Sejarah Controlled Wood

dokumen-dokumen yang mirip
Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

Gambaran Umum Keterlacakbalakan/Chain of Custody [CoC] Konsep dan Ketentuan Umum

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Mengekspor dalam Lasekap Hukum yang Bergeser LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS. Kota, Negara Tanggal, 2013

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat

Standar Verifikasi Legalitas SmartWood di Indonesia

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

Forest Stewardship Council

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

PT. LONTAR PAPYRUS PULP AND PAPER INDUSTRY PROPINSI JAMBI

PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER PERAWANG MILL PROPINSI RIAU

Webinar. Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC

Chain of Custody of Forest Based Products Specifications for the IFCC claim

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Beberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati:

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 24-34

PT. PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA TBK PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

PT. PINDO DELI PULP AND PAPER KARAWANG MILLS PROPINSI JAWA BARAT

Kota, Negara Tanggal, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memilikinya,melainkan juga penting bagi masyarakat dunia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

Inisiatif Accountability Framework

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan

LAMPIRAN Bagaimana sejarah berdirinya PT Margono Dian Graha? 2. Apa visi dan misi PT Margono Dian Graha?

KERENTANAN (VULNERABILITY)

PROXSIS Training Schedule Tahun 2014

Evaluasi Perkembangan Implementasi Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy) APP Oleh Rainforest Alliance

Laporan Penilaian Pengelolaan Hutan Kayu Terkontrol untuk: PT. Bina Duta Laksana di Riau, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Mengekspor di tengah Perubahan Lansekap Hukum

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Pertanyaan-pertanyaan tentang CertiSource

KERANGKA PROGRAM. Lokasi : Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Ciamis. Periode Waktu :

Laporan Penilaian Pengelolaan Hutan Kayu Terkontrol untuk: PT. SUMALINDO HUTANI JAYA (UNIT I) di KALIMANTAN TIMUR, INDONESIA

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO

DAFTAR ISI CHAPTER 5

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

LAPORAN KELANGKAAN PERUSAHAAN KONSULTASI DAN JASA SERTIFIKASI UNTUK VERIFIKASI ASAL- USUL BAHAN BAKU (VLO)

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan


PENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN) MATERIAL UNTUK KAPAL. Budiawan Program Magister Bidang Keahlian Teknik Produksi

Panduan pendaftaran untuk calon penilai berlisensi

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

IFC - PENSA Program Kehutanan Lestari

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (

Manajemen Proyek. Ian Sommerville 2004 Software Engineering, 7th edition. Chapter 1 Slide 1

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

TERMS OF REFERENCE. Northern New Guinea Leader

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

STANDAR INDUSTRI HIJAU

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN:

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembahasan Materi #1

Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK. Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

Indikator SFMP

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan

PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC)

Transkripsi:

Sejarah Controlled Wood Controlled Wood (CW) berawal pada Kebijakan FSC tentang Percentage Based Claim yang mulai berlaku pada bulan Oktober 1997. Sebelumnya, standar CoC langsung mensyaratkan bahwa produk berlabel FSC mengandung material bersertifikasi FSC 100% murni. Ini segera terbukti sulit untuk diterapkan ke sebagian besar sektor hasil hutan, terutama produk serat seperti chip dan kertas. Perusahaan secara signifikan ditantang dalam mengamankan kecukupan pasokan bersertifikat FSC untuk memenuhi permintaan pasar yang berkembang. Selain itu, pemisahan diperlukan antara material FSC dari material non-fsc di banyak lini produksi, bahkan memerlukan tambahan biaya dan/atau investasi yang dirasakan oleh banyak perusahaan lebih besar daripada manfaat pasar produk bersertifikat FSC.Jadi, hanya beberapa produk yang berlabel atau bersertifikat yang mencapai konsumen akhir. Kebijakan 1997 tentang Percetage Base Claim bertujuan untuk mengatasi hambatan-hambatan ini dengan memungkinkan material tidak bersertifikat dan bahan daur ulang untuk digunakan dalam produk bersertifikat FSC berdasarkan persyaratan dan batas tertentu untuk penggunaan pelabelan. Kandungan bahan tidak bersertifikat yang sebenarnya diperlukan untuk dikomunikasikan melalui persentase klaim sebagai bagian dari label produk FSC. Pendekatan baru ini tidak saja bertujuan untuk mengatasi hambatan pasokan dan memfasilitasi pelabelan, namun juga membawa kritik terhadap sumber material non-sertifikat dalam produk bersertifikasi FSC. Kebijakan 1997 tidak memberikan definisi yang jelas atau mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghindari "Sumber Kontroversial" walaupun menggunakan istilah tersebut dan termasuk pernyataan pedoman berikut: " badan sertifikasi diminta untuk menentukan asal hutan yang tepat bagi material non-bersertifikat dan menghindari sumber kontroversial (misalnya dari hutan alam tua atau hutan tanaman yang dibangun dengan mengkonversi hutan alam). " Pada tahun 2000, review kebijakan mengarah pada pendekatan yang lebih baik terhadap "Sumber Kontroversial" dan seluruh bagian tentang subjek ini telah ditambahkan ke kebijakan. Kategori material tidak bersertifikat berikut dianggap tidak ACCEPTABLE sebagai bagian dari produk bersertifikat FSC: Kayu yang telah ditebang secara ilegal Kayu dari pohon yang dimodifikasi secara genetik Kayu dari daerah di mana ada bukti yang jelas dari pelanggaran hak-hak tradisional, adat atau perdata, atau sengketa yang serius dengan Masyarakat adat atau pemangku kepentingan sosial lainnya, yang melibatkan konfrontasi atau kekerasan Kayu dari hutan dengan nilai konservasi tinggi yang tidak bersertifikat (HCVF) Kebijakan 2000, selanjutnya mensyaratkan perusahaan untuk memiliki kebijakan publik yang menghindari kayu dari sumber-sumber yang tidak ACCEPTABLE serta sistem pemantauan dan pelacakan untuk mengidentifikasi asal bahan tidak bersertifkat tersebut. Namun, baik pengguna dan stakeholder tidak puas dengan dampak dan pelaksanaan kebijakan tahun 2000, sehingga menghasilkan evaluasi yang sistematis dari berbagai elemen kebijakan, berlaku mulai bulan Juni 2001. Pada bulan September 2002 Board FSC mengeluarkan sejumlah perubahan kebijakan,

untuk dilaksanakan melalui pengembangan dan selanjutnya persetujuan standar formal FSC untuk lacak balak dan pelabelan di satu sisi dan untuk kontrol material tidak bersertifikat pada sisi lain. Pada September 2004 standar baru berikut telah disetujui: FSC chain of custody standard for companies supplying and manufacturing FSC-certified products (FSC-STD-40-004) FSC standard for non FSC-certified controlled word (FSC-STD-40-005) FSC standard for forest management enterprises for non FSC-certified Controlled Wood (FSC- STD-30-010) FSC on-product label requirements (FSC-STD-40-201). Istilah "Controlled Wood" diperkenalkan untuk menggambarkan keberhasilan dari penggunaan dari sumber yang sebelumnya disebut "kontroversial." Pada dasarnya, FSC-STD-40-005 mengambil peran Bagian 3 dari kebijakan Percetage Based Claim dan termasuk kategori kelima berupa material yang tidak ACCEPTABLE yang dihasilkan dari konversi hutan alam. Lebih lanjut tersedia pendekatan konseptual baru dengan memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi risiko dari sumber bahan yang tidak ACCEPTABLE yang didefinisikan pada tingkat geografis daripada menilai sumber hutannya secara langsung. Selama tahun 2005, FSC diberi mandat untuk memantau masukan, tinjauan terhadap standar FSC Controlled Wood baru yang mempertimbangkan pengalaman dengan implementasi praktis dan untuk menyelesaikan masalah terjadi. Tinjauan ini menyebabkan versi kedua dari dua standar yang disetujui pada tahun 2006 (FSC-STD-40-005 dan FSC-STD-30-010) yang masing-masing berlaku efektif pada tahun 2007 dan 2008. Sejak dirilis pada tahun 2004, standar Controlled Wood telah melalui satu revisi lengkap dan serangkaian modifikasi lain melalui Advice Noted dan dokumen Guidance. "Controlled Wood" adalah sebuah konsep baru FSC. Dengan demikian, di tengah perjalanan penyesuaian Standard perlu dibuat, dan terus dilakukan, berdasarkan pengalaman penerapannya, untuk memastikan kepatuhan dengan tujuan. Sumber: FSC Evaluation of Controlled Wood (Discussion Draft), June 2011 (https://ic.fsc.org/download.fsc-controlled-wood-evaluation-discussion-draft.296.htm) Tanya-Jawab Seputar Controlled Wood (CW). 1. Apa itu Controlled Wood? Material (bahan baku) yang dapat diterima (ACCEPTABLE) dan dapat dicampur dengan material bersertifikasi FSC untuk produk yang menggunakan label FSC Mix. Tidak semua material dapat dicampur, hanya ACCEPTABLE sources yang dapat digunakan sebagai controlled wood.

2. Apa itu ACCEPTABLE source? Material proses pemanenannya TIDAK dilakukan: Secara illegal Dengan melanggar hak sipil dan tradisional dengan konfrotasi dan kekerasan Dengan mengancam Nilai Konservasi Tinggi akibat kegiatan manajemen Dari konversi hutan untuk hutan tanaman dan penggunaan lainnya Dari hasil rekayasa genetic 3. Apa standar yang digunakan untuk Controlled Wood? Ada dua standar utama yang digunakan untuk Controlled Wood: FSC-STD-40-005 V2-1 FSC Standard for Company Evaluation of FSC Controlled Wood (https://ic.fsc.org/preview.fsc-std-40-005-v2-1-en-fsc-standard-for-company-evaluationof-fsc-controlled-wood.a-535.pdf) Standar dirancang sehingga memungkinkan perusahaan (pengolahan bahan baku kayu bersertifikat COC) untuk mencegah penggunaan kayu dari sumber yang tidak ACCEPTABLE FSC-STD-30-010 V2-0 FSC Controlled Wood Standard for Forest Management Enterprises (https://ic.fsc.org/preview.fsc-std-30-010-v2-0-en-fsc-controlled-woodstandard-for-forest-management-enterprises.a-530.pdf) Standar ini khusus sebagai persyaratan dasar di tingkat unit managemen hutan (UMH) bagi peusahaan pengelola hutan untuk menunjukkan kepada perusahaan lain (pembeli) atau lembaga sertifikasi pihak ketiga bahwa kayu yang dipasok adalah terkendali (CW). 4. Apa yang dimaksud dengan Due Diligence System dalam FSC-STD-40-005 V3-0? Sebuah sistem langkah-langkah dan prosedur untuk meminimalkan risiko sumber material dari sumber-sumber yang tidak ACCEPTABLE. Sebuah DDS biasanya berisi tiga unsur berikut: memperoleh informasi, penilaian risiko, mitigasi risiko. CATATAN: Ini merupakan adaptasi dari sistem due diligence EUTR

5. Apa yang dimaksud risk assessment? Penilaian terhadap resiko penggunaan material dari sumber tidak ACCEPTABLE, termasuk resiko terkait dengan asal dan pencampuran di dalam rantai pasokan (supply chain). Ada beberapa jenis penilaian resiko untuk asal kayu: National Risk Assessment (NRA): Penilaian terhadap risiko penggunaan dari sumber yang tidak ACCEPTABLE di negara/wilayah tertentu, dilakukan sesuai prosedur FSC-PRO-60-002 The Development and Approval of Controlled Wood National Risk Assessments. (sumber : FSC-PRO-06-002 The Development and Approval of Controlled Wood National Risk Assessments). NRAyang disetujui sesuai dengan FSC-PRO-60-002 V2-0 ( NRA lama) tetap berlaku sampai dengan 31 Desember 2017. Jika NRA tidak direvisi sesuai dengan FSC-PRO-60-002 V3-0; https://ic.fsc.org/download-box.3949.htm (sampai dengan 31 Desember 2017, daerah yang masuk dalam lingkup NRA (lama) menjadi dianggap tidak dinilai Centralize National Risk Assessment (CNRA): Penilaian risiko Nasional atau bagiannya yang dikembangkan oleh FSC International Center. Harus digunakan jika telah lengkap untuk lima kategori CW, bila tidak ada pengembangan NRA berdasarkan FSC-PRO-60-002 V30, atau berdasarkan FSC-PRO-60-002 V2-0. CATATAN: NRA dan CNRA secara kolektif disebut sebagai penilaian risiko FSC. Simplified Risk Assessment (SRA): penilaian risiko disederhanakan merupakan penilaian oleh organisasi bersertifikat CoCC terhadap resiko dari penggunaan material dari sumber yang tidak ACCEPTABLE di daerah yang tidak dilakukan penilaian resiko. dikembangkan sesuai dengan Lampiran A dari FSC-STD-40-005 V3-0 Persyaratan FSC Sourcing Controlled Wood. Penilaian risiko ini hanya bisa digunakan untuk suatu negara atau bagian dari negara di mana penilaian risiko FSC untuk semua lima kategori CW telah dijadwalkan (sebagaimana pada tanggal penerbitan standard ini), harus disetujui oleh FSC pada tanggal 31 Desember 2017. SRA tidak boleh digunakan setelah tanggal 31 Desember 2017. Extended Risk Assessment (ERA): Penilaian diperpanjang risiko merupakan penilaian oleh organisasi bersertifikat CoC terhadap risiko penggunaan material dari sumber yang tidak ACCEPTABLE di daerah yang tidak dilakukan penilaian resiko, dikembangkan sesuai dengan FSC-PRO-60-002a FSC National risk Assessment Framework (https://ic.fsc.org/download-box.3950.htm) dan FSC standar -STD-40-005 V3-0 Persyaratan untuk Sourcing FSC Controlled Wood. Penilaian risiko bahan pencampuran dalam rantai pasokan dilakukan oleh organisasi untuk rantai pasokan. 6. Bagaimana penggunaan jenis risk assessment yang ada? Jenis risk assessment yang ada memiliki hirarki, dimana yang tertinggi adalah NRA yang dikembangkan dengan menggunakan FSC-PRO-60-002 V30. Sebagai ilustrasi berikut menggambarkan hirarkinya:

1. National risk assessment (NRA) yang dikembangkan dengan mengacu FSC- PRO60-002 V3-0 harus digunakan bila telah ada. 2. Centralized national risk assessment (CNRA) harus digunakan bila telah lengkap mencakup lima kategori CW, dimana tidak ada NRA yang dikembangkan berdasarkan FSC-PRO-60-002 V30, atau FSC-PRO-60-002 V2-0. 3. National risk assessment (NRA) yang dikembangkan berdasarkan FSC-PRO60-002 V2-0, digunakan jika tidak ada NRA yang dikembangkan berdasarkan FSC- PRO60-002 V3-0 atau CNRA yang lengkap, serta tidak boleh digunakan lagi setelah 31 December 2017. 4. Simplified risk assessment hanya dillakukan saat masih menunggu penyelesaian NRA atau CNRA, dan tidak boleh digunakan lagi setelah 31 December 2017. ATAU Extended Risk Assessment hanya dilakukan untuk wilayah yang tidak dilakukan risk assessment dan FSC risk assessment (NRA/CNRA) tidak tersedia 7. Apa perbedaan NRA dan CNRA? NRA merupakan hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap negara/wilayah, Namun karena proses penyusunan dan pengembangannya memerlukan sumberdaya (SDM /tenaga/ahli/stakeholders, waktu, dana) yang tidak sedikit, maka untuk beberapa negara yang dianggap prioritas, khususnya yang belum memiliki NRA, FSC melakukan penilaian Centralized Risk Assessment, untuk mengantisipasi ketidaktersediaanya NRA pada waktu yang ditetapkan (31 Desember 2017). Negara/wilayah yang dianggap prioritas dengan mempertimbangkan: Jumlah perusahaan yang melakukan risk assessment Perbandingan luas hutan produksi dan hutan produksi yang bersertifikat FSC untuk negara dengan sebagian besar hutannya tidak bersertifikat Keberadaan Intact Forest Landscape and masyarakat adat Secara umum perbedaan antara NRA dan CNRA adalah sebagaimana tabel di bawah ini.

8. Apa yang dimaksud dengan low risk, specified risk dan unspecified risk, serta kaitannya dengan risk assessment? Low Risk: merupakan kesimpulan dari penilaian resiko, bahwa ada risiko yang dapat diabaikan bahwa material dari daerah geografis tertentu berasal dari sumber yang tidak ACCEPTABLE. (Sumber: FSC-PRO-60-002a FSC National Risk Assessment Framework) CATATAN: FSC menafsirkan Low Risk agar konsisten dengan Negligible Risk sesuai dengan EUTR. Kayu atau kayu wilayah yang dianggap low risk, maka dapat diterima (ACCEPTABLE) dan dapat dicampur dengan material bersertifikasi FSC untuk produk yang menggunakan label FSC Mix. Specified Risk: merupakan kesimpulan dari penilaian risiko yang dilakukan sesuai dengan FSC-PRO-60-002a FSC NRA Framework, bahwa ada risiko yang tidak dapat ditentukan sebagai rendah resiko bahwa hasil hutan dari sumber yang tidak ACCEPTABLE dapat bersumber atau memasuki rantai pasokan dari daerah geografis tertentu. Sifat dan tingkat risiko ini ditentukan untuk tujuan mendefinisikan tindakan pengendalian yang efisien. (Sumber: FSC-PRO-60-002a FSC Nasional Kerangka Risk Assessment) Unspecified risk: merupakan kesimpulan dari NRA yang dilakukan sesuai FSC-PRO60-002 V2-0 atau Simplified Risk Assessment, bahwa ada risiko yang tidak dapat ditentukan sebagai rendah resiko bahwa hasil hutan dari sumber yang tidak ACCEPTABLE dapat bersumber atau memasuki rantai pasokan dari area geografis tertentu. 9. Dengan adanya NRA/CNRA, apa yang harus dilakukan oleh organisasi bersertifikat CoC bila materialnya termasuk specified risk atau unspecified risk? Dengan diberlakukannya NRA/CNRA, maka organisasi yang bersertifikat CoC tidak lagi melakukan risk assessment terhadap material yang akan digunakan untuk dicampur menjadi produk FSC Mix. Kecuali apabila material tersebut berasal dari wilayah yang tidak termasuk dalam NRA/CNRA yang ada. Apabila dari NRA/CNRA materialnya termasuk specified atau unspecified risk, maka organisasi harus memiliki dan menerapkan tindakan pengendalian (control measure) yang memadai untuk mengurangi specified atau unspecified risk terkait dengan asal dan/atau terkait dengan pencampuran dengan bahan baku yang tidak layak di dalam supply chain.