BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sikap. adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB I PENDAHULUAN. Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua, setua usia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE)

Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang. objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. 1 penelitian sosiologi.blogspot.com /2013/03/kajian-sosiologi.perpolisian-masyarakat.html

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2.1 Analisis Sikap II. LANDASAN TEORI Pengertian Sikap. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab II Pasal 3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN HASIL BELAJAR

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencocokan antara Informasi dengan fenomena atau realitas. Sikap merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud

Modul ke: PSIKOLOGI SOSIAL 1. Sikap. Fakultas PSIKOLOGI. Filino Firmansyah M. Psi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

Pengertian Sikap dan Perilaku

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian yang dilakukan

II. LANDASAN TEORI. Dedi Hermawan (2008) dengan judul: Analisis Sikap Konsumen Atas Kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan oleh Spencer 1862 (dalam Azwar 1988 : 3), yang menggunakan

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

ETOS KERJA PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER MODUL : WLO - 01 PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

MAKALAH PERAN POLISI DALAM PEMBINAAN KEAMANAN SWAKARSA DI WIL DIY. Oleh: Dewi Emiliana Sakti, SH.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR NO. DOKUMEN : SOP-SAMBANG NUSA/ / /2016

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

Transkripsi:

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap 1. Pengertian Sikap Walgito (2002 ) mendefinisikan sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang sering terjadi, disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yng tertentu sesuai dengan pilihannya. Menurut Azwar (2003 ) ada dua kerangka pemikiran para ahli psikologi sosial dalam mendefinisikan sikap: a. Kerangka pemikiran tradisional, dibagi atas tiga yaitu; 1) Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak ( unfavorable) pada objek tersebut (Thurstone, Likert dan Osgood). 2) Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons (Chave, Bogardus, Lapierre, Mead dan Allport).

13 3) Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek (Secord dan Backman). b. Kerangka pemikiran psikologi sosial mutakhir ada dua pendekatan tentang sikap antara lain: 1) Sikap adalah kombinasi reaksi kognitif, afektif dan konatif terhadap suatu objek. Pendekatan ini dikenal juga dengan pendekatan tricomponent (Breckler, Katz & Stotland, Rejecki). 2) Sikap adalah afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek (Fishbein & Ajzen, Oskamp, Petty & Cacioppo). Beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah penilaian positif atau negatif individu terhadap suatu objek yang merupakan kombinasi dari reaksi kognitif, afektif dan konatif (Azwar, 2003). 1. Struktur Sikap lain: Adapun komponen pembentukan sikap menurut Walgito (2002 ), antara a. Komponen kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan keyakinan seseorang, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek sikap. Ketika warga memandang bahwa polisi adalah orang yang memiliki peranan penting dalam pemeliharaan Kamtibmas, maka warga akan memacu diri untuk saling bekerja sama dalam memelihara Kamtibmas di lingkungannya.

14 b. Komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang dan menerima atau tidak menerima terhadap objek sikap. rasa senang dan menerima merupakan wujud hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang dan tidak menerima merupakan wujud hal yang negatif. Dalam hal ini apabila warga merasa senang dengan aparat kepolisian di lingkungan mereka akan meningkatkan partisipasi warga dalam memelihara Kamtibmas. Sebaliknya apabila warga merasa tidak senang berhubungan dengan aparat kepolisian maka hal ini akan menghambat partisipasi warga dalam memelihara kamtibmas. Komponen ini menunjukkan arah sikap positif dan negatif. c. Komponen konatif,yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Ketika warga mendapat penilaian terhadap aparat kepolisian tersebut positif, maka warga akan menimbulkan reaksi terhadap partisipasi dalam memlihara Kamtibmas, seperti tidak membuat onar di lingkungan mereka khususnya. 2. Fungsi Sikap fungsi, yaitu: Menurut Katz (Walgito, 2002) dalam bersikap warga m empunyai empat

15 a. Fungsi instrumental (fungsi penyesuaian) Fungsi ini berkaitan dengan saran-tujuan. Warga masyarakat akan bersikap positif terhadap objek sikap yang dapat membantunya untuk mencapai tujuan dan bersikap negatif apabila objek sikap tersebut dapat menghambatnya dalam pencapaian tujuan. Karena itu fungsi ini disebut sebagai fungsi manfaat (utility), yaitu sejauh mana aparat kepolisian itu mampu memberikan manfaat terhadap warga dalam ragka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh warga, maka warga akan menyesuaikan diri dengan baik terhadap peranan kepoloisian di sekitarnya. b. Fungsi pertahanan ego Sikap berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego dalam rangka melindunginya dari tantangan internal maupun eksternal. Sikap ini diambil bila orang bersangkutan dalam keadaan terancam baik dirinya ataupun egonya. Untuk mempertahankan egonya orang tersebut akan mengambil sikap tertentu. c. Fungsi ekspresi nilai Sistem nilai apa yang ada pada diri warga dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh warga masyarakat terhadap nilai tertentu. Sehingga dengan mengekspresikan dirinya warga masyarakat itu akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya.

16 d. Fungsi pengetahuan Sikap warga terhadap suatu objek sesuai dengan pengetahuannya terhadap objek sikap itu sendiri. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap 2003) adalah: Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap (Azwar, a. Pengalaman pribadi Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan terhadap pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Tetapi satu pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap, karena biasanya individu tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain terdahulu yang lebih relevan. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.

17 c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap sikap individu tersebut. Kebudayaan dapat mewarnai sikap dan memberikan corak pada pengalaman individu. d. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru yang disampaikan melalui media massa mengenai sesuatu hal dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberikan dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaranajarannya.

18 f. Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sebagai contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka (prejudice). 4. Perubahan dan Pengubahan Sikap Secara garis besar perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor pokok (Walgito, 2002) yaitu: a. Faktor individu itu sendiri atau faktor dalam Individu dalam menanggapi dunia luarnya bersifat selektif, artinya apa yang datang dari luar tidak begitu saja diterima semuanya, tetapi diseleksi dulu mana yang akan diterima, dan mana yang akan ditolak. b. Faktor luar atau faktor ekstern Faktor luar adalah hal-hal atau keadaan yang ada di luar diri individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. hubungan ini dapat terjadi secara langsung antara individu dengan individu yang lain, antara individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok. Dapat juga secara tidak langsung, yaitu dengan perantara alat-alat komunikasi, misalnya media massa baik yang elektronik maupun yang non elektronik.

19 5. Karakteristik Sikap sikap yaitu: Sax (dalam Azwar, 2003 ) menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) a. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilih pada dua arah kesetujuan, yaitu setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan memiliki sikap yang arahnya negatif. Sesuatu itu belum tentu sama, walaupun sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju, tetapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap orang yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim. b. Sikap memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau tidak setuju terhadap suatu objek sikap mengenai aspek yang sedikit dan sangat spesifik, akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. c. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap tersebut. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu untuk dapat konsisten, sikap harus dapat bertahan dalam diri individu untuk waktu yang

20 relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, labil, dan tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap inkonsiste, sikap yang tidak konsisten yang menunjukkan kesesuaian mana antara pernyataan sikap dan perilakunya ini akan sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan. d. Spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikap secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbukti tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. 2. Peran Polisi Pengertian polisi menurut bahasa (etimologi) adalah petugas yang memelihara keamanan masyarakat dan penegak hukum. Sedangkan di dalam UU Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Bab 1 Pasal 1 yang menyatakan bahwa anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mana segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan wewenang lembaga kepolisian ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengertian peran polisi adalah perilaku yang harus dijalankan oleh anggota polisi yang berhubungan dengan atribut yang melekat pada diri anggota polisi maupun institusi. Peran Kepolisian Republik Indonesia tertuang dalam Pasal 5 yaitu:

21 1. Pasal 5 ayat (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2. Pasal 5 ayat (2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan alat Negara yang berada di bawah Presiden dan dipimpin oleh Kapolri yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang memiliki wewenang, fungsi, dan tugas pokok tersendiri untuk dapat melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukumguna memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat Republik Indonesia. Sedangkan dari kata polisi yang telah di ketengahkan, kalau di dalami lebih jauh, akan memberikan berbagai pengertian. Para cendikiawan dibidang Kepolisian sampai pada kesimpulan bahwa dalam kata polisi itu terdapat tiga pengertian yang dalam penggunaan sehari-hari sering tercampur aduk, dan melahirkan berbagai konotasi. Tiga arti kata Polisi adalah; (1). Polisi sebagai Fungsi, (2). Polisi sebagai organ Kenegaraan dan (3). Polisi sebagai Pejabat atau Petugas. (Kunarto, 1997).

22 Lebih jelas lagi mengenai tugas pokok Kepolisian yang disebutkan dalam Pasal 13 UU Negara Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: 1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, 2. Menegakkan hukum, dan 3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Rumusan tugas pokok tersebut sebenarnya bukan merupakan urutan prioritas, ketiga-tiganya sama penting, sedangkan dalam pelaksanaannya tugas pokok mana yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi, karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan. Di samping itu, dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pada penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada tugas pokok seluruh satuan anggota polisi yang tercantum dalam pasal 13 huruf a dan c yakni, lebih memfokuskan penelitian pada hal yang berkaitan dengan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Menyelenggarakan tata tertib dan keamanan berarti juga mencegah kejahatan dengan tetap menegakkan hukum yang berlaku bagi setiap warga atau berarti menindak setiap pelanggar hukum. 3. Sikap Warga Terhadap Peran Polisi Pengertian peran menurut Soekanto (2002) adalah status atau kedudukan seseorang dalam melakukan hak dan kewajiban. Purwanto (2003) mengartikan

23 peran adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat dimana ia hidup. Sedangkan menurut Biddle dan Thomas (dalam Sarwono, 199) peran adalah perilaku yang diharapkan oleh seseorang dari pemegang kedudukan tertentu. Jadi, disini peran polisi diartikan sebagai perilaku yang harus dijalankan oleh anggota polisi yang berhubungan dengan atribut yang melekat pada diri anggota polisi maupun institusi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai UU Negara Republik Indonesia. Menurut Sarwono (2002) teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Dari ketiga bidang ilmu tersebut, istilah peran diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teater itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. sebagaimana halnya dalam teater, posisi orang dalam masyarakat sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan darinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah, teori peran tersusun. Jadi sikap warga terhadap peran polisi adalah respons evaluatif warga berupa penilaian positif dan negatif mengenai tugas pokok, wewenang, dan fungsi

24 anggota polisi terhadap tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan warga dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. B. Partisipasi Warga dalam Memelihara Kamtibmas 1. Pengertian Partisipasi Warga dalam Memelihara Kamtibmas Menurut Davis dan Newstrom (2000), partisipasi adalah keterlibatan secara mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan tersebut. Masih menurut Davis dan Newstrom (2000), ada tiga gagasan penting dalam mendefinisikan partisipasi, yaitu: 1. Keterlibatan mental dan emosional Gagasan pertama partisipasi berarti keterlibatan secara mental dan emosional ketimbang fisik, keterlibatan ini lebih bersifat psikologis dibandingkan fisik. Warga yang berpartisipasi akan memiliki rasa peduli, dan siap bekerja sama dalam setiap program pemeliharaan Kamtibmas di lingkungannya. 2. Kontribusi untuk menyumbang Gagasan kedua, yang terpenting dalam partisipasi adalah bahwa ia memotivasi orang-orang untuk memberikan kontribusi mereka, mereka diberikan kesempatan untuk menyalurkan sumber inisiatif dan kreatifitasnya guna pencapaian tujuan organisasi/institusi. Warga yang

25 berpartisipasi akan memberikan ide-idenya dan mau menyumbangkan bantuan moral dan materiil guna terpeliharanya Kamtibmas. 3. Turut bertanggung jawab Gagasan ketiga adalah partisipasi mendorong orang-orang untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok. Dalam partisipasi, warga dituntut untuk bertanggung jawab memelihara dan menjaga Kamtibmas di lingkungan tempat tinggal mereka khususnya. Kemudian Maran (1999) menyatakan bahwa partisipasi adalah tindakan - tindakan yang dianjurkan kepada orang yang memiliki kewajiban khususnya warga negara yang baik dalam mengekspresikan kepercayaan akan otoritas masyarakat. 2. Aspek-aspek Partisipasi Ada tiga aspek dalam partisipasi menurut Davis dan Newstrom (2000), yaitu: 1. Keterlibatan secara mental dan emosional Partisipasi warga dalam memelihara Kamtibmas berarti bahwa adanya keterlibatan secara mental dan emosional ketimbang hanya berupa aktivitas fisik. Keterlibatan psikologis lebih besar dari pada aktivitas secara fisik. Warga yang memiliki partisipasi yang tinggi akan tampak dalam perilakunya yaitu peduli dan siap bekerja sama dengan polisi untuk menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban dilingkungan tempat tinggal, salah satunya dengan cara tidak tidak membuat onar.

26 2. Kontribusi untuk menyumbang Dalam partisipasi terdapatnya suatu motivasi dalam diri untuk menyumbangkan apresiasinya dengan cara menyumbangkan ide-ide guna mewujudkan Kamtibmas yang diinginkan warga, misalnya dengan memberikan informasi/pengaduan yang dapat membantu peran polisi dalam menegakkan hukum terhadap pelaku kejahatan yang dapat menggangu Kamtibmas di lingkungan sekitar. 3. Turut bertanggung jawab Partisipasi dalam memlihara Kamtibmas juga menuntut agar warga turut bertanggung jawab terhadap segala hal ihwal yang berkenaan dengan masyarakat terhadap peran polisi untuk terwujudnya Kamtibmas di lingkungannya. Misalnya, bertangung jawab atas informasi/pegaduan yang diberikan masyarakat terhadap polisi, bersedia menjadi saksi dan lain sebagainya. Pengertian partisipasi juga dijelaskan pada UU Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun 2008 tentang tata cara pelaksanaan hubungan kerja sama Kepolisian Negara Republik Indonesia bab 1 pasal 3 huruf i yang menerangkan bahwa partisipasi ialah suatu prinsip keikutsertaan secara sadar dan sukarela yang diwujudkan dalam bentuk usaha, kegiatan, dan tindakan nyata dari badan, lembaga, instansi, dan masyarakat dalam rangka membantu memperlancar pelaksanaan fungsi kepolisian.

27 3. Pengertian Kamtibmas Menurut UU Negara Republik Indonesia yaitu UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 1 mengenai Kamtibmas yaitu suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Adapun bentuk partisipasi dalam memelihara Kamtibmas disini dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1. Memtauhi peraturan lalu lintas. 2. Tidak main hakim sendiri. 3. Menjaga keamanan daerah tempat tinggalnya. 4. Siskamling. 5. Tidak memberikan kesempatan yang berwujud kejahatan. 6. Tidak melanggar aturan hukum. 7. Mematuhi norma-norma. 8. Disiplin, dan 9. Melaporkan segala bentuk hal yang mencurigakan kepada yang berwajib. Dari teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi warga dalam memelihara Kamtibmas adalah keterlibatan secara mental dan emosional warga

28 dalam situasi kelompok masyarakat dan adanya hubungan kerja sama antara masyarakat dengan peran polisi yang dalam penelitian ini adalah seluruh satuan anggota polisi dalam mencapai tujuan dan bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan tersebut dalam memelihara Kamtibmas guna terciptanya kondisi dinamis masyarakat dalam rangka tercapainya keamanan dalam negeri. C. Kerangka Pemikiran Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori partisipasi dari Davis dan Newstrom (2000), serta teori sikap dari Walgito (2002). Keberhasilan aparat Kepolisian dalam mewujudkan keadaan yang aman, tertib di lingkungan masyarakat adalah dikarenakan faktor yang mendukung, yaitu adanya peran kepolisian dan partisipasi warga. Keduanya saling berhubungan secara timbal balik untuk mencapai tujuannya. Hal ini berarti bahwa salah satu aspek saja tidak mendukung, maka keberhasilan suatu programpun sukar untuk dicapai. Peran polisi disini berarti bagaimana polisi menyelenggarakan tata tertib dan keamanan yang berarti mencegah kejahatan dengan tetap menegakkan hukum yang berlaku bagi setiap warga atau menindak setiap pelanggar hukum Partisipasi warga yang dibutuhkan disini bukanlah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas dan kemampuan khusus lainnya, melainkan sosialisasi hubungan positif dari keseluruhan sikap warga masyarakat terhadap peran polisi dengan partisipasi mereka dalam mewujudkan dan memelihara keadaan yang aman dan tertib di lingkunngan mereka.

29 Davis dan Newstrom (2000) mengatakan partisipasi adalah keterlibatan secara mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan tersebut. Hal senada juga di kemukakan Maran (1999) yang menyatakan bahwa partisipasi adalah tindakan-tindakan yang dianjurkan kepada orang yang memiliki kewajiban khususnya warga negara yang baik dalam mengekspresikan kepercayaan akan otoritas masyarakat. Menurut Davis dan Newstrom (2000), ada tiga gagasan penting dalam mendefinisikan partisipasi, yaitu: 1). Keterlibatan secara mental dan emosional, gagasan ini berarti bahwa lebih besar keterlibatan secara emosi dan psikis ketimbang keterlibatan fisik. Warga yang berpartisipasi mendorong mereka untuk selalu peduli terhadap pemeliharaan Kamtibmas, bersedia diajak bekerja sama dengan polisi untuk menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban dilingkungannya salah satunya degan cara tidak tidak membuat onar. 2). kontribusi untuk menyumbang, gagasan kedua ini berarti bahwa yang terpenting dalam partisipasi adalah kemauan untuk memberikann sumbangan terhadap suatu program. Maksudnya adalah warga yang berpartisipasi akan menunjukkan apresiasinya dengan cara memberikan ide-ide misalnya pelaksanaan program siskamling guna mewujudkan keadaan yang aman dan tertib seperti yang diinginkan warga. 3). Turut bertanggung jawab, gagasan ketiga ini menuntut agar adanya tanggung jawab terhadap tujuan kelompok. Warga yang berpartisipasi akan bertanggung jawab terhadap segala hal ihwal yang berkenaan dengan

30 masyarakat terhadap peran polisi untuk terwujudnya keadaan yang aman dan tertib di lingkungannya. Berdasarkan gagasan tersebut maka partisipasi dalam memelihara Kamtibmas terdapat hal yang mempengaruhi warga yaitu keterlibatan secara mental dan emosi, adanya kontribusi untuk memberikan sumbangan dan kesediaan turut bertanggung jawab terhadap tujuan kelompok. Walgito (2002) mengatakan bahwa sikap telah mengandung komponen kognitif (beliefs), komponen afektif (fellings), dan komponen konatif (behaviour tendencies). Selanjutnya Walgito (2002) mendefinisikan tiga komponen sikap tersebut, yaitu kognitif (komponen perceptual), adalah komponen yangg berkkaitan dengan pengetahuan, keyakinan atau hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek sikap.selanjutnya komponen afektif (komponen emosi ), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif) terhadap suatu objek sika p. Terakhir yaitu komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek sikap. komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan untuk bertindak atau berperilaku terhadap objek sikap. Pada komponen kognitif, warga yang memiliki penilaian yang positif terhadap peran polisi maka ia akan menujukkan apresiasinya dengan menyumbangkan ide-idenya kepada pihak kepolisian baik berupa informasi, pengaduan ataupun lainnya.

31 Pada komponen afektif, warga yang memiliki perasaan yang mendukung dan bangga terhadap peran polisi maka ia akan bekerja sama terhadap tugas dan wewenang anggota polisi dalam memelihara Kamtibmas dengan menjaga ketertiban di tempat tinggal mereka khususnya, karena keadaan yang aman dan tertib merupakan suatu hasil dari kerja sama antara rakyat dengan aparat Kepolisian. Pada komponen konatif, yaitu warga yang memiliki keikut sertaan dan bersama-sama dalam memelihara Kamtibmas. Warga yang berpartisipasi dalam mewujudkan Kamtibmas akan ikut bertanggung jawab terhadap segala hal ihwal yang menyangkut keamanan dan ketertiban di lingkungannya yakni Rw.02 /Rt.03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru. Klavert (2007) juga menambahkan bahwa perilaku ketaatan seseoraang terhadap hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum yang ada dalam diri orang tersebut. Kesadaran hukum terdiri dari 4 tingkat yaitu; pengetahuan, pemahaman, sikap, dan perilaku terhadap hukum itu sendiri. Berdasarkan pemahaman konseptual yanng telah diuraikan di atas, maka dapat dijabarkan dalam kerangka berfikir sebagai berikut:

32 Aspek Sikap Warga Terhadap Peran Polisi 1. Komponen Kognitif (perceptual): - pengetahuan warga terhadap tugas dan wewenang polisi. - Pemahaman warga terhadap tugas dan wewenang polisi. - keyakinan warga terhadap penyelenggaraan tugas dan wewenang anggota polisi. 2. Komponen Afektif (emosi): - Rasa menghargai dan mendukung warga terhadap yang dimiliki tugas dan wewenang anggota polisi. - Rasa bangga yang dimiliki warga terhadap penyelenggaraan tugas dan wewenang anggota polisi. 3. Komponen Konatif (perilaku) - Keinginan warga untuk mencoba berpartisipasi terhadap tugas dan wewenang anggota polisi. Partisipasi Warga dalam Memelihara Kamtibmas 1. Keterlibatan secara mental dan emosi: - Peduli terhadap keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum di lingkunngannya. - Siap bekerja sama dalam setiap program keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum di lingkunngan tempat tinggalnya. 2. Kontribusi untuk menyumbang: - Selalu melaporkan dan bersedia memberikan informasi terhadap segala bentuk tindakan kejahatan dalam rangka terpeliharanya keamanan, ketertiban, dab tegaknya hukum di lingkungannya. 3. Turut bertanggung jawab: - Mau ikut bertanggung jawab terhadap informasi dan laporan yang diberikan. - Mau ikut bertanggung jawab terhadap keamanan dan ketertiban lingkungan tempat tinggalnya. D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan asumsi yang telah dikemukakan pada bagian sikap terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara Sikap Warga Terhadap Peran Polisi

33 Dan Partisipasi Warga dalam Memelihara Kamtibmas (studi penelitia n pada warga Rw.02 /Rt.03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru). E. Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di R.02/ Rt.03 Kelurahan Rintis Kecamtan Limapuluh Kota Pekanbaru. Jadal penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Jadwal Penelitian No. Jenis Kegiatan Masa Pelaksanaan 1. Pengajuan sinopsis Maret 2012 2. Pengarahan sinopsis Maret 2012 3. Penunjukan pembimbing skripsi Maret 2012 4. Penyusunan dan konsultasi usulan penelitian Maret- Desember 2012 5. Seminar proposal 28 Januari 2013 6. Perubahan judul proposal 12 Februari 2013 7. Perbaikan proposal Februari - April 2013 8. Penyusunan instrument penelitian Mei 2013 9. Uji coba instrument penelitian 16-25 Juni 2013 10. Pengolahan data uji coba instrument Juni September 2013 penelitian 11. Pelaksanaan penelitian 20-25 September 2013 12. Pengolahan data penelitian Oktober 2013 13. Penyusunan dan konsultasi laporan November 2013 penelitian 14. Seminar hasil penelitian 15. Acc munaqasah 16. Munaqasah