IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN
|
|
- Hendra Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, dan Sragen. Secara administratif, Kota Surakarta yang memiliki luas 4400 Ha ini, terdiri dari lima kecamatan, yaitu Jebres, Banjarsari, Laweyan, Serengan, dan Pasarkliwon. Secara geografis, Kota Surakarta terletak di koordinat BT dan LS (Gambar 6). Gambar 6. Peta Administrasi Kota Surakarta 4.2. Demografi Kota Surakarta Wilayah administrasi Kota Surakarta terbagi ke dalam 5 Kecamatan, 51 Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak Dengan jumlah KK sebesar KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 49 KK setiap RT (BPS Surakarta 2007). Data mengenai informasi pertambahan penduduk dapat dilihat pada Tabel 6.
2 28 Tabel 6. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertambahan (jiwa) Pertumbuhan (%) , , , , , , , ,48 Sumber : BPS Kota Surakarta 2008 Tabel 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Kota Solo tidak terlalu signifikan. Selama kurun waktu 7 tahun penduduk hanya berkisar di angka jiwa Program Wisata Pemerintah Kota Surakarta Kesadaran akan kapasitasnya terhadap budaya yang sangat kaya, Kota Surakarta telah memplokamirkan diri sebagai Kota Budaya. Hal ini dapat dilihat dari visi Kota Surakarta : Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata, dan Olahraga. Beranjak dari visi tersebut, pemerintah kota telah melakukan berbagai program dalam rangka meningkatkan aspek wisata di Kota Solo. Tabel 7 berikut berisi kebijakan pemerintah Kota Surakarta Dinas Tata Kota kurun waktu 2009 untuk meningkatkan aspek wisata di Kota Surakarta. Tabel 7. Kebijakan Tata Kota Pemerintah Kota Surakarta 2009 di Lokasi Studi No. Kebijakan/Program Keterangan 1. Solo City Walk Penataan jalur pedestrian selebar lima meter di sepanjang Jalan Slamet Riyadi 2. Penataan Pasar Tri Windu dan Kawasan Penataan Kawasan Ngarsopuro dan pasar barang antik Tri Windu untuk merubah wajah Pura Mangkunegaran yang Ngarsopuro semula tertutup dengan keberadaan toko-toko semi permanenen dan pedagang kaki lima. 3. Gladag Langen Boga Lokalisasi kuliner khas Solo pada setiap malam hari. (GALABO) 4. Penataan Kampung Batik Kauman Bertempat di Jalan Moyor Sunaryo yang ditutup sementara. Pemanfaatan potensi Kampung Kauman yang mempunyai nilai historis sejarah budaya dan nilai ekonomi sebagai salah satu penghasil batik di Kota Solo 5. Pembuatan Pagar Taman Sriwedari Sumber : Hasil Wawancara Dinas Tata Kota Surakarta (2009) Pembuatan pagar ini dimaksudkan untuk meningkatkan citra karakter Taman Sriwedari.
3 29 Pembangunan proyek Solo City Walk, juga cukup merubah wajah Kota Solo, khususnya Jalan Slamet Riyadi. Sepanjang jalur lambat di sebelah selatan Jalan Slamet Riyadi dibangun jalur pedestrian selebar lima meter (Gambar 7a). Selain itu, PT KAI bekerja sama dengan pemerintah kota Solo mengoperasikan kereta tua sebagai atraksi wisata sekaligus fasilitas wisata di sepanjang rel di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi. Hal ini cukup disambut baik oleh masyarakat. Namun yang menjadi kendala adalah pengoperasiannya yang sangat mahal karena menggunakan kayu jati sebagai bahan bakarnya. Hal ini memerlukan alernatif lain agar lebih hemat pengoperasiannya serta ramah lingkungan. Proyek yang terbilang baru adalah pemugaran bangunan Pasar Antik Triwindu (Gambar 7b). Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara sekaligus mempercantik obyek wisata Pasar Barang Antik Triwindu Solo, maka pasar ini mengalami pemugaran pada tanggal 5 Juli Bangunan Pasar Triwindu ini menggunakan arsitektur sesuai budaya Solo, yaitu limasan. Kegiatan yang mulai digalakkan setelah pembanguanan Pasar Triwindu ini adalah acara Solo Night Market yang bertempat di sepanjang jalan menuju Mangkunegaran dari Jalan Slamet Riyadi atau di depan lokasi Pasar Antik Triwindu. Program lain yaitu proyek lokalisasi kuliner Solo, yaitu Gladag Langen Boga (Galabo). Waktu buka hanya malam hari. Lokasinya berada di jalan antara Benteng Vastenberg dan Gedung Juang 45. Galabo merupakan satu ikon baru Kota Solo sebagai salah satu kota tujuan wisata. Pusat jajanan malam hari ini menawarkan aneka macam makanan dan minuman khas dan tradisional yang sudah legendaris di Kota Solo (Gambar 7c). Potensi Kota Solo lainnya yang dikembangkan adalah peningkatan potensi Kampung Kauman sebagai Kampung Batik (Gambar 7d). Kampung Batik Kauman terbilang cukup unik karena notabene memiliki bangunan-bangunan rumah yang masih bergaya kolonial. Penataan kampung ini sebagai kampung batik juga turut meningkatkan potensi ekonomi Kota Solo. Satu proyek lagi adalah pembuatan pagar Taman Sriwedari (Gambar 7e). Taman Sriwedari adalah taman yang dimilki oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Saat ini kendala yang dihadapi adalah penggunaan taman ini untuk tujuan
4 30 komersial yang menyisihkan aspek budaya. Perlu dipikirkan upaya yang lebih kuat agar Sriwedari kembali menjadi pusat budaya dan kesenian di Kota Solo. Dari segi fisik Pemerintah Kota Solo mencoba membangun pagar yang dimaksudkan untuk meguatkan citra Taman Sriwedari sebagai pusat budaya. a. Solo city walk b. Pasar Triwindu c. Galabo d. Kampung Kauman e. Taman Sriwedari Gambar 7. Program Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2009 Lima tahun terakhir ini pemerintah Kota Surakarta cukup gencar dalam penataan kota sebagai ikon kepariwisataan berbasis budaya. Salah satu yang dapat dirasakan oleh wisatawan adalah ikon kepariwisataan berupa Slogan Solo The Spirit of Java. Logo ini terbentuk dari garis-garis lengkung yang terkesan berputar dinamis dengan pusat putaran berbentuk Lung yang merupakan stilasi dari delapan unsur filosofi hidup masyarakat Jawa. Tujuh goresan lengkung menggambarkan 7 distrik yang terdiri dari 6 Kabupaten dan 1 Kotamadya. Satu Lung yang menjadi pusat lingkaran menggambarkan visi bersama untuk maju sekaligus icon yang mewakili kekhasan lokal. Bentuk dan gerak lingkaran menggambarkan dinamisme dan semangat untuk maju bersama. Slogan ini cukup mengangkat eksistensi Solo sebagai Kota Budaya. Selain itu Dinas Pariwisata Kota Surakarta juga mengeluarkan leaflet dan kalender event untuk menarik para wisatawan datang berkunjung ke Kota Solo (Gambar 8).
5 31 a. Logo Ikon Wisata Kota Solo b. Contoh leaflet c. Calender event Gambar 8. Bentuk Promosi Wisata Kota Surakarta 4.4. Minat Wisatawan terhadap Wisata Kota Surakarta Kota Surakarta memiliki banyak obyek-obyek yang berhubungan dengan sejarah dan budaya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang ke Kota Solo dan berkunjung ke obyek-obyek tersebut. Minat wisatawan terhadap obyek-obyek wisata di Kota Solo didapat dari jawaban 40 responden dan data kunjungan wisatawan dari Dinas Pariwisata. Adapun dua obyek wisata yang paling menarik menurut para responden adalah Keraton Surakarta (27,5 %) dan Taman Sriwedari (20 %). Berikut ini adalah jawaban 40 responden tentang obyek wisata yang paling diminati (Gambar 9). Gambar 9. Minat Responden terhadap Keberadaan Obyek Wisata di Jalan Slamet Riyadi.
6 32 Selanjutnya di bawah ini adalah data tentang kunjungan ke berbagai obyek wisata di Kota (Tabel 8). Tabel 8. Kunjungan Wisatawan Ke Berbagai Obyek Wisata Obyek wisata Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Keraton Surakarta Mangkunegaran Radya pustaka Taman Sriwedari W.O. Sriwedari THR Sriwedari Monumen pers Sumber : Dinas Pariwisata Kota Surakarta ( ) Dari Tabel 8 di atas dapat disimpulkan bahwa Mangkunegaran merupakan obyek yang paling menarik bagi para wisatawan mancanegara. Mangkunegaran merupakan bentuk unik penggabungan antara arsitektur jawa dan arsitektur barat, selain itu lingkungan di sekitar kawasan pura sangat mendukung atau tidak terlalu berbeda dengan kondisi awalnya. Hal ini yang menyebabkan event-event internasional lebih banyak diadakan di Pura Mangkunegaran dibandingkan di obyek lainnya sehingga memiliki kunjungan tertinggi bagi para wisatawan mancanegara. Sedangkan bagi wisatawan lokal lebih banyak memilih Taman Hiburan Rakyat Sriwedari sebagai tujuan rekreasi Lalu Lintas Jalan Slamet Riyadi Ruas Jalan Slamet Riyadi merupakan ruas jalan yang paling padat di Kota Solo, sehingga beberapa penggal dari ruas jalan ini dibuat jalan satu arah. Pergerakan di Jalan Slamet Riyadi terbagi menjadi dua, yaitu mulai dari batas kota ke simpang Gendengan lalu lintas dua arah, sedangkan dari simpang Gendengan sampai ke Gladag berlaku sistem satu arah ke arah timur. Pada Jalan Slamet Riyadi juga banyak dijumpai persimpangan yang sebagian besar sudah dilengkapi dengan APILL (Penerapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) yang sudah terintegrasi dengan ATCS (Area Traffic Control System). Secara umum lalu lintas pada ruas jalan di Kota Surakarta masih didominasi oleh kendaraan pribadi. Dari data hasil survey primer jumlah sepeda motor mendominasi lalu lintas sebesar 73,5% dari jumlah total kendaraan dan kemudian
7 33 disusul oleh kendaraan pribadi sebesar 17,22%. Perhitungan volume lalu lintas dari hasil survey menunjukkan bahwa kondisi jalan Slamet Riyadi memiliki jumlah pergerakan sebesar smp/jam (satuan mobil penumpang per jam). Ruas jalan menuju keluar kota sebagian besar sudah dilengkapi dengan jalur lambat, walaupun tidak berfungsi secara optimal, hal ini disebabkan kondisi jalur lambat yang tidak dirawat (rusak) maupun masih ada bangunan yang menghalangi jalur lambat. Hambatan di Jalan Slamet Riyadi lebih cenderung kepada penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir seperti di beberapa badan jalan dan banyak bis antar kota yang menaikturunkan penumpang di sembarang tempat (DLLAJ 2008) Potensi Wisata Jalan Slamet Riyadi Berikut ini adalah jawaban 40 responden mengenai potensi Jalan Slamet Riyadi sebagai Jalur Wisata. Pandangan umum masyarakat dan wisatawan terhadap keberadaan Jalan Slamet Riyadi disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Pandangan terhadap Jalan Slamet Riyadi. Lima puluh persen responen berpendapat bahwa Jalan Slamet Riyadi merupakan tempat dengan obyek sejarah dan budaya yang menarik. Hal ini menunjukkan bahwa Jalan Slamet Riyadi memang mempunyai citra kesejarahan dan kebudayaan yang cukup tinggi.
8 34 Ruas Jalan Slamet Riyadi ini relatif unik dengan dilintasinya jaringan rel sejajar Jalan Slamet Riyadi. Rel ini masih aktif berfungsi dengan kereta api yang memiliki pergerakan Stasiun Purwosari-Stasiun Wonogiri. Jalan Slamet Riyadi merupakan kawasan yang menghubungkan obyek-obyek bersejarah di kota Solo. Hal ini seharusnya mendasari dalam perencanaan jalan ini walaupun peruntukkannya adalah sebagai area perdagangan. Perencanaan lanskap jalur jalan ini semestinya berbasis kepada nilai-nilai sejarah dan budaya yang terdapat di jalur ini. Dari hasil perencanaan diharapkan potensi jalan Slamet Riyadi dapat dikembangkan sebagai area yang mencitrakan kebudayaan Kota Surakarta dengan tetap tidak mengesampingkan aspek ekonomi. Gambar 11 berikut ini menggambarkan suasana Jalan Slamet Riyadi. a. Ujung Barat b. Ujung Timur c. Suasana Lengang d. Suasana Ramai Gambar 11. Suasana Jalan Slamet Riyadi
9 35 Selanjutnya Gambar 12 menyajikan bahwa lebih dari sembilan puluh persen responden menyatakan setuju dengan pengembangan kawasan ini sebagai jalur wisata sejarah dan budaya. Hal ini merupakan indikasi diperlukannya sebuah perencanaan yang baik untuk keperluan wisata. Gambar 12. Pendapat terhadap pengembangan Jalan Slamet Riyadi.
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Penelitian tentang kampung kota dari pakar teknik arsitektur pada umumnya lebih banyak yang mengupas masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : id.wikibooks.org/wiki/wisata:solo PUSAT KULINER KHAS SOLO
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek I.1.1 Perkembangan Pariwisata di Kota Solo Kota Solo terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Lokasinya strategis, yaitu pada pertemuan jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata telah mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade belakangan ini. Saat ini, pariwisata merupakan industri jasa terbesar di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik ditengah kota. Pada tahun 2012 ini beberapa kota besar di Indonesia sedang berlomba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner) Pusat Rekreasi Area Car Free : Suatu bentuk kesatuan koordinasi yang merupakan induk dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat yang
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN SOLO CAR FREE DAY (SCFD)
PELAKSANAAN KEGIATAN SOLO CAR FREE DAY (SCFD) 1. Pelaksanaan : Setiap hari Minggu 2. Jam : 05.00-09.00 WIB 3. Lokasi : a.jalan Slamet Riyadi ( Bundaran Purwosari Bundaran Gladag ) b.jalan Diponegoro (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengertian Judul Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh manusia
Lebih terperinciBab II Gambaran Umum Kota Surakarta
Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km 2 dan terletak di Propinsi Jawa Tengah (central java) yang terdiri ata satu) kelurahan, 606 (enam ratus enam) Rukun Warga (RW) serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran sebuah kota, daerah,dan negara telah menjadi sangat penting saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri agar lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN
BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan
Lebih terperinciIII. GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA
28 III. GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA 3.1. Kondisi Fisik Kota Surakarta 3.1.1. Kondisi Geografis dan Administrasi 3.1.1.1. Kotamadya Kota Surakarta terletak antara 110 45 15 dan 110 45 35 Bujur Timur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melaksanakan pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah yang dibagi menjadi dua yaitu tugas pembangunan dan tugas umum pemerintah. Tugas pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA
BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ruang bersama/ ruang komunal/ ruang publik menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk beraktivitas secara personal maupun berkelompok. Ruang publik dapat berupa ruang
Lebih terperinciPENGARUH TANDA PADA WAJAH ARSITEKTUR KOTA SURAKARTA Kasus: Jalan Slamet Riyadi. Djumiko. Abstrak
PENGARUH TANDA PADA WAJAH ARSITEKTUR KOTA SURAKARTA Kasus: Jalan Slamet Riyadi Djumiko Abstrak Tanda merupakan suatu tulisan, gambar, lambang, bendera, atau sesuatu gambar. Fungsi tanda digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa negara di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan. Ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata berbeda satu dengan yang lainnya. Pemilihan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai
1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pusat Seni Rupa Surakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Dalam memahami pengertian dari judul Pusat Seni Rupa Surakarta dengan pendekatan Sustainable architecture perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu pengertian dari masing-
Lebih terperinci1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan
Lebih terperinciDOKUMEN SOLO SCIENCE CENTER
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA LAPORAN PENDAHULUAN DOKUMEN SOLO SCIENCE CENTER KOTA SURAKARTA Disusun oleh : CV. PANCASULA MAHARDHIKA Surakarta 2014 i KATA PENGANTAR Penyusunan dokumen Solo Science Center terbagi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan atau pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar dan suatu kebutuhan primer manusia untuk mempertahankan hidupnya. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN
BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial. Kota selalu
Lebih terperinciREDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA
Pendahuluan dan Latar Belakang BAGIAN I 1 YOGYAKARTA Yogyakarta Sebagai Daerah Tujuan Pariwisata, Kota Seni Budaya, dan Kota Pelajar Letak geografis : 7 49' 26" - 7 15' 24" Lintang Selatan dan 110 24'
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Solo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Solo merupakan salah satu kota yang mempunyai potensi bisnis yang sangat besar. Ditambah lagi dengan dijadikannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pariwisata atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan tourism diasosiasikan sebagai rangkaian perjalanan (wisata, tours/traveling) seseorang atau sekelompok
Lebih terperinciTugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
96 34D D52 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Tinjauan umum Surakarta Dalam strategi pengembangan nasional maupun kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat Jawa Tengah, kota Surakarta telah ditetapkan sebagai
Lebih terperinciREVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciterendam akibat dari naiknya muka air laut/rob akibat dari penurunan muka air tanah.
KOTA.KOTA IDENTIK dengan pemusatan seluruh kegiatan yang ditandai dengan pembangunan gedung yang menjulang tinggi, pembangunan infrastruktur sebagai penunjang dan sarana penduduk kota untuk mobilisasi,
Lebih terperinciBAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur
BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI SURAKARTA
BAB III TINJAUAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI SURAKARTA 3.1.TINJAUAN UMUM KOTA SURAKARTA ARTA 3.1.1.Kondisi Administratif Kota Surakarta Gambar 3.1.Peta Administratif Kota Surakarta Sumber : Surakarta.bps.go.id,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.
54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR
ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi perkotaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini. Perkembangan moda transportasi pribadi yang semakin pesat,ternyata berbanding
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata menjadi suatu kebutuhan yang mendominasi kehidupan manusia sekarang ini di era globalisasi. Seseorang yang sibuk akan rutinitas sehari-hari membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo berdiri tahun 1745. Kota Solo pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Solo menjadi pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Surakarta atau yang sering disebut Solo merupakan sebuah kota yang dulunya adalah wilayah jajahan Hindia Belanda dan Jepang.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang adalah ibukota Provinsi Jawa Barat, Indonesia. merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduknya. Terletak di pulau
Lebih terperinciANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA
ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan
Lebih terperinciSTRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH DI SURAKARTA
STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH DI SURAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata ISNAINI NURUL
Lebih terperinciBhagyashri, Pranav, & Achaliyaparag, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir terjadi sebuah revolusi dalam informasi dan teknologi komunikasi, yang tidak hanya mengubah perilaku keseharian masyarakat tetapi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bandung, ibukota Jawa Barat yang terletak sekitar 180 km ke arah timur dari Jakarta. Terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, Bandung memiliki
Lebih terperinciBAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan
BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Data Obyek Perancangan DAOP 6 Yogyakarta berlokasi di Jl. Lempuyangan No 1 Yogyakarta dengan kontak : ( 0274 ) 513284 Daerah Operasi VI Yogyakarta atau disingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat dan persaingan pasar semakin. Apabila perusahaan sudah menetapkan strategi pemasarannya khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Hal ini mendorong perkembangan dunia usaha yang semakin pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa saat ini, kebutuhan akan rekreasi dikalangan masyarakat di kota-kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa saat ini, kebutuhan akan rekreasi dikalangan masyarakat di kota-kota besar sudah menjadi bagian dari kehidupan dan gaya hidup masyarakat perkotaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak
Lebih terperincimempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya menjadi elemen yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surakarta merupakan salah satu kota pariwisata yang menjadi andalan Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Surakarta ini mengusung
Lebih terperinciSTUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR
STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : ADIB SURYAWAN ADHIATMA L2D 000 394 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciPENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB III KAJIAN LAPANGAN. (2010) dan kepadatan penduduk /km 2. Kota dengan luas 44 km 2. dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo.
BAB III KAJIAN LAPANGAN A. TINJAUAN UMUM Surakarta juga disebut Solo atau Sala adalah kota yang terletak di propinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal dan sebagainya (Wikipedia, 2015). Informasi : Sekumpulan data/ fakta yang diorganisasi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Solo telah banyak mengalami bencana ruang kota dalam sejarah perkembangannya. Setidaknya ada tiga peristiwa tragedi besar yang tercatat dalam sejarah kotanya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kota Surakarta Sejarah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kota Surakarta 2.1.1. Sejarah Pada abad XVIII, Kota Solo memanfaatkan sungai terpanjang di Pulau Jawa, yaitu Sungai Bengawan Solo sebagai jalur transportasi utama yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN
BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif Surakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif Surakarta Globalisasi dan konektivitas menuntut kreativitas dan teknologi menjadi bekal utama dalam menggerakkan
Lebih terperincitahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang
1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Lebih terperinciFUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA. Kata kunci : fungsi, city walk, jalur pedestrian, kota Surakarta.
FUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA Djumiko Abstrak City walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai
Lebih terperinciBAB IV PENGAMATAN PERILAKU
BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian teori, hasil pengolahan dan analisa data yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surakarta, atau yang akrab kita kenal dengan nama kota Solo atau Sala, merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Secara geografis dan administratif
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016)
49 BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN 3.1. Lokasi/Data fisik Gambar 3.1.1 Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016) Kota Surakarta merupakan kota budaya dengan status kota dibawah Provinsi jawa tengah.
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang sedang digalakkan dewasa ini, pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonominya tercepat. Banyak sekali sektor yang menopang perekonomian Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang perkembangan ekonominya tercepat. Banyak sekali sektor yang menopang perekonomian Kota Solo, ada perdagangan, industri,
Lebih terperinciFasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)
Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan
Lebih terperinciBAB VI INFRASTRUKTUR
BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar
Lebih terperinciPOTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR
POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor menjanjikan bagi pendapatan devisa negara. Melalui pariwisata keragaman potensi di setiap daerah dapat disorot untuk dipromosikan baik bagi
Lebih terperinci