BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pertukaran sosial. Fung et

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keadilan organisasi menurut Bakhshi et al, (2009) bisa didefinisikan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. (Robbins, 2006 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB II. Tinjauan Pustaka. pendukung dari hasil penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. mengoreksi apakah sebelumnya ada peneliti yang pernah menulis

Teori Keadilan (Equity Theory)

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komitmen Organisasional dapat didefinisikan sebagai tingkat sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin kerja merupakan hal penting bagi organisasi, sebab dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan tingkat keberhasilan dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. baik tidak akan pernah mengabaikan sumber daya manusia mereka, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. karyawan secara individu maupun kelompok kerja dapat dilihat setiap. periode setelah dilakukan evaluasi pencapaian kinerja.

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

KUESIONER PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh. pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain penelitian asosiatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( )

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rahayu S. Purnami, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II LANDASAN TEORI. mengutamakan pekerjaan dan organisasinya. Individu dengan sukarela memberikan segala usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diterima dan jumlah yang diyakini seharusnya mereka terima.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Salah satu teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah traditional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM ) Pengertian Sumber Daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja (job satisfaction) didefinisikan sebagai suatu perasaan positif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai landasan dalam menyusun penelitian saat ini. Penelitian terdahulu dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT.Perkebunan Nusantara III di Sumatera Utara (Diana Sulianti K.L. Tobing, 2009) Tujuan Penelitian Untuk menguji hubungan antara organizational commitment, job satisfaction, dan job performance. Metode Penelitian Hasil Penelitian 2. Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) 1. Komitmen afektif berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja 2. Komitmen Kontinuan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja 3. Komitmen normatif berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja 4. Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening Studi Pada RSUD Tugurejo Semarang (Dian Kristanto, Suhartianto, Intan Ratnawati, 2012) 1. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional tenaga perawat di RSUD Tugurejo 2. Menganalisis pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan tenaga perawat di RSUD Tugurejo 3. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan tenaga perawat di RSUD Tugurejo Teknik analisis jalur atau path analysis Hasil Penelitian 1. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional tenaga perawat di RSUD Tugurejo 2. Komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja tenaga perawat di RSUD 3. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja tenaga perawat di RSUD Tugurejo. 4. Komitmen organisasional mampu beroperasi sebagai variabel intervening dalam hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja tenaga perawat di RSUD Tugurejo Sumber:Diana Sulianti K.L. Tobing(2009), Dian Kristanto, dkk(2012) 9

10 Penelitian Diana Sulianti K.L. Tobing (2009) yang berjudul Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT.Perkebunan Nusantara III di Sumatera Utara. Dengan variabel yang diteliti adalah komitmen afektif, komitmen kontinuan, komitmen normatif, kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Dengan tujuan penelitian untuk menguji hubungan antara organizational commitment, job satisfaction, dan job performance.. Mendapatkan hasil dengan menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang menunjukkan komitmen afektif, kontinuan dan normatif berpengaruh secara positif terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja karyawan PT.Perkebunan Nusantara III di Sumatera Utara. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan Diana Sulianti K.L. Tobing (2009) adalah pada variabel yang digunakan berkaitan dengan komitmen organisasional, kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Perbedaannya terletak pada alat analisis yang digunakan, pada penelitian Diana Sulianti K.L. Tobing (2009) menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis jalur atau path analysis, dan objek yang digunakan pada penelitian ini adalah CV. Virda Elite Collection serta indikator pengukuran variabel penelitian dalam hal ini yaitu kinerja karyawan. Perbedaan juga terdapat pada penetapan variabel penelitian, dimana dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu

11 kepuasan kerja sedangkan komitmen organisasional sebagai variabel intervening. Penelitian selanjutnya oleh Dian Kristanto, dkk (2012) yang berjudul Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada RSUD Tugurejo Semarang). Memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional, pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan, dan pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Dengan variabel yang diteliti adalah kepuasan kerja, komitmen organisasional dan kinerja karyawan. Penelitian Dian Kristanto, dkk (2012) menggunakan alat analisis Path analisis atau analisis jalur dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan melalui komitmen organisasional sebagai variabel intervening. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan Dian Kristanto, dkk (2012) adalah pada variabel yang digunakan berkaitan dengan kepuasan kerja, komitmen organisasional dan kinerja serta terdapat persamaan pada alat analisis yang digunakan yaitu analisis jalur atau path analysis. Perbedaannya terletak pada objek penelitian menggunakan tenaga perawat pada perusahaan besar yang bergerak di bidang jasa RSUD Tugurejo Semarang sedangkan penelitian ini menggunakan karyawan pada perusahaan kecil yang bergerak

12 dibidang produksi atau manufaktur yaitu CV. Virda Elite Collection. Selain itu perbedaan juga terdapat pada indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja, dimana pada penelitian ini meliputi kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu sedangkan pada penelitian Dian Kristanto meliputi faktor kualitas kerja, kuantitas, pengetahuan, keandalan dan kerjasama. B. Landasan Teori 1. Kinerja Karyawan a. Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja atau job performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Mangkunegara (2005:9) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan istilah yang berasal dari job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Kinerja karyawan merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mathis dan Jackson (2006:378) mendefinisikan bahwa kinerja karyawan pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan

13 tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: (1) Kuantitas dari hasil; (2) Kualitas dari hasil; (3) Ketepatan waktu dari hasil; (4) Kehadiran; (5) Kemampuan bekerja sama. Menurut Rivai (2008: 14) kinerja karyawan merupakan hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Gibson (2008:123) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu: 1. Faktor individu yang terdiri dari: kemampuan dan ketrampilan, latar belakang keluarga, dan demografis. 2. Faktor psikologis yang terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, motivasi, kepuasan kerja dan stress keja.

14 3. Faktor organisasi yang terdiri dari: kepemimpinan, kompensasi, konflik, kekuasaan, struktur organisasi, desain pekerjaan, dan karir. c. Pengukuran Kinerja Karyawan Menurut Mathis dan Jackson (2000:381) kinerja karyawan mempengaruhi seberapa besar kontribusi mereka kepada organisasi, kontribusi tersebut meliputi: 1. Kualitas pekerjaan Kualitas pekerjaan adalah kualitas hasil pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang karyawan dalam waktu tetentu berdasarkan standar kerja perusahaan. Tingkat ketelitian karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya serta kesesuaian pelaksanaan pekejaan. Tingkat ketelitian pekerjaan ini untuk mengetahui seberapa besar frekuensi karyawan melakukan kesalahan dalam pekerjaan. 2. Kuantitas pekerjaan Kuantitas pekerjaan adalah jumlah pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang karyawan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 3. Ketepatan waktu Ketepatan waktu adalah ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggug jawab seorang

15 karyawan dan pencapaian target berdasarkan standar kerja waktu perusahaan. 4. Kerjasama dengan rekan kerja Kerjasama dengan rekan kerja adalah kemampuan karyawan dalam bekerjasama dengan rekan kerja dalam rangka melaksanaan pekerjaan sesuai dengan job description masing-masing karyawan. 2. Kepuasan Kerja a. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seseorang dalam bekerja. Setiap karyawan memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda, maka akan berbeda-beda pula setiap individu dalam mencapai kepuasan kerjanya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan harapan individu tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang dirasakan. Dalam Bangun (2012) Wexley dan Yukl mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya. Bermacam-macam sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan. Pekerjaan yang menyenangkan untuk dikerjakan dapat dikatakan

16 bahwa pekerjaan itu memberi kepuasan bagi pemangkunya. Kejadian sebaliknya, ketidakpuasan akan diperoleh bila suatu pekerjaan tidak menyenangkan untuk dikerjakan. Menurut Robbins dan Judge (2008:99) kepuasan kerja (job satisfaction) didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Menurut Mathis dan Jackson (2006:121) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja karyawan akan muncul ketika seorang karyawan merasa harapannya terhadap pekerjaan tidak terpenuhi. Luthans (2006:243) mendefiniskan kepuasan kerja adalah hasil dari presepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Kepuasan kerja merupakan respons emosional terhadap situasi kerja, dengan demikian kepuasan kerja dapat dilihat dan diduga. Kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan. Kepuasan kerja juga mewakili beberapa sikap yang saling berhubungan.

17 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Sutrisno (2011:80) menyimpulkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: 1. Faktor psikologis, merupakam faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan. 2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan dengan atasan. 3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur dan sebagainya. 4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya. c. Cara Karyawan Mengungkapkan Ketidakpuasan Robbins dan Judge (2008:108) mengatakan bahwa ada konsekuensi ketika karyawan menyukai pekerjaan mereka dan ada konsekuensi ketika karyawan tidak menyukai pekerjaan mereka. Sebuah kerangka teoritis (kerangka keluar, aspirasi,

18 kesetiaan dan pengabaian) sangat bermanfaat dalam memahami konsekuensi dari ketidakpuasan. Respon-respon tersebut didefinisikan sebagai berikut: 1. Keluar (Exit), yaitu perilaku diarahkan meninggalkan organisasi yang meliputi mencari posisi baru sekaligus mengundurkan diri. 2. Suara (Voice), yaitu secara aktif dan konstruktif berupaya memperbaiki kondisi yang meliputi menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan sebagian bentuk kegiatan perserikatan. 3. Kesetiaan (Loyality), yaitu secara pasif namun optimis menunggu perbaikan kondisi yang meliputi membela organisasi dari kritikan eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk melakukan hal yang benar. 4. Pengabaian (Neglect), yaitu secara pasif membiarkan keadaan memburuk yang meliputi keabsenan atau keterlambatan kronis, penurunan usaha, dan peningkatan tingkat kesalahan. d. Indikator Kepuasan Kerja Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi kepuasan kerja yang telah lama digunakan sebagai alat pengukuran kepuasan kerja, akan tetapi Luthans (2006:243) meringkasnya kedalam lima dimensi, yakni:

19 a. Pekerjaan itu sendiri. Dalam hal di mana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. b. Gaji. Sejumlah upah yang diterima dan tingkat di mana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingakan dengan orang lain dalam organisasi. c. Kesempatan promosi. Kesempatan untuk maju dalam organisasi. d. Pengawasan. Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku. e. Rekan kerja. Tingkat di mana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial. Variabel kepuasan kerja dapat diukur dengan menggunakan instrumen JDI (Job Descriptive Index) yang dikembangkan oleh Robbins (2006). Instrumen ini mengukur lima dimensi kepuasan karyawan meliputi: a. Pekerjaan merupakan suatu kondisi dimana tugas dan pekerjaan itu dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab. b. Penggajian adalah jumlah upah yang diterima dan kelayakan imbalan tersebut.

20 c. Pengembangan karir dan promosi merupakan suatu peluang yang ada untuk mencapai kemajuan dalam jabatan atau kesempatan untuk maju. d. Supervisi adalah kemampuan seseorang dalam memberikan supervisi, panutan, dan perhatian kepada karyawannya. e. Rekan kerja dan kelompok kerja merupakan suatu kondisi dimana para rekan sekerja bersikap saling bersahabat, kompeten, dan saling membantu. e. Teori Kepuasan Kerja Menurut Wexley dan Yukl (dalam Bangun, 2012) mengatakan bahwa ada tiga teori tentang kepuasan kerja, yaitu: 1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory) Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Porter (dalam Bangun, 2012) yang mendefinisikan bahwa job satisfaction is the difference between how much of something there should be and how much there is now. Setiap orang menginginkan agar sejumlah pekerjaan yang telah disumbangkan kepada pemberi kerja akan dihargai sebesar yang diterima secara kenyataan. Seseorang yang terpuaskan bila tidak ada selisih antara situasi yang diinginkan dengan sebenarnya diterima. Dengan kata lain, jumlah yang disumbangkan ke pekerjaannya bila dikurangi dengan apa yang diterima secara

21 kenyataan hasilnya adalah nol, dapat dikatakan pekerjaan tersebut memberikan kepuasan kerja. Semakin besar kekurangan atau selisih dari pengurangan tersebut, semakin besar ketidakpuasan. Keadaan sebaliknya, jika terdapat lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang dapat diterima yang menimbulkan kelebihan atau menguntungkan, maka orang yang bersangkutan akan sama puasnya bila terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan. 2. Teori Keadilan (Equity Theory) Teori keadilan pertama kali dikemukakan oleh Zalenzik, kemudian dikembangkan oleh Adams (dalam Bangun, 2012). Teori ini menunjukkan kepada seseorang merasa puas atau tidak puas atas suatu situasi tergantung pada perasaan adil (equity) atau tidak adil (inequity). Perasaan adil atau tidak adil atas suatu situasi didapat oleh setiap orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain pada tingkat dan jenis pekerjaanya yang sama, pada tempat maupun di tempat yang berbeda. Wexley dan yukl (dalam Bangun, 2012) mengatakan bahwa komponen utama dari teori ini adalah input, outcomes, comparison person dan equity - inequity: 1) Input apa saja yang bernilai yang dipersepsikan oleh karyawan sebagai kontribusinya terhadap pekerjaanya seperti: pendidikan, pengalaman, keterampilan, jumlah

22 usaha yang telah dikerjakan, jumlah jam kerja dan peralatan serta bahan-bahan milik pribadi yang telah digunakan dalam bekerja. 2) Outcomes apa saja yang bernilai yang dipersepsikan karyawan sebagai hasil yang telah diperoleh dari pekerjannya seperti: gaji, tunjangan, tanda kebesaran, pengakuan dan peluang untuk berprestasi atau berekspresi diri. 3) Comparison person seseorang atau sejumlah orang yang bekerja di perusahaan yang sama dengan dirinya atau bekerja di perusahaan lain atau dapat pula dirinya ketika berada pada posisi sebelumnya yang dijadikan dasar perbandingan dengan dirinya. 4) Equity Inequity menurut teori ini seorang karyawan menilai keadilan kerjanya dengan cara membandingkan rasio outcome : input dirinya dengan rasio outcome : input dari satu atau lebih comparison person. Jika perbandingan kedua rasio tersebut equal, maka karyawan akan mempersepsikan suatu keadilan, jika perbandingannya unequal, maka karyawan akan mempersepsikan adanya ketidakadilan.

23 3. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory) Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg (dalam Bangun, 2012). Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yang satu dinamakan dissatisfier atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier atau motivators yaitu: 1) Faktor-faktor kepuasan disebut satisfier adalah kemajuan, pengakuan, tanggung jawab, perkembangan karir dan pekerjaan itu sendiri. Apabila faktor-faktor tersebut ditingkatkan akan membantu perbaikan prestasi, menurunkan perputaran dan absensi kerja dan menunjang sikap yang lebih baik terhadap manajemen. 2) Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan (dissatisfier) meliputi hal-hal seperti kondisi dan kemudahan dalam pekerjaan, kebijakankebijakan administratif, hubungan dengan manajemen, teknis para penyelia, sistem penggajian stabilitas pekerjaan dan hubungan dengan rekan kerja. Herzeberg (dalam Bangun, 2012) menegaskan bahwa bila kualitas penunjang kepuasan itu kurang dari memadai akan terjadi ketidakpuasan diantara karyawan.

24 3. Komitmen Organisasional a. Pengertian Komitmen Organisasional Robbins dan judge (2008:100) mendeskripsikan komitmen organisasional sebagai suatu keadaan di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Mathis dan Jackson (2006:122) menyatakan bahwa komitmen organisasional adalah tingkat sampai di mana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi tersebut. Luthans (2006:249) menyatakan komitmen organisasi sebagai sikap, yang sering didefenisikan sebagai (1) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2) keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan (3) keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain komitmen organisasi merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi

25 mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan. Menurut Mowday (dalam Sopiah, 2008:155) Komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen organisasional. Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi. Komitmen organisasional merupakan identifikasi dari keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan menurut Lincoln (1994) dalam Sopiah (2008:155), komitmen organisasional mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan anggota, dan kemauan anggota pada organisasi. b. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasional Menurut David (1997 dalam Sopiah, 2008:163) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi yaitu: 1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, dll;

26 2. Karakteristik pekerjaan, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk organisasi (sentralisasi/desentralisasi), kehadiran serikat pekerja; 3. Pengalaman kerja, pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. c. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Allen dan Meyer (dalam Robbins dan Judge, 2008:101) menyatakan terdapat tiga dimensi terpisah komitmen organisasional yaitu: 1. Komitmen afektif (Affective commitment) Affective commitament adalah perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. 2. Komitmen berkelanjutan (Continuance commitment) Continuance commitment adalah nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dari suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. 3. Komitmen normatif (Normative commitment ) Normative commitment adanya kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis. Tiga model komponen komitmen organisasi yang diajukan oleh Meyer dan Allen (Luthans, 2006:249) adalah

27 1. Komitmen afektif adalah keterikatan emosional karyawan, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi. 2. Komitmen kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit. 3. Komitmen normatif adalah perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. Menurut Meyer, Allen, dan Smith (1998) dalam Sopiah (2008:157) mengemukakan tiga komponen komitmen organisasional, yaitu: 1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional; 2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena tidak menemukan pekerjaan lain; 3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

28 4. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Karyawan Rivai, dkk (2008: 16) menyatakan bahwa kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Kepuasan dan perasaan sebagai bagian dari tuntutan hidup, maka perasaan puas terhadap tugas atau pekerjaan, puas terhadap atasan dan puas terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap hasil yang seimbang dan kepuasan terhadap aturan yang jelas akan mempengaruhi perasaan karyawan dan selanjutnya berdampak pada pelaksanaan aktivitas. 5. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasional Komitmen merupakan hal yang penting dalam memaksimalkan potensi perusahaan. Karyawan yang berkomitmen akan berusaha maksimal dalam beraktivitas dan bekerja bagi keuntungan perusahaan atau organisasi. Hal ini merupakan refleksi dari tingkat pencapaian kepuasan kerja karyawan, karena karyawan tidak akan berkomitmen jika mereka tidak puas. Dermawan (2011: 146) Kepuasan kerja itu sendiri penting, namun lebih penting lagi ketika kepuasan kerja tersebut dalam mempengaruhi komitmen organisasional. Interaksi Individu dan pekerjaan menentukan tingkat kepuasan/ketidakpuasan kerja dan komitmen organisasional. Mathis dan Jackson (2006:122) melukiskan hubungan tersebut sebagai berikut:

29 Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Komitmen Organisasional Individu: Kemampuan Motivasi Dukungan Pekerjaan: Rancangan Elemen Kerja Kepuasan/ Ketidakpuasan Kerja Komitmen Organisasional Sumber: Mathis dan Jackson 2006 6. Hubungan Komitmen Organisasional dengan Kinerja Karyawan Karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan memberikan usaha yang maksimal secara sukarela untuk kemajuan organisasi. Dalam Luthans (2006:250) disebutkan bahwa terdapat hasil dari komitmen organisasi yang menunjukkan hubungan positif antara komitmen organisasi dan hasil yang diinginkan seperti kinerja tinggi. Karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi memiliki potensi memperbaiki kinerja secara individual, kelompok maupun organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2006:122) komitmen organisasional mempengaruhi perputaran dan kinerja organisasi. C. Kerangka Pikir Kerangka pikir akan memberikan gambaran hubungan antar variabel. Kerangka pikir memberikan manfaat dalam membentuk persepsi peneliti dengan pembaca terhadap alur pemikiran peneliti, untuk membentuk hipotesis-hipotesis secara logis. Berdasarkan teori dan

30 penelitian terdahulu diatas, maka kerangka pikir digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Pikir 1 Kepuasan Kerja (X) Komitmen Organisasional (Z) 4 3 2 Kinerja Karyawan (Y) Berdasarkan kerangka pikir diatas, kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasional dan komitmen organisasional mempengaruhi kinerja karyawan serta menguji pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dengan melalui komitmen organisasional. D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, penelitian terdahulu dan kajian teori, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H1: Diduga kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen organisasional karyawan CV. Virda Elite Collection. H2: Diduga komitmen organisasional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan CV. Virda Elite Collection. H3: Diduga kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan CV. Virda Elite Collection. H4: Diduga kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja melalui komitmen organisasional karyawan CV. Virda Elite Collection.