Menyoal Kesiapan AMM dalam Upaya Revitalisasi Ideologi dan Reaktualisasi Gerakan Islam yang Berkemajuan

dokumen-dokumen yang mirip
Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MILAD 100 TAHUN AISYIYAH M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

AKTUALISASI NILAI PANCASILA

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan di Indonesia

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

KADER 1. APAKAH KADER ITU? 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH?

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Mahasiswa dikenal sebagai agen of change yaitu mahasiswa sebagai

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan amanah Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda Aceh

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

BAB V PENUTUP. 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs karya Ulil

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

Internasionalisasi Pemikiran dan Gerakan MUHAMMADIYAH

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Resensi Buku: Melawan Gurita Neoliberalisme. Oleh: Sugiyarto Pramono

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

Islam dan Sekularisme

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP Kesimpulan

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AND LIBERAL DEMOCRACY

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB IV PENUTUP. UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

BAB I PENDAHULUAN. agama. Media massa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

NO URUT. 16. Sumber : = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

TULISKAN 5 TOKOH MUHAMMADIYAH YANG ANDA KENAL. BOLEH TOKOH NASIONAL (PUSAT) BOLEH JUGA TOKOH WILAYAH, DAERAH, CABANG, BAHKAN RANTING.

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam.

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SEKULARISASI DITINJAU KEMBALI 1

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR...

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

PERLUKAH PERGURUAN TINGGI PASCA PESANTREN. Disusun oleh : Azwan Lutfi Pembina Ponpes As ad Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

FUNDAMENTALISME ISLAM. 1. Ikfan Febriyana Ulul Azmi Najitama Indah Septia D.N

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

yang mungkin selama ini belum banyak yang membaca pertarungan wacana semacam ini sebagai sebuah fenomena politis. Kontribusi Teoritik

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. para pendiri bangsa ini ketika merumuskan ide tersebut.

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip

ISLAM INDONESIA-NUSANTARA Dialektika, Pluralitas Budaya dan Pergumulan Menemukan Jati Diri. Budhy Munawar-Rachman

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

A. Latar Belakang Masalah

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

BAB I PENDAHULUAN. secara khusus, dan diancam dengan pidana yang cukup berat. 1. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

1 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. Alyasa Abu Bakar, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

Transkripsi:

1 Menyoal Kesiapan AMM dalam Upaya Revitalisasi Ideologi dan Reaktualisasi Gerakan Islam yang Berkemajuan Saleh P. Daulay (Ketua Umum PP. Pemuda Muhammadiyah) Pengantar Penggunaan istilah Islam yang Berkemajuan, sebagai ungkapan otentik KH. Ahmad Dahlan, merupakan istilah yang sampai saat ini dijadikan sebagai referensi utama dalam mengayunkan langkah pengembangan gerakan dakwah Muhammadiyah. Bila dilihat dari sisi atribut yang disematkan kepada Islam, maka istilah Islam yang Berkemajuan adalah atribut yang paling tepat digunakan dalam menggambarkan purifikasi (tajrid) ideologi Islam di satu pihak, dan pembaharuan (tajdid) gerakan sosial kemasyarakatan di pihak lain. Ketepatan penggunaan istilah ini terbukti dari sedikitnya perdebatan konseptual yang mengitari penggunaan istilah ini dalam literatur-literatur kemuhammdiyahan. Bandingkan dengan penggunaan atribut lain terhadap Islam, seperti; Islam tradisionalis, Islam modernis, Islam neo-tradisionalis, Islam neomodernis, Islam radikal, Islam liberal, Islam fundamentalis, dan lain-lain. Penggunaan istilah-istilah tersebut, disamping multiinterpretasi, juga menimbulkan kontroversi karena pada tataran praksis sering sekali atribut-atribut tersebut cenderung berimplikasi negatif terhadap citra Islam sebagai rahmatan lil alamin. Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan atribut Islam yang Berkemajuan telah membawa implikasi yang sangat positif dalam pengembangan gerakan dakwah Muhammadiyah. Pada tataran aplikasi gagasan, Islam yang Berkemajuan selalu membuka diri bagi munculnya ide-ide baru dalam menyikapi perkembangan sosial, ekonomi, politik, teknologi informasi, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Hasil karya Muhammadiyah selama seratus tahun terakhir ini merupakan bukti konkrit dari implikasi positif tersebut. Namun perlu dicermati bahwa gagasan Islam yang Berkemajuan juga memiliki tantangan tersendiri. Oleh karena terbuka kepada ide-ide

2 baru, maka tidak tertutup kemungkinan akan adanya infiltrasi ide-ide yang bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah. Sejalan dengan arus perkembangan ideologi di pentas global, upaya infiltrasi ideologi lain ke dalam Muhammadiyah harus diantisipasi dan diwaspadai. Sebagai organisasi modern terbesar di dunia, Muhammadiyah memiliki daya pikat tersendiri bagi dunia luar. Banyak kepentingan luar terhadap Muhammadiyah, baik yang bertujuan destruktif maupun konstruktif. Bagi yang bertujuan destruktif, Muhammadiyah bisa jadi dianggap sebagai ancaman bagi munculnya gerakan-gerakan sosial lain yang ada di tengah masyarakat, baik berupa gerakan politik, agama, maupun pengembangan gerakan ideologi lain. Sementara yang bertujuan konstruktif bisa jadi menilai apa yang dilakukan Muhammadiyah selama ini perlu disempurnakan agar sesuai dengan tuntutan zaman. Tetapi persoalannya adalah pemikiran yang dianggap baik di luar sana belum tentu tepat dan baik untuk Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki seperangkat nilai dan konsep-konsep baku yang menjadi landasan bagi aktivisnya dalam ber-muhammadiyah, di antaranya meliputi; Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Karena itu, hal-hal baru yang dinilai baik belum tentu sesuai dengan konsep dan nilai-nilai tersebut. Mencermati Tantangan Muhammadiyah Secara umum, menurut saya, tantangan Muhammadiyah dibagi ke dalam dua bentuk. Pertama, tantangan yang sifatnya merusak tatanan ideologi Muhammadiyah. Kedua, tantangan yang sifatnya mengganggu perkembangan amal usaha sosial Muhammadiyah. Tantangan kedua umumnya mudah diidentifikasi oleh karena bisa dapat dirasakan dan dibuktikan secara faktual melalui evaluasi-evaluasi berkala terhadap perkembangan amal-amal usaha Muhammadiyah. Oleh karena mudah diidentifikasi, maka saya tidak akan berbicara mengenai masalah ini lebih dalam. Akan tetapi, tantangan kedua agak sedikit sulit dikenali karena sifatnya yang invisible,

3 abstrak, dan berada pada wilayah abu-abu (gray area). Maka tidak jarang di kalangan aktivis Muhammadiyah sering sekali memunculkan stigmatisasi terhadap sikap dan paham keberagamaan seorang warga Muhammadiyah lainnya. Berkenaan dengan tantangan terhadap ideologi, ada dua jenis ideologi yang perlu dicermati dan dikaji secara mendalam. Pertama adalah ideologi yang diidentifikasi bersumber dari praktik dan paham keagamaan masyarakat Islam Timur Tengah, yang dalam banyak literatur disebut dengan Arabisme. Ideologi yang dianut oleh kelompok ini sangat radikal dan cenderung fundamental. Dalam banyak kesempatan, mereka menilai bahwa paham keagamaan yang berbeda dengan yang mereka pahami adalah salah dan keluar dari ajaran Islam sebenarnya. Secara agressif, mereka berlomba-lomba untuk mengajak kelompok-kelompok lain untuk menerima dan mengikuti paham dan keyakinan mereka. Akibatnya, tidak jarang terjadi perpecahan dan pertengkaran antara mereka dengan kelompok masyarakat Islam lainnya. Kedua adalah ideologi yang diidentifikasi bersumber dari cara pandang (world view) masyarakat Barat, yang sering juga disebut sebagai westernisasi. Berbeda secara diametral dengan jenis yang pertama, ideologi yang dianut oleh kelompok ini sangat liberal. Landasan berpikir mereka dalam menerapkan ajaran Islam adalah humanisme, demokrasi, kesetaraan, dan pemikiran-pemikiran yang bersumber dari khazanah filsafat Barat. Dalam banyak kesempatan, kelompok ini tidak segan-segan melakukan penafsiran-penafsiran baru terhadap paham keagamaan yang telah mapan di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, mereka tidak segan-segan untuk mempertanyakan otoritas dan kebenaran teks-teks suci yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ideologi dan paham keagamaan semacam ini tentu saja sangat meresahkan kelompok yang pertama. Klaim kebenaran antara satu kelompok dengan kelompok yang lain menjadi tidak terhindarkan. Perlu dicatat bahwa baik ideologi-ideologi yang diusung oleh kelompok pertama maupun kelompok kedua, kedua-duanya sama-sama memiliki landasan argumentasi kuat sehingga mereka berani untuk mendebatkannya kepada siapa pun. Kelompok pertama biasanya mengambil teks-teks suci dan teks-teks klasik sebagai

4 referensi mereka dalam membangun argumen. Penguasaan mereka terhadap bahasa Arab dan khazanah kitab-kitab klasik sangat baik. Itu sebabnya mereka sering juga disebut sebagai kelompok literalis yang menafsirkan sesuatu tertutup secara ketat pada teks-teks yang ada. Dalam literatur ushul fiqh, kelompok ini dikenal sebagai kelompok yang mengutamakan teks daripada akal (taqaddam al-naql ala al- aql). Sementara kelompok kedua biasanya berargumentasi dengan cara mencoba mengkontekstualisasi teks-teks yang ada dengan situasi dan kondisi masyarakat saat ini. Sebagai kelompok kontekstualis, mereka sangat konsisten menggunakan nalar pikiran dalam mendukung pemikiran-pemikirannya. Dalam literatur ushul fiqh, kelompok ini dikenal sebagai kelompok yang mengutamakan akal daripada teks (taqaddam al- aql ala al-naql). Meskipun didukung dengan argumentasi masing-masing, kedua jenis ideologi ini tetap saja tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ideologi Muhammadiyah. Muhammadiyah, sejak kelahirannya, selalu saja mengambil posisi tengah, tidak ekstream kanan dan juga tidak ekstream kiri. Muhammadiyah selalu saja mencoba menyeimbangkan antara pemurnian akidah dan pembaharuan gerakan sosial (altawazun baina al-tajrid wa al-tajdid). Oleh karena itu, ideologi yang radikal dan liberal sama-sama tidak sesuai dengan paham keagamaan Muhammadiyah. Kesiapan AMM Terlepas dari kontroversi yang mengitari kedua jenis ideologi tersebut, fakta menunjukkan bahwa kedua ideologi ini cukup berkembang di tengah-tengah masyarakat. Banyak sudah kajian akademik yang dilakukan dalam melihat dan menjustifikasi keberadaan kedua jenis kelompok ini. Pertanyaannya, apakah Angkatan Muda Muhammadiyah sudah siap menghalau dan meluruskan paham keberagamaan mereka? Agar bisa berdebat dengan mereka, aktivis AMM tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang komprehensif tentang ideologi Muhammadiyah. Lebih dari itu, aktivis AMM membutuhkan pengetahuan yang memadai terhadap paham keagamaan

5 kedua kelompok ini. Hanya dengan menguasai frame work berpikir mereka, lalu kita bisa berargumentasi dan membentengi diri dari infiltrasi ideologi yang mereka tawarkan. Tidak mungkin kita bisa menolak ideologi mereka secara tegas tanpa mengetahui metodologi, substansi, dan cakrawala berpikir mereka. Beranjak dari titik ini, aktivis AMM dengan demikian tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu klasik Islam, seperti ulum al-hadits, ulum al-tafsir, sirah nabawiyah, ushul al-din dan aqaid al-diniyyah, dan lain-lain, tetapi juga harus menguasai peta perkembangan pemikiran modern yang ada di Negara-negara Barat. Semua kita pasti mengatakan bahwa tugas ini adalah tugas yang sangat berat. Apalagi, kecenderungan pengembangan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah sangat berorientasi pendidikan umum daripada pendidikan agama. Akibatnya, alumni-alumni lembaga pendidikan Muhammadiyah banyak yang gagap ketika berbicara masalah penguasaan ilmu-ilmu klasik tersebut. Melihat kondisi ini, Muhammadiyah memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak untuk membekali para aktivis muda Muhammadiyah dengan sederet pengetahuan klasik dan pengetahuan Barat. Bekal ini harus pula dilengkapi dengan pengembangan pengetahuan tentang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Kesibukan Muhammadiyah dalam membangun dan mengembangkan amal usaha Muhammadiyah harus diimbangi dengan keseriusan dalam mengembangkan pengetahuan AMM. Kelalaian Muhammadiyah dalam mengantisipasi masalah ini dapat menyebaban AMM mudah disusupi oleh paham-paham dan ideologi-ideologi yang sesat dan menyesatkan. Reorientasi Kaderisasi Kaderisasi adalah sarana paling strategis dalam menyiapkan kader-kader militant Muhammadiyah. Bila dahulu orientasi kaderisasi lebih diarahkan pada sematamata pembumian ideologi Muhammadiyah, maka ke depan, menurut saya, kaderisasi di Muhammadiyah juga harus diorientasikan ada penguasaan ideologi-ideologi di luar Muhammadiyah. Dengan mengetahui kebaikan dan keburukan ideologi luar tersebut,

6 maka aktivis Muhammadiyah dapat memahami ajaran Islam yang sebenar-benarnya. Cara ini juga sekaligus merupakan cara yang efektif dalam membumikan ideologi Muhammadiyah di kalangan aktivis muda Muhammadiyah. Bagi saya, inilah konsep revitalisasi yang perlu dipikirkan dan diimplemantasikan dalam sistem perkaderan Muhammadiyah. Selain bertujuan menghalau ideologi luar, revitalisasi seperti ini juga dimaksudkan untuk mengaktualisasikan konsep Islam yang Berkemajuan yang digagas Kiyai Dahlan. Aktivis muda Muhammadiyah harus terbuka terhadap gagasan-gagasan baru selama gagasan-gagasan tersebut tidak merusak sendi-sendi fundamental ideologi muhammadiyah. Sejalan dengan perkembangan arus informasi dan telekomunikasi, kehadiran-kehadiran ideologi baru tidak bisa dinafikan begitu saja. Muhammadiyah tidak bisa menentang arus perubahan dalam bidang informasi. Oleh karenanya, Muhammadiyah harus menyiapkan diri untuk tetap bisa eksis di tengah kancah pertarungan ideologi-ideologi global yang semakin kompleks. Dalam konteks reaktualisasi konsep Islam yang Berkemajuan, kaderisasi di Muhammadiyah juga perlu dilengkapi dengan kajian-kajian terhadap isu-isu kontemporer antara lain tentang ekoteologi dan perubahan iklim, korupsi dan kemiskinan, pengangguran, pendidikan, dan isu-isu kemanusiaan lainnya. Adalah fakta yang nyata bahwa LSM-LSM kecil kelihatannya lebih sensitif terhadap isu-isu tersebut. Untuk sekedar menyebut, lihatlah misalnya ICW yang sangat nyaring bersuara dalam memberantas korupsi serta WALHI dan Greenpeace dalam bidang advokasi lingkungan. Padahal, bila disuarakan oleh Muhammadiyah pasti akan memiliki dampak yang lebih besar. Persoalannya adalah kader-kader Muhammadiyah belum banyak yang memiliki pengetahuan khusus tentang isu-isu tersebut sehingga tidak berani bersuara lantang. Fastabiqul khairat