PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

dokumen-dokumen yang mirip
Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

Bab 4 P E T E R N A K A N

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan konsumsi beras nasional.penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pet station

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh sangat tergantung dari susunan komposisi bahan makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Peternakan juga merupakan salah satu sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara. Keseriusan pemerintah dalam sektor peternakan di Sumatera Utara salah satunya melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 288/KPTS/OT.210/4/2002 Tentang Organisasi Dan Tatakerja Balai Pembibitan Ternak Unggul Babi Dan Kerbau. Keputusan ini merupakan pengganti dari Keputusan Menteri Pertanian Nomor 313/Kpts/Org/5/1978 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Keputusan ini tetap menegaskan adanya sentralisasi peternakan babi dan kerbau yang intensif di Propinsi Sumatera Utara yang dipusatkan di Siborong-borong. Perubahan Keputusan pada dasarnya hanya meningkatkan struktural dan kinerja dari dinas peternakan dan instansi yang berkaitan akan peningkatan produksi babi dan kerbau. Perkembangan peternakan di Sumatera Utara dapat dilihat dari data jumlah populasi ternak berikut:

Tabel 1. Populasi Ternak di Sumatera Utara (dalam ekor) N0 JENIS TERNAK 2002 2003 2004 2005 2006 1 Sapi perah 6.510 6.575 6.777 6.521 6.256 2 Sapi Potong 248.375 248.673 248.971 250.465 251.488 3 Kerbau 260.044 261.734 243.435 259.672 261.794 4 Kuda 5.655 5.668 5.681 4.379 4.053 5 Kambing 707.965 712.566 717.196 640.500 643.860 6 Domba 215.217 232.391 250.935 271.314 275.844 7 Babi 828.043 849.924 870.980 809.705 822.790 8 Ayam Beras 22.222.545 23.118.780 23.122.148 21.280.380 20.153.175 9 Ayam petelur 14.128.403 1.436.402 13.826.970 6.190.175 7065566 10 Ayam pedaging 38.806.173 492.184.25 38.645.260 35.568.236 34.030.041 11 Itik 2.250.717 2.264.221 2.277.806 1.994.803 2.204.287 Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007 Secara umum ternak dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar terdiri dari sapi perah, kerbau, kuda, dan Sapi. Ternak kecil terdiri dari kambing, domba dan babi. Unggas terdiri dari ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik. Sebagai salah satu jenis ternak kecil, babi merupakan komoditi yang memiliki populasi tertinggi di Sumatera Utara. Penyebaran populasi ternak babi untuk setiap Kabupatan/Kota di Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2. Populasi Ternak Babi Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara 2006 (ekor) N0 KABUPATEN/KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 1 Nias 146683 82951 85074 87200 80402 2 Nias Selatan 0 0 0 0 28861 3 Mandaiiling Natal 0 0 0 0 0 4 Tapanuli Selatan 0 0 0 0 0 5 Tapanuli Tengah 59924 80933 83005 83777 88762 6 Tapanuli Utara 150732 174509 178976 160640 160221 7 Humbahas 0 45295 46454 17759 21185 8 Toba Samosir 89705 91948 94302 45731 52994 9 Samosir 0 45295 42787 43856 58836 10 Labuhan Baru 20978 91948 7323 8020 10445 11 Asahan 24475 41719 25729 15975 15300 12 Simalungun 81989 85171 87351 89937 65484 13 Dairi 24871 54717 56118 78330 77813 14 Pakpak Bharat 0 2808 2880 2953 2777 15 Karo 10002 24575 25204 37538 25852 16 Deli Serdang 200816 90479 92795 93658 64042 17 Serdang Berdagai 0 24585 25214 25859 47394 18 Langkat 12302 8881 9108 11192 16360 19 Sibolga 0 0 0 0 0 20 Tanjung Balai 0 357 366 375 214 21 Pematang SIantar 723 1258 1290 1059 1838 22 Tebing Tinggi 913 1015 1041 1067 1182 23 Medan 2631 3420 3507 2388 1288 24 Binjai 1299 2392 2456 2391 1540 25 P.Sidempuan 0 0 0 0 0 Total 828.043 849.924 870.980 809.705 822.790 Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007 Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang tinggi dan kesadaran masyarakat dalam pemenuhan gizi, ternyata telah meningkatkan permintaan akan daging. Ada beberapa alternatif daging yang dapat memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging masyrakat Sumatera Utara Per Kapita sebagai berikut:

Tabel 3. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara 2002-2006 (Kg/KPT/Thn) No Daging 2002 2003 2004 2005 2006 1 Sapi 0.58 0.58 0.58 0.81 0.82 2 Kerbau 0.59 0.6 0.56 0.56 0.57 3 Kuda 0 0 0.06 0.1 0.01 4 Kambing 0.21 0.21 0.17 0.23 0.19 5 Domba 0.06 0.06 0.06 0.06 0.09 6 Babi 1.56 1.6 2.31 2.05 2.2 7 Ayam Beras 2.1 2.11 2.15 1.97 1.78 8 Ayam petelur 0.72 0.71 0.69 0.3 0.21 9 Ayam pedaging 3.06 3.11 3.71 0.45 3.17 10 Itik 0.1 0.1 0.1 0.08 0.07 Jumlah 8.97 9.06 10.39 9.52 9.11 Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007 Daging babi merupakan jenis daging dengan jumlah konsumsi terbesar yang melebihi 1,5 Kg per Kapita per tahunnya. Secara umum konsumsi untuk semua jenis daging di propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya meningkat. Peningkatan permintaan ini ternyata juga dapat diikuti oleh peningkatan jumlah produksi daging dari setiap jenis daging. Sehingga secara umum Sumatera Utara tidak pernah kekurangan daging. Keadaan ini menyebabkan angka impor daging sangat kecil, kecuali daging sapi. Menurut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara kita masih harus mengimpor daging sapi dari Australia sekitar 7790 ekor setiap tahunnya. Disamping usaha ternak keluarga seperti pada umumnya, di Sumatera Utara juga terdapat beberapa perusahaan ternak yang dapat diskalakan sebagai usaha besar, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. Perusahaan Ternak di Sumatera Utara No Nama Perusahaan Komoditi Lokasi Kegiatan 1 PT. ALGERINDO Babi Simalungun Produsen NUSANTARA 2 PT. MABARINDO Babi Deli Produsen Serdang 3 PT. BANGBERG Babi Deli Produsen Serdang 4 PT. CHARON POKPHAN Babi P.siantar Produsen 5 PT. LEMBU JANTAN Sapi Pedaging Langkat Importir ANDALAS 6 PT. ELDIRAFAUNA Sapi Pedaging Asahan Importir 7 PD. RUMAH POTONG Sapi Pedaging Medan Importir HEWAN 8 PT. PRIMA INDOJAYA Sapi Pedaging Karo Importir MANDIRI 9 PT. SAGO NAULI Sapi Pedaging Medan Importir 10 UD. HANIF Kambing Asahan Produsen 11 CV. CIPTA MANDIRI Kambing Asahan Produsen 12 PT. EKSPRAVET NASUBA Ayam Deli Produsen Pedaging Serdang 13 PT. JAVACONFEECT Ayam Pedaging Medan Produsen Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007 Besarnya permintaan akan daging babi disamping sebagai pemenuhan permintaan konsumsi rumah tangga, tetapi juga dikarenakan keberadaan daging babi yang sangat penting dalam upacara tradisi maupun pesta masyarakat batak, yang merupakan etnis mayoritas di Kota Medan. Menurut data jumlah produksi daging babi di Sumatera Utara setiap tahunnya meningkat, yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 5. Jumlah Produksi Daging Babi Di Sumatera Utara 2002-2006 (dalam ekor) No Jenis Ternak 2002 2003 2004 2005 2006 1 Sapi 6.836.09 6.890.02 6.981.69 9.883.73 10.131.68 2 Kerbau 6.926.85 6.648.16 6.778.82 6.817.28 7.074.89 3 Kuda 27.64 76.59 77.05 100.74 69.49 4 Kambing 2.477.88 1.649.17 2.143.91 2.786.85 2.336.85 5 Domba 679.47 699.27 719.58 740.44 1.077.4 6 Babi 18.410.81 27.091.49 27.785.06 24.854.84 27.079.83 7 Ayam 24.741.23 24.939.04 25.926.65 23.855.31 21.955.31 Beras 8 A.Ras. 8.437.83 8.439.09 8.270.31 3.676.96 2.586.74 Petelur 9 A.Ras. 36.089.74 45.581.34 44.687.58 41.778.09 39.054.85 Pedaging 10 Itik 1.146.39 1.172.17 1.198.52 1.038.89 912.21 Jumlah 105.773.93 123.186.34 124.569.17 115.533.13 112.279.87 Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah produksi pada tahun 2005. Hal ini merupakan akibat dari serangan virus flu burung yang juga berdampak sangat besar pada peternakan babi. Akan tetapi telah kembali naik dengan drastis kembali ke jumlah semula yaitu mencapai lebih dari 27 juta ekor. Peningkatan permintaan daging babi ternyata tidak hanya berasal dari dalam propinsi Sumatera Utara saja. Menurut data di Dinas Peternakan Sumatera Utara Permintaan ekspor daging babi keluar propinsi juga cukup besar. Tujuan paling besar adalah Jakarta dan Pekanbaru. Dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 6. Jumlah ekspor ternak dari Sumatera Utara 2002-2006 ( ekor) No Komoditi 2002 2003 2004 2005 2006 1 Sapi - - - - - 2 Kerbau - - - - - 3 Babi 11700 3000 12000 8900 9092 4 Kambing - - - - 450 5 Broiler 9.752.092 - - - - Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007 Pemenuhan konsumsi daging babi dalam negeri tidak banyak bermasalah, bahkan mencapai titik jenuh. Salah satu indikasinya adalah harga daging babi yang banyak bergerak dari tahun ke tahun dan lebih murah dari harga daging non unggas lainnya (Yusdja dan Ilham, 2006). Untuk pergerakan harga komoditi hasil ternak di Sumatera Utara selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Harga Rata-rata Hasil Ternak Di Sumatera utara 2005-2007 (dalam Rupiah) No Jenis Komoditi Satuan 2005 2006 2007 1 Daging Ayam Broiler Karkas Kg 12400 130916 15364 2 Daging Sapi has Kg 42000 48500 58425 3 Daging Sapi Murni Kg 38000 46000 49333 5 Daging Kambing/Domba Kg 30000 30000 38541 6 Daging Babi Kg 19000 20500 26158 Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007 Penambahan jumlah penduduk kota Medan yang mengakibatkan permintaan kebutuhan akan daging khususnya daging babi, telah menjadi peluang yang dibidik oleh banyak wirausahawan, khususnya para pegawai baik pegawai Negri Sipil, BUMN, BUMD dan perusahaan-perusahan swasta yang pada umumnya memiliki pendapatan gaji yang sangat pas-pasan.

Ketidakpuasan akan pendapatan yang diterima dari gaji setiap bulannya, telah mendorong banyak pegawai untuk mencari usaha tambahan, atau sampingan yang dapat menambah sumber pendapatan keluarga. Salah satu bentuk dari mata pencaharian sampingan tersebut adalah dengan membuka usaha ternak, antara lain ternak babi, yang memanfaatkan pekarangan belakang rumah. Kecamatan Medan Denai yang merupakan kawasan pemukiman padat, mayoritas dihuni oleh penduduk dengan mata pencaharian utama sebagai pegawai, baik Pegawai Negeri Sipil, BUMN, BUMD maupun perusahaan swasta. Untuk menambah sumber pendapatan tambahan, banyak penduduk yang membuka usaha ternak babi. Kawasan Medan Denai, yang di kenal dengan kawasan Mandala, berada dikawasan pemukiman padat dan keberadaan usaha ternak babi ini banyak ditentang oleh warga lain karena selain menimbulkan polusi udara dari bau kotoran ternak babi ini. Dalam beberapa media, keberadaan ternak babi di kecamatan Medan Denai sangat ditentang, bahkan menurut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, bahwa ada pelarangan pemeliharaan ternak berkaki empat di Kota Medan. Akan tetapi hal tersebut sangat bertentangan dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 8 2004 Tentang Perizinan Usaha Pertanian Dan Peternakan, termasuk proses perizinan usaha ternak babi di kota Medan. Salah satu sifat manusia yang dinamis adalah selalu merasa tidak pernah puas dan mencari bentuk-bentuk pemenuhan kebutuhan. Pendapatan yang diperoleh dari gaji bulanan para pegawai baik PNS, BUMN, BUMD maupun

swasta selalu dirasa tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup seharihari, terutama jika besarnya gaji tersebut hanya sebatas upah minimum rata-rata. Disamping terdesak keinginan untuk memperoleh lebih baik dari saat ini, pola pikir dan semangat kewirausahaan juga menjadi salah satu faktor pendorong bagi banyak pegawai untuk mencari alternatif usaha sampingan sebagai sumber penghasilan tambahan bagi pendapatan total keluarga. Salah satunya adalah mengusahakan ternak babi di sekitar pekarangan belakang rumah. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi masalah, yaitu : 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian? 2. Berapa besar pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian? 3. Apakah terdapat perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai? 4. Berapa persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dalam total pendapatan keluarga didaerah penelitan? 5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi? Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian, antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian. 2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai? 4. Untuk mengetahui persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dibandingkan pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total pendapatan keluarga didaerah penelitan. 5. Untuk mengetahui hubungan yang signigfikan antara besarnya pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam peneelitian ini adalah: 1. Bahan pertimbangan bagi instansi- instansi atau pihak-pihak terkait lainnya di dalam membuat kebijaksanaan, terutama pengembangan dan peningkatan usaha ternak babi. 2. Sebagai referensi atau sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.