BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

PERBEDAAN PENGARUH EDUKASI KETRAMPILAN BASIC LIFE SUPPORT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta

Adult Basic Life Support

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden.

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB I PENDAHULUAN. terkait hasilnya belum sesuai yang diharapkan (Aryono, 2011). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2011 dalam Badan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test

Moh. Fachrizal Rosyid 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

BAB I PENDAHULUAN.

Emergency First Aid Course

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN AHA TAHUN 2015 DI UPTD PUSKESMAS KOTA BLITAR

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

PROPOSAL

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT

B. LATAR BELAKANG / RASIONAL

REKOMENDASI RJP AHA 2015

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT. Naskah Publikasi

WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

GAMBARAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITS NEGERI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor dengan ruas jalan yang kurang

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA POLISI KOTA YOYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BANTUL EMERGENCY SERVICE SUPPORT (BESS) 118 DI KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN. INDONESIA SEHAT Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010, maka

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. juta (PERKENI, 2015). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun penderita DM di Klinik Pratama Firdaus sebanyak 109 orang.

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok merupakan kebiasaan yang biasa ditemukan di masyarakat

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

Efektifitas Program Pendidikan Terhadap Pengetahuan Basic Life Support Pada Remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: DWI SUMARNINGSIH

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. wanita untuk menemukan benjolan atau kelainan pada payudaranya (NCI, 2010). Tujuan utama dari pemeriksaan SADARI adalah membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatadaruratan dapat terjadi kapan saja dan umumnya mendadak serta tidak terencana, gawat adalah kondisi yang mengancam nyawa dan darurat adalah perlunya tindakan segera untuk menangani ancama nyawa korban (Jakarta Medical Service 119 Training Division, 2013). Henti jantung maupun hilang napas adalah salah satu permasalahan yang mengancam jiwa dan bisa berakibat kematian bila terlalu lama dalam pertolongannya. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta orang tiap tahunnya (World Heart Federation, 2015). Angka kejadian henti jantung atau cardiac arrest berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang berusia dibawah 35 tahun dan per tahunnya mencapai sekitar 300.000-350.000 kejadian (Indonesia Heart Association, 2015). Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY) dalam Profil kesehatan DIY (2012), memaparkan bahwa henti jantung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini bagian dari 10 penyebab kematian dengan 253 kasus dan menempati urutan empat. Kasus kejadian henti jantung kebanyakan terjadi di luar rumah sakit. Hal ini seperti disampaikan American Heart Association (2013) bahwa kasus Out-of- Hospital Cardiac Arrest (OHCA) terdapat sekitar 359,400 dan kasus In-Hospital Cardiac Arrest (IHCA) 1

2 terdapat sekitar 209,000 dari data tahun 2013. Tingkat pertolongan pada kasus tersebut tercatat, hanya 40,1% dari kasus OHCA yang memperoleh bantuan hidup dasar dan pertolongan tepat (American Heart Association, 2013). Kasus henti jantung dapat terjadi dimanapun, di masyarakat, di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Kemungkinan bertahan hidup pada penderita henti jantung di luar rumah sakit atau pre-hospital menurun 7-10% tiap menit sejak dimulainya henti jantung (AHA, 2011). Di Amerika dan Kanada dari jumlah henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit hanya setengahnya dilakukan tindakan resusitasi atau bisa dikatakan 50-55% yang dilakukan (AHA, 2010). Pertolongan pertama pada kejadian henti jantung sangat perlu dilakukan dan harus cepat dilakukan karena kelangsungan hidup lebih tinggi bila korban mendapatkan Cardiopulmonary Resusciation (CPR). Menghubungi Emergency Call dan CPR yang diberikan segera dapat meningkatkan jumlah orang yang mendapatkan kesempatan hidup (Sudden Cardiac Arrest Foundation, 2015). Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan sehari-hari merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh semua orang (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu - SPGDT, 2009). Henti jantung dapat dilayani segera dengan melakukan Basic life Support (BLS) dan dilakukan dengan segera ketika terdapat kasus henti jantung. BLS adalah suatu tindakan pertolongan pada korban henti jantung maupun henti nafas dan

3 merupakan langkah yang sering disebut chain of survival, lima langkah yang menentukan keberhasilan dalam pertolongan korban henti jantung (Tim Pusat Bantuan Kesehatan 118 PERSI DIY, 2012). Pertolongan dengan teknik BLS yang benar adalah sebuah kegiatan yang harus dilakukan demi terciptanya penyelematan korban dengan tepat dan cepat. Penolong dalam memberikan BLS minimal harus memiliki pengetahuan dalam pertolongan dan pernah berlatih serta memiliki penanganan medis dasar. Pengetahuan masyarakat mengenai BLS masih rendah. Sebagaimana dalam penelitian Hutapea (2012) pada masyarakat bahwa 50% masyarakat masih tergolong berpengetahuan kurang, 30,4% tergolong cukup dan 19,6% baik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rahmawaty (2015) mengenai pengetahuan basic life support pada mahasiswa keperawatan di Gorontalo hasilnya juga masih kurang. Hasil penelitian gambaran pengetahuan bantuan hidup dasar didapatkan 48,8% responden memiliki pengetahuan kurang, dan 40,2% responden memiliki pengetahuan cukup, sedangkan 11,0% responden memiliki pengetahuan baik. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya pada mahasiswa harus ditingkatkan agar tercapainya hasil yang baik. Peningkatan jumlah penolong atau relawan khususnya untuk BLS harus ditingkatkan dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilannya. Masyarakat sebagai sasaran dalam pembentukan bystander / relawan terdiri dari berbagai kelompok baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lansia. Data informasi Polikteknik Trisula Dharma melalui kopertis VI

4 Jawa Tengah tahun 2016 mengatakan dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta jiwa, sekitar 28,20 persen atau sekitar 7,6 juta jiwa tercatat sebagai mahasiswa. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI, 2008). Mahasiswa yang jumlahnya cukup tinggi itu adalah agent of change untuk menjadi perubah dan siap tanggap dalam keadaan kegawatdaruratan khususnya kegawatan henti jantung. Menolong kegawatan henti jantung dibutuhkan mental dan kesiapan dalam materi. Pelatihan dalam mendapatkan ilmu BLS bisa didapatkan dari berbagai macam metode dan menggunakan kemajuan teknologi media untuk berlatih. Zaman sekarang media untuk pembelajaran tidak hanya dari buku ataupun guru saja, tetapi alat- alat hasil dari perkembangan teknologi pun dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran seperti gambar, video, televisi, radio, handphone, dan internet. Media pembelajaran adalah salah satu komponen penting dalam sebuah pembelajaran. Media adalah bagian yang tidak terpisahkan untuk tercapainya tujuan pendidikan yang berasal dari proses belajar mengajar (Arsyad, 2011). Media pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi dalam penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan dan memperlancar proses belajar serta hasil belajar (Sukiman, 2012). Pembelajaran dalam bentuk media elektronik atau audiovisual efektif dalam peningkatan modifikasi kebiasaan kesehatan (Toung, 2012). Masih sering dengan metode ceramah atau praktik langsung yang membutuhkan persiapan dan alat dan bahan penunjang.

5 Peneliti tertarik untuk menguji perbedaan keefektifan media pembelajaran dengan metode video dan praktik kepada mahasiswa. Pengetahuan dan ketrampilan terkait BLS dan teknik pertolongan pada korban henti jantung, dari wawancara enam mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FT UMY). Lima dari perwakilan mahasiswa tersebut mengatakan bahwa BLS belum pernah dipelajari dan butuh media atau pelatihan supaya dapat meningkatkan pengetahuan maupun ketrampilan terkait itu. Mahasiswa di kampus UMY khususnya mahasiswa teknik dari empat program studi yaitu teknik sipil, teknik mesin, teknik elektro, dan teknik informatika didalam BEM FT butuh edukasi karena pada mahasiswa belum ada pelatihan atau edukasi BLS. Peneliti tertarik pemberian edukasi BLS pada mahasiswa fakultas teknik UMY karena memang mahasiswa teknik banyak berhubungan dengan wilayah luar, lapangan, dan masyarakat. Maka dari itu sebagai mahasiswa harus siap menghadapi keadaan gawat darurat khususnya pada kasus henti jantung. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Pengaruh Edukasi Ketrampilan Basic Life Support antara Video dan Praktik terhadap Tingkat Pengetahuan dan Ketrampilan Mahasiswa.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada perbedaan pengaruh edukasi ketrampilan basic life support antara video dan praktik terhadap tingkat pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh edukasi ketrampilan basic life support antara video edukasi dan praktik terhadap tingkat pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden b. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi pada kelompok kontrol terkait BLS pada mahasiswa dengan metode praktik. c. Mengetahui perbedaan tingkat ketrampilan sebelum dan sesudah edukasi pada kelompok kontrol terkait BLS pada mahasiswa dengan metode praktik. d. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi pada kelompok intervensi terkait BLS pada mahasiswa dengan metode video edukasi.

7 e. Mengetahui perbedaan tingkat ketrampilan sebelum dan sesudah edukasi pada kelompok intervensi terkait BLS pada mahasiswa dengan metode video edukasi. f. Membandingkan perbedaaan tingkat pengetahuan sesudah edukasi pada kelompok kontrol dan intervensi terkait BLS pada mahasiswa antara media praktik dengan video. g. Membandingkan perbedaan tingkat ketrampilan sesudah edukasi pada kelompok kontrol dan intervensi terkiait BLS pada mahasiswa antara media praktik dengan video. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Keilmuan Menambah referensi pembelajaran terutama pada bidang kegawatdaruratan dan manajemen pembelajaran terkait BLS terkait dengan metode pembelajaran video edukasi dan praktik serta menguji metode yang efektif dalam pembelajaran. 2. Bagi Peneliti Menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian di bidang keperawatan, khususnya dalam bidang kegawatdaruratan dan manajemen pembelajaran untuk melihat perbandingan efektifitas media pembelajaran melalui video edukasi dan praktik untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam tindakan BLS.

8 3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan terkait pelaksanaan proses pembelajaran melalui video edukasi atau metode praktik pada Program Studi Ilmu Keperawatan UMY untuk menjadi salah satu strategi pembelajaran yang efektif. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti di bidang kegawatdaruratan dan manajemen pembelajaran terutama yang berkaitan dengan penggunaan video edukasi dan metode praktik untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa atau orang awam dalam BLS. 5. Bagi Responden dan Masyarakat Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada masyarakat tentang basic life support khususnya pada mahasiswa. E. Penelitian Terkait Penelitian ini dititikberatkan pada perbandingan media pembelajaran video edukasi dengan metode praktik terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan BLS pada mahasiswa fakultas teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang hampir sama sepengetahuan peneliti mengenai ini belum pernah di lakukan oleh peneliti yang lain di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta hanya saja terkait bantuan hidup dasar / basic life support sudah ada yang pernah.

9 Namun ada beberapa kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain: 1. Yatma (2015), dengan Efektivitas metode penyuluhan audiovisual dan praktik terhadap tingkat pengetahuan bantuan hidup dasar pada nelayan di pantai depok Yogyakarta Penelitian ini dilakukan kepada nelayan sebanyak 30 orang. Hasil dari penelitian bahwa tingkat pendidikan sebelum diberikan pendidikan audiovisual kurang 11 responden (73,3%) setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual yaitu baik menjadi 15 responden (100,0%). Tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan intervensi metode praktik kurang 10 responden (66,7%) dan setelah diberikan intervensi 11 responden yaitu berpengetahuan baik (73%). Persamaaan dengan penilitian saya adalah sama-sama membandingkan keefektifan penggunaan media edukasi dari video/audiovisual dengan praktik dan perbedaannya adalah pada respondennya. 2. Turambi (2016), dengan Pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Langowan. Dalam penelitian ini menggunakan responden sebanyak 20 responden. Hasil penelitian 20 responden sebelum dilakukan pengetahuan dan ketrampilan berada dalam kategori kurang sebanyak 20 (100%) dan setelah intervensi semua berada pada kategori baik 20 responden (100%). Teknik pengumpulan sampel menggunakan cara purposive sampling dengan

10 desain penelitian One Group Pretest Postest. Pengumpulan datanya dengan menggunakan kuisioner serta dan lembar obeservasi keterampilan BLS. Uji statistic Wilcoxon Signed Ranks test terdapat pengaruh yang signifikan dimana nilai p-value = 0,000( a = 0,05) yang berarti HO ditolak dan menunjukkan responden berpengaruh sangat baik dan memiliki hasil bermakna pada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan karena dengan menggunakan statistik z didapatkan nilai z -3,994 dan tingkat kepercayaan 95%dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Penelitian ini ada persamaan dalam unsur yang diuji dalam penelitiannya yaitu tingkat pengetahuan dan tingkat ketrampilan pada responden. 3. Lestari (2014) yang berjudul Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Remaja Terhadap Tingkat Pengetahuan Menolong Korban Henti Jantung. Responden dalam penelitian ini berjumlah 38 dibagi tiap masing- masing kelompok 19 sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasieksperiment pre post test with control group design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan wilcoxon untuk menguji hipotesis dan menjawab rumusan masalah. Uji mann whitney untuk melihat kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil uji mann whitney menunjukan nilai p= 0,352 pada saat pre test dan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada saat pre test sama dan

11 ketika post test terdapat perbedaan tingkat pengetahuan masing-masing kelompok dengan nilai p= 0,000 hasil wilcoxon pada kelompok eksperimen menunjukkan p= 0,000 yang berarti terdapat peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan bantuan hidup dasar. Peneliti mengadopsi kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebelumnya untuk menguji tingkat pengetahuannya terkait basic life support.

12