kendaraan Bermotor.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu

Bab Delapan Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

AMANDEMEN PERATURAN ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TENTANG MASA PENGENALAN AKADEMIK

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup

Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN. Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi:

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. tranportasi yang melalui jalan-jalan di Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Perkembangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menghasilkan informasi komprehensif terkait pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda. Penggunaan pendekatan top-down dan bottom-up sekaligus mampu memberikan informasi yang lebih lengkap sebagai umpan balik (feed back) dalam kerangka perbaikan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda yang sedang dilaksanakan di kawasan city walk Kota Surakarta ini. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kesimpulan, implikasi maupun saran adalah sebagai berikut: A. Kesimpulan Dilihat dari analisis komponen-komponen CIPP (context, input, process, product evaluation) terhadap implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut sudah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya tujuan dari adanya kebijakan yakni mengembalikan fungsi dari city walk sebagaimana mestinya. Dari sini maka dapat dikatakan bahwa tujuan kebijakan dari kacamata pembuat kebijakan (policy maker) telah berhasil. Selain itu, implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini terbukti mampu menekan dan mengurangi angka pelanggaran parkir serta memberikan perubahan yang signifikan di mana kawasan ini menjadi lebih tertib, teratur dan tidak semrawut sebagaimana sebelum diimplementasikannya kebijakan. Bahkan persentase kepatuhan dan ketertiban di wilayah ini mencapai 95%. Sementara sisanya, disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan 209

210 yang berlaku. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor yang menjadi pendorong kelancaran implementasi kebijakan dan faktor yang menghambat implementasi kebijakan. Beberapa faktor pendorong yang membuat kebijakan ini berjalan dengan baik antara lain adalah karena: Pertama, adanya kesesuaian antara kebijakan dengan kebutuhan lingkungan dan kondisi sosial masyarakat kota Surakarta; Kedua, tercukupinya instrumen maupun sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan; Ketiga, proses sosialisasi yang dilakukan secara maksimal mempunyai implikasi penting bagi sikap birokrat garda depan untuk berani menerapkan kebijakan baru secara tegas; Keempat, tidak adanya target perolehan denda dalam pelaksanaan kebijakan turut mendorong sikap profesionalisme pelaksana kebijakan karena tujuan pelaksanaan kebijakan jelas dan tidak rancu. Selain itu, ditemukan pula bahwa walaupun implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini sudah terbukti secara positif memberikan hasil signifikan namun ternyata keberhasilan implementasi kebijakan tidak hanya ditentukan oleh terpenuhinya komponen-komponen pendukung pelaksanaan kebijakan semata namun dipengaruhi oleh partisipasi aktif dari kelompok sasaran dan sikap birokrat garda depan dalam menyampaikan kebijakan yang juga menjadi faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Sikap dan perilaku tim operasi gabungan penertiban parkir liar yang menjunjung tinggi profesionalitas, tetap ramah dan memberikan edukasi saat penindakan pun sangat membantu memperlancar pelaksanaan kebijakan. Namun, pelaksanaan di lapangan pun tidak terlepas dari berbagai dinamika maupun persoalan kepublikan

211 (publicness) yang mengendap di masyarakat khususnya para pemilik toko atau usaha lama maupun juru parkir di kawasan city walk. Dari sisi birokrat garda depan (street level bureaucrat) misalnya ditemukan bahwa pelaksana kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda kerap mengalami berbagai hal menimbulkan dilema seperti protes, umpatan dan makian, ancaman, upaya suap/sogok, upaya menawar denda dari para pelanggar namun para birokrat garda depan ini mampu untuk mengatasi hal-hal tersebut dengan berpegang teguh pada prinsip profesionalisme. Selain itu, para birokrat garda depan ini pun tercatat mengambil langkah diskresi dengan motif untuk memperlancar pelaksanaan tugas mereka. Kemudian dari sisi kelompok masyarakat (target group), penerimaan/respon terhadap kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini terbelah menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama yakni para pengguna atau pejalan kaki adalah kalangan yang mendukung serta menyetujui agar kebijakan ini terus dilanjutkan ke depannya karena mereka merasakan manfaat dari hadirnya kebijakan ini. Sementara, kelompok kedua yakni para juru parkir dan para pemilik toko/usaha lama adalah kalangan yang merasa keberatan dan tidak setuju mengenai adanya kebijakan ini. Kelompok ini berharap ada suatu peninjauan ulang atau kajian ulang terhadap kebijakan yang telah dijalankan pemerintah kota karena pemerintah kota belum merealisasikan janjinya untuk membuat kantong-kantong parkir yang mana ini berimbas pada menurunnya pelanggan secara drastis akibat kesulitan parkir sehingga berkontribusi terhadap menurunnya pendapatan.

212 Oleh karena itu, keberhasilan implementasi kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini terlihat jelas masih menyisakan permasalahan sehingga tingkat keberhasilannya pun tidak mencapai 100%. Adapun permasalahan-permasalahan yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda tersebut penulis paparkan secara sederhana, lugas dan singkat sebagai berikut: a. Ada pertentangan kepentingan antar stakeholder. b. Ada ketidakpatuhan (compliance) terhadap standar operasional prosedur (SOP). Prosedur yang sulit dan perkembangan kebijakan membuat birokrat garda depan melakukan diskresi. c. Kurangnya koordinasi antar birokrat garda depan terkait teknis penindakan di lapangan. d. Tidak adanya rambu larangan parkir dan petunjuk tempat parkir di sekitar kawasan wisata membuat pelanggaran berulang kali terjadi. e. Gerakan tim operasi gabungan penertiban parkir liar yang lambat karena seluruhnya menggunakan mobil berukuran besar membuat para pelanggar sering melarikan diri atau kabur. f. Masih ada pelanggaran aturan parkir di city walk ketika tidak ada operasi gabungan. g. Ada protes di masyarakat terkait besaran denda yang sama antara sedenda mobil dan sepeda motor yakni sebesar Rp. 100.000,00 sehingga banyak pelanggar yang berupaya menawar denda.

213 h. Denda sebesar Rp. 100.000,00 tidak cukup memberi efek jera bagi pemilik mobil yang melanggar karena jumlah denda tersebut terbilang kecil. i. Terdapat negative side effect dari kebijakan di mana ada kepentingan sebagian masyarakat sekaligus stakeholder yang dikorbankan yakni toko-toko lama yang tidak memiliki lahan parkir dan juru parkir yang lahan parkirnya menjadi hilang atau menyempit. j. Belum terlaksananya janji pemerintah untuk membangun kantongkantong parkir di sekitar kawasan city walk. k. Solusi untuk parkir di seberang jalan (Jalan Slamet Riyadi) dari pemerintah tidak dapat diterima oleh pengunjung maupun di sekitar city walk karena minimnya fasilitas untuk menyeberang jalan. B. Implikasi Implikasi merupakan konsekuensi atau akibat langsung dari temuan atau hasil penelitian. Merujuk pada kesimpulan yang didapat maka penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan maupun umpan balik (feed back) berkenaan dengan kebijakan program penggembokan roda. Penelitian ini mengungkap bahwa kebijakan program penggembokan roda dapat terus dilaksanakan dengan melakukan langkah-langkah perbaikan pada beberapa aspek yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Dampak langsung dari pelaksanaan kebijakan ini adalah kembalinya fungsi city walk sebagai ruang publik dan pedestrian. Ini dibuktikan dengan menurunnya angka pelanggaran parkir liar di kawasan tersebut serta city walk

214 menjadi lebih rapi, tertib dan tidak semrawut sebagaimana sebelum dilaksanakan kebijakan program penggembokan roda. Berpijak pada hasil penelitian mengenai program penggembokan roda di kawasan city walk, maka dapat ditarik suatu pandangan bahwa kebijakan semacam ini khususnya yang berkaiktan dengan pengendalian parkir ataupun penertiban parkir dapat diadaptasi dan dilakukan di berbagai kota atau daerah lain terutama yang memiliki kesamaan karakteristik sebagaimana yang dimiliki Kota Surakarta dengan melakukan penguatan di beberapa aspek temuan sebagaimana telah diungkap oleh penelitian ini. B.1. Implikasi Teoritis Melalui penggunaan dua pendekatan berbeda yakni pendekatan top-down dan bottom-up maka didapatkanlah pada penelitian ini informasi penting yang sangat berguna dan menjadi umpan balik (feed back) bagi pelaksanaan program penggembokan roda di kawasan city walk Kota Surakarta. Penelitian ini memperkuat teori bahwa keberhasilan suatu program/kebijakan tidak hanya ditentukan oleh pihak pembuat kebijakan (policy maker) semata melainkan juga ada kalangan lain semisal birokrat garda depan (street level bureaucrat) maupun kelompok sasaran (target group) ikut berperan di dalamnya. Terlebih seperti diungkapkan Sabatier (1986) bahwa kedua komponen baik di ranah top-down dan bottom-up memiliki keterkaitan atau saling terkait. Selain itu, program yang dijalankan pemerintah pun nyatanya dapat pula berimbas pada persoalan kepublikan (publicness) (Merritt, 2013). Hal tersebut terkonfirmasi dalam temuan ini sehingga hal semacam ini hendaknya menjadi catatan penting yang harus dikaji lebih mendalam sebelum implementasi suatu kebijakan/program dilakukan.

215 B.2. Implikasi Metodologis Memadu dua pendekatan yang berbeda (top-down dan bottom-up) dan mengkajinya secara kualitatif benar-benar memberikan dimensi baru dalam studi implementasi berkenaan dengan program penggembokan roda ini. Kajian ini menemukan hasil tidak hanya dari perspektif policy maker semata melainkan juga menemukan temuan menarik dari sisi birokrat garda depan (street level bureaucrat) maupun kelompok sasaran (target group). Melalui model gabungan atau yang disebut Pülzl dan Treib (2015) sebagai pendekatan hibrida ini didapat suatu penjelasan yang lebih komprehensif terkait bagaimana implementasi berjalan di lapangan sehingga penguatan ataupun perbaikan ke depan akan menjadi semakin lengkap karena tidak hanya berfokus pada perspektif pembuat kebijakan melainkan juga menilik ranah birokrat garda depan dan kelompok sasaran. Dari sini didapat informasi bahwa ada pula beberapa penguatan yang harus dilakukan ataupun apresiasi untuk diberikan terhadap birokrat garda depan maupun kelompok sasaran dalam konteks partisipasi menyukseskan pelaksanaan program penggembokan roda ini. C. Saran Melihat hasil kesimpulan dan temuan mengenai faktor-faktor apa saja yang mendorong ataupun menghambat pelaksanaan kebijakan, serta implikasi penelitian tersebut maka dihasilkan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada Pembuat Kebijakan (Policy Maker) a. Perlu adanya perubahan ataupun penyesuaian terhadap SOP yang ada saat ini dengan kondisi di lapangan dan perkembangan kebijakan yang

216 juga menyasar sepeda motor. Seperti diketahui SOP saat ini sering menyulitkan para birokrat garda depan dalam menjalankan tugasnya dan malah mendorong mereka untuk tidak patuh kepada SOP karena kondisi yang ada. b. Pemerintah kota Surakarta sebaiknya menyediakan kantong-kantong parkir di city walk dengan petunjuk yang jelas sebagai insfrakstruktur penunjang sehingga pemanfaatan city walk menjadi lebih maksimal serta dampak positif dari dibangunnya city walk juga dapat dirasakan oleh seluruh stakeholder yang ada. Dengan kata lain, semua stakeholder merasa diuntungkan dan terjamin hak-haknya sehingga mereka memiliki keinginan untuk melaksanakan kewajibannya yakni ikut menjaga ketertiban city walk. c. Mempertimbangkan banyaknya pusat bisnis dan wisata di jalan Slamet Riyadi sebaiknya diberikan tempat-tempat penyeberangan maupun jembatan penyeberangan agar masyarakat dapat dengan mudah menyeberang ke city walk dan menikmati public space yang telah disediakan tersebut mengingat Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan protokol yang selalu padat. d. Melihat hasil temuan berupa pelanggaran larangan parkir yang berulang kali terjadi di depan Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, maka sebaiknya diberi rambu larangan parkir serta rambu petunjuk mana tempat parkir yang diperbolehkan di area tersebut. e. Untuk meningkatkan efektifitas kebijakan, sebaiknya penggembokan roda tidak hanya dilakukan ketika operasi gabungan tetapi perlu ada

217 petugas patroli yang senantiasa menjaga ketertiban parkir dan melakukan penggembokan roda bila ada pelanggaran. f. Memperhatikan besaran denda yang ada saat ini maka diperlukan adanya suatu penyesuaian besaran denda untuk mobil dan sepeda motor. Untuk itu, perlu adanya kenaikan besaran denda terutama untuk mobil agar menimbulkan efek jera. Sementara itu, besaran denda sepeda motor dirasa sudah cukup memberatkan dan sudah memberikan efek jera. g. Melihat pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda terutama saat operasi gabungan banyak pula para pelanggar yang sempat melarikan diri (kabur) maka diperlukan adanya tim operasi gabungan yang menggunakan sepeda motor. Hal ini diperlukan untuk menghalau ataupun menyergap para pelanggar yang akan melarikan diri. h. Menilik kondisi di lapangan di mana street-level bureaucrats memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan implementasi kebijakan, maka hal ini dapat dijadikan masukan bagi pemerintah agar membuat semacam skema bagaimana seharusnya street-level bureaucrats bekerja dalam rangka menyukseskan implementasi kebijakan. i. Diperlukan adanya suatu evaluasi internal dari Dishubkominfo sebagai penanggungjawab pelaksanaan kebijakan berkaitan dengan implementasi kebijakan yang telah dilaksanakan mengingat selama ini

218 belum ada evaluasi terhadap kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini. j. Pemkot Surakarta sebaiknya mengajak institusi pendidikan (baik formal maupun non formal) untuk memasukkan materi mengenai fungsi penting ruang publik dan mensosialisasikan larangan parkir di city walk. 2. Kepada Pemangku Kepentingan (Stakeholder) a. Bagi pemilik toko dengan bangunan lama yang tidak memiliki lahan parkir sebaiknya memberikan masukan secara aktif kepada Dishubkominfo Kota Surakarta baik secara langsung, melalui fasilitas pengaduan masyarakat maupun media untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi hingga janji Pemkot Surakarta untuk membangun kantong parkir di city walk direalisasikan. Hal ini mengingat permasalahan tersebut tidak pernah diangkat oleh media padahal pelaksanaan kebijakan pengendalian parkir dengan penggembokan roda ini senantiasa mendapat sorotan media lokal. b. Juru parkir yang memiliki lahan di area city walk sebaiknya menaati peraturan yang ada dengan tidak mengarahkan parkir di city walk mengingat city walk merupakan area bebas parkir. Namun, juru parkir sebaiknya mengutarakan permasalahan yang mereka hadapi kepada UPTD. Perparkiran Kota Surakarta agar mendapatkan solusi yang jelas dari pihak yang memiliki kewenangan.

219 c. Juru parkir, pemilik toko ataupun PKL di kawasan city walk hendaknya dapat bersatu dalam sebuah organisasi guna membicarakan jalan keluar atas permasalahan mereka dan mengajukan usulan kepada Pemkot Surakarta demi perbaikan kebijakan ke depan. 3. Kepada Birokrat Garda Depan a. Birokrat garda depan sebaiknya ikut menentukan ataupun memberi masukan untuk perbaikan kebijakan ke depan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan. b. Birokrat garda depan sebaiknya meningkatkan koordinasi terkait teknis penindakan di lapangan. c. Birokrat garda depan diharapkan terus mempertahankan profesionalisme dalam menjalankan tugas. d. Birokrat garda depan hendaknya dapat memberikan dedikasi, edukasi, dan sikap ramah kepada masyarakat ketika menghadapi protes. 4. Kepada Masyarakat a. Masyarakat sebaiknya meningkatkan awareness terhadap rambu larangan parkir dan secara aktif mencari tahu daerah-daerah mana saja yang menjadi daerah larangan parkir. b. Masyarakat kota Surakarta hendaknya meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan pentingnya fungsi ruang publik karena hal tersebut adalah untuk kebaikan bersama.

220 c. Masyarakat hendaknya menyambut kebijakan ini serta turut berpartisipasi untuk mensukseskan pelaksanaannya dengan tidak parkir sembarangan di kawasan city walk. d. Masyarakat Surakarta hendaknya menguatkan kembali kearifan lokal yang mereka miliki dan mengingat kembali salah satu tujuan berawal dibangunnya city walk yakni untuk mewujudkan budaya Jawa nguwongke wong ditengah perkembangan kota yang semakin padat. 5. Kepada Peneliti Lain a. Peneliti yang akan melakukan studi implementasi hendaknya senantiasa membuka pikiran serta berusaha untuk menemukan hal-hal baru yang menarik dalam melakukan penelitiannya semisalnya dengan menggunakan pendekatan gabungan (top-down dan bottom-up) maupun pendekatan lainnya yang diyakini dapat memberikan dimensi gagasan baru dalam melihat suatu implementasi kebijakan/program karena terbukti studi implementasi masih merupakan studi yang menarik. b. Peneliti hendaknya selalu bersikap terbuka terhadap berbagai gagasan ataupun lontaran baru yang dapat memperkaya lacakan penelitian dalam studi implementasi. c. Peneliti lain yang akan melakukan studi implementasi kebijakan/program dapat pula memadukan menggunakan pendekatan berbeda semisal melalui metode survei (kuantitatif) maupun

221 wawancara mendalam (kualitatif) dengan tujuan untuk saling melengkapi ataupun membandingkan hasil penelitian.